Anda di halaman 1dari 9

Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA

Perbedaan Kepercayaan Diri pada Siswa dengan Perilaku Bermasalah Ditinjau dari
Pola Asuh Orang Tua di SMAN 1 Kauman Tulungagung

The Difference of Self-Confidence in Students with Behaviour Disorder Observed from


Parenting System in SMAN 1 Kauman Tulungagung

Ardhika Setya Utama Herlambang, Salmah Lilik, Rin Widya Agustin

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran


Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK
Perilaku bermasalah pada remaja erat kaitannya dengan perkembangan kepercayaan diri pada remaja tersebut
dimana kepercayaan diri memiliki peran besar dalam mengarahkan perilaku pada remaja. Perlakuan orang tua
dalam bentuk pola pengasuhan membedakan perkembangan kepercayaan diri pada anak. Masing-masing pola
asuh orang tua dengan karakteristik masing-masing yang berbeda dimungkinkan memberikan kontribusi secara
berbeda pula dalam mengarahkan kepercayaan diri. Dengan pola asuh yang sesuai maka akan berdampak pada
kepercayaan diri yang tinggi pada anak dan bersifat positif sehingga dapat menghindarkan anak dari perilaku
bermasalah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri pada siswa dengan perilaku
bermasalah ditinjau dari pola asuh orang tua. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa dengan perilaku
bermasalah di SMAN 1 Kauman Tulungagung. Penelitian ini menggunakan studi populasi mengingat jumlah siswa
dengan perilaku bermasalah di SMAN 1 Kauman Tulungagung yang sedikit yakni 49 siswa. Alat pengumpul data
menggunakan skala pola asuh orang tua dan skala kepercayaan diri. Metode analisis data menggunakan One Way
anova dengan bantuan Statistical Product and Service Solution v.20.

Berdasarkan hasil uji one way anova diperoleh Fhitung 5.023 dan Ftabel 3.200, (p = 0,05), karena F hitung > F Tabel
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kepercayaan diri pada siswa dengan perilaku
bermasalah ditinjau dari pola asuh orang tua artinya rata-rata kepercayaan diri berbeda berdasarkan pola asuh
orang tua. Berdasarkan analisis stastistik deskriptif diperoleh bahwa kepercayaan diri pada siswa dengan perilaku
bermasalah berada pada tingkat tinggi (63.27%) dan tingkat sedang (36.73 %). Selain itu juga diperoleh bahwa
siswa dengan pola asuh demokratis sebanyak 36 siswa (73.47%), pola asuh otoriter sebanyak 9 siswa (18.37%) dan
pola asuh permisif sebanyak 4 siswa (8.16%). Rata-rata kepercayaan diri dengan pola asuh demokratis sebesar
124.97 dengan skor kepercayaan diri terendah 106 dan skor tertinggi yaitu 147. Rata-rata kepercayaan diri dengan
pola asuh otoriter sebesar 118.89 dengan skor kepercayaan diri terendah 99 dan skor tertinggi yaitu 141. Rata-rata
kepercayaan diri dengan pola asuh permisif sebesar 107 dengan skor kepercayaan diri terendah 89 dan skor
tertinggi yaitu 116. Semakin demokratis pola asuh orang tua maka semakin tinggi kepercayaan dirinya.

Kata kunci: Siswa dengan Perilaku Bermasalah, Kepercayaan Diri, Pola Asuh Orang Tua.

PENDAHULUAN dan Martinah (1998) terhadap remaja siswa


SMTA di kodya Yogyakarta menunjukkan
Perilaku bermasalah pada remaja erat
bahwa permasalahan yang banyak dirasakan
kaitannya dengan perkembangan kepercayaan
dan dialami oleh remaja pada dasarnya
diri pada remaja tersebut dimana kepercayaan
disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri.
diri memiliki peran besar dalam mengarahkan
Namun kepercayaan diri yang berlebihan juga
perilaku pada remaja. Penelitian dari Afiatin

1
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA

dapat berakibat negatif seperti perilaku agresif masing-masing yang berbeda dimungkinkan
dan anti sosial (Mruk, C. 2006). memberikan kontribusi secara berbeda pula
dalam mengarahkan kepercayaan diri.
Ginder (dalam Djuwarijah, 2002)
mengemukakan bahwa salah satu faktor yang Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
mempengaruhi proses pembentukan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
kepercayaan diri adalah proses pengasuhan tentang perbedaan kepercayaan diri pada siswa
orang tua kepada anak-anaknya. Baumrind dengan perilaku bermasalah ditinjau dari pola
(1971) mengemukakan bahwa pola asuh asuh orang tua di SMA Negeri 1 Kauman
merupakan segala bentuk dan proses interaksi Tulungagung.
yang terjadi antara orang tua dan anak yang
DASAR TEORI
merupakan pola pengasuhan tertentu dalam
keluarga yang akan memberi pengaruh 1. Kepercayaan Diri
terhadap perkembangan kepribadian anak.
Lauster (1990) mendefinisikan kepercayaan
Lebih lanjut, Baumrind membagi pola asuh
diri sebagai suatu sikap atau perasaan yakin
menjadi tiga jenis, yaitu pola asuh
akan kemampuan diri sendiri, sehingga
authoritative (demokratis), pola asuh
seseorang tidak terpengaruh oleh orang lain.
authoritarian (otoriter), dan pola asuh
Rasa percaya diri merupakan keyakinan pada
permissive (permisif).
kemampuan-kemampuan yang dimiliki,
Untuk setiap orang tua, penerapan pola keyakinan pada suatu maksud atau tujuan
asuhnya dapat berbeda-beda. Menurut dalam kehidupan dan percaya bahwa dengan
Baumrind (dalam Santrock, 1998) dalam akal budi mampu untuk melaksanakan apa
kehidupan sehari-hari kebanyakan orang tua yang diinginkan, direncanakan dan diharapkan
menggunakan kombinasi dari semua pola asuh (Davies, 2004).
yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan
Menurut Taylor (2003) percaya diri berarti
terlihat lebih dominan daripada pola asuh
melakukan apa yang ingin dilakukan, kapan,
lainnya dan sifatnya hampir stabil sepanjang
dan bagaimana ingin melakukannya.
waktu. Penelitian yang dilakukan oleh
Sedangkan Anthony (dalam Ruwaida dkk.,
Makmuroch dan Rin Widya Agustin (2007)
2006) menyatakan bahwa kepercayaaan diri
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
merupakan sikap pada diri seseorang yang
signifikan antara pola asuh orang tua dan
dapat menerima kenyataan mengembangkan
terdapat perbedaan kepercayaan diri pada
kesadaran diri, berpikir positif, memiliki
bentuk-bentuk pola asuh orang tua. Hal
kemandirian dan mempunyai kemampuan
tersebut menunjukkan bahwa masing-masing
untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu
pola asuh orang tua dengan karakteristik

2
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA

yang diinginkan. terhadap anak dalam rangka perkembangan


anak.
Berdasarkan uraian di atas, maka kepercayaan
diri merupakan keyakinan individu akan Baumrind (1971) mendefinisikan pola asuh
kemampuan diri sendiri dalam hubungannnya orang tua merupakan segala bentuk dan proses
dengan orang lain, optimis dalam menghadapi interaksi yang terjadi antara orang tua dan
permasalahan dan dapat mengatasinya dengan anak yang merupakan pola pengasuhan
solusi yang tepat serta dapat bertanggung tertentu dalam keluarga yang akan memberi
jawab terhadap keputusan yang diambilnya, pengaruh terhadap perkembangan kepribadian
berpikir positif sehingga mampu menghadapi anak.
sesuatu dengan tenang, memiliki kemandirian
Pola asuh orang tua menurut Salkind (2002)
dan mempunyai kemampuan untuk memiliki
adalah seperangkat sikap yang berkenaan
serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.
dengan anak, dimana orang tua membantu
Aspek kepercayaan diri merujuk pada orientasi anak untuk membentuk suatu perasaan
kepercayaan diri yang dikemukakan oleh emosional disekitar anak dengan orang tua
Anthony (1992) yang dibahas dalam kerangka yang saling memberi. Kombinasi dari
kemampuan, antara lain: adanya perasaan kehangatan orang tua dan perhatian orang tua
aman, ambisi normal, yakin kepada adalah konsep dasar dari pola asuh.
kemampuan diri, toleransi, optimis, dan sikap
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat
mandiri.
disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain sebuah proses interaksi berkelanjutan antara
diungkapkan oleh Walgito (1992), Anthony orang tua dan anak yang merupakan pola
(1992), Lie (2003), Lauster (1997), dan pengasuhan tertentu dalam keluarga dimana
Ruwaida, dkk. (2006), yaitu: faktor internal, orang tua memberikan pemeliharaan,
antara lain konsep diri dan harga diri, keadaan perlindungan, pengarahan, bimbingan, dan
fisik, dan pola pikir negatif, faktor eksternal disiplin kepada anak yang selanjutnya akan
antara lain pendidikan, pengalaman hidu, dan berpengaruh terhadap perkembangan
pola asuh serta peran lingkungan keluarga. kepribadian anak.
2. Pola Asuh Orang Tua
Baumrind (dalam Santrock, 2005) membagi
Pola asuh orang tua menurut Idrus (2004) pola asuh menjadi tiga, yaitu authoritative
merupakan sebuah proses interaksi (demokratis), authoritarian (otoriter), dan
berkelanjutan yang menyangkut pemeliharaan, permissive (permisif). Lebih lanjut bentuk-
perlindungan dan pengarahan orang tua bentuk pola asuh tersebut digambarkan
karakteristiknya berdasarkan masing-masing

3
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA

aspek pola asuh orang tua menurut Mussen Tulungagung yang dianggap oleh guru bagian
(1994), yaitu aspek kontrol, aspek tuntutan Bimbingan Konseling termasuk perilaku
kedewasaan, aspek komunikasi orang tua dan bermasalah berat dan telah di data di bagian
anak, dan aspek kasih sayang. Bimbingan Konseling. Studi populasi dipilih
mengingat jumlah subjek pada populasi hanya
Fungsi pola asuh antara lain diungkapkan oleh
49 orang.
Gordon (dalam Malik, 2003) dan Hurlock
(2006), yaitu: berperan membawa anak ke arah Metode pengumpulan data dengan
kehidupan yang percaya diri, mempengaruhi menggunakan alat ukur berupa skala psikologi
corak perilaku anak, mengajarkan anak dengan jenis skala Likert. Ada dua skala
menerima pengekangan-pengekangan yang psikologi yang digunakan, yaitu:
diperlukan dan membantu mengarahkan emosi
1. Skala Kepercayaan Diri
anak kedalam jalur yang berguna dan diterima
secara sosial. Skala kepercayaan diri berdasarkan aspek
kepercayaan diri yang merujuk pada orientasi
3. Siswa dengan Perilaku Bermasalah
kepercayaan diri yang dikemukakan oleh
Amstrong dan Savage (1983) Anthony (1992) yang dibahas dalam kerangka
mengklasifikasikan perilaku bermasalah pada kemampuan, antara lain: adanya perasaan
siswa kedalam perilaku verbal, nonverbal, dan aman, ambisi normal, yakin kepada
gabungan verbal dan nonverbal. Mulyono kemampuan diri, toleransi, optimis, dan sikap
(1984) mengemukakan beberapa perilaku mandiri.
menyimpang siswa yang terjadi di sekolah
2. Skala Pola Asuh Orang Tua
yaitu mencontek pada waktu ujian di kelas,
berkelahi di sekolah, tidak ikut upacara, dan Skala pola asuh orang tua berdasarkan aspek
tidak memperhatikan ketika guru yang dikemukakan oleh Mussen (1994), yaitu
menerangkan. Simpulan rumusan perilaku aspek kontrol, aspek tuntutan kedewasaan,
bermasalah yang dimaksudkan dalam aspek komunikasi orang tua dan anak, dan
penelitian ini adalah perilaku bermasalah yang aspek kasih sayang.
dibicarakan, tidak sampai pada gangguan- HASIL- HASIL
gangguan kepribadian.
Perhitungan dalam analisis penelitian ini
METODE PENELITIAN dilakukan dengan bantuan komputer program
Statistical Product and Service Solution
Penelitian ini menggunakan studi populasi
(SPSS) versi 20.0.
yang menggunakan seluruh siswa dengan
perilaku bermasalah di SMA Negeri 1 Kauman 1. Uji Asumsi

4
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA

a. Uji Normalitas demokratis memiliki kepercayaan diri


tergolong tinggi dengan rerata empirik
Berdasarkan analisa Shapiro-wilk diketahui
sebesar 124.97, pola asuh otoriter memiliki
nilai signifikansi pola asuh demokratis
kepercayaan diri tergolong tinggi dengan
sebesar 0.437>0.05; nilai signifikansi pola
rerata empirik sebesar 118.89, dan subjek
asuh otoriter sebesar 0.994>0.05; serta
dengan pola asuh permisif memiliki
nilai signifikansi pola asuh permisif
kepercayaan diri tergolong sedang dengan
sebesar 0.115 > 0.05. Oleh karena nilai
rerata empirik sebesar 107. Rerata
signifikansi untuk seluruh variabel lebih
hipotetik kepercayaan diri = 97.5, dengan
besar dari 0.05, dapat disimpulkan bahwa
demikian kepercayaan diri dengan pola
data kepercayaan diri berdasarkan pola
asuh demokratis lebih tinggi dibandingkan
asuh orang tua berdistribusi normal.
pola asuh toriter dan permisif.
b. Uji Homogenitas
PEMBAHASAN
Hasil uji homogenitas menunjukkan nilai
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
signifikansi sebesar 0.998. Karena
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
signifikansi yang diperoleh lebih besar dari
dapat diterima, yaitu terdapat perbedaan yang
0,05 (0.998>0.05), maka dapat
signifikan antara kepercayaan diri pada siswa
disimpulkan bahwa kepercayaan diri
dengan perilaku bermasalah ditinjau dari pola
berdasar pola asuh orang tua mempunyai
asuh orang tua di SMA Negeri 1 Kauman
varian sama.
Tulungagung. Hal tersebut didasarkan atas
2. Uji Hipotesis hasil, nilai p = 0.011 < 0.05, adapun Fhitung=
5.023 > Ftabel= 3.200. Dari perbedaan mean
Didapatkan p-value (pada kolom Sig.)
dimana rata-rata nilai kepercayaan diri pada
0.011 < 0.05 sedangkan Fhitung= 5.023 >
pola asuh demokratis sebesar 124.97, pada
Ftabel= 3.200. Artinya hipotesis yang
pola asuh otoriter sebesar 118.89 dan pola asuh
diajukan dalam penelitian ini dapat
permisif sebesar 107.00, diperoleh pula jumlah
diterima, yaitu terdapat perbedaan
prosentase responden berdasarkan kepercayaan
kepercayaan diri pada siswa dengan
diri, yaitu 63.27% responden memiliki
perilaku bermasalah ditinjau dari pola asuh
kepercayaan diri tinggi dan 36.73% responden
orang tua.
memiliki kepercayaan diri sedang, dapat
3. Analisis Deskriptif disimpulkan sebagian besar dari responden
memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Berdasarkan hasil analisis penelitian
Tingginya tingkat kepercayaan diri yang
diketahui subjek dengan pola asuh
dimiliki oleh siswa dengan perilaku

5
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA

bermasalah di SMA Negeri 1 Kauman Penelitian ini memiliki beberapa kelebihan


Tulungagung sesuai dengan karakteristik diantaranya adalah belum pernah diadakan
pelanggaran yang dilakukan oleh mereka penelitian mengenai perbedaan kepercayaan
dimana sebagian besar pelanggaran yang diri ditinjau dari pola asuh orang tua di sekolah
dilakukan tergolong bersifat agresif dan anti tersebut serta belum ada yang menggunakan
sosial, seperti berkelahi, mengganggu teman, siswa dengan perilaku bermasalah sebagai
merokok di lingkungan sekolah agar disegani subjek penelitian. Di samping itu, penelitian
oleh teman, bermain kartu di waktu pelajaran ini pun memiliki kelemahan dan keterbatasan,
berlangsung, membuat surat izin palsu, dan antara lain hanya dapat digeneralisasikan
berperilaku kurang sopan. secara terbatas pada populasi penelitian saja.
Sehingga untuk penerapan penelitian bagi
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat
populasi yang lebih luas dengan karakteristik
Ruwaida, dkk. (2006) yang menjelaskan
yang berbeda memerlukan penelitian lebih
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
lanjut dengan menambah variabel-variabel lain
kepercayaan diri adalah pola asuh orang tua
yang belum disertakan dalam penelitian ini
dimana dikatakan bahwa kepercayaan diri
dengan perbaikan alat ukur, prosedur, serta
bukanlah diperoleh secara instan, melainkan
memperluas ruang lingkup penelitian.
melalui proses yang berlangsung di usia dini,
Sehingga diharapkan penelitian selanjutnya
dalam kehidupannya bersama orang tua.
dapat menemukan hasil yang lebih
Pendapat ini didukung dengan hasil penelitian
komprehensif.
yang dilakukan Makmuroch dan Rin Widya
Agustin (2007) yang menjelaskan bahwa ada PENUTUP
hubungan yang signifikan antara pola asuh
A. Kesimpulan
orang tua dengan kepercayaan diri dan terdapat
perbedaan kepercayaan diri pada bentuk- 1. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan
bentuk pola asuh orang tua. Pola asuh teknik one way anova menunjukkan
mengarahkan kepercayaan diri pada anak bahwa terdapat perbedaan yang
dikarenakan pola asuh sudah terjadi semenjak signifikan antara kepercayaan diri pada
anak itu kecil dan dalam prosesnya siswa dengan perilaku bermasalah
mengarahkan dan membentuk kepribadian ditinjau dari pola asuh orang tua, dimana
anak yang juga mencakup tingkat kepercayaan rerata pola asuh demokratis sebesar
dirinya, dan masing-masing pola asuh orang 124.97, rerata pola asuh otoriter sebesar
tua menghasilkan tingkat kepercayaan diri 118.89, dan rerata pola asuh permisif
yang berbeda-beda pada anak karena setiap sebesar 107.00, dengan demikian
pola asuh memiliki cirinya tersendiri. kepercayaan diri subjek dengan pola

6
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA

asuh demokratis lebih tinggi kesulitan di dalam ataupun luar sekolah


dibandingkan pola asuh otoriter dan pola dan dapat lebih sigap dalam membantu
asuh permisif. masalah yang dihadapi oleh siswa.

2. Kepercayaan diri pada siswa dengan 2. Bagi orang tua


perilaku bermasalah di SMA Negeri 1
Diharapkan turut mempertahankan dan
Kauman Tulungagung berada pada
meningkatkan kepercayaan diri putra-
tingkat sedang yakni sejumlah 36.73%
putrinya agar menjadi lebih positif
dan pada tingkat tinggi yakni sejumlah
dengan memberikan pola perlakuan yang
63.27%.
lebih sesuai, selain itu juga bersikap
3. Distribusi pola asuh orang tua pada menghargai anak, memberikan
siswa dengan perilaku bermasalah di bimbingan kepada anak disertai dengan
SMA Negeri 1 Kauman Tulungagung diskusi terbuka, tidak memaksakan
yaitu pola asuh demokratis sebanyak kehendak kepada anak namun
73.47%, pola asuh otoriter sebanyak seyogyanya memberi kesempatan pada
18.37%, dan pola asuh permisif anak untuk mengambil keputusan sendiri
sebanyak 8.16%. dan membantu anak untuk lebih
mengembangkan kepercayaan dirinya
B. Saran
sehingga dapat terhindar dari perilaku
1. Bagi siswa dengan perilaku bermasalah bermasalah.

Siswa sebaiknya meningkatkan dan 3. Bagi sekolah


mempertahankan kepercayaan dirinya
Diharapkan memfasilitasi kegiatan-
dengan cara lebih aktif dalam kegiatan-
kegiatan yang positif dan digemari oleh
kegiatan yang bersifat positif sehingga
anak didik agar siswa mendapatkan
terhindar dari perilaku bermasalah dan
media untuk mengekspresikan diri.
lebih fokus pada kegiatan belajar di
Selain itu bagi guru BK SMA Negeri 1
sekolah untuk lebih meningkatkan
Kauman Tulungagung diharapkan
prestasi belajarnya, selain itu juga lebih
mendapatkan gambaran yang luas
meningkatkan komunikasi dengan orang
tentang remaja yang memiliki
tua seperti terlibat aktif pada saat
kepercayaan diri rendah maupun tinggi
berdiskusi dengan keluarga, menjalin
sehingga dapat menetapkan metode yang
komunikasi dengan penuh keterbukaan,
tepat sesuai dengan kebutuhan remaja.
empati dan rasa jujur sehingga orang tua
mengetahui apabila siswa mengalami 4. Bagi peneliti lain

7
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan Idrus, M. 2004. Kepercayaan Eksistensial


Remaja Jawa. Disertasi. Yogyakarta:
lebih memperluas ruang lingkup,
Fakultas Psikologi Universitas Gajah
misalnya dengan memperluas populasi Mada.
atau menambah variabel-variabel lain. Lauster, P. 1990. Personality Test (Alih
Selain itu peneliti selanjutnya diharapkan Bahasa D.H. Gulo). Jakarta: Bumi
Aksara.
dapat menambah jumlah aitem
_____.1997. Tes Kepribadian. Jakarta: PT.
pernyataan sehingga dapat lebih akurat
Gaya Media Pratama.
dalam mengukur aspek yang ingin
Lerner, R, M,. Steinberg, L. 2004. Handbook
diukur, juga diharapkan untuk lebih of Adolescent Psychology, Second
mempertimbangkan jumlah subjek agar Edition. Hoboken, New Jersey: John
Wiley & Sons. Inc.
dapat memberikan data yang lebih
Lie, A. 2003. Menjadi Orang Tua Bijak : 101
akurat. Cara Menumbuhkan Percaya Diri
Anak (Usia Balita Sampai Remaja).
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Elex Media Komputindo.

Afiatin, T., & Martinah, S. M., 1998. Makmuroch & Rin Widya Agustin. 2007.
Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Melalui Konseling Kelompok. Jurnal dengan Kepercayaan Diri pada
Psikologika, No. 6 / 67-79. Mahasiswa Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Amstrong, David G. & Tom V. Savage. 1983. Sebelas Maret Surakarta. Laporan
Secondary Education An Introduction. Penelitian. Universitas Sebelas Maret:
New York: Macmillan. Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran.
Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun
Kepercayaan Diri (Terjemahan Rita Malik, A.M. 2003. Pengaruh Kualitas Interaksi
Wityadi). Jakarta: Binarupa Aksara. Orang Tua-Anak dan Konsep Diri
Terhadap Kecerdasan Emosional pada
Baumrind, D. 197l. Current Patterns of Siswa SMU di Makasar. Jurnal
Parental Authority. Developmental Intelektual. Vol. 1, No Halaman 21-23.
Psychology Monograph, 4.
Mruk, C. 2006. Self-Esteem Research, Theory,
Davies, P. 2004. Meningkatkan Rasa Percaya and Practice: Toward a Positive
Diri (Alih Bahasa Saut Pasaribu). Psychology of Self-Esteem 3rd Edition.
Yogyakarta: Torent Books. New York : Springer Publishing
Company, Inc.
Djuwarijah. 2002. Peningkatan Kepercayaan
Diri Remaja Melalui Konseling Mulyono, Y. Bambang. 1984. Pendekatan
Kelompok. Laporan Penelitian. Analisis Kenakalan dan
Yogyakarta: FIAI Universitas Islam Penanggulangan. Yogyakarta:
Indonesia. Kanisius.
Hurlock, 2006. Psikologi Perkembangan: Mussen, P.H. 1994. Perkembangan dan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kepribadian Anak (Terjemahan
Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Budiyanto, F.X., Gianto, W. Arum,
Erlangga. G.). Jakarta: Archan.
Ruwaida, A., Salmah Lilik, Rosana Dewi.

8
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA

2006. Hubungan Antara Kepercayaan


Diri dan Dukungan Keluarga dengan
Kesiapan Menghadapi Masa
Menopause. Jurnal. Indegenous Vol.8,
No. 2 : 76-79.
Salkind, N. J. 2002. Child Development. USA:
Macmillan Reference.
Santrock, J.W. 1998. Adolescence 7th Edition.
New York: McGraw Hill.
_____ .2005. Adolescence Perkembangan
Remaja (Terjemahan Adelar, S. B., dan
Saragih, S). Jakarta: Erlangga.
Taylor, R. Scott, S. Leighton, R. 2003.
Confidence in Just Seven Days.
Yogyakarta: Diva Press.
Walgito, B. 1992. Pengantar Psikologi Umum
Edisi Revisi Cetakan Keempat.
Yogyakarta: Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai