Anda di halaman 1dari 4

Dalam penelitian ini mayoritas (76%) pasien berasal dari daerah perkotaan dan 24% dari daerah

pedesaan. Penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarkar, dimana
70% dan 30% masing-masing terdiri dari perkotaan dan pedesaan. AD lebih sering terjadi di
perkotaan dibandingkan daerah pedesaan, hal ini dikarenakan pada daerah perkotaan lebih terpapar
faktor pemicu seperti stress psikologis, pencemaran lingkungan, industrialisasi dan lebih banyak
menggunakan pakaian bahan sintetis.
Berdasarkan perbedaan musim terlihat bahwa dari 60% pasien, eksarsebasi terdiri dari 45% dari
musim dingin, dan 15% dari musim panas. Penelitian ini menjelaskan presentasi saat eksarsebasi
selama musim dingin (45%) dan musim panas(15%) lebih sedikit jika dibandingkan dengan
penelitian yang lain. Namun, dalam penelitian ini perburukan pada AD terjadi pada musim dingin
dibandingkan musim panas.
Kami mengkategorikan distribusi lesi kulit secara luas menjadi 8 bagian, kelenturan(29%),
ekstensor (28%), area seboroik (16%), wajah (72%), ekstremitas atas(45%), ekstremitas bawah
(45%), dan secara keseluruhan (4%) . Dalam penelitian ini 72% pasien memiliki lesi di wajah,
penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhar S yaitu pasien memiliki lesi
diwajah 74,5%, dan kelenturan pasien (35,5%).
Pada 67% pasien AD memiliki tingkat keparahan yang ringan dan 33% Sedang. Hasil penelitian
ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhar tahun 2002 dengan hasil ( ringan-
54%, sedang-27% dan berat 19%) dan pada tahun 2010 ( ringan 41,25%, sedang-55% dan berat
3,75%) yang dilakukan di Kolkata India. Sedangkan, penelitian lain yang dilakukan oleh Weber
MB di brazil menunjukkan, 22,7% pasien AD ringan, 52,30% sedang dan 25% berat. Namun,
dalam penelitian ini tidak ditemukan AD yang berat. Variasi dalam tingkat keparahan dapat
dikaitkan dari genetika, faktor lingkungan, suhu, kelembaban, kebiasaan makanan, pakaian dan
faktor psikologis.
Semua 100% pasien dalam penelitian ini mengalami Pruritus, diaman pruritus adalah bagian
penting dari penyakit AD dan merupakan kriteria utama Hanifin dan Rajka. Ini ditandai dengan
ditemukan likenifikasi atau linearitas pada kelenturan orang dewasa dan wajah dan keterlibatan
ekstensor pada bayi dan anak.
Morfologi dan distribusi yang tipikal terlihat pada 98% pasien AD yang tidak signifikan dalam
penelitian ini, berbeda dengan penelitian yang dilakukan Yazganoglu (99,7%) dan
Wisuthsarewong (99,1%).
Pada bayi muda, keterlibatan daerah pipi dan perioral cukup umum karena daerah itu tempat
terkumpulnya air liur dan masuknya makanan cair. Saat bayi mulai merangkak, proses Eksematous
cenderung terlokalisasi ekstensor. Kemungkinan penyebab morfologi dan distribusi lesi yang khas
pada dewasa termasuk keringat, berkontak dengan bahan pakaian sintetis , allergen pada
lingkungan dan kolonisasi bakteri.
Dalam penelitian ini, 82% pasien mengalami kondisi kronis atau kambuh, yang mana penelitian
ini sama dengan hasil penelitian Kumar MK (82%). Karena mayoritas populasi penelitian dalam
penelitian ini adalah kelompok usia 0-1 tahun dan itu merupakan kunjungan pertama ke rumah
sakit, kekambuhan pada penyakit ini tidak terjadi pada 18% pasien. Pasien AD cenderung sembuh
50% pada pediatrik ketika mencapai usia 2 tahun, yang mebuat hasil berbeda pada penelitian ini
adalah dimana 18% pasien tidak mengalami kekambuhan sedangkan, penelitian Yazganoglu dan
Wisuthsarewong W dimana 1005 dari populasi mereka bahwa 100% pasien AD mengalami
kekambuhan.
Atopi secara umum artinya dapat mengembangkan gejala alergi. Kami mendefinisikan atopi
sebagai satu atau lebih parameter di masa lalu atau sekarang atau sebelumnya di diagnosis;
asma,dana tau eksim dan ataau alergi rhino-Konjungtivitis.
Dalam penelitian ini, 66% pasien AD memiliki satu atau lebih dari 3 tanda atopi; rinitis alergi,
asma bronkial, dan konjungtivitis, sedangkan 56% pasien AD memiliki riwayat atopi dalam
keluarga mereka. Hasil penelitiannya sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhar S
dan Kumar MK, dimana mereka menemukan atopi pada 54% dan 65,8% dari riwayat pasien
sendiri dan 65 % dan 68,9% dari riwayat keluarga pasien. Sedangkan penelitian lain, Yazganoglu
dan Dhar S tahun 1998 dilaporkan lebih rendah kejadian riwayat pribadi dan riwatyat atopi
keluarga (15,35% dan 36,44%), Riwayat atopi pada keluarga meningkatkan resiko keparahan
penyakit AD beberapa kali lipat.
Sirosis tercatat pada 99% pasien AD. Hasil dari penelitian ini sebanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bohme M (100%) dan Yazganoglu (86%). Telah diusulkan sirosis masuk kedalam
mayor kriteria Karena telah terbukti memiliki hungan yang sangat kuat dengan AD. Dalam
peneliatian ini juga terlihat Hiperlinearitas telapak tangan, ichthyosis atau keratosis pilaris hadir
pada 51% pasie, yang jauh lebih tinggi ketika dibandingkan dengan penelitian lainBohme M
(<25%), Yazganoglu(29,7%) dan Wahab MA (24,8%)
85% pasien AD memberikan riwayat onset dini penyakit. Hasil penelitian ini sebanding dengan
penelitian Yazganoglu (72,9%). Namun, di penelitian lain Wahab MA (31%), Bohme M (<25%),
frekuensi onset usia dini kurang dibandingkan peneliti.
Kecenderungan peningkatan terhadap infeksi kulit telah terlihat pada pasien AD karena epidermis
yang rusak meningkatkan kolonisasi bakteri.
Pada penelitiannya saat ini, 68% dari psien AD memberikan riwayat untuk infeksi kulit berulang,
hasil penelitian ini hampir sebanding dengan penelitian yang dilakukan di asia oleh Wahab MA
(80%) , kemungkinan Karena faktor lingkungan, kurang kebersihan, cacat dalam mekanisme
kekebalan tubuh. Namun, penelitian yang dilakukan di Eropa oleh Yazganoglu (24,9%) dan
Bohme M (<25%), berbeda dengan penelitian ini yang menunjukkan infeksi kulit lebih rendah, ini
dapat disebabkan oleh kondisi higenis yang lebih baik di negara barat.
Benang Wol sering membuat iritasi kulit pada pasien atopik dan akibatnya intoleransi wol telah
termasuk HRC. Dalam penelitian ini sensitivitas terhadap benang wol hanya 9% dari pasien,
keadaan ini rendah dibandingkan dengan penelitian lain, ini dapat terjadi karena variasi dalam pola
pakaian.
Frekuensi intoleransi terhadap satu atau lebih makanan yang dicerna terlihat pada 8% pasien AD
, yang rendah jika dibandingkan dengan penelitian lain. Makanan paling umum dihubungkan
dengan kondisi pasien adalah susu, susu produk, daging, telur, dan ikan. Pasien AD diketahui
menderita alergi protein yang terkandung dalam makanan. Dalam pasien AD diamati 28% pasien
gatal saat berkeringat, hasil penelitiannya hampir mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahab MA (26,7%), ini mungkin disebabkan oleh pelepasan asetilkolin selama berkeringat yang
menyebabkan gatal. Namun, penelitian lain dilakukan oleh Yazganoglu(69,5%) dan Bohme M
(34%) telah melaporkan nilai yang lebih tinggi.
Eksim puting terjadi pada 2% pasien, sebanding dengan penelitiannya Yazganoglu (6%). Dalam
penelitian ini seilitis atau aksim perioral terlihat pada 8% pasien. Eksim tangan dan atau kaki dalam
penelitian ini sebanyak 21% pada pasien AD. Hasilnya sebanding dengan penelitian yang
dilakukan Waham MA (16,6%)dan Bohme M (28%).
Pytiriasis alba hadir pada 27% pasien. Ini adalah sebuah kondisi yang biasa ditemukan pada anak-
anak usia 3-16 tahun. Insiden dalam penelitian ini sebanding dengan yang dilakukan oleh
Yazganoglu (18,1%) dan Bohme M (<25%), insiden lebih rendah terdapat pada penelitian Wahab
MA (14,3%) namum Pityriasis alba telah mendapatkan hubungan yang baik dengan AD.
Hiperpigmentasi Periorbital (PH) hanya ada 2%. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yazganoglu (35,6%) dan Bohme (<25%) tetapi pada
penelitian Wahab MA tidak menunjukkan kasus periorbital hiperpigmentasi. Hiperpigmentaasi
pada daerah sekitar mata dapat diakibatkan karena stress pada pasien AD.
Konjungtivitis berulang tercatat pada 21% pasien AD, hasil ini hampir mirip dengan penelitian
yang dilakukan di Chandigarh oleh Kaujalgi, dimana keterlibatan Konjungtiva terlihat pada 20,9%
kasus. Dalam penelitian yang dilakuka oleh Bohme M konjungtivitis berulang terlihat pada <25%
dan tidak ada kasus yang dilaporkan pada peneltian Wahab MA.
Morgan Fold terlihat hanya pada 8% pasien dalam penelitian ini. Hasilnya sangat rendah
dibandingkan dengan penelitian lain. Katarak tampak pada 2% pasien. Katarak akibat dermatitis
Atopik berkembang sebagai karakteristik anterior katarak subkapsular pad adekade kedua dan
ketiga kehidupan dan sebuah penemuan yang tidak biasa, hasilnya sebanding dengan penelitian
Yazganoglu (1,1%). Dalam penelitian ini, pengaruh lingkungan dan faktor emosional pada
perjalanan penyakit terlihat pada 49% pasien. Hasilnya relative sebanding dengan oleh penelitian
Wahab MA (66,7%) dan Bohme M (87%) menunjukkan besarnya pengaruh lingkungan dan faktor
emosional pada perjalanan penyakit yang menunjukkan faktor lingkungan dan emosional
merupakan peran utama dalam etiopatogenesis.
Aksentuasi perfollicular terdapat pada 2% pasien, kurnag sebanding sengan penelitian
Yazganoglu(9,5%) dan Bohme M (<25%). Frekuensi pucar pada wajah padalam penelitian ini
(6%) sebanding dengan penelitian yang dilakukan Yazganoglu(3,7%) , namun kurang sebanding
dengan penelitian Bohme M (<25%). Pucat pada wajah kemungkinan karena abnormal
vasokontriksi pada pasien AD. Tapi, eritema wajah juga sering disebut “ Head Light Sign” karena
hyperemic sirkulasi. Pada AD pembuluh darah memiliki keduanya vasokntriksi dan vasodilatasi.
Lipatan leher anterior terlihat pada 2% pasien AD. Itu hasilnya sangat rendah jika dibandingkan
dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Yazganoglu (25,3%)dan Bohme M (<25%), namun
penelitian lain oleh Wahab MA. Ipatan lehen anterior tidak diamati.

Anda mungkin juga menyukai