Perbedaan Kepercayaan Diri pada Siswa dengan Perilaku Bermasalah Ditinjau dari
Pola Asuh Orang Tua di SMAN 1 Kauman Tulungagung
ABSTRAK
Perilaku bermasalah pada remaja erat kaitannya dengan perkembangan kepercayaan diri pada remaja tersebut
dimana kepercayaan diri memiliki peran besar dalam mengarahkan perilaku pada remaja. Perlakuan orang tua
dalam bentuk pola pengasuhan membedakan perkembangan kepercayaan diri pada anak. Masing-masing pola
asuh orang tua dengan karakteristik masing-masing yang berbeda dimungkinkan memberikan kontribusi secara
berbeda pula dalam mengarahkan kepercayaan diri. Dengan pola asuh yang sesuai maka akan berdampak pada
kepercayaan diri yang tinggi pada anak dan bersifat positif sehingga dapat menghindarkan anak dari perilaku
bermasalah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri pada siswa dengan perilaku
bermasalah ditinjau dari pola asuh orang tua. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa dengan perilaku
bermasalah di SMAN 1 Kauman Tulungagung. Penelitian ini menggunakan studi populasi mengingat jumlah siswa
dengan perilaku bermasalah di SMAN 1 Kauman Tulungagung yang sedikit yakni 49 siswa. Alat pengumpul data
menggunakan skala pola asuh orang tua dan skala kepercayaan diri. Metode analisis data menggunakan One Way
anova dengan bantuan Statistical Product and Service Solution v.20.
Berdasarkan hasil uji one way anova diperoleh Fhitung 5.023 dan Ftabel 3.200, (p = 0,05), karena F hitung > F Tabel
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kepercayaan diri pada siswa dengan perilaku
bermasalah ditinjau dari pola asuh orang tua artinya rata-rata kepercayaan diri berbeda berdasarkan pola asuh
orang tua. Berdasarkan analisis stastistik deskriptif diperoleh bahwa kepercayaan diri pada siswa dengan perilaku
bermasalah berada pada tingkat tinggi (63.27%) dan tingkat sedang (36.73 %). Selain itu juga diperoleh bahwa
siswa dengan pola asuh demokratis sebanyak 36 siswa (73.47%), pola asuh otoriter sebanyak 9 siswa (18.37%) dan
pola asuh permisif sebanyak 4 siswa (8.16%). Rata-rata kepercayaan diri dengan pola asuh demokratis sebesar
124.97 dengan skor kepercayaan diri terendah 106 dan skor tertinggi yaitu 147. Rata-rata kepercayaan diri dengan
pola asuh otoriter sebesar 118.89 dengan skor kepercayaan diri terendah 99 dan skor tertinggi yaitu 141. Rata-rata
kepercayaan diri dengan pola asuh permisif sebesar 107 dengan skor kepercayaan diri terendah 89 dan skor
tertinggi yaitu 116. Semakin demokratis pola asuh orang tua maka semakin tinggi kepercayaan dirinya.
Kata kunci: Siswa dengan Perilaku Bermasalah, Kepercayaan Diri, Pola Asuh Orang Tua.
1
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA
dapat berakibat negatif seperti perilaku agresif masing-masing yang berbeda dimungkinkan
dan anti sosial (Mruk, C. 2006). memberikan kontribusi secara berbeda pula
dalam mengarahkan kepercayaan diri.
Ginder (dalam Djuwarijah, 2002)
mengemukakan bahwa salah satu faktor yang Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
mempengaruhi proses pembentukan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
kepercayaan diri adalah proses pengasuhan tentang perbedaan kepercayaan diri pada siswa
orang tua kepada anak-anaknya. Baumrind dengan perilaku bermasalah ditinjau dari pola
(1971) mengemukakan bahwa pola asuh asuh orang tua di SMA Negeri 1 Kauman
merupakan segala bentuk dan proses interaksi Tulungagung.
yang terjadi antara orang tua dan anak yang
DASAR TEORI
merupakan pola pengasuhan tertentu dalam
keluarga yang akan memberi pengaruh 1. Kepercayaan Diri
terhadap perkembangan kepribadian anak.
Lauster (1990) mendefinisikan kepercayaan
Lebih lanjut, Baumrind membagi pola asuh
diri sebagai suatu sikap atau perasaan yakin
menjadi tiga jenis, yaitu pola asuh
akan kemampuan diri sendiri, sehingga
authoritative (demokratis), pola asuh
seseorang tidak terpengaruh oleh orang lain.
authoritarian (otoriter), dan pola asuh
Rasa percaya diri merupakan keyakinan pada
permissive (permisif).
kemampuan-kemampuan yang dimiliki,
Untuk setiap orang tua, penerapan pola keyakinan pada suatu maksud atau tujuan
asuhnya dapat berbeda-beda. Menurut dalam kehidupan dan percaya bahwa dengan
Baumrind (dalam Santrock, 1998) dalam akal budi mampu untuk melaksanakan apa
kehidupan sehari-hari kebanyakan orang tua yang diinginkan, direncanakan dan diharapkan
menggunakan kombinasi dari semua pola asuh (Davies, 2004).
yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan
Menurut Taylor (2003) percaya diri berarti
terlihat lebih dominan daripada pola asuh
melakukan apa yang ingin dilakukan, kapan,
lainnya dan sifatnya hampir stabil sepanjang
dan bagaimana ingin melakukannya.
waktu. Penelitian yang dilakukan oleh
Sedangkan Anthony (dalam Ruwaida dkk.,
Makmuroch dan Rin Widya Agustin (2007)
2006) menyatakan bahwa kepercayaaan diri
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
merupakan sikap pada diri seseorang yang
signifikan antara pola asuh orang tua dan
dapat menerima kenyataan mengembangkan
terdapat perbedaan kepercayaan diri pada
kesadaran diri, berpikir positif, memiliki
bentuk-bentuk pola asuh orang tua. Hal
kemandirian dan mempunyai kemampuan
tersebut menunjukkan bahwa masing-masing
untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu
pola asuh orang tua dengan karakteristik
2
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA
3
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA
aspek pola asuh orang tua menurut Mussen Tulungagung yang dianggap oleh guru bagian
(1994), yaitu aspek kontrol, aspek tuntutan Bimbingan Konseling termasuk perilaku
kedewasaan, aspek komunikasi orang tua dan bermasalah berat dan telah di data di bagian
anak, dan aspek kasih sayang. Bimbingan Konseling. Studi populasi dipilih
mengingat jumlah subjek pada populasi hanya
Fungsi pola asuh antara lain diungkapkan oleh
49 orang.
Gordon (dalam Malik, 2003) dan Hurlock
(2006), yaitu: berperan membawa anak ke arah Metode pengumpulan data dengan
kehidupan yang percaya diri, mempengaruhi menggunakan alat ukur berupa skala psikologi
corak perilaku anak, mengajarkan anak dengan jenis skala Likert. Ada dua skala
menerima pengekangan-pengekangan yang psikologi yang digunakan, yaitu:
diperlukan dan membantu mengarahkan emosi
1. Skala Kepercayaan Diri
anak kedalam jalur yang berguna dan diterima
secara sosial. Skala kepercayaan diri berdasarkan aspek
kepercayaan diri yang merujuk pada orientasi
3. Siswa dengan Perilaku Bermasalah
kepercayaan diri yang dikemukakan oleh
Amstrong dan Savage (1983) Anthony (1992) yang dibahas dalam kerangka
mengklasifikasikan perilaku bermasalah pada kemampuan, antara lain: adanya perasaan
siswa kedalam perilaku verbal, nonverbal, dan aman, ambisi normal, yakin kepada
gabungan verbal dan nonverbal. Mulyono kemampuan diri, toleransi, optimis, dan sikap
(1984) mengemukakan beberapa perilaku mandiri.
menyimpang siswa yang terjadi di sekolah
2. Skala Pola Asuh Orang Tua
yaitu mencontek pada waktu ujian di kelas,
berkelahi di sekolah, tidak ikut upacara, dan Skala pola asuh orang tua berdasarkan aspek
tidak memperhatikan ketika guru yang dikemukakan oleh Mussen (1994), yaitu
menerangkan. Simpulan rumusan perilaku aspek kontrol, aspek tuntutan kedewasaan,
bermasalah yang dimaksudkan dalam aspek komunikasi orang tua dan anak, dan
penelitian ini adalah perilaku bermasalah yang aspek kasih sayang.
dibicarakan, tidak sampai pada gangguan- HASIL- HASIL
gangguan kepribadian.
Perhitungan dalam analisis penelitian ini
METODE PENELITIAN dilakukan dengan bantuan komputer program
Statistical Product and Service Solution
Penelitian ini menggunakan studi populasi
(SPSS) versi 20.0.
yang menggunakan seluruh siswa dengan
perilaku bermasalah di SMA Negeri 1 Kauman 1. Uji Asumsi
4
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA
5
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA
6
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA
7
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA
Afiatin, T., & Martinah, S. M., 1998. Makmuroch & Rin Widya Agustin. 2007.
Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Melalui Konseling Kelompok. Jurnal dengan Kepercayaan Diri pada
Psikologika, No. 6 / 67-79. Mahasiswa Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Amstrong, David G. & Tom V. Savage. 1983. Sebelas Maret Surakarta. Laporan
Secondary Education An Introduction. Penelitian. Universitas Sebelas Maret:
New York: Macmillan. Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran.
Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun
Kepercayaan Diri (Terjemahan Rita Malik, A.M. 2003. Pengaruh Kualitas Interaksi
Wityadi). Jakarta: Binarupa Aksara. Orang Tua-Anak dan Konsep Diri
Terhadap Kecerdasan Emosional pada
Baumrind, D. 197l. Current Patterns of Siswa SMU di Makasar. Jurnal
Parental Authority. Developmental Intelektual. Vol. 1, No Halaman 21-23.
Psychology Monograph, 4.
Mruk, C. 2006. Self-Esteem Research, Theory,
Davies, P. 2004. Meningkatkan Rasa Percaya and Practice: Toward a Positive
Diri (Alih Bahasa Saut Pasaribu). Psychology of Self-Esteem 3rd Edition.
Yogyakarta: Torent Books. New York : Springer Publishing
Company, Inc.
Djuwarijah. 2002. Peningkatan Kepercayaan
Diri Remaja Melalui Konseling Mulyono, Y. Bambang. 1984. Pendekatan
Kelompok. Laporan Penelitian. Analisis Kenakalan dan
Yogyakarta: FIAI Universitas Islam Penanggulangan. Yogyakarta:
Indonesia. Kanisius.
Hurlock, 2006. Psikologi Perkembangan: Mussen, P.H. 1994. Perkembangan dan
Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kepribadian Anak (Terjemahan
Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Budiyanto, F.X., Gianto, W. Arum,
Erlangga. G.). Jakarta: Archan.
Ruwaida, A., Salmah Lilik, Rosana Dewi.
8
Herlambang et,al/ PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA