Emergency Orthopaedi Dan Transportasi Medis
Emergency Orthopaedi Dan Transportasi Medis
Hey y’all, what is up? Here again dengan editan saya yang terakhir kali di angkatan ini. I hope
editan yang lebih bermanfaat daripada editan yang sebelum nya . Materi kali ini ada dua dari
dr.meiky dan dr.syaiful. Untuk materi yang pertama yang emergency orthopaed, cus langsung
sedot gan.
“ Kegawatan daruratan pada bidang orthopaedi yaitu musculoskeletal beserta jaringan sekitar nya,
yang apabila tidak segera dilakukan penanganan akan menimbulkan cedera, kecacatan, bahkan
kematian . “
- Life Threatening
- Limb Threatening
Nah sebelum kita lanjut bahas satu satu kasus emergensi, harus tahu dulu nih prinsip dasar
dari emergency orthopaedi :
Jadi dari semua kasus emergency yang penting ada primary survey(life saving) nya dahulu
yang terdiri dari :
A : Selain dari jalan pernapasan yang penting di perhatikan adalah mempertahankan in-
line dari tulang cervical ( jika dicurigai ada fraktur cervical)
B : Dipertahankan oksigenasi dan ventilasi
C : mempertahakan sirkulasi, misal terjadi perdarahan balut tekan
D : lakukan status neurologis
E : evauliasi apakah ada multiple injury atau tidak
B1 : Breath
B2 : Blood
B3 : Brain
B4 : Bladder
B5 : Bowel
B6 : Bone
Selanjutnya jika primary survey selesai lanjut ke secondary survey yang terdiri dari :
- Anamnesis
o Keluhatan Utama
o RPS
o Gejala penyerta
o VAS
o RPD
o RPK
o RPS
- Pemeriksaan fisik
o Vital Sign
o Status Generalis (jangan fokus hanya 1 bagian tubuh)
o Pemeriksaan Head to Toe
o Status Lokalis (Look Feel Move)
- Pemeriksaan Neurologis
o Kekuatan otot
Grade 0 No Movement
Grade 1 : Kontraksi otot
Grade 2 : Gerakan terbatas tidak dapat melawan gravitasi
Grade 3 : Gerakan terbatas dapat melawan gravitasi
Grade 4 : Dapat bergerak melawan tahanan
Grade 5 : Kekuatan maksimal
o Sensibilitas ( Sensorik, Motorik, Refleks )
- Pemeriksaan penunjang
o X-Ray
1. Open Fracture
Definisi : Fraktur terbuka yang terjadi ketika fraktur yang terjadi menembus / merusak
kulit, yang mana menyebabkan fraktur ter eksspos dengan lingkungan luar
o Grade 1
Patah tulang terbuka dengan luka <1cm, relative bersih, kerusakan jaringan
minimal, bentuk patahan simple/trasverasl/oblik
o Grade II
Patah tulang terbuka dengan luka >1cm, kerusakan jaringan lunak tidak
luas, bentuk patahan simple
o Grade III
Patah tulang terbuka dengan luka >10cm, kerusakan jaringan lunak luas,
kotor, dan disertai kerusakan pembuluh darah dan saraf
Grade III A : Patahan tulang terbuka dengan kerusakan jaringan luas, tapi
masih bisa menutup patahan tulang jika dilakukan perbaikan
Grade III B : Patahan tulang terbuka dengan kerusakan jaringan lunak hebat
dan ata hilangnya jaringan ( soft tissue loss) sehingga tulang terkespos
Grade III C : Patahan tulang terbuka dengan kerusakan pembuluh darah dan
saraf yang hebat
Komplikasi :
2. Compartement Syndrome
Definisi : Peningkatan tekanan jaringan dalam kompartemen otot tertutup yang melebih
tekanan perfusi dan menyebabkan otot dan saraf menjadi iskemia. Hal ini biasanya terjadi
setelah peristiwa traumatis seperti patah tulang.
Etiologi :
o Crush injury
o Terbakar ( Eschar )
o Fraktur (75%)
o Torniket
o Pain (nyeri)
o Pallor (pucat)
o Pulselessness (tidak ada nadi)
o Parestehsia (kesemutan)
o Paralysis (lumpuh)
Gambaran Klinis :
Penatalaksanaan :
Non operatif :
Operatif :
Komplikasi :
Dislokasi paling sering terjadi di bahu. Anterior (95%) biasa terjadi karena jatuh, terus
tangan dulu yang kena permukaan. Posterior (2-4%) Kejang/Kesetrum.
Yang perlu diperhatikan pada dislokasi bahu adalah :
o Dislokasi fraktur
o Robeknya ligament di dekat sendi
Dislokasi – Lutut
Penatalaksaan Dislokasi
Komplikasi :
4. Septic Arthirtis
Definisi : Inflamasi dari membrane synovial dengan efusi purulent ke daerah kapsula
sendi. Diikuti dengan erosi kartilago yang disebabkan oleh bakteri
Lokasi : Lutut (40 -50%), Panggul (20-25%) biasanya pada anak anak, Pergelangan
tangan (10%), bahu siku ankle (10-15%).
Faktor resiko :
o Onsetnya cepat
o 5 cardinal sign inflamasi pada sendi
o Penurunan ROM (range of motion)
o Demam, peningkatan sel darah putih
Pengangan awal :
Komplikasi :
o Kerusakan sendi
o Deformitas sendi (pada anak)
o Penyakit sendi degenerative
o Osteomyelitis
o Ankylosis
o Sepsis
5. Osteomyelitis Akut
Emergensi : Infeksi
Definisi : Osteomyelitis adalah proses inflamasi akut atau kronik pada tulang dan
struktur sekundernya karena infeksi oleh bakteri piogenik. Jidak tidak ditangan secara
cepat maka dapat menaikan tekanan intrakompartemen dan dapat terjadi nekrosis
struktur tulang
Tatalaksanan :
o Istirahatkan bagian yang terinfeksi
o Pemberian antibiotic spektrum luas
o Mengurangi nyeri
o Mengidenifikasi organisme yang menginfeksi
o Mengeluarkan pus secepat dan sebersih mungkin
o Mengurangi tekanan intraosseus
o Stabilisasi tulang apabila terjadi fraktur
o Eradikasi jaringan avascular dan nekrotik
o Mermpertahankan jaringan lunadan kulit
Pemeriksaan penunjang berupa : Lab, Rontgen, Bone scan , MRI, dan pemeriksaan
histologis
Definisi : Suatu keadaan klinis dimana emboli lemak atau fat macrobules didalam
sirkulasi yang mana menyebabkan disfungsi multisystem. Fat embolism terjadi
kebanyakan pada semua pasien dengan fraktur tulang panjang setelah dilakukan
nailing. Biasanya sifatnya asimptomatik, tetapi dapat menunjukan gejala seperti
disfungsi multiorgan terutama paru paru, otak, kulit
Major : Petekie axiler atau subkonjuntiva selamat 4-6 jam , hipoksemia, PaO2
<60mmhg
Minor : Takikardi >110 bpm, Demam >38.5 , Emboli tampak pada retina, Ada lemak
di urin, HMT dan platetelet turun mendadak, LED meningkat, ada gumpalan lemak
pada sputum
Tatalaksanan :
1. Spontaneus ventilation
2. CPAP dan ventilasi nonivansif
3. Mechanical ventilation dan PEEP
4. Resusitasi cairan
7. Unstable Cervical Spine
Setelah ituu letakan diatas bed dengan alas datar dan keras, pasien diposisikan :
- Telentang
- Pasang collar brace
- Letakan kantong pasir bila perlu untuk fiksasi posisi pasien
- Ekstensi Leher
Jangan lupa berikan Inful RL, analgetik, dan pasien puasa. Pemeriksaan penunjang seperti
rontgen jangan lupa dilakukan
Materi selanjutnya yaitu dari kuliah nya dr. Syaiful. Yaitu tentang transportasi medis, cuss.
Jadi transport pasien dalam keadaan kritis itu mempunya resiko hal yang tidak diinginkan
kepada pasien. Makanya kita perlu tau ilmu tentang transportasi medis. Nah selain itu alasan
pasien perlu transport medis ialah agar mendapatkan pelayanan kesehatan tambahan,
diagnostic atau teraupetik yang lebih canggih.
Transportasi pasien kritis itu berbeda dengan transfer pasien non kritis , jadi alat dan obat
obatan serta stabilisasi selama transportasi memiliki peran penanggulangan dan pencegah
cedera sekunder. 25% pasien kritis mengalami perubahan terapi klinis dalam waktu 48 jam
paska transportasi.
Jika dilihat dari urutaan kondisi pasien gawat transportasi medis itu ada di nomer 4 :
1. Resusitasi – Stabilisasi
2. Diagnostik definitive + Life support
3. Terapi definitive (sementara) + Life Support
4. Pemindahan tempat rawat + Life Support
5. Terapi ditempat baru + Life Support
Menurut Flabouris 2006 : terdapat 125 kejadian tidak diinginkan dari 272 kasus. Kejadian itu
penyebabnya bisa di bagi menjadi :
Kategori transport pasien dalam keadaan kritis dibagi menjadi dua yaitu :
1. Planning
Komunikasi dan koordinasi antar team evakuasi dan ambulan beserta staf yang di
rumah sakit. Pakai video informatif juga leh. Minta advice tempat tujuan untuk
menyiapkan pasien dalam kondisi yang optimal sebelum dan selama transport
2. Personel ( jumlah orang yg cukup dan kemampuan)
Setiap anggota team harus dapat melakukan diagnostic dan resusitasi.
Direkomendasikan punya sertif ATLS. Kalau ada mabuk perjalanan pakai obat “hyoscine
hydrobromide” 4 jam sebelumm perjalanan, kalua pake “transdermal patch” 8 jam sebelum
perjalanan. Efek samping mulut kering dan distonia
3. Properties (alat yang dipakai dalam transport)
o Alat resusitasi : AED, Ventilator motor respirator, Airway device
o Obat-obat darurat: Obat susunan sara pusat, obat jantung, elektrolit dan obat remal,
cairan
o Peralatan penunjang : Tabung oksigen, syringe pump, infusion pump, monitor
mobile
4. Procedures (alat yang dipaka mengukur kestabilan pasien sebelum dan setelah)
5. Passage (pilihan rute dan Teknik transport)
- Metode Korotkoff
- Metode Oscillometric
Capnograph
- Untuk menentukan apakah pasien benar benar berventilasi baik
- Sebagai estimasi PaCO2
- Sebagai evaluasi dead space
Apabila karbon dioksida >30 mmHg terus menerus menandakan pipa endotrakeal berada di trakea.
Apabila di esophagus karbon dioksida yang berada dalam perut akan cepat menghilang
Pemantauan Suhu
Anestesi umum akan menyebabkan penurunan fungsi termoregulasi. Sifat vasodilatasi yang mana
aliran energi panas dari daerah inti tubuh ke daerah yang lebih perifer. Suhu inti akan menurun
sekitar 1 – 1,5 Celcius pada jam pertama setelah pemebrian anestesi. Selain faktor anestesi ada
faktor sekunder seperti suhu badan awal, suhu lingkungan, dan ukuran sayat bedah.
Hipotermia akan menyebabkan menggigil. Yang mana akan meningkatkan konsumsi oksigen,
tekanan darah sistemik, dan detak jantung dan dapat menyebabkan iskemia miokard pada pasien
usia lanjut atau kondisi fisiologis yang lemah. Apabila hipotermia terjadi daerah lebih dalam akan
menyababkan disritmia miokard, gangguan koagulasi dan penyembuhan luka. Selain itu
hipotermia ringan akan memperlama pemulihan dari anestesi
Selain itu ada keadaan dimana transportasi dilakuakn pada pasien keadaan khusus seperti :
- Transport Perinatal
o Meliputi transport neonates intrauterine dan ekstrauterin
o Dilakuan oleh team khusus neonates
o Harus ada pelembab, incubator serta monitor, dan infusion pump
o Medical air supaya tetap terjaga regulasi FiO2 dalam ventilator
o Sebelum dilakukannya transportasi pada ibu hamil lebih baik diusahakan dapat
dilahirkan di rumah sakit asal
- Transportasi pasien kecelakaan menyelam
o Masalah dekompresi atau emboli gas arterial memerlukan evakuasi medis yang
cepat menuju tempa yang menyediakan fasilitas rekompresi
o Dapat terjadi gangguan : koagulasi, obstruksi jalan nafas, emboli, dan gagal nafas