Anda di halaman 1dari 10

NAMA : MELDI HERMAWAN

FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN KEPENDIDIKAN

PRODI : ILMU KOMUNIKASI

TUGAS : ASWAJA 3

TOPIK CERAMAH KIYAI NU

Penjelasan tentang HTI

 Gus Muwafiq

Sejumlah negara telah menolak keberadaan gerakan politik Hizbut Tahrir Indonesia, termasuk
Indonesia melalui terbit Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan (UU Ormas) belum lama
ini. Organisasi pengusung ideologi khilafah itu memang semestinya “ditendang” karena akan
merusak ideologi bangsa, Pancasila.Hal ini juga ditegaskan oleh Kiai Ahmad Muwafiq atau Gus
Muwafiq Yogyakarta, beberapa bulan lalu. Bahkan Gus Muwafiq sempat ikut marah karena ada
kelompok yang berupaya merusak tatanan negara yang sudah dibangun susah payah oleh para
pendiri bangsa.

Kenapa HTI dihinakan, kenapa HTI ditendang dari Indonesia. Karena HTI mengajarkan amanu
wa amilussholihat, tapi mengingkari wahadzal baladil amin,” ucap Gus Muwafiq.Demikian juga
seperti Abu Bakar Baasyir yang mesti ditangkap dan tidak boleh keluar dari penjara. Karena Dia
hanya mengajarkan amanu wa amilussholihat dengan melupakan wahadzal baladil amin.

 Gus Miftah

KH Miftah Maulana Habiburrahman atau yang tenar dipanggil Gus Miftah mengajak seluruh
umat Islam untuk mengedepankan kasih sayang terhadap sesama dalam kehidupan bersama
di tengah-tengah masyarakat. Ia mengingatkan agar tidak gampang menilai orang salah dan
berdosa seakan-akan ia sendiri tidak pernah berbuat dosa. "Jangan jadi hakim (tapi) jadilah
penasihat. Kita ini sering menjadi jaksa atas kesalahan orang lain namun menjadi hakim bagi
kesalahan diri sendiri," ungkap Pengasuh Pesantren Ora Aji Sleman, Jogjakarta yang sering
berdakwah kepada para kaum marjinal ini.
Gus Miftah mengajak seluruh umat Islam untuk mengedepankan kasih sayang terhadap
sesama dalam kehidupan bersama di tengah-tengah masyarakat. Ia mengingatkan agar tidak
gampang menilai orang salah dan berdosa seakan-akan ia sendiri tidak pernah berbuat dosa.
"Jangan jadi hakim (tapi) jadilah penasihat. Kita ini sering menjadi jaksa atas kesalahan orang
lain namun menjadi hakim bagi kesalahan diri sendiri," ungkap Pengasuh Pesantren Ora Aji
Sleman, Jogjakarta yang sering berdakwah kepada para kaum marjinal ini, Selasa (11/9)
malam di Kabupaten Pringsewu, Lampung. Gus Miftah mengungkapkan bahwa ketika ada
orang yang selalu ingin mencari kesalahan orang lain, hal itu sebenarnya menunjukkan
kehidupannya sedang tidak bahagia. Justru kebahagiaan didapat oleh orang yang dicari
kesalahannya. "Jika kesalahannya saja dicari, berarti tenang saja, banyak kebaikan yang
dimiliki," tegas kiai muda NU kelahiran Lampung ini. Fenomena suka menyalahkan dengan
misi tertentu saat ini juga terkadang didasarkan pada hal yang bukan bersifat substantif.
Dengan dasar yang hanya ikut-ikutan dari broadcast di media sosial, seseorang dengan
mudahnya menghakimi orang lain salah. "Ada orang yang mengatakan Yasin boleh, Yasinan
nggak boleh. Tahlil boleh, tahlilan nggak boleh. Shalawat boleh, shalawatan nggak boleh," ia
memberi salah satu contoh. "Yasin itu belum dibaca. Kalau sudah dibaca namanya Yasinan.
Tahlil itu belum dibaca, kalau sudah dibaca tahlilan. Shalawat belum dibaca kalau sudah
dibaca namanya shalawatan. Masa gara-gara 'an' tidak boleh. Ini bahaya," lanjutnya
memberi pencerahan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini pun muncul
kelompok yang gampang menyalahkan ideologi bangsa yang sudah disepakati dan
merupakan ikhtiar para ulama dan pendiri bangsa. Contohnya kelompok HTI ingin mengganti
sistem negara dengan ideologi khilafah. Padahal paham khilafah ini sudah tertolak di
berbagai negara di penjuru dunia. Kelompok ini menggunakan isu agama untuk kepentingan
mereka dengan propaganda memecah belah para tokoh agama, ulama dan para habaib.
"Musuh negara sudah terangan mengusik NKRI. HTI sudah bubar tapi manusianya masih
ada. Pemerintah terlalu santai terhadap kelompok ini. Padahal negara lain keras dengan
menangkap para pimpinannya," katanya. Gus Miftah pun menegaskan bahwa ideologi
Pancasilalah yang paling tepat digunakan berdasar fakta betapa majemuknya bangsa
Indonesia. Pancasila mampu menyatukan berbagai suku bangsa di tanah air menjadi satu
negara. Tidak seperti kawasan eropa yang memiliki satu suku bangsa namun berdiri di atas
banyak negara. Kehadiran Gus Miftah ke Pringsewu ini dalam rangkan Tabligh Akbar
Peringatan Hari Lahir Yayasan Ar Rahman yang bekerjasama dengan PCNU, Banom, dan
Lembaga NU Kabupaten Pringsewu. Kegiatan yang dilaksanakan di Lapangan Kantor Pemda
Pringsewu ini dihadiri sekitar 10 ribu jamaah. Hadir pada acara yang juga dibarengkan
dengan Peringatan Muharram 1441 H ini, Bupati Pringsewu KH Sujadi, Wakil Bupati H Fauzi,
Rais syuriyah PCNU KH Ridwan Syuaib, Ketua PCNU Pringsewu KH Taufikurrahim, Ketua MUI
Kabupaten Pringsewu H Hambali dan para ulama di Pringsewu.

 Gus baha

Menginjak remaja KH. Nursalim menitipkan Gus Baha’ untuk mondok dan berkhidmat
kepada KH. Maimoen Zubair. Yaitu di Pondok Pesantren Al-Anwar, Karangmangu, Sarang,
Rembang. Di pesantren inilah kecerdasan beliau terlihat, terutama dalam kajian tafsir, hadis,
dan fikih.Di pesantren yang sama beliau juga mengkhatamkan hafalan Imrithi, Alfiyyah Ibnu
Malik, Fathul Mu’in, sampai Sahih Muslim, lengkap dengan sanad dan matannya.
Karena kecerdasannya itu KH. Maimoen Zubair kerap mempercayakan tugas khusus kepada
Gus Baha’. Beliau juga sering mengajaknya berbincang ringan, mencari ta’bir (dalil atau
dasar argumen) untuk menjawab suatu masalah, sampai menemui tamu luar negeri.
Gus Baha’ pernah mengulas tentang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam pengajiannya.
Menurut beliau organisasi apa pun sejatinya hanya bersifat musiman. Artinya, organisasi itu
tidak akan berlangsung lama.
HTI adalah organisasi yang mempunyai misi menyatukan umat Islam. Sebuah cita-cita yang
secara teori baik. Tapi yang perlu diingat, HTI bukan satu-satunya.
Sudah banyak organisasi yang berdiri dengan misi serupa. Termasuk di dalamnya Nahdhatul
Ulama (NU), Muhammadiyah, atau Ikhwanul Muslimin di Mesir, dan Partai Bath di Iraq.
Dalam banyak kesempatan, organisasi-organisasi itu selalu menyuarakan persatuan umat
Islam. Misalnya dengan menyitir ayat al-Qur’an, “wa’tashimu bihablillahi jami’a wala
tafarraqu, dan berpegangteguhlah pada tali agama Allah dan janganlah berpecah-belah”.

 KH. Muhammad idrus ramli

Menurut Idrus, pernyataan al-Nabhani tersebut sama-sekali tidak benar dan sangat dibuat-
buat. Karena para ulama yang menulis kitab-kitab akidah mereka seperti al-Imam al-Baihaqi
dalam kitab al-I’tiqad, ketika menguraikan masalah qadha’ dan qadar justru dasarnya dari al-
Qur’an dan hadits semua. Para ulama tidak pernah menjelaskan konsep qadha’ dan qadar
dengan mengutip pernyataan Aristoteles, Plato dan lain-lain dari para filosof Yunani. “Jadi,
pernyataan al-Nabhani bohong belaka dan tidak punya sanad”, demikian kata Idrus dengan
nada tinggi.Sedangkan pernyataan Hisyam yang mengutip pernyataan al-Imam al-Nawawi
dalam kitab Raudhat al-Thalibin, tentang wajibnya menegakkan khilafah, menurut Idrus itu
kalau kaum Muslimin memang mampu melakukannya. “Sekarang kaum Muslimin tidak
mampu melakukannya, sehingga dengan sendirinya kewajiban tersebut gugur bagi mereka”,
demikian menurut alumni Sidogiri tersebut.Menurut Idrus, orang-orang HTI banyak yang
tidak memahami maksud para ulama dalam bab khilafah, bahwa hal tersebut sebenarnya
diletakkan dalam kerangka yang idealistik. Kalau kriteria khalifah yang terdapat dalam kitab-
kitab fiqih terpaksa kita terapkan sekarang, toh kaum Muslimin tetap tidak mungkin dapat
melakukannya. Karena persyaratan khalifah itu harus seorang laki-laki Muslim, yang adil dan
mujtahid dalam bidang hukum-hukum agama. “Dan ini sekarang tidak ada, meskipun di
Negara-negara Arab sendiri,” demikian katanya.
Dalam acara tersebut, Ustadz Idrus Ramli juga memberikan masukan terhadap Ustadz
Hisyam Hidayat terkait dengan buletin mingguan Al-Islam, yang diterbitkan oleh HT. Dalam
buletin tersebut, HT selalu mengkait-kaitkan penyelesaian problem yang dihadapi umat
Islam dengan khilafah.
Menurut Idrus, hal tersebut sangat tidak mendidik terhadap masyarakat. “Bagi orang yang
melek sejarah, hal tersebut akan disalahkan. Karena khilafah dapat menjadi solusi bagi
segala problem itu ketika khalifahnya rasyid (mengikuti petunjuk-petunjuk agama) dan adil
seperti Khulafaur Ryasidin. Akan tetapi ketika yang menjadi khalifah tidak rasyid seperti
Yazid bin Muawiyah, dan gubernurnya seperti al-Hajjaj bin Yusuf, yang terjadi bukan
menyelesaikan problem. Justru rakyatnya sendiri yang dibunuh.”

Penjelasan tentang Hizbut tahrir

 Gus Muafik

Sejumlah negara telah menolak keberadaan gerakan politik Hizbut Tahrir Indonesia,
termasuk Indonesia melalui terbit Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan (UU
Ormas) belum lama ini. Organisasi pengusung ideologi khilafah itu memang semestinya
“ditendang” karena akan merusak ideologi bangsa, Pancasila.
Hal ini juga ditegaskan oleh Kiai Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq Yogyakarta,
beberapa bulan lalu. Bahkan Gus Muwafiq sempat ikut marah karena ada kelompok yang
berupaya merusak tatanan negara yang sudah dibangun susah payah oleh para pendiri
bangsa.
“Kenapa HTI dihinakan, kenapa HTI ditendang dari Indonesia. Karena HTI mengajarkan
amanu wa amilussholihat, tapi mengingkari wahadzal baladil amin,” ucap Gus Muwafiq.
Demikian juga seperti Abu Bakar Baasyir yang mesti ditangkap dan tidak boleh keluar
dari penjara. Karena Dia hanya mengajarkan amanu wa amilussholihat dengan melupakan
wahadzal baladil amin.
Dia mimpi baladil aminnya Saudi Arabiya. HTI (juga) mimpi baladil aminnya Palestina.
Kita tidak pernah bermimpi itu. Kita orang Indonesia, mengajarkan amanu wa
amiluusolihat, membetuk baladil amin Indonesia,” katanya dalam rekaman ceramahnya
pada Februari 2018 lalu.
Lebih lanjut Gus Muwafiq menjelaskan, Al-Qur’an disamping mengajarkan amanu
(iman) dan amilussholihat (perbuatan baik) juga mengajarkan ahsani taqwim (bentuk
yang sempurna). Dan bentuk terbaik itu jika dikaitkan dengan negara adalah Indonesia
yang ada saat ini.
Wattin menurutnya, merupakan simbol Nabi Nuh, wazzaitun simbol Nabi Isa dan Nabi
Ibrahim, waturisinin simbol Nabi Musa. Sedangkan simbol Nabi Muhammad adalah
wahadzal baladil amin, yakni demi ketentraman dan kemanan sebuah bangsa dan negara.
Dimanapun, lanjut Gus Muwafiq, iman dan amal sholeh harus diajarkan, tapi jangan
lupakan juga terciptanya ketentraman bangsa dan negara.
“Maka jangan mengaku umat Rasulullah kalau tidak mampu membentuk keamanan
bangsa dan negara

 HABIB Luthfi
Anggota banser garut tidak bersalah dalam mengamankan bendera yang
mirip Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) saat peringatan Hari Santri Nasional (HSN).
“Tindakan Banser sudah benar,” kata Rais Aam Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-
Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Habib Luthfi bin Yahya, Rabu (23/10) dikutip dari
NU Online.
Kata Habib Luthfi tindakan Banser Garut untuk mencegah terjadinya peristiwa yang lebih
besar yang berakibat pada kacaunya upacara yang sangat sakral.
Habib Luthfi meyakini bahwa bendera yang dibakar Banser adalah bendera organisasi
yang telah dilarang pemerintah beberapa waktu yang lalu yang secara sengaja menyusup
ke arena upacara Hari Santri.
Anggota Banser Garut tidak bersalah dalam mengamankan bendera mirip Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) saat peringatan Hari Santri Nasional (HSN).
“Tindakan Banser sudah benar,” kata Rais Aam Idarah Aliyah Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-
Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) Habib Luthfi bin Yahya, Rabu (23/10) dikutip dari
NU Online.
Kata Habib Luthfi tindakan Banser Garut untuk mencegah terjadinya peristiwa yang lebih
besar yang berakibat pada kacaunya upacara yang sangat sakral.
Habib Luthfi meyakini bahwa bendera yang dibakar Banser adalah bendera organisasi
yang telah dilarang pemerintah beberapa waktu yang lalu yang secara sengaja menyusup
ke arena upacara Hari Santri.

 Cak Nun

Budayawan Emha Ainun Nadjib hadir dalam acara Halal bihalal Arek Suroboyo
yang digelar Yayasan Kalimasadha Nusantara di Graha SHW, Jalan Imam
Bonjol, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/7) malam. Di acara tersebut Cak Nun,
sapaan akrab Emha Ainun Nadjib, mengaku sempat dikunjungi oleh DPP Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) dan perwira Polri terkait Perppu Ormas.

"DPP HTI datang ke saya. Satu jam kemudian beberapa perwira Mabes Polri juga
datang ke saya, dan temanya sama. Yaitu mengenai rencana Perppu (Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2/2017) itu loh," ujar Cak Nun.
Indonesia adalah bagian dari khilafah. Saya sudah omongkan ke Mabes Polri, ke
Danramil yang datang ke tempat saya. Tapi itu tidak usah diomongkan di sini,"
tambah suami Novia Kolopaking ini.

Meski didatangi dua kubu berbeda, Cak Nun mengaku kalau apa yang
dijelaskannya sama persis, baik kepada tokoh HTI maupun kepada para perwira
Mabes Polri. "Apa yang saya katakan tidak berubah. NKRI ini ya khilafah,"
tegasnya.

Tokoh kharismatik asal Jombang ini lalu sedikit memberi penjelasan soal sistem
khilafah. "Bedanya saya dengan HTI, khilafah itu memang konsepnya Tuhan.
Tuhan bikin alam, bikin manusia disuruh jadi dutanya Dia (Tuhan). Representasi
Dia," terang Cak Nun.

Kemudian, Cak Nun memberi contoh lukisan dan si pelukisnya. "Seperti lukisan,
kholifahnya adalah pelukisnya. Kalau tidak ada lukisannya, pelukisnya tidak
repesentatif. Maka manusia adalah representasi dari Tuhan," tegasnya.

Cak Nun juga menggambarkan khilafah sebagai 'benih' yang akan tumbuh
berdasarkan cuaca, lokasi tanah, dan siapa yang menanam. "Nah cuma bedanya
kalau HTI, khilafah itu sudah barang jadi. Di atas meja tinggal makan. Sistem
besar, prasmanan."

"Saya tidak. Khilafah itu benih. Nanti ditanam di Amerika tumbuhnya pohon ini, di
tanam di Indonesia tumbuhnya pohon lain lagi. Tergantung cuacanya, tanahnya
dan jenis petaninya. Maka Republik Indonesia itu juga sudah khilafah pada batas
tertentu, dan prosentase tertentu," sambung Cak Nun.

Di acara yang juga dihadiri, Wagub Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Sigit Haryo Wibisono
(bos Nusantara.news), Hariman Siregar (aktivis Malari), dan sejumlah tokoh lainnya
itu, berkali-kali Cak Nun mengingatkan bahwa Indonesia sebagai Negara Pancasila
dengan Bhineka Tunggal Ikanya itu, sudah khilafah.

"Maka 'pohon' khilafah itu bisa jadi Republik, bisa jadi Kesultanan, bisa jadi
Perdikan, bisa jadi apa saja, terserah. Yang penting prinsipnya adalah,
mengamalkan satu sama lain antar manusia, adil satu sama lain antar manusia,
sayang satu sama lain antar manusia," tutupnya.

 Gus baha

Gus Baha’ pernah mengulas tentang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dalam pengajiannya.
Menurut beliau organisasi apa pun sejatinya hanya bersifat musiman. Artinya, organisasi
itu tidak akan berlangsung lama.

HTI adalah organisasi yang mempunyai misi menyatukan umat Islam. Sebuah cita-cita
yang secara teori baik. Tapi yang perlu diingat, HTI bukan satu-satunya.

Sudah banyak organisasi yang berdiri dengan misi serupa. Termasuk di dalamnya
Nahdhatul Ulama (NU), Muhammadiyah, atau Ikhwanul Muslimin di Mesir, dan Partai
Bath di Iraq.

Dalam banyak kesempatan, organisasi-organisasi itu selalu menyuarakan persatuan


umat Islam. Misalnya dengan menyitir ayat al-Qur’an, “wa’tashimu bihablillahi jami’a wala
tafarraqu, dan berpegangteguhlah pada tali agama Allah dan janganlah berpecah-belah”

Penjelasan tentang ahlisunnah waljamaah an nahdiyah

 Gus miftah
Kiai Nyentrik asal Sleman, Yogyakarta KH Miftah Maulana Habiburrahman yang
akrab dipanggil Gus Miftah meminta warga Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten
Kendal untuk berhati-hati jika ada pihak-pihak yang gembar-gembor bahwa di
Indonesia tidak perlu NU-NUan. Kelompok ini sering menyatakan yang terpenting
masyarakat tetap menganut paham Ahlusunnah Wal Jamaah.

Hal tersebut disampaikan Gus Miftah di hadapan sekitar 3.250 warga NU yang
menghadiri Pengajian Umum dan Gema Shalawat dalam rangka peringatan Harlah
NU ke 93, HUT BPR Nusamba Cepiring ke 29 dan Lazisnu Kendal Award 2019 di
GOR Bahurekso Kendal, Kamis (21/2).

Dalam kesempatan tersebut, hadir Rois Syuriah PCNU Kendal KH Izzudin


Abdussalam, Ketua PCNU Kendal KH M Danial Royyan, Dirut Bank Nusamba
Cepiring Bambang Susanto, Wakil Bupati Kendal Masrur Masykur, Forkopimda,
Ketua MWC dan Ranting NU Se Kabupaten Kendal, para pengurus NU CARE
LAZISNU tingkat Kecamatan dan Desa, serta masyarakat umum.

“Yang koar-koar seperti itu, sebenarnya justru ingin menghancurkan faham


ahlussunnah wal jamaah secara pelan-pelan. Jadi kalau ada yang bilang tidak usah
NU-NUan, yang penting aswaja, jangan percaya,” tegasnya.

Gus Miftah melanjutkan, dahulu negara-negara di Timur Tengah sebagian besar


menganut faham ahlussunnah wal jamaah. Namun lambat laun, faham tersebut
pudar dan berganti dengan faham-faham lain karena perkembangan zaman dan
pergantian kekuasaan. Hal tersebut dikarenakan tidak ada organisasi yang menjadi
penjaga atas faham ahlussunnah wal jamaah.

“Jadi dibutuhkan jamiyah, organisasi yang kuat untuk menjaga Aswaja. Di Indonesia,
NU lah yang menjadi penjaga ahlussunah wal jamaah, oleh karena itu mereka sudah
bertekad dan bergerak untuk menghancurkan NU supaya nantinya mudah
mengganti faham ahlussunnah. Maka jangan mudah tertipu dengan slogan-slogan
seperti itu. Kita harus selalu bangga sebagai warga NU,” tegasnya.
Para jamaah pengajian juga dihibur oleh Veve Zulfikar yang berduet dengan Ustad
Miqdar Zulfikar, dengan berbagai lagu sholawat yang sedang ngehit. Seperti
Shalawat Nahdliyah, Asslamu’alaika, Ya Habibal Qolby, Laukana Bainana alhabib
dan sebagainya. Pengajian ditutup dengan kolaborasi antara Veve, Ustad Miqdar,
dan KH Amin Budi Harjono. Suasana semakin meriah ketika Kiai Budi mengajak
banser untuk maju dan bersama-sama menyanyikan lagu Mars Banser dan
Syubanul Wathon (Ya lal wathon).

 Gus baha

Kita diskusi juga tentang Mbah Moen yang banyak sekali mengutip kitab karya
Hadratussyaikh Hasyim Asyari sebagai referensi pemikiran, khususnya risalah
ahlussunnah wal jamaah," tambahnya. Gus Baha menurut keterangan yang ia
ceritakan kepada Gus Zaki dan Gus Kikin juga sering meminta jamaah pengajiannya
untuk mempelajari kitab KH M Hasyim Asyari. Hal ini diharapkan dapat membuat umat
Islam terkhusus Nahdlatul Ulama berada dalam jalur yang benar terus menerus. "Saat
Gus Baha berkunjung ke Korea, ia juga mewajibkan untuk seluruh masjid yang diisi oleh
warga NU di Korea untuk mengkaji kitab risalah ahlussunnah wal jamaah. Ini bukti
bahwa Gus Baha' mengagumi dan menghormati betul sosok Hadratussyaikh KH M
Hasyim Asyari," jelasnya. Gus Baha juga sempat melihat dari dekat kamar tidur
Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari dan foto-foto keluarga besar Pesantren Tebuireng
dengan didampingi oleh Gus Kikin dan Gus Zaki. Sebelum meneruskan perjalanan ke
Lirboyo untuk mengisi acara yudisium Institut Agama Islam Tribakti (IAIT), pihak
Pesantren Tebuireng diwakili oleh Gus Kikin menyerahkan kenangan berupa kumpulan
kitab karya Hadratussyaikh Hasyim Asyari kepada Gus Baha'. Gus Baha juga
menyempatkan diri untuk berdoa dan membaca kalimat thoiyibah di pusaran makam KH
M Hasyim Asyari, KH Abdul Wahid Hasyim dan keluarga besar Tebuireng.
Tentang NU.

 Gus muwafiq
Hari Santri yang jatuh pada 22 Otober 2019 disambut meriah bangsa Indonesia
terutama oleh kaum santri yang menimba ilmu di pesantren. Pada momentum
hari santri ini, penceramah kondang NU KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq)
menjelaskan asal mula penyebutan santri kiai dan sarung. Menurut Gus
Muwafiq, kata ‘santri’ bukanlah kosa kata bahasa Arab melainkan bahasa
Nusantara. Dalam Bahasa Arab, santri disebut tilmidzun, atau muridun, artinya
orang belajar. Setelah Islam masuk ke Indonesia, lanjut dia, penyebutan kosa
kata bahasa Arab tersebut berubah dengan kata ‘santri’ yang artinya orang yang
belajar kitab suci. Sehingga kosa kata santri tidak bisa ditasrif seperti menasrif
kalimat-kalimat bahasa Arab dalam ilmu nahwu-shorof
Santri itu bahasa Nusantara, bukan bahasa Arab. Bahasa Arabnya tilmidzun,
muridun. Santri artinya orang yang belajar kitab suci,” ucap Gus Muwafiq saat
mengisi ceramah agama pada Malam Santriversary di Lapangan Banteng,
Jakarta Pusat, Senin (21/10) malam. Sedangkan guru yang membimbing santri
di Indonesia disebut kiai. Kata kiai, lanjut ulama asal Yogyakarta ini, juga
bukanlah bahasa Arab. Kiai murni lahir dari bahasa Nusantara. Kiai adalah
seseorang yang mengasuh, membimbing, dan memberikan ilmunya kepada
santri di pesantren. “Kiai adalah bahasa lokal. Santri adalah bahasa lokal untuk
menyebut tilmidzun atau muridun. Tempatnya di pondok pesantren,”
tandasnya. Gus Muwafiq menegaskan, perbedaan penyebutan itu juga
menandakan bahwa Islam telah masuk ke negara di luar jazirah Arab. Islam saat
bertemu dengan bangsa di luar jazirah Arab kata dia, menghasilkan corak yang
berbeda-beda. Sementara asal mula penyebutan kata sarung, lanjut Gus
Muwafiq, merupakan penyerapan dari kosa kata syar’I, yaitu sesuatu yang harus
diikuti umat Islam termasuk dalam cara berpakaian. Kata syar’i kemudian
memiliki masdar syar’un. Karena bangsa Indonesia tidak bisa menyebut serapan
‘n’ maka disebutlah sarung. “Baju syar'i namanya syar’un. Datang ke
Indoensia jadi sarung. Dipakai santri jadi sarungan,” paparnya di hadapan ribuan
santri yang memenuhi Lapangan Banteng. Ia menuturkan, masih banyak kosa
kata bahasa Arab yang termodifikasi di Indonesia. Ia menilai wajar hal itu terjadi.
Sebab, umat Islam di Indonesia tidak hidup zaman Rasullullah SAW dan sahabat
Nabi. Juga tidak berbahasa seperti bahasa yang diucapkan orang-orang di
Jazirah Arab.

 Gus miftah
Perilaku umat Muslim adalah sesuatu yang dilihat oleh umat lain. Karena itu
umat Muslim hendaknya terus menjaga perilaku. Dan, perilaku yang baik,
didasarai oleh akhlak yang mulia. Hal itu disampaikaan KH Miftah Maulana
Habiburrahman (Gus Miftah) pada pengajian akbar Ma'had Jami'ah IAIN
Salatiga, Jawa Tengah, Jumat (12/10). Gus Miftah juga menyayangkan
peristiwa yang telah terjadi di Indonesia akhir-akhir ini sampai seorang pejabat
menjadi korban. "Seorang pejabat negara saja ada yang berani melukainya,
bagaimana keamanan orang-orang seperti saya yang berbicara NKRI dan
Pancasila. Ini kan mereka sudah nekad. Kalau kemudian pemahaman-
pemahaman ini tidak kita kuatkan, saya ngeri kalau kemudian warga kita
terpapar paham-paham radikal," tandasnya. Lebih jauh ia menekankan
pentingnya peran mahasantri sebagai agen perdamaian dalam mempertahankan
NKRI. Maka dari itu santri diajarkan untuk mencintai bangsa dan negara, karena
kecintaan pada negara adalah bagian dari iman. "Aksi bela tauhid, tahlilan. Aksi
bela Nabi, shalawatan. Aksi bela ulama, manakiban. Aksi bela negara,
istigosahan. Aksi bela Qur’an, semaan. Aksi bela ilmu, sorogan. Sementara aksi
bela mahasiswi putri, ya lamaran." tuturnya disambut riuh ribuan jamaah yang
memenuhi halaman Kampus 3. Selain itu, Gus Miftah juga mengingatkan
tentang profesionalitas. Apa pun pekerjaan yang dilakukan akan mendapat hasil
baik jika dilandasi dengan iman. "Satu hal yang perlu diingat, jika kita
membaikkan perkara akhirat, perkara dunia dengan sendirinya juga akan
membaik," ujarnya. Di tengah pengajian tersebut, Gus Miftah kembali
membimbing syahadat seorang wanita asal Solo, Bhekti Handayani. Bhekti
mengatakan bahwa ia tertarik masuk Islam karena Islam menyenangkan dan
menenangkan. Sementara itu, dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang
Akademik dan Kemahasiswaan, Sidqon Maesur mengatakan bahwa IAIN
Salatiga merupakan perguruan tinggi Islam yang sangat mendukung dan
senantiasa meningkatkan ta’zizul wasatiyah, selalu meneguhkan moderasi
Islam. "Peringatan hari santri ini membangkitkan semangat seorang santri
untuk cinta negeri, cinta stabilitas negeri ini, cinta kedamaian dan juga
mengukuhkan moderasi Islam," tuturnya

Anda mungkin juga menyukai