Anda di halaman 1dari 9

6ACARA I

PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASINYA


A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari yang namanya larutan,
karena larutan memedang peranan yang penting dalam kehidupan
makhluk hidup. Misalnya makhluk hidup menyerap mineral, vitamin dan
makanan dalam bentuk larutan. Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini
sangat penting karena hampir semua reaksi kimia terjadi dalam bentuk
larutan.
Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran serba sama
(homogen) dari dua komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri.
Disebut campuran karena terdapat molekul-molekul, atom-atom, atau ion-
ion dari dua zat atau lebih. Campuran homogen pada larutan dapat berupa
gas, cair maupun padat. Larutan terdiri atas dua komponen penting yaitu
pelarut (solvent) yang memiliki proporsi lebih besar dan zat terlarut
(solut) yang proporsinya lebih kecil.
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai jumlah solut yang ada
dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan
dengan beberapa cara antara lain molaritas (jumlah mol solut per 1000 g
larutan), molalitas (jumlah mol solut per 1000 g pelarut), normalitas
(jumlah g ekuivalen solut dalam 1 liter larutan). Konsentrasi merupakan
cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan
pelarut, diantaranya dinyatakan dalam:
a. Molaritas (M), menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter
larutan.
b. Molalitas (m), menyatakan molzat terlarut per 1000 gram pelarut.
c. Normalitas (N), menyatakan jumlah mol zat ekuivalen zat terlarut
dalam 1 liter larutan.
d. Persen Berat (%), menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram
larutan.
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering
dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan, untuk itu
diperlukan praktikum dan pada praktikum acara ini akan dilaksanakan
acara pembuatan dan standarisasinya. Dalam hal ini adalah membuat
larutan 0,1 N HCl dan standarisasinya HCl serta menentukan kadar
Na2 CO3 dengan HCl. Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti
mungkin dan menggunakan perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang
yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui
konsentrasi sebenarnya dari larutan yang duhasilkan maka dilakukan
standarisasi.
Standarisasi pada percobaan ini menggunakan metode titrasi
asam basa yaitu proses penambahan larutan standar dengan larutan asam.
Sedangkan larutan standar digunakan dalam analisism kimia dengan
metode titrasi asam basa yang berprinsip menentukan jumlah asam
sehingga ditambahkan asam dengan jumlah yang ekuivalen atau
sebaliknya. Proses titrasi diakhiri jika telah mencapai titik ekuivalen.
Yang dimaksud titik ekuivalen adalah titik dimana penambahan sedikit
titran yang akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar.
Tabel 1. Kisaran pH efektif beberapa indikator

Indikator interval pH perubahan warna (asam-basa)


Thymol blue 1,2-2,8 Merah - kuning
Methyl orange 2,1-4,4 Orange - kuning
Methyl red 4,2-6,3 Merah - kuning
Bromothymol blue 6,0-7,6 Kuning - biru
Phenolphtalein 8,3-10,0 Tak bewarna - merah

2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum acara I ini adalah:
a. Membuat larutan 0,1 N HCl
b. Standardisasi HCl
c. Penentuan kadar Na2CO3 dengan HCl
3. Waktu dan Tempat
Praktikum acara 1 dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 24
November 2014 pada pukul 13.25 sampai selesai di LaboratoriumIlmu
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

B. Tinjauan Pustaka
Zat yang ada di dalam jumlah yang relatif besar disebut pelarut
(solvent). Sedangkan zat yang ada dalam jumlah yang relatif lebih sedikit
disebut zat terlarut (solut). Baik solut maupun solvent dapat berupa zat
padat, cair, ataupun gas (Andrian, 2003).
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering
dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui
konsentrasi sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering
dilakukan dengan titrasi (Harjadi, 2000).
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam satu cairan
yang mengandung reaktan ditempatkan dalam buret, sebuah tabung yang
panjang salah satu ujungnya terdapat kran (stopkok) dengan skala
milimeter dan sepersepuluh milimeter. Cairan didalam buret disebut titran
dan pada titran ditambah indikator, perubuhan warna indikator menandai
habisnya titrasi (Wahyudi, 2000).
Setiap cara yang melokalisir titik dimana pH berubah sangat cepat
dapat digunakan untuk mendeteksi titik ekuivalen dari suatu titrasi, yaitu :
titik dimana jumlah ekuivalen dari basa dan asam telah tercampur. Salah
satu cara untuk menentukan titik ekuivalen adalah dengan menggunakan
zat warna yang mempunyai warna yang sensitif terhadap konsentrasi
hidrogen. Zat warna ini dapat digunakan sebagai indikator dan dapat
memberikan keterangan tentang PH suatu larutan (Haryono, 2001).
Bilalajureaksimajudanreaksibaliksamabesardankonsentrasireaktand
anproduktidaklagiberubahseiringberjalannyawaktu,
makatercapailahkesetimbangankimia (chemical equilibrium).
Kesetimbangankimiamerupakan proses dinamik.
Inidapatdiibaratkandengangerakkanparapemain ski di suaturesor yang
ramai, di manajumlahpemain ski yang
dibawakeatasgunungdenganmenggunakan lift
kursisamadenganjumlahpemain ski yang turunberseluncur
(Raymon,2005).

C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja


1. Alat :
a. gelas ukur
b. labu takar 2 buah
c. Erlenmeyer 3 buah
d. Pipet
e. Statif
f. Corong
2. Bahan :
a. Larutan HCl
b. Larutan Na2B4O7.10H2O (0,4gr)
c. Larutan Na2CO3 (0,75gr)
d. Indikator MO (Methyl Orange)
e. Aquadest
3. Cara Kerja :
a. Pembuatan larutan HCl 0,1 N
1. Mengambil x ml HCl pekat lalu memasukan dalam labu takar
100 ml
2. Menambahkan aquadest ke dalam labu takar tersebut sampai
tanda garis
3. Mengocok larutan tersebut hingga menjadi homogen
4. Memindahkan larutan HCl yang sudah dibuat kedalam
Erlenmeyer.
b. Standarisasi 0,1 N HCl dengan borax (Na2B4O7.10H2O)
1. Mengambil 0,4 gr borax murni.
2. Memasukan borax kedalam labu erlenmeyer.
3. Melarutkan dengan 5 ml akuades + 3 tetes indikator MO.
4. Mentitrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna.
5. Menghitung N HCL.
c. Menentuan kadar Na2CO3
1. Menimbang 0,75 gr.
2. Memasukan kedalam labu takar 50 ml.
3. Menambahkan aquadest ke dalam labu takar tersebut sampai
tanda garis.
4. Mengambil 10 ml kemudian memasukan kedalam Erlenmeyer
5. Menambahkan indikator MO 3 tetes ke dalam erlenmeyer
6. Mentitrasi dengan HCl yang telah dibuat
7. Menentukan kadar Na2CO3.

D. Hasil dan Analisis Pengamatan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pembuatan larutan HCl 0,1 N

Volume Larutan HC BJ HCl Kadar HCl X ml HCl


(ml) (gram/ml) (%)
250 1.19 37 2,1

Sumber : Laporan Sementara Praktikum Kimia Dasar 2014


Tabel 1.2 Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax
m Borax Volume HCl Warna
(gram) (ml) Awal Proses Akhir
0.4 30 Bening Orange Merah Muda

Sumber: Laporan sementara Praktikum Kimia Dasar 2014


Tabel 1.3 Penentuan kadar Na2CO3
Volume HCl Kadar Warna
(ml) (%) Awal Proses Akhir
24.8 19628.373 Bening Orange Merah Muda

Sumber: Laporan Sementara Praktikum Kimia Dasar 2014


2. Analisis Hasil Pengamatan
a. Pembuatan larutan HCl 0,1 N
Diketahui : V HCl = 250 ml
K = 1,19 gr/ml
L = 37%
Ditanya : x HCl = ?
Keterangan :x = jumlah HCl yang dihasilkan (ml)
V = volume HCL 0,1 N yang diinginkan (ml)
k = berat jenis HCl (gr/ml)
L = kadar HCl pekat (%)
Penyelesaian :
Volume HCl pekat:
3.65 (V)
xml HCl =
10 (k)(L)
3.65 (250)
=
10 (1.19)(37)

= 2.07 (dibulatkan menjadi 2.1)


b. Standarisasi 0, 1 N HCl dengan Borax
Diketahui : m Borax = 0,4 gr
Koef HCl = 2
BM Borax = 481,46
V HCl = 30 ml
Ditanya : N HCl = ?
Keterangan: N = normalitas HCl (N)
m = massa Borax (gr)
Koef HCl = koefisien HCl
BM Borax = massa rumus Borax
V HCL = volume HCl (ml)
Penyelesaian :
m Borax (koef HCl)1000
N HCl =
BM Borax (V HCl)
0.4 (2)(1000)
=
481.46 (30)
=0,056 N
c. Penentuan kadar Na2CO3
Diketahui : N = 0,056 N
V HCl = 24,8 ml
BM Na2CO3 = 106 gr/mol
m Na2CO3 = 0,75 gr
Ditanya : Kadar Na2CO3= ?
Keterangan : N HCl = Normalitas HCl
V HCL = Volume HCL
BM Na2CO3 = Massa rumus Na2CO3
m Na2CO3 = Massa Na2CO3
Penyelesaian :
V HCl (N HCl)(BM Na2 CO3 )
Kadar Na2CO3 = x 100 %
m Na2 CO3
24.8 (0.056)(106)
= x 100%
0.75
= 19628,373 %

E. Pembahasan
Zat yang ada di dalam jumlah yang relatif besar disebut pelarut
(solvent). Sedangkan zat yang ada dalam jumlah yang relatif lebih sedikit
disebut zat terlarut (solut). Baik solut maupun solvent dapat berupa zat
padat, cair, ataupun gas (Andrian, 2003).
Pada pembuatan larutan 0,1 N HCl pada percobaan ini dicari 0,1 N
HCl dengan 2,1 ml HCl pekat, namun dalam percoban diperoleh 0,056 N
HCl dengan 2,1 ml HCl. Mungkin ini terjadi karena faktor relatif misalnya
pada penambahan aquadest dalam HCl sampai tanda garis didalam labu
takar melebihi garis, sehingga seharusnya konsentrasi HCl 0,1 N yang
dibutuhkan menjadi lebih sedikit karena HCl nya lebih encer maka N HCl
didapatkan 0,056 N. Besarnya volume N HCl, berat jenis HCl dan kadar
dari HCl pekat (%) mempengaruhi penentuan volume HCl pekat yang
dibutuhkan.
Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax (Na2B4O7.10H2O) dilakukan
dengan cara titrasi. Indikator MO digunakan dalam titrasi dan tanda titrasi
terjadi ialah terjadi perubahan warna yang kemudian titrasi dapat
dihentikan, kemudian dapat dihitung normalitas HCl adalah 0,056 N.
Dalam percobaan didapati warna pada awal adalah bening, kemudian pada
proses warna berubah orange, dan diakhir menghasilkan warna merah
muda. Dalam proses titrasi ini hanya dibutuhkkan 30 ml HCl untuk
mencapai titik ekuivalen.
Penentuan kadar Na2CO3 juga dilakukan dengan metode titrasi.
Untuk kadar Na2CO3 dalam percobaan diperoleh 19628,373 % . perubahan
warna yang terjadi adalah bening pada warna awal, kemudian berubah
menjadi orange pada proses, yang kemudian didapat warna merah muda
pada warna akhir. Besar kadar Na2CO3 dipengaruhi oleh N HCl, volume
HCl, BM Na2CO3, serta masa Na2CO3. Perubahan warna dari bening
menjadi merah muda telah terjadi pada volume HCl 24,8 ml. hal ini terjadi
mungkin terjadi karena penetesan HCl terlalu cepat sehingga perubahan
pun cepat terjadi.

F. Kesimpulan
Dari percobaan dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pembuatan larutan 0,1 N HCl diperlukan 2,1 ml HCl.
2. Konsentrasi larutan sebenarnya dapat diketahui dengan standarisasi
yang dilakukan dengan cara titrasi.
3. Pada penitrasian Borax (Na2B4O7.10H2O) dan Na2CO3 diperoleh
warna bening diawal, kemudian warna orange pada proses, dan warna
merah muda di akhir. Dengan volume HCl 30 ml pada standarisasi
dengan Borax dan volume HCl 24,8 ml pada Na2CO3.
4. Pada standarisasi borax diperoleh normalitas HCl 0,056 N.
5. Dan kadar Na2CO3 diperoleh 19628,373 %.

Anda mungkin juga menyukai