Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengendalian Vektor Nyamuk Anopheles (Malaria)”, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan pada waktunya. Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca guna menambah ilmu. Namun terlepas dari itu saya memahami bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan sehingga saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
B. TUJUAN ........................................................................................................... 2
A. KESIMPULAN ................................................................................................. 8
B. SARAN ............................................................................................................. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejaktahun 1959, namun hingga saat ini
angka kesakitan dan kematian masihcukup tinggi (Zein, 2005).Kondisi global dari
kejadian penyakit malaria saat ini membutuhkanlebih banyak perhatian daripada masa-
masa sebelumnya. Laporan WHO padatahun 2000, kurang lebih 300 juta kasus malaria
akut dilaporkan terjadi tiaptahun dengan angka kejadian kematian sekitar 1 juta kasus
(Anonimb, 2000).Di Indonesia selama tahun 2003 dilaporkan telah terjadi kejadian luar
biasa(KLB) malaria di beberapa daerah dengan 205 orang meninggal dunia dari3069
masalah yang amat serius bagi kesehatanmasyarakat. Resistensi parasit malaria sering
menimbulkan adanyamutasi genetik dari parasit malaria sebagai salah satu bentuk respon
berkembangbiak dalam sel darah merah manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina dan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Protozoa dari genus Plasmodium yang berisiko kematian tinggi dengan proses penularan
1
Penyakit malaria disebabkan oleh adanya infeksi parasit Plasmodium sp yang
dapat ditularkan dari orang sakit ke orang yang sehat melalui gigitan nyamuk betina
karena dapat menyebabkan kematian terutama anak-anak balita dan ibu hamil. Siklus
hidup Plasmodium penyebab penyakit malaria meliputi siklus aseksual dan seksual.
Parasit atau sporozoit yang ditularkan lewat nyamuk biasanya masuk ke dalam hati
danberubah menjadi merozoit, masuk ke aliran darah, menginfeksi dan berkembang biak
sehingga merusak sel darah merah dan menyebabkan demampada penderita (masa
inkubasi).
B. Tujuan
- Membahas tentang pengendalian vektor malaria secara fisik, kimia dan biologi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian
sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tetapi
sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal didaerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh
sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya. Malaria termasuk penyakit yang ikut
sekitar 1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria
telah berhasil dibasmi di hampir seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, tetapi di
beberapa bagian benua Afrika dan Asia Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar.
Sekitar seratus juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen diantaranya
berakibat fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama
kematian di negara
berkembang. Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk Indonesia.
kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi
peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100 ribu
penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah (Purworejo dan Banyumas) dan
Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per 100
ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk (2000): tertinggi di NTT, yaitu
16.290 kasus per 100 ribu penduduk (Nugroho, 2010). Di Indonesia sampai saat ini penyakit
malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Malaria dapat menyebabkan kematian
3
terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malariasecara
langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga
masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Angka kesakitan penyakit inipun masih
Wilayah Indonesia Timur khususnya Nusa Tenggara Barat. Salah satu masalah yang
dihadapi adalah kesulitan mendiagnosis secara cepat dan tepat. Malaria merupakan penyakit
infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan
ditemukannya bentuk aseksualdidalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,
menggigil, dan anemia. Plasmodium falciparum merupakan malaria tropika yang sering
menyebabkan kematian. Ia adalah suatu protozoa yang dipindahkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Anopheles betina terutama pada waktu terbit dan terbenam matahari. Setidaknya
270 juta penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi
memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2
juta
penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles (Depke RI, 2001).
Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya
pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang
ditularkan melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur,
kelembaban, dan curah hujan mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor
sebagai penular penyakit pun bertambah. Mengingat pandemi penyakit malaria banyak terjadi di
daerah bagian timur maka hendaknya dilakukan langkah - langkah pencegahan dan
penanggulangan vektor maupun penyakit malaria. Dengan mengetahui vektor, morfologi dan
masalah yang ditimbulkan oleh malaria itu sendiri maka masyarakat akan dapat mengetahui cara
4
menghindar dari penyakit malaria walaupun berada di wilayah/daerah pandemi serta untuk
Upaya Pengendalian :
Pengendalian vektor Malaria dapat dilakukan dengan cara pengendalian fisik, biologi, maupun
kimia. Pada pengendalian vektor Malaria tindakan yang harus diambil adalah menurunkan
jumlah populasi nyamuk penyebab Malaria. Untuk dapat melakukan langkah- langkah kegiatan
pengendalian nyamuk Anopheles berikut beberapa langkah yang harus dilakukan (Purnama,
2015),
Kegiatan ini meliputi pemetaan langsung penduduk dan survei tambahan untuk
menentukan situasi tempat tinggal penduduk dari suatu daerah yg dicakup oleh program
pengendalian malaria. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan situasi tempat tinggal
- Memperhatikan sifat topografi (daerah datar, daerah bergunung, sumber air seperti
sungai, danau, rawa- rawa, lagun, dan sumur, tempat perindukan vektor)
Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah sifat dan perilaku vektor Malaria
yang menyukai tempat peristirahatan yang dingin, gelap, dan basah, setelah menggigit penjamu.
Dengan begitu pada tahapan kegiatan ini, pengendali vektor akan mampu menyasar tempat-
tempat tempat perindukan vektor Malaria di setiap wilayah desa / dusun. Berikut lokasi- lokasi
5
- Letak tempat perindukan yg positif jentik & yang potensial
pengeringan sawah secara berkala setidaknya setiap dua minggu sekali, dan pemasangan
ikan pemakan larva nyamuk dan Bacillus thuringiensis dapat pada anak sungai, rawa-
- Penggunaan kelambu
- Larviciding
Diflubenzuron (Andalin / Dimilin) atau agen biologis Bacillus thuringiensis H-14 (Bti
H-14).
6
- Pelatihan SDM
setempat akan mampu melakukan pengendalian vektor dengan baik dan benar.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
secara fisik, kimia maupun biologi, dari jenis – jenis pengendalian tersebut memiliki
masing – masing manfaat yang dapat mengurangi populasi dari penyebab penyakit
malaria.
B. Saran
pengendalian secara fisik, kimia maupun biologi dengan baik sesuai ketentuan agar
8
DAFTAR PUSTAKA
- VICKERMAN and COX., Merozoite Formation in the Erythrocytic Stages of the Malaria
2012http://www.who.int/about/ licensing/copyright_form/en/index.html.
- Chin, J. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular (Edisi 17 ed.). (I. N. Kandun,
Penyunt.) Jakarta.
Lingkungan.
- Depkes RI. 2001. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Direktorat Jenderal
- Setiyani, Nur Rochmah Wahyu and Gassem, M Hussein. 2014. Gambaran Klinis dan
Tatalaksana
- World Health Organization. World Malaria Report 2007; Geneva; WHO; 200