PEMBAHASAN
A. Penalaran
Jenis-Jenis Penalaran
1. PENALARAN INDUKSI
1. Generalisasi
Dalam logika induktif tidak ada konklusi yang memunyai nilai kebenaran
yang pasti. Namun, hanyalah probabilitas rendah atau tinggi. Dalam
generalisasi 34 induktif adalah semakin besar jumlah fakta yang dijadikan
dasar penalaran induktif, maka semakin tinggi probabilitas konklusinya,
dan sebaliknya semakin sedikit jumlah fakta yang dijadikan dasar
penalaran induktif, maka semakin rendah probabilitas konklusinya
(Karomani, 2009: 110).
Contoh:
2. Penalaran analogi
Dengan kata lain analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari
dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan
bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang
lain (Keraf, 1983). Analogi merupakan proses penalaran dari satu
fenomena menuju fenomena lain, kemudian disimpulkan bahwa apa yang
terjadi pada yang fenomena pertama akan terjadi pada fenomena yang
lain (Mundiri. 2005: 157).
Contoh:
Contoh:
2. PENALARAN DEDUKTIF
Bernalar secara Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik
suatu kesimpulan dari suatu prinsip atau sikap yang berlaku umum
untuk kemudian ditarik kesimpulan yang khusus. Kesimpulan deduktif
dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum,
menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah..
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan
secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.
Contoh:
Keberhasilan dunia pertanian membawa dampak pada peningkatan
kesejahteraan.
Misalnya:
Contoh:
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu
premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuanyang semua orang
sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah
dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua
pohon kelapa berakar serabut.
1. Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme kategorial adalah, silogisme yang
terjadi dari tiga proposisi (pernyataan).Dua proposisi merupakan premis
dan satu proposisi, merupakan simpulan.Premis yang bersifat umum,
disebut premis mayor. Dan premis yang bersifat khusus disebutpremis
minor.Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat.Subjek simpulan
disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
PU : Semua manusia bijaksana.
PK : Semua polisi adalah bijaksana.
K : Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai
penghubung antara premis mayor dan premis minor.Term penengah
adalah silogisme diatas ialah manusia.Term penengah hanya terdapat
pada premis, tidak terdapat pada simpulan.Kalau term penengah tidak
ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
PU : Semua manusia tidak bijaksana.
PK : Semua kera bukan manusia.
K : Jadi, (tidak ada kesimpulan).
Aturan umum mengenai silogisme kategorial adalah sebsgai berikut:
a) Silogisme harus terdiri atas tiga term. Yaitu term mayor, term minor
dan term penengah.
Contoh:
PU : Semua atlet harus giat berlatih.
PK : Xantipe adalah seorang atlet.
K : Xantipe harus giat berlatih.
Term mayor = Xantipe.
Term minor = harus giat berlatih.
Term penengah = atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh: Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.
Dalam premis ini terdapat empat term, yaitu gambar yang menempel di
dinding dan dinding menempel ditiang.Oleh sebab itu, disini tidak dapat
ditarik kesimpulan.
b) Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor
dan simpulan.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
f) Dari dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Contoh:
h) Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak
dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi kondisional hipotesis.
Contoh:
Besi dipanaskan.
3. Silogisme Alterntif
Contoh:
4. Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme
yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah
diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.
Contoh:
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang
cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara
itu.
B. LOGIKA
Logika merupakan salah satu teknik untuk meneliti suatu
penalaran. (Soekadijo,1993:3). Penalaran itu merupakan suatu bentuk
pemikiran. Penalaran adalah suatu proses berpiki dengan menghubung
hubungkan data atau fakta sampai pada suatu kesimpulan. Bentuk
pemikiran yang dituangkan dengan bahasa tentu mengandung penalaran
yang dapat ditelusuri melalui logika. Dengan demikian, logika dalam
berbahasa berarti penggunaan logika di dalam menyampaikan hasil
pemikiran yang dituangkan dalam bahasa. Logika itu sangat penting
dalam duniakeilmuan.Bahkan, logika sering diasosiasikan dengan
kegiatan ilmiah. Memang, logika merupakan unsur penting di dalam
kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah harus didasari dengan penggunaan
logika yang benar.
1. Logika Berbahasa Sehari-Hari
Dalam penggunaan bahasa sehari-hari,seperti percakapan,
umumnya penutur sering tidak memperhatikan logika berbahasa. Hal ini
juga terjadi di setiap bahasa. Dalam percakapan, misalnya, penutur
menggunakan kata-kata yang kontroversial seperti berikut ini.
(1) Mendung gelap, nanti mungkin pasti hujan.
(2) Putri Solo cantik-cantik semua.
Pada contoh (1) kata mungkin secara logika tidak dapat digabung
dengan kata pasti seperti contoh (1) di atas. Sesuatu yang dikatakan
mungkin seharusnya tidak dapat dikaitkan dengan suatu kepastian.
Mungkin berarti tidak seratus persen benar terjadi, sedangkan pasti
berarti seratus persen benar akan terjadi. Makana pada contoh kalimat
(2) tersebut dapat dipahami. Makna kalimat itu mengandung suatu
proposisi faktual. Proposisi ini benar jika semua putri Solo itu cantik.
Namun proposisi itu tidak logis karena tidak semua putri Solo itu cantik
(?) Dalam percakapan sehari-hari, hal itu terasa wajar. Anggota
masyarakat pada umumnya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap
kesalahan logika. Untuk menjaga keselarasan dan keharmonisan
hubungan personal, kesalahan logika semacam itu jarang diperdebatkan
(Brown dan Yule,1983).
Para penutur pada umumnya mengetahui bahwa makna kalimat (1) dan
(2) tidak seperti itu. Penggunaan logika semacam itu juga perlu
diketahui pelajarbahasa agar mereka memahami ujaran dengan benar.
Dalam kegiatan ilmiah, penggunaan bahasa haruslah logis (masuk akal).
Penggunaan bahasa secara logis inilah yang dimaksud dengan logika
dalam berbahasa. Dalam kegiatan ilmiah, penggunaan bahasa yang
sesuai dengan kaidah-kaidah logika sangat penting. Bahkan, ciri khas
suatu kegiatan ilmiah adalah cara berpikir atau bernalar yang logis.
Kegiatan ilmiah yang tidak logis dinamakan kegiatan parailmiah atau
ilmiah semu.
2. Logika Berbahasa dalam Peristiwa Komunikasi
Kalimat tersebut merupakan kalimat yang tak logis karena tidak masuk
akal. Tentunya, tak seorang pun menjadi saksi bahwa ada masa yang
berputar. Masa tidak berputar karena masa tidak pernah kembali. Jarum
jam atau bumilah yang berputar untuk menunjukkan suatu masa tertentu.
Kelogisan kalimat didukung oleh ketepatan diksi dan bentukan
kata yang digunakan. Diksi yang tepat akan dapat membantu memperjelas
informasi yang dikandungnya. Penyusun kalimat yang logis sangat
berhubungan dengan kebenaran kalimat. Kebenaran kalimat itu
tergantung pada proposisinya. Kalimat yang tidak memiliki nilai
kebenaran cenderung tidak logis. Untuk menyusun kalimat logis, kita
harus memperhatikan pemilihan kata (diksi),penggunaan kata bentukan,
dan konjungsi.
PENUTUP
Selain itu, Logika bahasa dapat dilihat pada kalimat, hubungan antarkalimat,
dan hubungan antar bagian dalam wacana.
DAFTAR PUSTAKA
. Semarang:UNNES PRESS
Imam Syafi’I, 1990.
http://cicibon.blogspot.com/2012/07/paragrafbahasa-indonesia-
dan.html.Diakses pada tanggal 8 Oktober 2013.