Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengendalian Vektor Nyamuk Anopheles (Malaria)”, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan pada waktunya. Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca guna menambah ilmu. Namun terlepas dari itu saya memahami bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan sehingga saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.

Manado, 16 Oktober 2019

Penyusun

Jeniffer Capryati Paraeng

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1

B. TUJUAN ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3-7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 8

A. KESIMPULAN ................................................................................................. 8

B. SARAN ............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria merupakan masalah kesehatan di banyak negara di seluruhdunia.

Indonesia merupakan daerah endemis malaria, walaupun telahdilakukan program

pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejaktahun 1959, namun hingga saat ini

angka kesakitan dan kematian masihcukup tinggi (Zein, 2005).Kondisi global dari

kejadian penyakit malaria saat ini membutuhkanlebih banyak perhatian daripada masa-

masa sebelumnya. Laporan WHO padatahun 2000, kurang lebih 300 juta kasus malaria

akut dilaporkan terjadi tiaptahun dengan angka kejadian kematian sekitar 1 juta kasus

(Anonimb, 2000).Di Indonesia selama tahun 2003 dilaporkan telah terjadi kejadian luar

biasa(KLB) malaria di beberapa daerah dengan 205 orang meninggal dunia dari3069

penderita dengan angka kematian 6,7% (Anonim, 2004). Resistensiterhadap obat-obat

antimalaria merupakan faktor prinsip dari kejadiantersebut yang dapat menimbulkan

masalah yang amat serius bagi kesehatanmasyarakat. Resistensi parasit malaria sering

dihubungkan dengan adanyapengobatan/terapi yang tidak terkontrol sehingga

menimbulkan adanyamutasi genetik dari parasit malaria sebagai salah satu bentuk respon

biologiyang terjadi secara natural (Wellems and Plowe, 2001).

Malaria merupakan penyakit infeksi oleh parasite yang hidup dan

berkembangbiak dalam sel darah merah manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk

Anopheles betina dan merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

Protozoa dari genus Plasmodium yang berisiko kematian tinggi dengan proses penularan

yang relatif cepat.

1
Penyakit malaria disebabkan oleh adanya infeksi parasit Plasmodium sp yang

dapat ditularkan dari orang sakit ke orang yang sehat melalui gigitan nyamuk betina

Anopheles sp sebagai vektornya. Tercatat ada 4 spesies parasit penyebab penyakit

malaria, yaitu Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, Plasmodium vivax dan

Plasmodium falciparum. Plasmodium falciparum adalah parasit yang paling ganas,

karena dapat menyebabkan kematian terutama anak-anak balita dan ibu hamil. Siklus

hidup Plasmodium penyebab penyakit malaria meliputi siklus aseksual dan seksual.

Parasit atau sporozoit yang ditularkan lewat nyamuk biasanya masuk ke dalam hati

danberubah menjadi merozoit, masuk ke aliran darah, menginfeksi dan berkembang biak

sehingga merusak sel darah merah dan menyebabkan demampada penderita (masa

inkubasi).

B. Tujuan

- Membahas tentang pengendalian vektor malaria secara fisik, kimia dan biologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian

sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tetapi

sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal didaerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh

sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya. Malaria termasuk penyakit yang ikut

bertanggung-jawab terhadap tingginya angka kematian di banyak negara di dunia. Diperkirakan,

sekitar 1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria

telah berhasil dibasmi di hampir seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, tetapi di

beberapa bagian benua Afrika dan Asia Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar.

Sekitar seratus juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen diantaranya

berakibat fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama

kematian di negara

berkembang. Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk Indonesia.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta penduduk

Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia. Morbiditas (angka

kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi

peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100 ribu

penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah (Purworejo dan Banyumas) dan

Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per 100

ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk (2000): tertinggi di NTT, yaitu

16.290 kasus per 100 ribu penduduk (Nugroho, 2010). Di Indonesia sampai saat ini penyakit

malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Malaria dapat menyebabkan kematian

3
terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain itu malariasecara

langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga

masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia. Angka kesakitan penyakit inipun masih

cukup tinggi, terutama didaerah Indonesia bagian timur.

Wilayah Indonesia Timur khususnya Nusa Tenggara Barat. Salah satu masalah yang

dihadapi adalah kesulitan mendiagnosis secara cepat dan tepat. Malaria merupakan penyakit

infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan

ditemukannya bentuk aseksualdidalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,

menggigil, dan anemia. Plasmodium falciparum merupakan malaria tropika yang sering

menyebabkan kematian. Ia adalah suatu protozoa yang dipindahkan kepada manusia melalui

gigitan nyamuk Anopheles betina terutama pada waktu terbit dan terbenam matahari. Setidaknya

270 juta penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi

memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2

juta

penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles (Depke RI, 2001).

Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya

pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang

ditularkan melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas. Perubahan temperatur,

kelembaban, dan curah hujan mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor

sebagai penular penyakit pun bertambah. Mengingat pandemi penyakit malaria banyak terjadi di

daerah bagian timur maka hendaknya dilakukan langkah - langkah pencegahan dan

penanggulangan vektor maupun penyakit malaria. Dengan mengetahui vektor, morfologi dan

masalah yang ditimbulkan oleh malaria itu sendiri maka masyarakat akan dapat mengetahui cara

4
menghindar dari penyakit malaria walaupun berada di wilayah/daerah pandemi serta untuk

masyarakat pendatang agar dapat memproteksi diri terhadap risiko malaria.

Upaya Pengendalian :

Pengendalian vektor Malaria dapat dilakukan dengan cara pengendalian fisik, biologi, maupun

kimia. Pada pengendalian vektor Malaria tindakan yang harus diambil adalah menurunkan

jumlah populasi nyamuk penyebab Malaria. Untuk dapat melakukan langkah- langkah kegiatan

pengendalian nyamuk Anopheles berikut beberapa langkah yang harus dilakukan (Purnama,

2015),

1. Pengenalan wilayah (Geographical Reconnaisance)

Kegiatan ini meliputi pemetaan langsung penduduk dan survei tambahan untuk

menentukan situasi tempat tinggal penduduk dari suatu daerah yg dicakup oleh program

pengendalian malaria. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan situasi tempat tinggal

adalah sebagai berikut :

- Letak bangunan dan akses menuju tempat tersebut

- Jarak satu tempat dengan tempat lainnya

- Memperhatikan sifat topografi (daerah datar, daerah bergunung, sumber air seperti

sungai, danau, rawa- rawa, lagun, dan sumur, tempat perindukan vektor)

2. Pemetaan tempat perindukan

Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah sifat dan perilaku vektor Malaria

yang menyukai tempat peristirahatan yang dingin, gelap, dan basah, setelah menggigit penjamu.

Dengan begitu pada tahapan kegiatan ini, pengendali vektor akan mampu menyasar tempat-

tempat tempat perindukan vektor Malaria di setiap wilayah desa / dusun. Berikut lokasi- lokasi

yang menjadi tempat sasaran dalam mengendalikan vektor Malaria.

5
- Letak tempat perindukan yg positif jentik & yang potensial

- Jumlah tempat perindukan

- Tipe tempat perindukan

- Luas tempat perindukan

Aplikasi /penerapan metoda intervensi : (Kusnoputranto H., Susanna D., 2002)

a. Pengendalian secara fisik

Pengelolaan lingkungan berupa penimbunan kolam, pengangkatan tumbuhan air,

pengeringan sawah secara berkala setidaknya setiap dua minggu sekali, dan pemasangan

kawat kasa pada jendela.

b. Pengendalian secara biologis

Penyebaran ikan pemakan larva nyamuk, penyebaran Bacillus thuringiensis, penyebaran

ikan pemakan larva nyamuk dan Bacillus thuringiensis dapat pada anak sungai, rawa-

rawa, dan bendungan atau pengairan sawah.

c. Pengendalian secara kimia

- Penyemprotan rumah dengan insektisida

- Penggunaan kelambu

Kelambu yang digunakan dapat berupa kelambu celup ataupun kelambu

berinsektisida (LLITN = Long Lasting Inseciticide Treated Net)

- Larviciding

Larviciding adalah aplikasi larvisida pd tempat perindukan potensial vektor guna

membunuh / memberantas larva nyamuk dgn menggunakan bahan kimia seperti

Diflubenzuron (Andalin / Dimilin) atau agen biologis Bacillus thuringiensis H-14 (Bti

H-14).

6
- Pelatihan SDM

Pelatihan bertujuan agar SDM (Sumber Daya Manusia) khususnya masyarakat

setempat akan mampu melakukan pengendalian vektor dengan baik dan benar.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengendalian vektor malaria pada nyamuk Anopheles terdiri dari pengendalian

secara fisik, kimia maupun biologi, dari jenis – jenis pengendalian tersebut memiliki

masing – masing manfaat yang dapat mengurangi populasi dari penyebab penyakit

malaria.

B. Saran

Dalam pelaksanaan pemberantasan vektor malaria sebaiknya kita melakukan jenis

pengendalian secara fisik, kimia maupun biologi dengan baik sesuai ketentuan agar

vektor malaria dapat teratasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

- HARIJANTO, P.N., Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinik dan

Penanganan, EGC, 2000.

- VICKERMAN and COX., Merozoite Formation in the Erythrocytic Stages of the Malaria

Parasite Plasmodium vinckei. Trans.R.Soc. Trop.Med.Hyg. 61: 303-312. 1967

- WHO.World Malaria Report. Available from WHO;2011; 3-12-

2012http://www.who.int/about/ licensing/copyright_form/en/index.html.

- Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Edisi kelima. Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

- Chin, J. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular (Edisi 17 ed.). (I. N. Kandun,

Penyunt.) Jakarta.

- Daulay,DAP. 2010. Kombinasi Kinin-Doksisiklin Dibandingkan dengan Kombinasi

Kinin- Klindamisin sebagai Pengobatan Malaria Falsiparum pada Anak. Jakarta

- Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di

Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan.

- Depkes RI. 2001. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Direktorat Jenderal

PPM-PL, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

- Kusnoputranto H, Susanna D., 2002. Kesehatan Masyarakat. Jakarta. UI

- Nugroho, Agung. 2010. Malaria Dari Molekuler ke Klinis.Jakarta : EGC

- Purnama, Sang. 2015. Malaria dan Pencegahannya. Bali. Univesitas Udayana

- Setiyani, Nur Rochmah Wahyu and Gassem, M Hussein. 2014. Gambaran Klinis dan

Tatalaksana

- World Health Organization. World Malaria Report 2007; Geneva; WHO; 200

Anda mungkin juga menyukai