PEMBAHASAN
A. Pengertian Antropologi
Kata Antropologi itu sendiri berasal dari bahasa yunani, yaitu antropos yang berarti
manusia dan logos yang berarti wacana atau ilmu, sehingga secara etimologi dapat
disimpulkan bahwa antropologi adalah suatu bidang keilmuan yang mempelajari tentang
manusia. Menurut David Hunter (1979:9), antropologi adalah ilmu yang muncul dari
keingintahuan yang tidak terbatas mengenai umat manusia. Karena manusia diciptakan oleh
Allah sebagai makhluk yang paling unik sekaligus istimewa di muka bumi ini, begitupula
dengan setiap individu, kelompok, suku, bangsa, dan lain sebagainya. Maka mempelajari
segala hal tentang manusia menjadi sesuatu yang akan sangat menakjubkan. Selain itu
Koentjaraningrat juga mengungkapkan pendapatanya dalam buku pengantar antropologi,
bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia secara keseluruhan dengan
cara mengkaji berbagai warna/sifat, bentuk fisik masyarakat, serta kebudayaan yang
dihasilkan (Koentjaraningrat,1989:13). Selain mempelajari tentang sifat-sifat dan fisik
manusia, ternyata antropologi juga mempelajari sejarah kebudayaan yang dihasilkan oleh
masyarakat itu sendiri. Sedangkan menurut William A.Havilland(1988:6) antropologi adalah
studi mengenai umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang
manusia dan perilakunya, serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keragaman manusia. Tujuan manusia mempelajari antropologi tidak lain adalah untuk dapat
memahami apa itu manusia dan perilakunya serta keragaman yang ada pada umat manusia.
Dari semua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, antropologi adalah suatu
bidang keilmuan yang secara garis besar membahas tentang manusia yang muncul karena
keingintahuan yang tidak terbatas terhadap makhluk bernama manusia dengan cara mengkaji
sifat, fisik, serta kebudayaan yang dihasilkan yang nantinya di gunakan untuk memahami
manusia dan perilakunya serta keragaman umat manusia.
B. Sejarah Antropologi
2
1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad 15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba menjelajahi dunia,
mulai Afrika, Amerika, Asia, hingga Australia. Dalam penjelajahannya, mereka banyak
menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi
mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka dicatat di buku harian ataupun jurnal
perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing
tersebut mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku
tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal
dengan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa. Bahan etnografi itu menarik
perhatian para pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19, perhatian bangsa
Eropa terhadap suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah bertambah besar. Oleh karena itu,
timbul usaha mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
Bahan pengetahuan tadi disebut bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa
(dari kata ethnos=bangsa). Deskripsi-deskripsi tadi biasanya tidak teliti, seringkali bersifat
kabur, dan kebanyakan hanya memperhatikan hal-hal yang dalam mata orang Eropa tampak
aneh saja, walaupun ada pula karangan-karangan yang baik dan lebih Teliti sifatnya. Justru
karena keanehannya, maka bahan etnografi tadi amat menarik perhatian kalangan terpelajar
di Eropa barat Sejak abad ke-18. Kemudian dalam pandangan orang eropa timbul Tiga
macam sikap yang bertentangan terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-
orang Indian di Amerika tadi, yaitu :
1. Sebagian orang Eropa memandang akan sifat keburukan dari bangsa-bangsa jauh tadi
itu, dan mengatakan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia sebenarnya; bahwa
mereka manusia liar, turunan iblis dan sebagainya. Dengan demikian timbul istilah-
istilah seperti savages, primitives, yang dipakai orang Eropa untuk menyebut bangsa-
bangsa tadi.
2. Sebagian orang Eropa memandang akan sifat-sifat baik dari bangsa-bangsa jauh tadi,
dan mengatakan bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat
yang masih murni, yang belum kemasukan kejahatan dan keburukan seperti yang ada
dalam masyarakat bangsa-bangsa Eropa Barat waktu itu.
3. Sebagian orang Eropa tertarik akan adat-istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan
benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania dan
Amerika pribumi tadi itu. Kumpulan-kumpulan pribadi tadi ada yang dihimpun
menjadi satu, supaya dapat dilihat oleh umum, dengan demikian timbul museum-
museum pertama tentang kebudayaan-kebubudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa.
4
Pokok atau sasaran dari penelitian para ahli antropologi sudah sejak lebih dari 50
tahun yang lalu, yaitu sekitar tahun 1930, memang tidak lagi hanya suku-suku bangsa primitif
yang tinggal di benua-benua di luar Eropa saja, melainkan sudah beralih kepada manusia di
daerah pedesaan pada umumnya, ditinjau dari sudut anekawarna fisiknya, masyarakatnya,
serta kebudayaannya. Dalam hal itu perhatian tidak hanya tertuju kepada penduduk daerah
pedesaan di luar benua Eropa, tetapi juga kepada suku-suku bangsa di daerah pedesaan di
Eropa (seperti suku-suku bangsa Soami, Flam, Lapp, Albania, Irlandia, penduduk
Pegunungan Sierra dan lain-lain), dan kepada penduduk beberapa kota kecil di Amerika
Serikat (Middletown, Jonesville dan lain-lain).
Mengenai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam fase perkembangannya yang
keempat ini dapat dibagi dua, yaitu tujuan akademikal, dan tujuan praktisnya. Tujuan
akademikalnya adalah : mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya
dengan mempelajari anekawarna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena
di dalam praktek ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku-bangsa, maka
tujuan praktisnya adalah : mempelajari manusia dalam anekawarna masyarakat suku-bangsa
guna membangun masyarakat suku-bangsa itu.
C. Ruang Lingkup
1 . Antropologi Fisik
Antropologi fisik baru berkembang sesudah abad ke-17. Pada abad itu, perkembangan
ilmu pengetahuan masih berbenturan dengan paham skolastik yang didominasi oleh kaum
gereja yang berkuasa penuh terhadap seluruh perkembangan pemikiran manusia. Bahkan,
pandangan skolastis sangat keras mengenai manusia dalam sistem penciptaan. Sesudah abad
ke-17, tinjauan analitis terhadap manusia mulai berkembang dan studi itu semakin
berkembang pada abad ke-18. Nama-nama, seperti Linneus, Blumenbach, dan Petrus Camper
terkenal dalam perkembangan antropologi fisik. Kemudian, pada abad ke-19, muncul para
tokoh yang lebih besar, seperti Lamarc dan Charles Darwin, yang mengemukakan ajaran
tentang evolusi organik dengan amat jelas (R. Firth, 1956: 25, Harsoyo, 1988: 17).
5
1. Palaeontologi primat, yaitu ilmu yang mempelajari deskripsi varietas manusia yang tidak
hidup lagi di dunia dan makhluk lain yang masih berhubungan dengan manusia.
2. Evolusi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari proses perkembangan tipe-tipe manusia
dimulai dari makhluk bukan manusia.
4. Somatologi, yaitu studi tentang varietas manusia yang masih hidup dan tentang perbedaan
seks dan variasi perseorangan.
5. Antropologi rasial, yaitu ilmu yang mempelajari penggolongan manusia dalam kelompok-
kelompok ras, sejarah ras manusia, dan percampuran ras.
Antropologi fisik yang meninjau manusia dari sudut biologi menggolongkan manusia
berdasarkan persamaan struktur atau homologi ke dalam kelas mamalia, orde primat,
keluarga homonidae, genus homo, dan spesies sapiens. Spesies sapiens terpecah dalam
berbagai kelompok ras, sehingga ras itu dengan sendirinya merupakan konsepsi biologi dan
bukan konsepsi sosio-kebudayaan.
2. Antropologi Budaya
6
Perkembangan antropologi budaya terjadi pada akhir abad ke-19, pada saat muncul
istilah peradaban, yaitu manusia yang beradab dan manusia yang primitif. Pada saat itu juga
kolonialisme dan prosesnya semakin membuat pemikir asal Eropa berhubungan secara
langsung atau tidak langsung dengan bangsa lain yang masih primitif. Keadaan yang berbeda
antara berbagai kelompok manusia, yang sebagian memiliki teknologi modern dan maju
seperti mesin dan telegraf, sedangkan sebagian lain tidak memiliki apa pun, kecuali
komunikasi tatap muka dan masih hidup dengan gaya Paleoliti, menarik perhatian para
antropolog budaya.
Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia. llmu ini mempelajari
tingkah laku manusia yang dengan akal dan struktur asiknya berhasil mengubah
lingkungannya tanpa ditentukan oleh pola-pola naluriah. melainkan berdasarkan pengalaman
dan pengajaran. Dalam menerapkan Metodenya. Antropologi budaya menggunakan
pendekatan perbandingan yaitu dengan membandingkan kebudayaan antarmanusia dan
masyarakat dari zaman ke zaman.
Antropologi budaya mengumpulkan data mengenai proses ekonomi dan politik global
atas budaya local. Para antropolog budaya menggunakan berbagai metode, termasuk
pengamatan partisipatif (participant observation) wawancara dan angket statistik. Penelitian
mereka sering dikatakan pekerjaan lapangan karena sang antropolog harus menetap untuk
Waktu yang cukup lama di lapangan penelitiannya.
a. Arkeologi prasejarah
b. Antropologi linguistik;
c. Etnologi
a. Arkeologi prasejarah
Arkeologi prasejarah adalah ilmu yang mempelajari perkembangan kebudayaan
manusia pada masa Iampau ketika belum ada bahan-bahan tertulis. Sesungguhnya umur
tulisan kira-kira 5000 tahun, sedangkan usia kebudayaan sama tuanya dengan adanya
manusia homo sapiens di muka bumi ini, yang ditaksir telah berumur sejuta tahun. Karena
tidak mempergunakan bahan-bahan penyusunan dari sumber-sumber yang terdiri atas
catatan-catatan tertulis, arkeologi prasejarah mempergunakan bahan-bahan penyusunan dari
peninggalan materiil yang berupa artefak atau fosiI-fosil.
7
Arkeologi prasejarah memberikan bahan-bahan tentang cara tipe kebudayaan yang baru
mengganti tipe kebudayaan yang lama. Proses perubahan dan bentuk-bentuk kebudayaan itu
tidak sama pada semua bangsa di dunia, yang bahan-bahannya banyak diberikan oleh
arkeologi prasejarah. Dari semua cabang antropologi budaya, arkeologi paling membutuhkan
kerja yang tekun. Seorang ahli arkeologi prasejarah yang menyelidiki kebudayaan manusia
pada zaman ketika belum ada tulisan terpaksa membuat tafsiran dari penemuan-penemuan
yang kadang-kadang tidak lengkap. Apalagi jika ahli tersebut hendak mengetahui
kebudayaan rohaniah, kesulitannya bertambah besar. Misalnya sebuah periuk yang
ditemukan sebagai bahan arkeologi harus ditafsirkan hati-hati, karena periuk itu dapat
digunakan sebagai alat upacara keagamaan, tetapi boleh jadi periuk tersebut hanya alat biasa
yang digunakan untuk masak di dapur (William Haviland, 1988: 14 dan Harsoyo, 1988: 22).
b. Antropologi linguistik
Pada dasarnya, pelajaran yang diperoleh manusia yang satu dari manusia yang lain
adalah satu kompleks pengertian dan konsep yang secara keseluruhan merupakan kekayaan
kerohanian yang manifestasinya terwujud dalam tingkah laku dan benda-benda materiil.
Adapun alat belajar yang paling utama adalah bahasa yang merupakan sistem lambang dan
tanda. Fenomena bahasa itu dengan segenap masalahnya dipelajari oleh linguistik. Jadi, studi
linguistik meliputi fonetika, fonologi, semantik, sintaksis, dan morfologi. Bahasa juga
merupakan ciri manusia yang paling utama, khususnya kemampuan untuk berbicara,
mengadakan komunikasi dengan menggunakan lambang bunyi (William Haviland, 1988: 15).
Bahan-bahan dari linguistik yang berupa daftar kata-kata, pelukisan dari ciri-ciri dan
pelukisan tentang tata bahasa dari bahasa-bahasa lokal yang tersebar di berbagai tempat di
muka bumi ini, berkumpul bersam-sama dengan badan etnografi. Dari bahan ini, berkembang
bermacam-macam metode analisis bahasa, berbagai masalah sekitar hubungan antara bahasa
dan kebudayaan, serta metode-metode untuk menganalisis dan menyatakan bahasa-bahasa
yang tidak mengenal tulisan. Semua bahan dan metode tersebut terolah dalam ilmu linguistik
lain yang berasal dari penyelidikan naskah-naskah kuno dalam bahasa-bahasa lndo-German
(Koetjaraningrat, 1990: 14, Harsoyo, 1988: 23).
Sangat penting memahami bahasa secara antropologis, karena pada dasarnya seluruh
kebudayaan manusia hanya mungkin ada karena ada bahasa yang menjadi pendukungnya,
atau menjadi keretanya. Hubungan antara bahasa dan pikiran menjadi sentral dalam
memahami persoalan kebudayaan Seperti halnya dengan arkeologi, linguistik telah
berkembang jauh, sehingga membutuhkan pengkhususan tersendiri, mempunyal metode
penyelidikan yang khusus dan laboratorium. Apabila ahli-ahli linguistik, yang lebih banyak
bergerak dalam bidang teori mempelajari bahasa-bahasa secara perbandingan atau bahasa
pada umumnya seperti asal-usulnya, perkembangan dan strukturnya, orang biasa mempelajari
bahasa untuk keperluan praktis, yaitu mempelajari bahasa sebagai alat untuk mendapat ilmu
pengetahuan dalam bahasa asing. Adapun sastrawan lebih mementingkan karya yang bersifat
sastra daripada mempelajari bahasa secara teori.
8
William Haviland (1988: 16) menegaskan bahwa ahli antropologi linguistik juga
dapat memberikan sumbangan berharga untuk memahami masa lampau umat manusia.
Dengan menyusun hubungan geneologi dan bahasa-bahasa, dan mempelajari distribusi
bahasa-bahasa tersebut, ia dapat memperkirakan lamanya orang-orang yang menggunakan
bahasa itu tinggal di tempat mereka tinggal sekarang. Dengan mengidentifikasi kata-kata
yang sama dalam bahasa-bahasa lain yang ada hubungannya. dan yang kembali kepada
bahasa nenek moyang pada zaman dahulu, ia juga dapat memperkirakan tempat hidup nenek
moyang yang berbahasa kuno itu dan cara hidupnya.
c. Etnologi
D. Objek Kajian
1) Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) secara biologi
2) Masalah sejarah terjadinya anekawarna mahluk manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri
tubuhnya;
3) Masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran anekawama bahasa yang diucapkan
manusia di seluruh dunia;
9
5) Masalah mengenai azas-azas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari
semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi masa kini.
Sebelum diuraikan lebih lanjut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan religi,
pertama-tama ingin diterangkan terlebih dahulu mengenai penggunaan istilah, dan kedua
mengenai pendekatan dalam studi mengenai religi. Dalam karangan ini digunakan istilah
religi sebagai terjemahan dari kata religion. Dengan sengaja dihindarkan penggunaan kata
agama, karena istilah ini bagi banyak orang Indonesia sudah mempunyai arti tertentu seperti
Agama Islam atau Nasrani misalnya.
Adapun mengenai pendekatan ingin dikemukakan, bahwa studi tentang religi yang
hendak diuraikan nanti merupakan sebuah tinjauan Antropologi.” Ilmu tentang Manusia ini
sebagai ilmu mencoba merumuskan pengertian-pengertiannya, konsepnya, melalui
penyelidikan yang empiris, dan obyek-obyek yang diselidiki oleh Antropologi terutama
adalah tingkah laku dan tatakelakuan manusia. Dengan mengadakan studi komparatif
Antropologi mencoba memahami asal-usul religi, fungi religi, dan sistimatik religi. sedang
yang diselidiki adalah religi apapun juga. Oleh karena itu Antropologi dalam hal ini
berkepentingan untuk dapat merumuskan definisi tentang religi.
Pendekatan lain adalah sebuah pendekatan teologis mengenai agama. Dalam studi ini
seseorang penyelidik mempelajari isi sesuatu agama tertentu. Biasanya orang semacam ini
juga disebut Ahli Kitab. Dipelajari olehnya Kitab-kitab suci dan tafsirnya. Penyelidikan
semacam ini bersifat deduktif. Kebenaran-kebenaran dari dogma agama telah diterima lebih
dahulu. Dalam hubungan ini agama bukanlah hasil dari pada pikiran manusia, melainkan
agama berisi firman-firman atau titah Allah. Jika seorang ahli antropologi menyelidiki
agama-agama besar itu, maka dia tidak menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang
terdapat di dalam agama itu, melainkan dia menyelidiki pengaruh agama itu pada manusia
dan masyarakat. Studi semacam ini merupakan Studi sosiologi ataupun psychologi tentang
Agama. antropologi melihat religi sebagai bagian dari pada kebudayaan manusia. Kedua
pendekatan itu tidak usah saling bertentangan. Kedua pendekatan itu menyelidik aspek yang
berbeda-beda dari satu obyek Yang Sama yaitu religi manusia.
F. Tokoh-tokoh
Segala sesuatu pasti ada sebab ataupun asal-usul, begitupun dengan ilmu antropologi
yang memiliki tokoh-tokoh penting dari awal mula muncul sampai perkembangannya. Kali
ini ada beberapa tokoh-tokoh antropologi dalam beberapa fasenya, antara lain sebagai berikut
:
10
1. Tokoh antropologi fase pertama
Para Tokoh Sarjana Antropologi. Para tokoh sarjana antropologi dalam fase pertama dari
perkembangannya, sudah tentu belum ada, karena pada waktu itu belum ada ilmu
antropologi. Namun, waktu itu ada pengarang-pengarang buku tentang manusia dan
kebudayaan suku-suku bangsa yang tinggal di luar Benua Eropa, yaitu para pengarang buku
etnografi yang terdiri dari pelaut, penyiar agama Nasrani, dan pegawai pemerintah jajahan.
Adapum mereka semua itu sebagai berikut :
1. A. A. Bastian
Ia adalah pengarang etnografi kuno golongan musafir, seorang dokter kapal berbangsa
Jerman yang telah keliling ke berbagai benua pada permulaan abad ke-19. Di antara catatan-
catatan perjalanannya mengenai berbagai daerah tertentu di Afrika Barat, India, Cina,
Australi , Kepulauan Oseania, Meksiko, dan Amerika Latin, ia pernah menulis tiga jilid
etnografi mengenai kebudayaan suku-suku bangsa di Indonesna.
2. J.F. Latifau
Ialah seorang pendeta agama Katolik bangsa Perancis yang pernah bekerja di daerah
Sungai St. Lawrence (Amerika Utara dan Kanada Timur), sebagai penyiar agama, dan yang
telah menulis sebuah etnografi yang klasik (1724) tentang kebudayaan suku-suku bangsa
Indian yang hidup di daerah sungai tersebut.
3. N.N Miklukho-Maklai
Ialah Seorang pengarang etnografi kuno dari golongan ahli eksplorasi, seorang bangsa
Rusia yang banyak mengembara di daerah Oseania di Lautan Teduh, dan yang pernah
mengunjungi Papua Niugini dan Irian Jaya
4. T.S Raffles
1. L.H Morgan
11
Ia adalah seorang sarjana hukum bangsa Amerika yang kemudian bekerja sebagai
pengacara di antara para Indian di Amerika Serikat bagian Timur untuk membantu mereka
dalam soal-soal hak tanah. Ia kemudian menjadi tertarik akan adat-istiadat dan kebudayaan
suku-suku bangsa Indian itu, dan menulis berbagai buku etnov grati, tetapi juga sebuah
karangan teoretikal berjudul Ancient Society, mengenai evolusi masyarakat manusia berdav
sarkan data mengenai susunan masyarakat yang dikumpulkannya di daerah suku-suku bangsa
Indian tersebut, dibandingkan dengan susunan masyarakat berpuluh-puluh suku bangsa lain
di dunia. Teori mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat manusia kemudian sangat
mempengaruhi teori K.Mark mengenai evolusi masyarakat dan tingkat-tingkat perkembangan
susunan ekonomi dan sistem klas sosial dalam masyarakat manusia.
2. P.W. Schmidt
Ia adalah seorang sarjana antropologi berbangsa Austria. Pada fase ini ada banyak
sarjana-sarjana antropologi waktu itu yang kurang terpengaruh oleh teori evolusi masyarakat,
tetapi mereka lebih tertarik akan masalah sejarah asal-mula penyebaran kebudayaan suku-
suku bangsa di seluruh muka bumi dari satu benua ke benua yang lain.
1. B. Malinowski
Ia telah menulis banyak buku antropologi tentang penduduk Kepulauan Trobriand yang
terletak di sebelah Tenggara negara Papua Niugini sekarang. Namun karena tanah jajahan
Inggris itu sangat banyak, dan hingga Perang Dunia II meliputi hampir seluruh muka bumi,
maka banyak tokoh sarjana antropologi Inggris yang menulis tentang kebudayaan suku
bangsa lain, seperti M. Fortes, yang banyak menulis tentang kebudayaan suku-suku bangsa di
Afrika Barat, khususnya Ghana Utara.
2. A.R. Radcliffe-Brown
Ia adalah seorang tokoh ilmu antropologi tang berasal dari inggris, ia yang telah
mengembangkan teori-teori antropologi sinkronik yang kemudian menjadi sub-ilmu
antropologi-sosial pada fase ketiga dalam sejarah perkembangannya. Mula-mula ia mencela
cara bekerja para sarjana antropologi dari zaman fase perkembangan yang kedua, tetapi
hanya para sarjana-sarjana antropologi yang mempelajari kebudayaan dari bermacam-macam
suku bangsa di muka bumi hanya untuk mencapai pengertian tentang sejarah asalmula dan
penyebaran dari kebudayaan-kebudayaan tersebut di muka bumi. Walaupun ia tidak
menyangkal bahwa usaha itu ada gunanya juga, misalnya untuk permuseuman, namun ia
sendiri berambisi untuk mengembangkan suatu ilmu antropologi baru dengan tujuan yang
12
lain yang lebih berguna, yaitu mempelajari kebudayaan dari sebanyak mungkin suku bangsa
di dunia secara komparatif guna menemukan azas-azas dari kebudayaan serta kaidah-kaidah
azasi yang mengatur kehidupan masyarakat manusia. Untuk membedakan ilmu baru yang
sedang dikembangkannya itu dengan ilmu antropologi yang lain, untuk pertama kali
dipakainya sebutan antropologi-sosial.
a. F. Boas
b. A.L. Kroeber
Ia adalah Seorang tokoh lain yang juga penting dalam proses perkembangan ilmu
antrOpologi dalam fase keempat, sedangkan tokoh-tokoh lain dalam ilmu antropologi
psikologi atau etnopsiKologi adalah kedua sarjana antropologi wanita, Ruth Benedict dan
Margaret Mead, dan juga R. Linton.
c. R. Firth
Margaret Mead adalah seorang pelopor antropologi budaya, lahir pada tanggal
16 Desember 1901 di Philadelphia. Mead banyak memberikan kontribusi dalam
memahami konsep-konsep modern tentang budaya barat dan Amerika. Mead
menerbitkan beberapa buku tentang isu-isu kontemporer dan masyarakat primitif. Dia
juga seorang pendukung kuat hak-hak perempuan. Karyanya yang paling terkenal
adalah Coming of Age in Samoa (1928), Growing Up in New Guinea (1930), Sex and
Temperament in Three Primitive Societies (1935), dan Blackberry Winter: My Earlier
Years (1972).
13
2. Ruth Benedict (1877 – 1948)
Ralph Linton merupakan salah satu antropolog budaya terkenal. Linton lahir
pada tanggal 27 Februari 1893 di Philadelphia. Dia memulai karirnya sebagai seorang
arkeolog dan melakukan penelitian yang luas terhadap etnografi berbagai daerah,
termasuk Madagaskar. The Tanala, a Hill Tribe of Madagascar diterbitkan Linton
pada tahun 1933 setelah dia menerima gelar doktor. Dia menguraikan perbedaan
antara status dan peran yang merupakan salah satu penunjuk utama dalam
antropologi. Karya Linton yang paling terkenal termasuk The Study of Man (1936)
dan The Tree of Culture (1955).
5. Ibnu Batutah
Ibnu Batutah lahir di Maroko pada tahun 1304, saat usianya mencapai 20
tahun, dia mulai terobsesi untuk mengelilingi dunia. Dengan kemampuan yang
dimiliki, Ibnu Batutah melangsungkan perjalanannya untuk naik haji di Mekah. Dari
sana, dia mulai banyak melakukan perjalanan ke wilayah-wilayah yang tidak pernah
dibayangkannya. Saat muda Ibnu Batutah mendapatkan pendidikan terbaik karena
memiliki ayah seorang hakim. Dari sini, dia belajar banyak hal baru sehingga rasa
14
penasarannya akan kebudayaan baru di seluruh dunia mulai tumbuh. Saat dirinya
mulai yakin dan merasa mampu melakukan perjalanan, Ibnu Batutah mulai
melakukan penjelajahan meski harus meninggalkan keluarga termasuk anak dan
istrinya.
7. Koentjaraningrat
BAB 3
PENUTUP
A. Simpulan
Menurut kami, antropologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
kebudayaan masyarakat suatu bangsa atau suku. Terdapat beberapa fase perkembangan ilmu
antropologi sehingga bisa menyebar dan diterima oleh banyak orang didunia ini. Antropologi
lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik,
adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Namun perlu juga disebut
bahwa ilmu antropologi tidak hanya suatu ilmu yang berkembang di negara-negara di Eropa
atau Amerika saja. Sudah sejak sebelum Perang Dunia II negara-negara Asia seperti India,
Cina, Jepang dan Meksiko mempunyai sarjana-sarjana antropologi, sedangkan setelah Perang
Dunia II banyak juga negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin lain yang mempunyai
tokoh-tokoh antropologinya, beberapa di antaranya bahkan menjadi sangat terkenal. Namun
sekarang ilmu antropologi sangat menyebar luas dan menjadi ilmu yang dapat membantu kita
untuk mengukur masyarakat suatu bangsa dan suku dari segi kebudayaanya itu sendiri bisa
16
lebih membantu kita dalam mempelajari mereka. Antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang
tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih
menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
B. Saran
Antropologi sangat besar peranannya dalam perkembangan kehidupan manusia
sehingga diharapkan kepada kita semua untuk selalu mengembangkan wawasan dan
memperdalam pemahaman tentang kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan
antropologi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.amazine.co/22243/ahli-antropologi-ketahui-5-antropolog-terkenal-dunia.
https://geotimes.co.id/kolom/agama/al-biruni-antropolog-pertama.
https://iluni.ui.ac.id/koentjaraningrat-bapak-antropologi-indonesia.
17