Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR

A. Definisi selulitis a/r cruris (D), Hiperglikemia + DM Tipe II Dan Pemberian insulin
Melalui Injeksi Subkutan
Selulitis merupakan peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis,
biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan
kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam.
Hiperglikemia adalah keadaan ketika kadar gula di dalam darah berada pada
angka diatas normal (>200 mg/dL), akan tetapi sesaat setelah mengkonsumsi makanan
kadar gula yang meningkat tidak dapat disebut dengan hiperglikemia. Hiperglikemia
yang berlangsung lama akan menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit
lainnya, salah satunya adalah diabetes mellitus. Diabetes mellitus merupakan keadaan
hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal,
yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh
darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
elektron (Ilahi, 2015).
Pemberian obat melalui subcutan ini pada umumnya dilakukan dalam program
pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian
insulin terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih atau juga
dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat (insulin regular) dan larutan yang keruh
karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbsi obat atau juga
termasuk tipe lambat.

B. Etiologi
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan
insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan
penting.Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta
pulaulangerhans, Faktor predisposisi herediter, obesitas, Faktor imunologi; pada
penderitahi perglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Responini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan
asing.

1
C. Patofisiologi
dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan oleh proses
autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan herediter. Insulin yang menurun
mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan
lemas dengan kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan
meningkatkan glucagon sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh
akan menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan
produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Dengan
menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai akibat
kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi. Gula
darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding pembuluh
darah yang membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras (arterisklerosis)
dan bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus

D. Tujuan
Adapun tujuan dari injeksi subkutan adalah :
1. Mengntrol kadar gula darah
2. Memasukkan sejumlah toksin atau obat untuk di absorbsi

E. Lokasi Injeksi
1. Lengan atas bagian luar
2. Paha anterior
3. Daerah abdomen
4. Area scapula pada punggung atas
5. Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas

F. Indikasi
1. Pasien DM tipe I memerlukan insulin eksogen karena produksi insulin oleh sel
beta tidak ada atau hampir tidak ada.
2. Pasien DM tipe II tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain
tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah
3. Keadaan stres berat, seperti infeksi berat, pembedahan, serangan jantung, stroke.
4. Diabetes yang timbul di kala kehamilan, bila pengaturan makan saja tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah.

2
5. Keadaan ketoasidosis diabetik (suatu gangguan metabolik karena adanya keton
yang diproduksi secara berlebihan dan mengancam kehidupan yang ditandai
dengan hiperglikemia, asidosis metabolik, dehidrasi, dan perubahan tingkat
kesadaran).

G. Kontraindikasi
1. Alergi terhadap obat hipoglikemia oral

H. Alat dan Bahan


1. Catatan pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit Insulin
4. Kapas alcohol dalam tempatnya
5. Cairan pelarut bak injeksi
6. Bengkok
7. Sarung tangan

I. Kelebihan dan Kekurangan Injeksi Subkutan


Kekurangan dan Kelebihan injeksi Sub Cutan[CITATION Abd14 \l 1033 ]
1. Kelebihan
a) Diperlukan latihan sederhana
b) Absorpsi obat capat larut dalam air
c) Mencegah keruskan sekitar salran cerna
2. Kekurangan
a) Rasa sakit dan kerusakan kulit
b) Tidak dapat dipakai jika volume obat besar
c) Bioavibilitas berfariasi, sesuai lokasi
d) Harus menggunakan tekhnik steril
e) Lebih mahal diandingkan oral
f) Lebih lambat dibandingkan pemberian IM
g) Dapat menyebabkan ansietas (kecemasan yang berlebihan dan lebih bersifat
subjektif)

J. Jenis obat yang diberikan secara subkutan


1. Vaksin
2. Obat – obatan pre oprasi

3
3. Narkotik
4. Insulin
5. Heparin

K. Hal yang perlu diperhatikan


1. Pastikan syarat dan indikasi suntikan pada pasien sudah terpenuhi sebelum
melakukan penyuntikan subkutan.
2. Jagalah kesterilan alat dan bahan yang digunakan.
3. Lakukan pencegahan infeksi pada pasien melalui tindakan desinfeksi.
4. Lakukan tindakan penyuntikan dalam ruangan yang sesuai dengan standar.
5. Perhatikan prinsip penyuntikan subkutan.
6. Pastikan privacy pasien benar – benar terjaga.
7. Lakukan tekhnik pembuangan sampah/ limbah bekas pakai sesuai prosedur.

4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

MEMBERI SUNTIKAN SUBKUTAN (S.C)

Pengertian Cara subcutan ini digunakan dengan berbagai alasan. Klien yang
mendapatkan injeksi beberapa kali sehari perlu dilakukan rotasi
lokasi. Injeksi subcutan selain heparin perlu dilakukan aspirasi
menghindari masuknya obat ke dalam pembuluh darah
Tujuan Agar obat yang diberikan dapat diserap cepat oleh tubuh
Kebijakan  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien
Rumah Sakit.
 Keputusan Direktur RSUD Banjarbaru Nomor : 06 Tahun
2013 Tentang pemberlakuan Standar Operasional
Keperawatan.
Prosedur PERENCANAAN
Persiapan Alat :
 Kapas alkohol

 Sarung tangan

 Kartu obat

 Jaru dan spuit yang dibutuhkan

 Obat yang diperlukan


Persiapan klien dan lingkungan :
 Rencanakan tempat injeksi yang tepat. Pilih spuit dan jarum
yang cocok.
 Jelaskan prosedur ke klien

B. PELAKSANAAN
 cuci tangan, pakai sarung tangan
 Siapkan obat sesuai prosuder dari ampul atau vial.

 Identifikasikan klien

- Berikan posisi klien sesuai daerah yang dipilih

- Lengan atas bagian luar duduk/berbaring

- Bagian anterior paha-duduk atau berbaring dengan kaki

5
rileks

- Abdomen-posisi terlentang semi recumbent.

- Daerah scapula-klien telungkup atau duduk

 Lokasi yang dipilih tidak keras bebas luka, jaringan perur


atau benjolan

 Bersihkan daerah sekitar suntikan dengan kapas alkohol,


gosok melingkar dari dalam ke luar. Biarkan alkohol kering
dan pegang kapas untuk digunakan waktu mencabut
jarum.

 Buka tutup jarum dengan tangan kiri

 Cubit atau tegangkan daerah yang akan disuntik.

 Pegang spuit dengan tangan kanan diantara ibu jari dan


telunjuk. Suntik cepat jarum dengan sudut 45-90 derajat
tergantung jumlah dan turgor jaringan dan panjang jarum.

 Setelah jarum masuk, lepaskan jaringan dan pindahkan


tangan kiri ke bagian akhir spuit tangan kanan memegang
ujung barel.

 Aspirasi untuk memastikan masuknya jarum. Bila masuk


darah, cabut jarum, obat dan spuit dibuang dan
menyiapkan obat baru lagi. Obat anti coagulant tidak di
aspirasi.

 Bila tidak tampak darah, suntikan obat perlahan lahan.

 Cabut jarum cepat dengan sudut sesuai waktu masuk.

 Massage hati hati dengan kapas alkohol (jangan massage


pada pemberian heparin atau insulin).

 Buang spuit dan jarum tanpa menutup.

 Bantu klien dalam posisi nyaman.

 Buka, buang sarung tangan, cuci tangan.

6
 Catat dikartu obat

EVALUASI
Evaluasi respon klien terhadap obat setelahn 30 menit.

DOKUMENTASI
 Waktu, jenis dan dosis obat yang diberikan
 Lokasi penyuntikan
Unit Terkiat Keperawatan dan dokter

KASUS
(selulitis a/r cruris (D), Hiperglikemia + DM Tipe II)

Tn. U 54 tahun masuk Rumah Sakit idaman melaui IGD pada tanggal 14 oktober 2019
pada pukul 10.20 WITA, dengan pasien mengeluh kaki kanan bengkak. Setelah dilakukan
pemeriksaan, diperoleh data GCS : E4V5M6, TD : 160/90 mmHg, GDS : 312 gr/dl, Nadi :
82 ×/menit, suhu : 36,0⁰c , Pernapasan : 33 ×/menit, SPO 2 : 96 % kesadaran compos mentis.
Kemudian masuk sudah ke Ruang Nuri (bedah) pada Pukul 13.30 WITA dengan keluhan
bengkak pada kaki kanan,awal luka pada jempol 2 bulan, nyeri (+), demam (<), kesadaran
compos mentis, setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, diperoleh hasil TD :150/90,
pernapasan: 22×/menit, nadi : 88×/menit, suhu : 36,8⁰c, dan GDS : 232 gr/dl.

7
DOKUMENTASI
SOAP KASUS

Pengkajian
Hari/Tanggal : Selasa, 15 oktober 2019
Pukul : 17.40
No. RM : 280404

Identitas
Nama : Tn. U
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat : Jl. Golf , Komplek wengga indah IV Blok A2 No.107 , Banjarbaru.

Prolog
Tn. U 54 tahun masuk Rumah Sakit idaman melaui IGD pada tanggal 14 oktober 2019
pada pukul 10.20 WITA, dengan pasien mengeluh kaki kanan bengkak. Setelah dilakukan
pemeriksaan, diperoleh data GCS : E4V5M6, TD : 160/90 mmHg, GDS : 312 gr/dl, Nadi :
82 ×/menit, suhu : 36,0⁰c , Pernapasan : 33 ×/menit, SPO 2 : 96 % kesadaran compos mentis.
Kemudian masuk sudah ke Ruang Nuri (bedah) pada Pukul 13.30 WITA dengan keluhan
bengkak pada kaki kanan,awal luka pada jempol 2 bulan, nyeri (+), demam (<), kesadaran
compos mentis, setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, diperoleh hasil TD :150/90,
pernapasan: 22×/menit, nadi : 88×/menit, suhu : 36,8⁰c, dan GDS : 232 gr/dl.

Subjektif
Pasien mengeluh nyeri dan bengkak di kaki kanan

Objektif

8
Pada tanggal 15 oktober 2019 pukul 17.40. Kesadaran Umum baik , kesadaran compos
mentis, tampak kemerahan,bengkak di kaki kanan dan tampak meringis. Dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital , diperoleh hasil TD : 120/70 mmHg, GDS : 87 gr/dl, Nadi : 78
×/menit, suhu : 36,8⁰c , Pernapasan : 21×/menit, BB : 60 kg, SPO2 : 96 %.
a. Hasil laboratorium
1. Pemeriksaan Kimia Klinik yang meliputi :

 S.P.O.T : 25u/l
 S.G.P.T : 34 mg
 Ureum : 91 mg
 creatinine : 1,31grm
2. Darah Lengkap yang meliputi :
 Hb : 12,7 gr/dl
 Leukosit : 22.700/mm3
 Trombosit : 132.000/mm3
 Hematokrit : 37.0 %.
3. Hitung Jenis/diffcount yang meliputi :
 Basofil : 0 %
 Eosinofil : 0 %
 Staf/batang : 1 %
 Segmen : 93 %
 Limposit : 4 %
b. Injeksi yang diberikan :
1. Injeksi santagesik 1 gr/IV/ 8 jam
2. Injeksi omeprazole 40 mg/IV/24 jam
3. Injeksi mecobalamin 500 mg/IV/8 jam
4. Inf ciprofloxacin 400 mg/IV/12 jam
5. Inf. Metronidazole freserius 500 mg/IV/12 jam
6. Inj nororapid 6 unit/SC/8 jam (15 menit sebelum makan)
7. Inj lavemer 8 unit/SC/24 jam
8. Pemberian obat peroral amlodipin 5mg/oral/24 jam

Analisa
selulitis a/r cruris (D), Hiperglikemia + DM Tipe II

Penatalaksanaan
1. Mengobservasi tanda-tanda vital (Tekanan Darah,Suhu,Nadi,RR)
 Rasionalisasi : untuk mengetahui apa ada perubahan pada TTV
 Evaluasi : Pasien bersedia dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital :
 TD : 120/70 mmHg
 Nadi : 78 ×/menit
9
 suhu : 36,8⁰c
 Pernapasan : 21×/menit
2. Pemberian cairan infus
 Rasionalisasi : Untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
 Evaluasi : Pasien bersedia diberikan cairan infus.
3. Pemberian insulin melalui subkutan pada jam 18.00 WITA
 Rasionalisasi : Untuk mengontrol kadar gula darah
 Evaluasi : Pasien bersedia diberikan injeksi .
4. Pemberian obat injeksi melalui intravena
 Rasionalisasi : Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat.
 Evaluasi : Pasien bersedia diberikan injeksi .
5. Pemeriksaan GDS
 Rasionalisasi : untuk mengetahui apa hasil pemeriksaan GDS sudah normal dan harus
dilakukan pemeriksaankembali.
 Evalasi : Ibu dan keluarga memahami penjelasan yang diberikan.

Catatan perkembangan pemeriksaan GDS


Hasil
No. Tanggal Jam pemeriksaan
pemeriksaan
Senin, 14 oktober 2019 10.20 312 gr/dl
1.
2. Senin, 14 oktober 2019 19.06 232 gr/dl

3. Selasa, 15 oktober 2019 09.00 125 gr/dl

4. Selasa, 15 oktober 2019 18.00 87 gr/dl

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

10
Pada tanggal 15 oktober 2019, Tn. U dilakukan pemberian insulin melalui
subkutan dengan diagnosa selulitis a/r cruris (D), Hiperglikemia + DM Tipe II. Dan
didapatkan hasil GDS : 87 gr/dl.

B. Saran

Lakukan tindakan pemberian insulin melalui injeksi subkutan sesuai prosedur yang
sudah ada dan selalu cek ulang nama pasien, nama obat , dosis obat , cara pemberian dan
waktu pemberian.

11
Daftar Pustaka

A. Aziz alimul hidayat. Buku saku praktikum kebutuhan dasar manusia. Jakarta. ECG :2004

Abdullah. (2014). Kebutuhan dasar Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Sigalingging, G. (2013). Kebutuhan Dasar manusia. Jakarta: EGC.

Wagiran. (2015). Keterampilan Dasar. Jakarta: Trans Info Media.

https://www.kompasiana.com/shandyaswinmaulana/54f95050a33311ba078b4adb/injeksi-
subkutan

12

Anda mungkin juga menyukai