Acara I Pembuatan Larutan Dan Standarisa
Acara I Pembuatan Larutan Dan Standarisa
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum acara I ini adalah:
a. Membuat larutan 0,1 N HCl
b. Standardisasi HCl
c. Penentuan kadar Na2CO3 dengan HCl
3. Waktu dan Tempat
Praktikum acara 1 dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 24
November 2014 pada pukul 13.25 sampai selesai di LaboratoriumIlmu
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Zat yang ada di dalam jumlah yang relatif besar disebut pelarut
(solvent). Sedangkan zat yang ada dalam jumlah yang relatif lebih sedikit
disebut zat terlarut (solut). Baik solut maupun solvent dapat berupa zat
padat, cair, ataupun gas (Andrian, 2003).
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering
dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui
konsentrasi sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering
dilakukan dengan titrasi (Harjadi, 2000).
Titrasi adalah cara analisis untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi untuk menghitung jumlah cairan yang
dibutuhkan untuk bereaksi dengan sejumlah cairan lain. Dalam satu cairan
yang mengandung reaktan ditempatkan dalam buret, sebuah tabung yang
panjang salah satu ujungnya terdapat kran (stopkok) dengan skala
milimeter dan sepersepuluh milimeter. Cairan didalam buret disebut titran
dan pada titran ditambah indikator, perubuhan warna indikator menandai
habisnya titrasi (Wahyudi, 2000).
Setiap cara yang melokalisir titik dimana pH berubah sangat cepat
dapat digunakan untuk mendeteksi titik ekuivalen dari suatu titrasi, yaitu :
titik dimana jumlah ekuivalen dari basa dan asam telah tercampur. Salah
satu cara untuk menentukan titik ekuivalen adalah dengan menggunakan
zat warna yang mempunyai warna yang sensitif terhadap konsentrasi
hidrogen. Zat warna ini dapat digunakan sebagai indikator dan dapat
memberikan keterangan tentang PH suatu larutan (Haryono, 2001).
Bilalajureaksimajudanreaksibaliksamabesardankonsentrasireaktand
anproduktidaklagiberubahseiringberjalannyawaktu,
makatercapailahkesetimbangankimia (chemical equilibrium).
Kesetimbangankimiamerupakan proses dinamik.
Inidapatdiibaratkandengangerakkanparapemain ski di suaturesor yang
ramai, di manajumlahpemain ski yang
dibawakeatasgunungdenganmenggunakan lift
kursisamadenganjumlahpemain ski yang turunberseluncur
(Raymon,2005).
E. Pembahasan
Zat yang ada di dalam jumlah yang relatif besar disebut pelarut
(solvent). Sedangkan zat yang ada dalam jumlah yang relatif lebih sedikit
disebut zat terlarut (solut). Baik solut maupun solvent dapat berupa zat
padat, cair, ataupun gas (Andrian, 2003).
Pada pembuatan larutan 0,1 N HCl pada percobaan ini dicari 0,1 N
HCl dengan 2,1 ml HCl pekat, namun dalam percoban diperoleh 0,056 N
HCl dengan 2,1 ml HCl. Mungkin ini terjadi karena faktor relatif misalnya
pada penambahan aquadest dalam HCl sampai tanda garis didalam labu
takar melebihi garis, sehingga seharusnya konsentrasi HCl 0,1 N yang
dibutuhkan menjadi lebih sedikit karena HCl nya lebih encer maka N HCl
didapatkan 0,056 N. Besarnya volume N HCl, berat jenis HCl dan kadar
dari HCl pekat (%) mempengaruhi penentuan volume HCl pekat yang
dibutuhkan.
Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax (Na2B4O7.10H2O) dilakukan
dengan cara titrasi. Indikator MO digunakan dalam titrasi dan tanda titrasi
terjadi ialah terjadi perubahan warna yang kemudian titrasi dapat
dihentikan, kemudian dapat dihitung normalitas HCl adalah 0,056 N.
Dalam percobaan didapati warna pada awal adalah bening, kemudian pada
proses warna berubah orange, dan diakhir menghasilkan warna merah
muda. Dalam proses titrasi ini hanya dibutuhkkan 30 ml HCl untuk
mencapai titik ekuivalen.
Penentuan kadar Na2CO3 juga dilakukan dengan metode titrasi.
Untuk kadar Na2CO3 dalam percobaan diperoleh 19628,373 % . perubahan
warna yang terjadi adalah bening pada warna awal, kemudian berubah
menjadi orange pada proses, yang kemudian didapat warna merah muda
pada warna akhir. Besar kadar Na2CO3 dipengaruhi oleh N HCl, volume
HCl, BM Na2CO3, serta masa Na2CO3. Perubahan warna dari bening
menjadi merah muda telah terjadi pada volume HCl 24,8 ml. hal ini terjadi
mungkin terjadi karena penetesan HCl terlalu cepat sehingga perubahan
pun cepat terjadi.
F. Kesimpulan
Dari percobaan dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam pembuatan larutan 0,1 N HCl diperlukan 2,1 ml HCl.
2. Konsentrasi larutan sebenarnya dapat diketahui dengan standarisasi
yang dilakukan dengan cara titrasi.
3. Pada penitrasian Borax (Na2B4O7.10H2O) dan Na2CO3 diperoleh
warna bening diawal, kemudian warna orange pada proses, dan warna
merah muda di akhir. Dengan volume HCl 30 ml pada standarisasi
dengan Borax dan volume HCl 24,8 ml pada Na2CO3.
4. Pada standarisasi borax diperoleh normalitas HCl 0,056 N.
5. Dan kadar Na2CO3 diperoleh 19628,373 %.