Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

PENCEGAHAN ULKUS DECUBITUS


Untuk Memenuhi Tugas KMB 3
Dosen Pengampu : ,S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

NO NAMA NIM
1 MUHAMMAD MUSTHOFAN AZIZ 166315
2 NOVITA SARI 16631561
3 ALIF RATIH PURWASIH 166315
4 EKA SRI HARTINA 16631563
5 ISTIAN LUTHFI 16631573
6

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata Kuliah : KMB 3


Topik : Pencegahan Ulkus Decubitus
Sasaran : Masyarakat Desa Badegan, Ponorogo
Tempat : Balai Desa Badegan, Ponorogo
Hari/ Tanggal : Rabu, 26 Juni 2019
Jam : 09.00 s/d 09.30 WIB
Waktu : 30 menit
Jumlah Peserta :

A. Latar Belakang

Decubitus adalah matinya jaringan karena jaringan darah pada suatu bagian kulit
dirintangi oleh tekanan terus-menerus sebagai akibat dari duduk yang terlalu lama, kondisi koma,
atau imobilitas. Decubitus dikenal juga dengan istilah bedsore. Decubitus terutama terjadi pada
bagian tubuh yang bertulang atau tumit orang yang harus berbaring lama atau pingsan.Decubitus
dapat dicegah dengan memakai bantal angin dan sering menggosak badan
dengan kamperspiritus.

Decubitus biasanya terjadi pada seseorang diatas 70 tahun. Decubitus dapat disembuhkan
jika didiagnosis sejak dini. Decubitus dapat ditandai dengan timbulnya bau tidak sedap dari
bagian tubuh yang mengalami decubitus dan borok atau bisul yang tejadi pada kulit. Penyebab
utama decubitus adalah kurang gerak atau imobilitas. Dekubitus sering kali terjadi pada orang
dengan kondisi tertentu yang menyebabkan mereka sulit bergerak, terutama pada orang yang
terlalu lama terbaring di tempat tidur.

Area pada tubuh yang umumnya mengalami ulkus dekubitus adalah:

 Pinggang.
 Punggung.
 Pergelangan kaki.
 Bokong.
Ulkus dekubitus sangat umum dijumpai pada lansia atau penyandang disabilitas.
Selain itu, ulkus dekubitus juga sering terjadi pada orang yang menghabiskan banyak waktu
di kursi roda atau tempat tidur, orang yang memiliki kulit rapuh, atau orang yang tidak bisa
bergerak tanpa pertolongan dari orang lain. Ulkus dekubitus umumnya dapat disembuhkan
dengan diagnosis dan penanganan yang tepat.

B. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pencegahan ulkus decubitus diharapkan semua audiens/
peserta mengetahui dan memahami tentang pencegahan ulkus decubitus.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta/ audiens dapat :
1. Menyebutkan pengertian ulkus decubitus.
2. Menyebutkan klasifikasi derajat ulkus decubitus.
3. Menyebutkan penyebab ulkus decubitus.
4. Menyebutkan .
5. Menyebutkan pencegahan ulkus decubitus

C. Manfaat
1. Bagi Audien
Sebagai masukan dan tambahan ilmu pengetahuan tentang penanganan dan
perawatan pada penderita ulkus decubitus serta dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari – hari.
2. Bagi Mahasiswa/i
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang penanganan dan perawatan pada
penderita ulkus decubitus.

D. Pelaksanaan Kegiatan
a. Materi:
Pendikan kesehatan tentang pencegahan ulkus decubitus yang mencakup
pengertian, macam-macam, penyebab, pencegahan, perawatan dan pencegahan pada
penderita ulkus decubitus.
b. Metode :
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
c. Media : PPT, Leaflet, Video
d. Hari/ tanggal : Rabu, 26 Juni 2019
e. Jam : 09.00 s/d 09.30 WIB
f. Tempat : Balai Desa Badegan, Ponorogo
g. Jumlah Peserta :
h. Setting tempat :

Keterangan :

: Moderator
: Operator

: Penyaji

: Audien

: Fasilitator

: Observer ????????

i. Uraian tugas
1. Moderator :
2. Penyaji : Muhammad Musthofa Aziz
3. Observer : Istian luthfi
4. Operator :
5. Notulen :
6. Fasilitator : Eka sri hartina

j. Pelaksanaan

No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audien Waktu


1. Tahap pembukaan 5 menit
1. Moderator memberi salam - Menjawab salam
2. Moderator memperkenalkan - Mendengarkan
anggota kelompok
3. Moderator membuat kontrak - Mendengarkan
waktu.
4. Moderator menjelaskan - Mendengarkan
tujuan kegiatan

2. Tahap pelaksanaan
1. Menggali pengetahuan - Mengemukakan 20 menit
audiens tentang ulkus pendapat
decubitus. - Mendengarkan dan
2. Memberi reinforcement memperhatikan
positif. - Mendengarkan dan
3. Menjelaskan pengertian ulkus memperhatikan
decubitus. - Mendengarkan dan
4. Menjelaskan klasifikasi memperhatikan
derajat ulkus decubitus - Mendengarkan dan
5. Menjelaskan penyebab ulkus memperhatikan
decubitus - Mendengarkan dan
6. menjelaskan tentang memperhatikan
pencegahan ulkus decubitus - Mengajukan
7. Menjelaskan perawatan ulkus pertanyaan.
decubitus - Mendengarkan dan
8. Memberikan kesempatan memperhatikan
pada audiens untuk bertanya.
9. Memberikan reinforcement - Audiens dapat
positif dan menjawab menjawab
pertanyaan audiens. pertanyaan pemateri
10. Melakukan/ menilai hasil
penyuluhan terhadap audiens
3.
Tahap penutup - Bersama – sama 5 menit
1. Penyaji bersama audiens menyimpulkan hasil
menyimpulkan hasil penyuluhan.
penyuluhan. - Menjawab salam.
2. Moderator menutup
penyuluhan dan memberi
salam penutup.

E. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Persiapan media dan alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah lengkap dan dapat digunakan
sesuai dengan fungsinya yaitu seperti PPT ( materi ), Leaflet, dan Video.
2. Persiapan materi
Materi disiapkan dalam bentuk tampilan slide ( PPT ), Leaflet, dan Video karena untuk
mempermudah dalam penyampaian materi kepada masyarakat.
b. Evaluasi proses
1. Penyuluhan kesehatan tentang Ulkus Decubitus ini berlangsung lancar dan masyarakat
dapat mengerti dan memahami tentang materi penyuluhan yang diberikan.
2. Selama penyuluhan dilaksanakan diharapkan terjadi interaksi yang positif antara
penyuluh atau pemateri dengan masyarakat, yang ditandai dengan keaktifan
masyarakat dalam bertanya dan adanya kemauan masyarakat untuk mendengarkan
dengan baik.
3. Kehadiran masyarakat diharapkan tidak kurang dari 80 %, dan masyarakat dapat hadir
tepat waktu dan tidak meninggalkan ruangan saat penyuluhan berlangsung.
c. Evaluasi hasil
1. Jangka pendek
Peserta penyuluhan dapat mengerti dan memahami setidaknya 80 % dari semua materi
yang telah disampaikan dengan kriteria :
a) Mampu menjelaskan kembali apa yang dimaksud dengan ulkus decubitus dengan
benar.
b) Mampu menjelaskan apa saja penyebab dari ulkus decubitus dengan benar.
c) Mampu menyebutkan pencegahan ulkus decubitus dengan benar.

2. Jangka panjang
Mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat akan
bahaya apendisitis serta cara pengendaliannya, yang nantinya akan mengarah pada
perubahan gaya hidup menuju ke arah yang lebih baik dan lebih sehat sehingga dapat
menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh ulkus decubitus.
DEKUBITUS

1. DEFINISI
Ulkus dekubitus atau Bedsores adalah kerusakan/kematian kulit yang terjadi
akibat gangguan aliran darah setempat dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang
menonjol, dimana kulit tersebut mendapat tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips,
pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka waktu yang lama. Bagian tubuh yang
sering mengalami ulkus dekubitus adalah bagian dimana terdapat penonjolan tulang,
yaitu bagian siku, tumit, pinggul, pergelangan kaki, bahu, punggung dan kepala bagian
belakang (Budiartha, Putu, 2010).
2. ETIOLOGI
Penyebab utama dekubitus adalah tekanan terus menerus pada kulit dan jaringan
yang terjadi pada orang dengan tirah baring lama, tidak sadar, penginderaan sensasi nyeri
yang berkurang, imobilisai dalam waktu yang lama, kekurangan nutrisi pada jaringan
bawah kulit serta kurangnya monitoring dan perawatan pada bagian kulit yang tertekan
(Ari, PN, 2008)
Menurut Kadir, Subhan (2008) etiologi dekubitus, antara lain:
1. Faktor Intrinsik
a. Selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit
akan menjadi tipis.
b. Kandungan kolagen pada kulit yang berubah menyebabkan elastisitas kulit
berkurang sehingga rentan mengalami deformasi dan kerusakan
c. Kemampuan system kardiovaskuler yang menurun dan system arteriovenosus
yang kurang kompeten menyebabkan penurunan perfusi kulit secara progresif.
d. Sejumlah penyakit yang menimbulkan seperti DM yang menunjukkan insufisiensi
kardiovaskular perifer dan penurunan fungsi kardiovaskuler seperti pada pasien
pernapasan menyebabkan tingkat oksigenasi darah pada kulit menurun.
e. Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight
f. Anemia
g. Hipoalbuminemia yang mempermudah terjadinya dekubitus dan memperjelek
penyembuhan dekubitus, sebaliknya bila ada dekubitus akan menyebabkan kadar
albumin darah menurun.
h. Penyakit-penyakit neurologic, penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah,
juga mempermudah dan memperparah dekubitus
i. Keadaan hidrasi atau cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat.
2. Faktor Ekstrinsik
a. Kebersihan tempat tidur
b. Alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medic yang menyebabkan
penderita terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya
dekubitus.
c. Posisi yang tidak tepat
d. perubahan posisi yang jarang dilakukan

3. Faktor Resiko
Menurut budiartha (2010) resiko tinggi terjadinya ulkus dekubitus ditemukan pada :
1. orang-orang yang tidak dapat bergerak misalnya lumpuh, sangat lemah
2. orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan suatu
tanda yang normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf
misalnya akibat cedera, stroke, diabetis dan koma bisa menyebabkan
berkurangnya kemampuan merasakan nyeri.
3. orang-orang yang mengalami kekureangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki lapisan
lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami pemulihan sempurna
karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.
4. gesekan dan kerusakan lainya pada lapisan kulit paling luar bisa menyebabkan
terbentuknya ulkus. baju yang terlalu besar atau terlalu kecil, kerutan pada seprai
yang bergesekan dengan kulit bisa menyebabkan cedera pada kulit. Pemaparan
oleh kelembaban dalam jangka panjang (karena berkeringat, air kemih atau tinja)
bisa merusak permukaan kulit.
4. Manifestasi Klinis
Karakteristik penampilan klinis dari dekubitus menurut Ari, PN (2008) dapat
dibagi sebagai berikut
1. Derajat 1 : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampat sebagai
daerah kemerahan atau lecet. ini terjadi di superficial setelah minimal dua jam
penekanan pada daerah tertentu.
2. Derajat 2 : Reaksi yang lebih dalam sampai mencapai seluruh dermis hingga
lapisan lemak sub kutan, tanpak sebagai ulkus yang dangkal dengan tepi yang
jelas dan perubahan pigmen kulit.
3. Derajat 3 : Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak sub kutan dan
berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi dengan
jaringan nekrotik yang berbau. Luka meluas sampai semua lapisan kulit hilang,
menembus jaringan dibawahnya dan mulai merusak jaringan.
4. Derajat 4 : perluasan Ulkus menembus otot hingga tampat tulang di dasar ulkus
yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi

5. Klasifikasi
Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus dan
perbedaan temperature dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus di bagi
menjadi 3 (Budiartha, Putu 2010):
1. Tipe Normal
Mempunyai beda temperature lebih kurang 2,5°C dabandingkan dengan kulit
sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan 6 minggu. Ulkus ini terjadi karena
Iskemia jaringan tempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan pembuluh-pembuluh
darah sebenarnya baik.
2. Tipe Arterioskelerosis
Mempunyai beda temperature kurang dari 1 °C antara aerahy ulkus dan kulit
sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada
pembuluh darah ikut berperan untuk terjadinya dekubitus di samping faktor
tekanan. Dengan perawatan, Ulkus ini sembuh dalam 16 minngu.
3. Tipe Terminal
Terjadi pada klien yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.

6. Perawatan
Pengelolaan dikubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya
dekubitus dengan mengenal klien resiko tinggi terjadinya dekubitus , misalnya
pada klien yang imobiliasi dan konfusio. Usaha untuk menentukan resiko
terjadinya dekubitus ini antara lain dengan memakai scor Norton. Skor dibawah 14
menunjukkan adanya resiko tinggi terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini
dapat dilihat perkembangan klien. Tindakan berikutnya adalah menjaga kebersihan
diri klien khususx kulit dengan mandi setiap hari, dikeringkan dengan baik lalu
digosok dengan lotion terutam dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tontolan
tulang. Sebaiknya diberikan masase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua
ekskreta harus dibersihkan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan lecet pada
kulit klien (Budiartha, 2010)

SKOR NORTON UNTUK MENGUKUR RISIKO DEKUBITUS.


Risiko dekubitus jika skor total ≤ 1
Sedangakan menurut Ari, PN (2008) perawatan dekubitus dapat dilakukan
berdasarkan derajat dekubitus yaitu:
1. Derajat 1: Pengawasan terpenting adalah memberikan perhatian agar tidak
meningkat menjadi lebih lanjut dengan memberikan perubahan posisi minimal 2
jam sekali agar tidak menjadi lebih parah. Kulit yang kemerahan dibersihkan hati-
hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimasase 2-3 kali/hari.
Tetap memberikan asupan gizi yang baik sehingga terbentuk jaringan penyokong
yang baik dan memberikan pergerakan pasif pada pasien pasien yang mengalami
paralise.
2. Derajat 2 : Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptic dan
antiseptic. Daerah yang bersangkutan de gesek dengan es dan dihembus dengan
udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi kemudian memberikan salep
topical, mungkin juga untuk merangsang tumbuhnya jaringan muda/granulasi.
Penggantian balut dan salep jangan terlalu sering karena dapat merusak
pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
3. Derajat 3 : Tujuan perawatan derajat ini adalah tetap mengurangi tekanan dan
menghindari perluasan yang tidak kompleks. Pengobatan topical di daerah ulkus
diberikan dan didukung dengan perawatan luka. Pengobatan menggunakan
antibiotic untuk infeksi yang timbul. Usahan luka tetap bersih dan eksudat dapat
mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga
permeabel untuk masuknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga
tetap basah, karena akan mempermudah regenerasi sel-sel kulit. Jika luka kotor
dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis.
4. Derajat 4 : Pengobatan infeksi sekunder menjadi penting agar tidak mengarah ke
sepsis. Sangat perlu dilakukan operasi plastic dengan tujuan untuk mengurangi
perluasan dan perbaikan jaringan yang rusak. Semua langkah-langkah perawatan
derajat I hingga III tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus
dibersihkan sebab akan menghalangi pertumbuhan jaringan/epitelisasi. Beberapa
preparat enzim dapat diberikan dengan tujuan mengurangi pendarahan
dibandingkan tindakan bedah yang juga merupakan alternative lain. Setelah
jaringan nekrotik dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat
diharapkan. Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan
oksigenasi pada daerah luka.

7. Pencegahan
Tindakan pencegahan dekubitus yang dapat dilakukan antara lain:
1. Meningkatkan status kesehatan klien
Memperbaiki dan menjaga keadaan umum klien, misalnya anemia diatasi,
hipoalbuminemia dikoreksi, nutrisi dan hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C)
dan mineral (Zn) ditambahkan. Mengobati/mengatasi penyakit-penyakit yang ada
pada klien, misalnya DM.
2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran arah dengan cara:
a. alih posisi/alih baring/tidur selang-seling paling lama tiap 2 jam sekali.keburukan
pada cara ini adalah ketergantungan pada perawat yang kadang-kadang sudah
sangat kurang, dan mengganggu istirahat klien bahwa menyakitkan.
b. kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh
klien.misalnya kasur dengan gelembung udara , kasur air yang temperature airnya
dapat diatur.
c. regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat
terganggu dapat dikurangi antara lain: menjaga posisi klien,apa ditidurkan rata pada
tempat tidurnya atau sudah memungkinkan untuk duduk dikursi.bantuan balok
penyangga kedua kaki, bantal-bantal keciluntuk menahan tubuh klien.
DAFTAR PUSTAKA
.
https://www.alodokter.com/ulkus-dekubitus
https://www.academia.edu/16447539/Asuhan_Keperawatan_Ulkus_Dekubitus
Amin huda & hardi kusuma. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
nanada nic noc. 2015. Jakarta: mediaction
Capernito, Linda Juall. 1999. Rencana Diagnosa dan Dokumentasi Keperawatan : Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif Ed.2. Jakarta : EGC.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai