Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan biasanya diartikan sebagai sesuatu yang ada di sekeliling
kehidupan atau organisme. Lingkungan adalah kumpulan dari segala sesuatu
yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung baik kepada kehidupan dalam bentuk individual maupun
komunitas pada tempat tertentu. Masalah pencemaran merupakan suatu
masalah yang sangat populer, banyak dibahas oleh kalangan masyarakat di
seluruh permukaan bumi kita ini. Masalah pencemaran merupakan suatu
masalah yang sangat perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua
pihak untuk dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran,
bahkan sedapat mungkin untuk dapat mencegah jangan sampai terjadi
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam
lingkungan hidup mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal
struktur maupun fungsinya terganggu. Ketidak seimbangan struktur dan fungsi
daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia.
Pencemaran lingkungan penting untuk diselesaikan karena menyangkut
keselamatan, kesehatan, kehidupan dan kelangsungan perkembangan
lingkungan kita. Tingkat pencemaran lingkungan, baik pada tanah maupun air
pada masa kini telah tidak terkendali. Untuk memulihkan kondisi lingkungan
yang telah tercemar tersebut, dapat dilakukan beberapa cara, salah satunya
dengan cara biologi yang disebut bioremediasi.
Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi
lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan
pencemaran. Bioremediasi bukanlah konsep baru dalam mikrobiologi terapan,
karena mikroba telah banyak digunakan selama bertahun-tahun dalam
mengurangi senyawa organik dan bahan beracun baik yang berasal dari limbah
rumah tangga maupun dari industri. Hal yang baru adalah bahwa teknik
bioremediasi terbukti sangat efektif dan murah dari sisi ekonomi untuk
membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi oleh senyawa-senyawa kimia
toksik atau beracun. Mikroba yang sering digunakan dalam proses bioremediasi
2

adalah bakteri, jamur, yis,dan alga. Degradasi senyawa kimia oleh mikroba di
lingkungan merupakan proses yang sangat penting untuk mengurangi kadar
bahan-bahan berbahaya di lingkungan, yang berlangsung melalui suatu seri
reaksi kimia yang cukup kompleks. Dalam proses degradasinya, mikroba
menggunakan senyawa kimia tersebut untuk pertumbuhan dan reproduksinya
melalui berbagai proses oksidasi. Kemampuan bakteri dalam menyerap atau
menurunkan kandungan polutan dari lingkungan, baik dari tanah maupun dari
perairan juga telah banyak dipelajari.
Dari penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya, melalui makalah ini
penulis ingin menjelaskan mengenai pengendalian pencemaran lingkungan
melalui teknik bioremediasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bioremediasi?
2. Apa tujuan dari bioremediasi?
3. Apa saja jenis-jenis bioremediasi?
4. Apa saja jenis-jenis mikroba yang dapat dimanfaatkan pada proses
bioremediasi?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses bioremediasi?
6. Bagaimana penerapan bioremediasi pada lingkungan?
7. Apa kelebihan dan kekurangan bioremediasi?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Dapat mengetahui mengenai pengertian dari bioremediasi.


2. Dapat mengetahui tujuan dari bioremediasi.
3. Dapat mengetahui jenis-jenis bioremediasi.
4. Dapat mengetahui jenis-jenis mikroba yang dapat dimanfaatkan pada
proses bioremediasi.
5. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses bioremediasi.
6. Dapat mengetahui penerapan bioremediasi pada lingkungan.
7. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan bioremediasi.
3

1.4 Manfaat Penulisan


Setiap tulisan yang dibuat pasti memiliki manfaat, begitu pula dengan
tulisan ini yang memiliki manfaat sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dibuatnya makalah ini adalah untuk menambah
ilmu pengetahuan bagi penulis serta pembaca tentang teknik
bioremediasi untuk pengendalian pencemaran lingkungan.

1.4.2 Manfaat Praktis


Selain manfaat teoritis yang telah dikemukakan di atas, tulisan ini
juga memiliki manfaat praktis yaitu untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Elektif Ilmu Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lingkungan Hidup


Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan
ruang lingkup lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang, tempat Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan nusantara dalam
melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya.
Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur
lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas
lingkungan hidup.
Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia tidak
lain merupakan wawasan nusantara, yang menempati posisi silang antara dua
benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang
memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang
tinggi nilainya, tempat bangsaIndonesia menyelenggarakan kehidupan
bernegara dalam segala aspeknya.
Secara hukum maka wawasan dalam menyelenggarakan penegakan
hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah wawasan nusantara.
Menurut Munajat Saputra, lingkungan adalah semua benda dan kondisi yang
terdapat di dalam ruang dimana manusia itu berada dan berpengaruh terhadap
kelangsungan dan kesejahteraan manusia. Otto Sumarwoto mengatakan bahwa
lingkungan adalah jumlah sebuah benda dan kondisi yang berada di dalam
ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan manusia. Sedangkan
menurut Emil Salim, lingkungan adalah segala benda, kondisi, keadaan dan
pengaruhnya yang terdapat di dalam ruang yang mempengaruhi segala yang
berada di dalam ruang yang kita tempati.
5

2.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan


Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No
02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya
tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga
kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukkannya.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan
bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda
lainnya.
Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-
mana dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam
lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari
berbagai bahan kimia termasuk logam berat.
Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:
1. Pencemaran air
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran tanah

2.3 Macam-macam Pencemaran Lingkungan

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pencemaran lingkungan


dibagi menjadi tiga yaitu :

2.3.1 Pencemaran Air

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat


penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat
aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi,
badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan yang besar
terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
6

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki


karakteristik yang berbeda-beda. Meningkatnya kandungan nutrien
dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah organik seperti air comberan
(sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang
menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat
berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Industri membuang
berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat,
toksinorganik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut
memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit
listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.

2.3.2 Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansifisik,


kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat
membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami
maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti
polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi
udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara
dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan
pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang
ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon
monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia
merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi
pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di
atmosfer. Pembentukan ozon dalam smog fotokimia adalah sebuah
contoh dari pencemaran udara sekunder.
Atmosfer merupakan sebuah sistem yang kompleks, dinamik, dan
rapuh. Belakangan ini pertumbuhan keprihatinan akan efek dari emisi
polusi udara dalam konteks global dan hubungannya denganpemanasan
7

global, perubahan iklim dan deplesi ozon di stratosfer semakin


meningkat.
2.3.3 Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan


manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini
biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia
industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air
permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air
limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan


tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke
dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepadamanusia ketika bersentuhan
atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.

2.4 Penyebab Terjadinya Pencemaran Lingkungan


Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sebagian besar disebabkan
oleh tangan manusia. Pencemaran air dan tanah adalah pencemaran yang
terjadi di perairan seperti sungai, kali, danau, laut, air tanah, dan sebagainya.
Sedangkan pencemaran tanah adalah pencemaran yang terjadi di darat baik di
kota maupun di desa.
Alam memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi air yang telah
tercemar dengan proses pemurnian atau purifikasi alami dengan jalan
pemurnian tanah, pasir, bebatuan dan mikro organisme yang ada di alam sekitar
kita.
Jumlah pencemaran yang sangat masal dari pihak manusia membuat
alam tidak mampu mengembalikan kondisi ke seperti semula. Alam menjadi
kehilangan kemampuan untuk memurnikan pencemaran yang terjadi. Sampah
8

dan zat seperti plastik, DDT, deterjen dan sebagainya yang tidak ramah
lingkungan akan semakin memperparah kondisi pengrusakan alam yang kian
hari kian bertambah parah.
Sebab pencemaran lingkungan di air dan di tanah :
1. Erosi dan curah hujan yang tinggi.
2. Sampah buangan manusia dari rumah-rumah atau pemukiman penduduk.
3. Zat kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dan sebagainya.

2.5 Dampak Pencemaran Lingkungan


Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe
polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena.
Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan
karsinogenik untuk semua populasi.Timbal sangat berbahaya pada anak-anak,
karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh
populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi
tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa)
dan siklodienadikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan
tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati.
Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot.
Berbagai pelarut yang mengandung klorinmerangsang perubahan pada hati dan
ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak
kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam
kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis
yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini
dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropodayang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat
memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah
9

tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia
asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk
penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti
konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur,
meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies
tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak
mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini
memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia
derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
10

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Bioremediasi
Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu bio dan remediasi yang dapat
diartikan sebagai proses dalam menyelesaikan masalah. “Bio” yang dimaksud
adalah organisme hidup, terutama mikroorganisme yang digunakan dalam
pemanfaatan pemecahan atau degradasi bahan pencemar lingkungan menjadi
bentuk yang lebih sederhana dan aman bagi lingkungan tersebut. Bioremediasi
merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan
memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran atau polutan.
Yang termasuk dalam polutan antara lain logam-logam berat, petroleum
hidrokarbon, dan senyawa-senyawaorganik terhalogenasi seperti pestisida,
herbisida, dan lain-lain. Bioremediasi mempunyai potensi menjadi salah
satu teknologi lingkungan yang bersih, alami, dan paling murah
untuk mengantisipasi masalah-masalah lingkungan.
Menurut buku penyelamatan tanah, air dan lingkungan, bioremediasi
yaitu penggunaan mikroorganisme untuk menghilangkan pengaruh
kontaminan (zat beracun) sehingga substansi kontaminasi tersebut berkurang.
Mikroorganisme yang dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi),
yeast, alga dan bakteri yang berfungsi sebagai agen bioremediator. Selain
dengan memanfaatkan mikroorganisme, bioremediasi juga dapat
memanfaatkan tanaman air. Tanaman air memiliki kemampuan secara umum
untuk menetralisir komponen-komponen-komponen tertentu di dalam perairan
dan sangat bermanfaat dalam proses pengolahan limbah cair (misalnya
menyingkirkan kelebihan nutrient, logam dan bakteri patogen).

3.2 Tujuan Bioremediasi


Tujuan dari bioremediasi adalah untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon
dioksida dan air) atau dengan kata lain mengontrol atau mereduksi bahan
pencemar dari lingkungan. Bioremediasi telah memberikan manfaat yang luar
biasa pada berbagai bidang, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Bidang Lingkungan
11

2. Bidang Industri
3. Bidang Ekonomi
4. Bidang Pendidikan
Proses utama pada bioremediasi adalah biodegradasi, biotransformasi
dan biokatalis. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur
kimia polutan tersebut. Enzim mempercepat proses tersebut dengan cara
menurunkan energy aktivasi, yaitu energi yang dibutuhkan untuk memulai
suatu reaksi. Pada proses ini terjadi biotransformasi atau biodetoksifikasi
senyawa toksik menjadi senyawa yang kurang toksik atau tidak toksik.
Proses tersebut dapat berlangsung optimal, diperlukan kondisi
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme. Tidak terciptanya kondisi yang optimum
akan mengakibatkan aktivitas degradasi biokimia mikroorganisme tidak dapat
berlangsung dengan baik, sehingga senyawa-senyawa beracun menjadi
persisten di lingkungan. Salah satu cara untuk meningkatkan bioremediasi
adalah melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekuler sangat penting
untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada
bioremediasi.

3.3 Jenis-jenis Bioremediasi


Jenis-jenis bioremediasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu bioremediasi
yang melibatkan mikroba dan bioremediasi berdasarkan lokasinya.
1. Bioremediasi yang melibatkan mikroba
Teknologi bioremediasi dalam menstimulasi pertumbuhan mikroba
dilakukan dengan tiga cara yaitu biostimulasi, bioaugmentasi, dan
bioremediasi intrinsik.
a. Biostimulasi adalah suatu proses yang dilakukan melalui penambahan
zat gizi tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme (misalnya utrien
dan oksigen) atau menstimulasi kondisi lingkungan sedemikian rupa agar
mikroorganisme tumbuh dan beraktivitas lebih baik.
12

b. Bioaugmentasi merupakan penambahan atau introduksi satu jenis atau


lebih mikroorganisme baik yang alami maupun yang sudah mengalami
perbaikan sifat (improved/genetically engineered strains).
c. Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami (tanpa campur tangan
manusia) dalam air atau tanah yang tercemar.
2. Bioremediasi berdasarkan lokasi
Bioremediasi berdasarkan lokasi dapat dilakukan secara in-situ dan
ex-situ.
a. Bioremediasi in-situ, yaitu proses pengelolaan limbah di lokasi limbah
dengan mengandalkan kemampuan mikroorganisme yang telah ada di
lingkkungan tercemar untuk mendegradasinya.
b. Bioremediasi ex-situ, yaitu bioremediasi yang dilakukan dengan
mengambil limbah disuatu lokasi lalu di treatment ditempat lain, setelah
itu baru dikembalikan ke tempat asal. Perlakuan selanjutnya dilakukan
dengan memakai mikroba.

3.4 Mikroba pada Proses Bioremediasi


Berdasarkan kemampuan untuk mendegradasi atau meremediasi,
mikroorganisme dikelompokkan menjadi:
a. Aerobik : mikroorganisme yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya. Misal: Pseudomonas, Alcaligenes, Sphingomonas,
Rhodococcus, dan Mycobacterium. Mikroba ini dapat mendegradasi
pestisida, hidrokarbon, alkana dan senyawa poliaromatik.
b. Anaerobik : Mikroorganisme yang tidak membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya, biasanya digunakan untuk mendegradasi Polychorinated
biphenyls (PCBs).
c. Jamur Ligninolitik : Umumnya digunakan untuk meremediasi polutan yang
bersifat toksik dan presisten. Misalnya: Phanaerochaete chrysosporium
d. Metilotrop : Merupakan bakteri aerobik yang mengunakan metan sebagai
sumber karbon dengan menggunakan enzim methane monooxygenase.
Berdasarkan model metabolisme mikroorganisme dalam mendegradasi,
terdiri atas:
13

a. Aerobik : Transformasi terjadi ketika terdapat molekul oksigen sebagai


aseptor elektron
b. Anaerobik : Reaksi yang terjadi apabila tidak ada molekul oksigen, dapat
meliputi respirasi anaerobik, fermentasi, dan fermentasi methane.
c. Respirasi anaerobik : nitrat, sulfat, dan thiosulfat sebagai aseptor elektron.
Nitrat terdenitrifikasi oleh organisme pereduksi nitrat, sedangkan sulfat oleh
organisme pereduksi sulfat.
d. Fermentasi : komponen organik berperan sebagai donor dan aceptor
elektron.
e. Fermentasi methane : pemecahan komponen organik secara biokimia
menjadi CH4 dan CO2.

3.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Bioremediasi


Keberhasilan proses biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas
enzim. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses bioremediasi,
yang meliputi kondisi tanah, temperature, oksigen, dan nutrients yang tersedia.
1. Tanah
Proses biodegradaasi memerlukan tipe tanah yang daoat mendukung
kelancaran aliran nutrient, enzim-enzim mikrobial dan air. Karakteristik
tanah yang cocok unutk bioremediasi in-situ adalah mengandung butiran
pasir ataupun kerikil kasar sehingga disperse oksigen dan nutrient dapat
berlangsung dengan baik. Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin
kelancaran sirkulasi nutrient dan substrat di dalam tanah.
2. Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokarbon adalah 30-
40oC. Ladislao, et al (2007) mengatakan bahwa temperature yang
digunakan pada suhu 38oC bukan pilihan yang valid karena tidak sesuai
dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol mikroorganisme patogen.
Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan meningkat
mengakibatkan volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat toksik
menurun dan kelarutannya di air akan meningkat sehingga proses
biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap lokasi
tempat dilaksanakannya bioremediasi.
14

3. Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokarbon oleh bakteri
maupun kapang adalah oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase,
dengan demikian tersedianya oksigen merupakan syarat keberhasilan
degradasi hidrokarbon minyak.
4. Nutrisi
Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon, energy
dan keseimbangan metabolisme sel.
5. Interaksi antar Polusi
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam
mengoptimalkan aktivitas mikroorganisme untuk bioremediasi adalah
interaksi antara beberapa galur mikroorganisme di lingkungannya.

3.6 Penerapan Bioremediasi Lingkungan


1. Degradasi Plastik
Saat ini plastik dan polimer sintetik semakin meluas penggunaan dan
produksinya. Plastik ini dibuat dari senyawa petrokimia yang bersifat
persisten pada lingkungan dan merupakan salah satu penyebab polusi yang
paling tinggi. Plastik petrokimia ini membutuhkan waktu ratusan tahun
untuk didegradasi. Beberapa usaha mengurangi polusi akibat plastik
tersebut dengan :
a. Photobiodegradable plastics. Polimer yang berubah strukturnya ketika
diberi perlakuan dengan radiasi UV membentuk material yang
biodegradable
b. Starch-linked biodegradable plastics. Pati yang digabungkan pada
struktur plastik sehingga dapat didegradasi oleh mikroba
c. Bacterial plastics. Sejumlah mikroba yang secara natural memproduksi
polimer biodegradable yang sesuai untuk industri plastik. Misalnya
bakteri Alcaligenes eutrophus memproduksi polyester poly-beta-
hydroxybutyrate (PHB) sebagai simpanan sisa karbon. Unit monomer
dari PHB adalah beta-hydroxybutyrate. Kekuatan, fleksibilitas, dan
kristalinitas dari polimer tersebut dipengaruhi oleh jumlah unit
penyusunya, media, dan tipe bakteri yang digunakan untuk
15

memproduksi polimer tersebut. Faktor utama yang membatasi


penggunaan PHB adalah sifatnya yang rapuh.
d. GMO yang memproduksi plastik. Dengan memasukkan gen dari
bakteri penghasil PHB ke tanaman sehingga diharapkan menghasilkan
tanaman transgenik penghasil plastik. Namun hal ini masih
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengatahui dampak
tingginya PHB terhadap lingkungan. Masih terlalu dini dan beresiko
menumbuhlan PHB dalam skala besar.
2. Degradasi Hidrokarbon Alifatik
Hidrokarbon alifatik didegradasi secara aerobik oleh bakteri, fungi
atau yeast. Reaksi degradasinya meliputi oksidasi pada ujung metil: alkana
→ alkohol → asam lemak → keton → CO2 dan H2O. Hidrokarbon rantai
pendek, hidrokarbon dengan rantai cabang atau berbentuk cincin lebih sulit
untuk didegradasi.
3. Degradasi Hidrokarbon Aromatik
Mikroorganisme mampu mendegradasi hidrokarbon aromatis cincin
tunggal secara aerobik. Hidrokarbon aromatik dengan dua atau tiga cincin
seperti naphthalene, anthracene, dan phenanthrene dapat didegradasi secara
lambat ketika terdapat oksigen. Sedangkan hidrokarbon aromatik dengan
emat cicin sulit didegradasi da bersifat presistent.
4. Degradasi Hidrokarbon Alifatik Terklorinasi
Degradasi dapat berlangsung secara kimiawi atau biologis. Degradasi
dengan menggunakan mikroorganisme hanya menghasilkan degradasi
parsial. Hanya sedikit karbon terklorinasi yang dapat digunakan sebagai
substrat primer untuk sumber energi dan pertumbuhan.

3.7 Kelebihan dan Kelemahan Bioremediasi


Secara umum proses bioremediasi memiliki beberapa kelebihan, namun
kelebihan tersebut selalu diimbangi dengan kelemahan walaupun sedikit.
3.5.1 Kelebihan bioremediasi
a. Bioremediasi merupakan teknologi yang lebih sederhana
dibandingkan dengan teknologi pengolahan lainnya,
16

b. Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan


mikroba yang secara alamiah sudah ada di lingkungan,
c. Bioremediasi tidak menggunakan atau menambahkan bahan kimia
berbahaya (ramah lingkungan),
d. Dalam bioremediasi in situ, terjadi minimalisasi emisi senyawa
volatil sehingga dapat mengurangi dampak yang dapat
membahayakan kesehatan,
e. Pada teknologi bioremediasi terjadi biodegradasi dan detoksifikasi
kontaminan berbahaya,
f. Tidak melakukan proses pengangkatan polutan,
g. Teknik pengolahannya mudah diterapkan dan murah biaya,
h. Dapat dilaksanakan di lokasi atau di luar lokasi,
i. Menghapus resiko jangka panjang,
j. Biaya yang dibutuhkan lebih murah.
3.5.2 Kelemahan bioremediasi
a. Keberhasilan proses bioremediasi sangat tergantung pada
kemampuan operator dalam menciptakan dan mempertahankan
kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme,
b. Tidak semua kontaminan dapat didekomposisi dengan
menggunakan bioremediasi karena beberapa jenis kontaminan tidak
dapat didegradasi oleh mikroba,
c. Kesulitan terjadi pada konsentrasi kontaminan sangat rendah, karena
degradasi biologis akan berjalan lambat dan mikroorganisme akan
mencari sumber energi lain atau mati,
d. Membutuhkan pemantauan yang intensif,
e. Berpotensi menghasilkan produk yang tidak dikenal,
f. Membutuhkan lokasi tertentu,
g. Membutuhkan waktu lama,
h. Sulit memprediksi performance sistem bioremediasi,
i. sukar melakukan scaling up dari skala laboratorium atau pilot plan .
17

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Pencemaran lingkungan penting untuk diselesaikan karena menyangkut
keselamatan, kesehatan, kehidupan dan kelangsungan perkembangan
lingkungan kita.Untuk memulihkan kondisi lingkungan yang telah tercemar
tersebut, dapat dilakukan beberapa cara, salah satunya dengan cara biologi
yang disebut bioremediasi. Bioremediasi merupakan pengembangan dari
bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam
mengendalikan pencemaran atau polutan. Proses utama pada bioremediasi
adalah biodegradasi, biotransformasi dan biokatalis. Pada bioremediasi
digunakan mikroorganisme untuk menghilangkan pengaruh kontaminan (zat
beracun) sehingga substansi kontaminasi tersebut berkurang. Mikroorganisme
yang dimaksud adalah khamir, fungi (mycoremediasi), yeast, alga dan bakteri
yang berfungsi sebagai agen bioremediator. Bioremediasi telah memberikan
manfaat yang luar biasa pada berbagai bidang, diantaranya pada bidang
lingkungan, bidang industri, bidang ekonomi, dan bidang pendidikan.

4.2 Saran
Diharapkan agar pembaca, khususnya mahasiswa fakultas kedokteran
hewan mampu memahami mengenai pengendalian pencemaran lingkungan
melalui teknik bioremediasi dan dapat menerapkan di lapangan. Selain itu,
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan pembaca
mencari sumber sebanyak-banyaknya
18

DAFTAR PUSTAKA
Abdika, Andika. 2014. https://www.academia.edu/5140365/Bioremediasi. Diakses
tanggal 20 Oktober 2019.
Arsyad, Sitanala dan Ernan Rustiadi. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan
Lingkungan Edisi Pertama. Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia,
Bogor.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.Gandjar,
Indrawati dan Wellyzar Sjamsuridzal. 2006. Mikologi : Dasar dan Terapan.
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Jasmiati, Sofia, A., Thamrin, 2012, Bioremediasi Limbah Cair Industri Tahu
Menggunakan Efektif Mikroorganisme (Em4), Riau.
Nuraida, 1985, Analisis Kebutuhan Air Pada Industri Pengolahan Tahu dan
Kedelai, Thesis Master, Program Pasca Sarjana USU, Medan.
Nusa, I.S. dan Heru, D.W. 1999. Teknologi Pengolahan Air Limbah Tahu-Tempe
dengan

Anda mungkin juga menyukai