Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR


DI KABUPATEN SABU RAIJUA

BAB IV
SISTEM PELAKSANA PEKERJAAN

4.1 UMUM

Alokasi tenaga yang tersedia untuk pekerjaan ini diatur sedemikian rupa,
berdasarkan atas jumlah tenaga yang telah ditentukan didalam Kerangka Acuan Kerja
dengan mempertimbangkan kerja seefektif serta efisien mungkin. Kegiatan-kegiatan
perencanaan konsultan segera dimulai setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK).
Dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan yang selama 90 (Sembilan
puluh) hari kalender, agar pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu serta
dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan maka diperlukan personil
pelaksana yang sudah berpengalaman dalam bidangnya.
Dalam bab ini akan diuraikan usulan metode pendekatan pelaksanaan
pekerjaan “Perencanaan Pembangunan Sarana Air Bersih Tersebar Di Kabupaten
Sabu Raijua”, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan konsultan dalam menangani
proyek-proyek sejenis.

4.2 PENDEKATAN OPERASIONAL

Untuk pelaksanaan “Perencanaan Pembangunan Sarana Air Bersih Tersebar Di


Kabupaten Sabu Raijua”, PT. SIARPLAN UTAMA KONSULTAN akan melibatkan tenaga
ahli dari disiplin ilmu Teknik Lingkungan dan Teknik Sipil, Geodesi yang berkaitan
dengan proyek Penyusunan Kembali Sarana air bersih sesuai dengan ketetapan
personil pada Kerangka Acuan Kerja. Untuk memperlancar tugas, pelaksanaan
pekerjaan akan didukung oleh fasilitas penunjang berupa peralatan yang memadai
dan sistem kerja yang seefisien mungkin.

IV - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

4.2.1 Organisasi Pelaksanaan

Demi tercapainya target pekerjaan yang telah ditentukan, diperlukan suatu


organisasi pelaksanaan yang akan mengatur tugas dan tanggung jawab, serta jalur-
jalur perintah dan koordinasi dari masing-masing tenaga ahli. Dengan adanya
organisasi yang baik diharapkan akan didapatkan suatu sistem kerja yang efisien
sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat dikerjakan secara tepat waktu dan dengan
mutu yang dapat dipertanggungjawabkan. Organisasi pelaksanaan pekerjaan akan
dipimpin oleh Pimpinan Tim (Team Leader) dibantu oleh seorang staf ahli yang
mempunyai pengalaman dalam bidang teknik lingkungan, khususnya bidang
penyediaan air bersih.

4.2.2 Koordinasi

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, PT. SIARPLAN UTAMA KONSULTAN akan


selalu berhubungan dengan Direksi Pekerjaan yaitu pada Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua. Koordinasi dengan pihak-
pihak yang terkait akan sangat diperlukan demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan,
mulai dari tahap pengumpulan data, survei dan investigasi (identifikasi) sampai
pelaksanaan studi.

4.2.3 Tenaga Ahli

Tenaga Ahli merupakan unsur utama dalam pekerjaan “Perencanaan


Pembangunan Sarana Air Bersih Tersebar Di Kabupaten Sabu Raijua”, ini agar
diperoleh hasil kerja yang baik PT. SIARPLAN UTAMA KONSULTAN akan
menempatkan tenaga ahli sesuai dengan kerangka acuan kerja yang berpengalaman
dalam menangani proyek jaringan air bersih. Untuk menangani pekerjaan ini PT.
SIARPLAN UTAMA KONSULTAN memilih tenaga ahli yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
 Mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya,
 Mempunyai kemampuan yang baik terhadap bidang tugasnya,
 Mempunyai latar belakang pengalaman kerja bidang studi kelayakan,
 Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan kewajiban.

IV - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

Tenaga Ahli yang akan ditugaskan untuk menangani proyek ini akan dipimpin oleh
seorang Pimpinan Tim (Team Leader).

Team Leader akan membawahi:


 Ahli Teknik Sipil
 Ahli Geodesi
 Surveyor
 Juru Gambar (Draft Man)
 Tenaga Pendukung

Tenaga-tenaga pendukung meliputi:


 Administrasi
 Office boy
 Tenaga Lokal Pengukuran

4.3 PENDEKATAN TEKNIS

Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, Konsultan akan mengerjakan 5 (lima)


jenis pekerjaan, yaitu:
1. Pekerjaan Awal;
2. Survei dan Identifikasi;
3. Survei dan Pengukuran;
4. Evaluasi dan analisa serta penyusunan detail desain;
5. Penyusunan laporan dan penggambaran serta perhitungan perkiraan biaya.

4.4 METODE DAN TAHAPAN PELAKSANAAN

Konsultan akan menerapkan beberapa metode dalam melaksanakan


pekerjaan di lapangan maupun dalam analisa. Kegiatan pekerjaan akan dibagi dalam
tahap-tahap pekerjaan sesuai dengan lingkup pekerjaan yang diberikan.
Tahapan kegiatan perencanaan pekerjaan Perencanaan Pembangunan Sarana Air
Bersih Tersebar Di Kabupaten Sabu Raijua dapat dilihat di bagan alir kegiatan:

IV - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

Gambar 4.1 Bagan alir kegiatan perencanaan SID


Secara garis besar, metodologi pelaksanaan Perencanaan Pembangunan
Sarana Air Bersih ini dijabarkan sebagai berikut:

4.4.1 Pekerjaan Pendahuluan

Pekerjaan pendahuluan meliputi mobilisasi tenaga ahli, persiapan peralatan,


penyiapan surat tugas, format kuisioner dan format survei lainnya.

Koordinasi dan konsultasi dengan pejabat instansi terkait.


1. Mobilisasi dan Koordinasi
a. Koordinasi
Sebagai tahap awal pelaksanaan pekerjaan, konsultan dalam hal ini
Team Leader akan melaksanakan koordinasi dengan Direksi Pekerjaan, pada
Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Pemerintah Kabupaten Sabu
IV - 4
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

Raijua. Dalam tahap ini akan dibahas bersama mengenai rencana pelaksanaan
kerja. Selain dengan Direksi Pekerjaan, Konsultan juga akan berkoordinasi
dengan pihak lain yang terkait, antara lain dengan Pemerintah Daerah
setempat.
b. Mobilisasi
Program mobilisasi mencakup mobilisasi personil dan peralatan.
Segera setelah melaksanakan koordinasi dengan Direksi Pekerjaan, sesuai
dengan jadwal kerja yang telah ditetapkan. Sebelum melaksanakan pekerjaan,
persiapan yang harus dilakukan adalah mempersiapkan tenaga kerja yang
profesional yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan.
Selain dari pekerja-pekerja lapangan, dalam pelaksanaannya juga harus
mempersiapkan staf pengawas lapangan baik dari proyek itu sendiri,
konsultan, maupun kontraktor.
2. Orientasi Lapangan
Orientasi Lapangan bertujuan sebagai pengenalan daerah studi secara
umum. Dalam pekerjaan ini akan dilakukan inventarisasi secara umum dengan
disertai dokumentasi pada obyek-obyek penting.
3. Kajian Pendahuluan
Kegiatan kajian pendahuluan akan meliputi kegiatan analisis data sebagai
dasar bagi rencana kegiatan selanjutnya. Dalam kegiatan ini akan dikaji secara
garis besar permasalahan dan rencana penyelesaiannya.

4.4.2 Pengumpulan Data

Data-data yang berkaitan dengan studi ini akan dikumpulkan. Pengumpulan


data terdiri atas pengumpulan data yang ada langsung dari instansi terkait serta
pengumpulan data dari hasil survei di lapangan.
Data yang akan dikumpulkan meliputi:
1. Data kependudukan, sosial dan ekonomi yang tersebar
2. Kajian dokumen (document review) : melihat atau menganalisis dokumen-
dokumen yang dibuat oleh subjek atau orang lain tentang subjek.
3. Observasi: proses melihat, mengamati, mencermati, dan merekam perilaku secara
sistematis untuk suatu tertentu.

IV - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

4. Data Hujan dan Klimatologi yang diperlukan dalam analisis Hidrologi.


5. Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25000

4.4.3 Kegiatan Fisik Lapangan

Kegiatan fisik lapangan merupakan survei terhadap kondisi umum terhadap


seluruh komponen yang diperlukan dalam Perencanaan Pembangunan Sarana Air
Bersih.

Survei lapangan meliputi:


1. Identifikasi sumber air baku, melakukan pengukuran kapasitas dan pemeriksaan
kualitas fisik air (pH, temperatur, bau dan rasa);
2. Pengukuran jaringan pipa transmisi;
3. Pengukuran jaringan distribusi dan sistem pelayanan;
4. Dokumentasi.

4.4.4 Evaluasi dan Analisa Sistem Penyediaan Sarana Air Bersih eksisting

Evaluasi dan analisa sistem penyediaan sarana air bersih eksisting dapat
diuraikan sebagai berikut:

1. Evaluasi Potensi Mata Air


Dari hasil kegiatan lapangan, pengukuran kapasitas dan pengumpulan informasi
dari masyarakat di sekitar sumber air, dapat dievaluasi potensi sumber air yang
ada, terutama untuk kesinambungan kinerja sistem yang akan direncanakan.
2. Evaluasi teknis terhadap kondisi sarana air bersih yang dimanfaatkan saat ini.
3. Melakukan identifikasi dan menyusun alternatif pemecahan untuk permasalahan
sarana air bersih yang dihadapi oleh masyarakat.
4. Menyusun kebutuhan pengembangan yang dituangkan dalam bentuk desain
untuk perbaikan/penataan sistem penyediaan air bersih, sesuai dengan formulasi
dan standar perencanaan

4.4.5 Pengukuran Topografi

Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang


telah dipasang dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran di dalam
daerah survei. Bila perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan

IV - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

cabang untuk mengisi detail planimetris. Karena pekerjaan ini lebih dominan berada
dalam wilayah perdesaan dan permukiman penduduk, pengambilan titik-titik situasi
(spot height) juga perlu disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kebutuhan untuk
kelengkapan data perencanaan.
Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama:
1. Seluruh trase jalur jaringan pipa transmisi maupun distribusi.
2. Batas Kampung, rumah-rumah, jembatan, dll.
3. Batas tata guna lahan (misalnya permukiman penduduk, area perkantoran, pusat
kabupaten, daerah resapan, belukar berupa rerumputan dan alang-alang, sawah,
rawa, ladang, kebun, dll)

4.4.6 Desain Sistem Penyediaan Air Bersih

Untuk sistem penyediaan air bersih tentunya harus dilakukan tinjauan dan
analisis terhadap beberapa faktor untuk tercapainya pengaliran air dalam pipa secara
optimal. Berikut ini terdapat beberapa faktor yang perlu dilakukan analisis. Secara
garis besar. Konsultan akan menyusun perencanaan teknis (desain) sistem
penyediaan air bersih meliputi :
1. Skema sistem, yang menggambarkan seluruh komponen sistem dari sumber air
sampai dengan daerah pelayanan
2. Bangunan penangkap sumber air
3. Bangunan pelengkap, seperti Bak Pengumpul Air, Bak Pelepas Tekan, Pelintasan
pipa, Reservoir, Hidran Umum
4. Sistem jaringan pipa, bahan dan ukuran pipa dan perhitungan hidrolis jaringan
pipa
Secara garis besar tahapan dalam analisa dan evaluasi sistem perpipaan
digambarkan pada diagram berikut ini. Sistem tersebut diatas dibutuhkan prasarana
air bersih. Prasarana air bersih adalah semua bangunan dan peralatan penunjangnya
yang berfungsi menghantarkan air bersih dari sumber air ke pelanggan (Dep. PU.
2002) :
1. Sumber Air Baku.
Air baku adalah air yang berasal dari sumber air yang dapat dipakai sebagai
pemasok air untuk sistem produksi air bersih sesuai dengan jumlah dan waktu

IV - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

untuk memenuhi kebutuhan dan belum mengalami proses pengolahan. Dalam


memilih sumber air baku yang berpotensi baik dari segi kualitas maupun
kuantitas (mata air, air tanah, air hujan, air permukaan). Kendala akan dihadapi
apabila sumber air baku elevasinya lebih rendah dari pemukiman penduduk
(daerah pelayanan), butuh bantuan pompa untuk mengangkat air. Misalnya
sumber mata air (air baku) berada dalam gua perbukitan yang elevasinya lebih
rendah dari pemukiman penduduk yang belum dialiri listrik dari gardu induk
PLN, alternatifnya bisa dengan instalasi listrik tenaga matahari (panel surya)
untuk mengangkat air ke permukaan, tapi biayanya lebih besar dibandingkan
sistem gravitasi
2. Sistem Transmisi
Sistem transmisi (pipa transmisi) adalah pipa pembawa air dari sumber air ke
unit atau menghantarkan air dari unit pengolahan ke unit distribusi utama atau
reservoir.
3. Reservoir
Reservoir adalah tempat penyimpanan air sementara sebelum di distribusikan
kepelanggan atau konsumen.
4. Sistim distribusi (pipa distribusi) adalah pipa yang dipergunakan untuk
mendistribusikan air bersih dari reservoir ke pelanggan atau konsumen.
Sambungan Rumah (SR) adalah jenis sambungan pelanggan air minum yang
supply airnya langsung kerumah-rumah, biasanya berupa sambungan-sambungan
pipa-pipa distribusi melalui water meter dan instalasi pipanya didalam rumah.
Kran Umum (KU) adalah jenis sambungan yang mensuplai air melalui kran yang
dipasang disuatu tempat tertentu agar mudah dipergunakan untuk umum guna
mencukupi kebutuhan mandi, cuci dan minum. Hidran Umum (HU) adalah kran
umum yang menggunakan bak penampungan air sementara dan dipakai oleh
masyarakat umum disekitar lokasi hidran umum.

4.5 PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK

Pertambahan penduduk pada suatu wilayah akan menentukan besarnya


kebutuhan air bersih dan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
perencanaan kebutuhan air ke masa depan. Dalam melakukan analisa pertambahan
IV - 8
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

penduduk akan diperoleh jumlah penduduk yang digunakan untuk memperkirakan


tingkat pelayanan air bersih yang diterima oleh pelanggan. Memperkirakan
pertambahan penduduk atau proyeksi penduduk yang digunakan dalam penelitian ini
melalui cara peramalan dengan dua metode yaitu : metode aritmatik, metode
geometrik dan metode eksponensial.

Perhitungan proyeksi pertambahan penduduk dengan metode aritmatik


mempergunakan persamaan :
Pn = Po+ r (dn)..................................................................... (1)
dimana :
Pn = jumlah penduduk pada masa akhir tahun periode
Po = jumlah penduduk pada awal proyeksi
R = rata –rata pertumbuhan penduduk tiap tahun
dn = kurun waktu proyeksi

Perhitungan proyeksi pertambahan penduduk dengan metode geometric


mempergunakan persamaan :
Pt = Po (1 + r )n .................................................................. (2)
dimana :
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke – n
Po = Jumlahpenduduk pada tahun dasar hitungan (tahun ke – 0 )
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
n = Jumlah tahun antara tahun proyeksi dan tahun dasar hitungan
Proyeksi pertambahan penduduk dengan metode exponensial (Muliakusuma, 1981)
Pn = PO. e r.n ................................................................... (3)
dimana :
Pn = Jumlah penduduk akhir tahun ke – n
PO = Jumlah penduduk pada tahun dasar
r = Angka pertumbuhan penduduk
n = Periode tahun yang ditinjau
e = angka exponensial (2,71828)

IV - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

Metode yang memberikan jumlah yang mendekati kebenaran adalah yang mendekati
standar deviasi terkecil.

4.6 KEBUTUHAN AIR BERSIH

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan
dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas menyangkut
jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Air adalah materi
esensial didalam kehidupan, tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak
membutuhkan air. Sebagian besar tubuh manusia itu sendiri terdiri dari air. Tubuh
manusia rata-rata mengandung air sebanyak 90 % dari berat badannya. Tubuh orang
dewasa, sekitar 55-60%, berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%
dan untuk bayi sekitar 80% . Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia untuk melakukan segala kegiatan mereka. Sehingga perlu diketahui
bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah
yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada
bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri
atas bau, warna dan rasa, kulitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan
sebagainya serta kualitas biologi diman air terbebas dari mikroorganisme penyebab
penyakit. Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga
harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada
tempat tertentu dan kurun waktu tertentu.

Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap
air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda
di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin
tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan
air. Jumlahpenduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah
kebutuhan air (Suriawiria,1996). Banyaknya air yang dipakai untuk berbagai
keperluan dikenal sebagai konsumsi atau pemakaian air. Konsumsi air tergantung
dari fungsi pemakaian air (konsumen) dan jenis pelayanan air. Penggunaan air ini
bervariasi dan dipengaruhi oleh ketersediaan air, kebiasaan hidup, pola dan tingkat
kehidupan, harga air, kualitas air, ketersediaan fasilitas pembuangan limbah dan
sosial ekonomi.
IV - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

Penggunaan air diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu penggunaan air


untuk kebutuhan domestik dan non domestik. Penggunaan air untuk kebutuhan
domestik meliputi: minum, penyiapan makanan, kebersihan diri, cuci perabot dan
pakaian, penggelontoran air limbah, penyiraman tanaman, dan kebersihan
lingkungan; yang semuanya bersifat kerumahtanggaan. Sedangkan untuk kebutuhan
non domestik, misalnya untuk umum seperti masjid, sekolah, rumah sakit, untuk
komersial (toko, ruko, restoran, hotel), dll. Besarnya konsumsi air yang digunakan,
dipengaruhi oleh:
1. Ketersediaan air baik dari segi kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
2. Kebiasaan penduduk setempat.
3. Pola dan tingkat kehidupan.
4. Harga air.
5. Faktor teknis ketersediaan air, seperti:
a. Fasilitas distribusi
b. Fasilitas pembuangan limbah yang dapat memperngaruhi kualitas air bersih
c. Kemudahan dalam mendapatkannya
6. Keadaan sosial ekonomi setempat.
4.6.1 Kebutuhan Domestik
Kebutuhan air dalam L/org/hari dalam perencanaan ini mengacu pada
Pedoman Standart Pelayanan Minimal yang dikeluarkan oleh Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah yang disahkan pada Tahun 2001, yaitu:
 Kawasan perkotaan kebutuhan airnya sebesar 60 – 220 L/org/hari
 Kawasan perumahan perdesaan kebutuhan airnya sebesar 30 – 50 L/org/hari
Dalam perencanaan ini proyeksi kebutuhan air akan dilakukan peningkatan
pelayanan L/org/hari, dan besarnya peningkatan ini disesuaikan dengan kondisi
eksisting, dan peningkatannya dilakukan pengkategorian seperti dapat dilihat pada
Tabel 4.1.

IV - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

Tabel 4.1 Kriteria peningkatan kebutuhan air bersih


Kebutuhan Eksisting Kebutuhan Proyeksi
(L/org/hari) (L/org/hari)
(1) (2)
≤ 50 50
50 < x < 100 100
100 < x < 125 125
≥ 125 150
Dengan kategori tersebut dapat ditentukan kebutuhan L/org/hari di masing-masing
unit.

4.6.2 Kebutuhan Air Untuk HU/KU/TA

Kebutuhan untuk hidran umum (HU)/kran umum (KU)/tandon air (TA)


mengacu pada buku pedoman penyusunan standar pelayanan Bidang Air Minum,
yang dikeluarkan oleh Departemen Permukiman, yaitu :
 Pelayanan per HU/KU/TA = 50 jiwa/HU
 Konsumsi L/org/hari = 30 L/org/hari
Kebutuhanu ntuk proyeksinya juga akan memperhatikan kebutuhan
eksistingnya, jika kebutuhannya sudah lebih besar dari standar yang ditentukan,
maka kebutuhannya juga ditingkatkan.
4.6.3 Kebutuhan Non Domestik

Kebutuhan air untuk non domestik juga mengacu pada buku pedoman
penyusunan standar pelayanan bidang air minum, yang dikeluarkan oleh Departemen
Permukiman yaitu Kebutuhan air non domestik sebesar 10% dari total kebutuhan air
domestik, dengan tingkat konsumsi 2.000 L/unit/hari.
Namun untuk proyeksinya juga akan memperhatikan kebutuhan eksisting dan
karakteristik wilayahnya. Jika kebutuhan yang ada lebih besar dari standar yang
ditentukan, maka kebutuhannya juga ditingkatkan. Sebaliknya, jika di wilayah
tersebut potensi konsumen non domestik sangat minim maka untuk proyeksi ke
depan juga tidak akan memaksakan hingga 10% dari total kebutuhan air domestik
dan tingkat konsumsi airnya disesuaikan dengan konsumsi eksisting.

IV - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

4.7 FLUKTUASI KEBUTUHAN AIR, FAKTOR HARIAN MAKSIMUM DAN FAKTOR


JAM PUNCAK

Fluktuasi kebutuhan air, faktor harian maksimum (fhm) dan faktor jam
puncak (fjp) menurut literatur yang ada adalah:
 Untuk menghitung kebutuhan harian maksimum, faktor harian maksimum (fhm)
yang digunakan adalah 1,15 < fhm< 1,2.
 Untuk menghitung kebutuhan jam puncak, faktor jam puncak (fjp) yang
digunakan adalah 1,5 < fjp  2,25.

4.8 KEHILANGAN AIR

Kehilangan air merupakan selisih antara penyedian air (supply) dan


konsumsi/pemakaian air (demand) pada bagian dimana dilakukan pengamatan
terhadap fasilitas penyediaan air bersih. Untuk proyeksi kebocoran air, jika kebocoran
air eksisting lebih dari 30% maka akan diturunkan sampai 30%. Jika kebocoran air
eksisting kurang dari 30% maka angka kebocoran tersebut tetap digunakan untuk
proyeksi.

4.9 KECEPATAN ALIRAN

Nilai kecepatan aliran dalam pipa yang diijinkan adalah berkisar 0,3 – 2,5
meter/detik. Kecepatan yang terlalu kecil dapat menyebabkan endapan yang ada
dalam pipa tidak dapat terdorong sehingga dapat menyumbat aliran pada pipa. Selain
itu juga merupakan pemborosan biaya, karena diameter pipa yang digunakan terlalu
besar. Sedangkan kecepatan yang terlalu besar dapat mengakibatkan pipa cepat aus
dan mempunyai Headloss yang tinggi.
Untuk menentukan diameter pipa dan kecepatan aliran di dalam pipa, dapat
digunakan rumus:
Q = A x V ...................................................................................................................... (4)
= 0,25 x  x D2 x V
V = Q / (0,25 x  x D2) ............................................................................................... (5)
dimana:
Q = debit aliran (m3/dt)

IV - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

A = luas penampang pipa (m2)


V = kecepatan aliran (m/dt)
D =diameter pipa (m)

4.10 JENIS BANGUNAN PELENGKAP, JENIS-JENIS PIPA DAN ASESORIS


PERPIPAANSERTA SARANA PENUNJANG JARINGAN AIRBERSIH

1. Intake (Bangunan Penangkap)

Intake adalah bangunan penangkap air yang bersumber dari air


permukaan dan mata air (sungai, telaga, waduk, mata air dll). Model bangunan
intake sangat bervariasi dan sangat tergantung dari sumber airnya (sungai, telaga,
waduk, mata air, dll). Air yang ditangkap pada intake dialirkan ke instalasi
pengolahan. Hal prinsip yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi level air pada
musim hujan dan musim kemarau, bahwa bangunan intake harus direncanakan
sedemikian rupa, sehingga pada musim kemarau atau musim hujan bangunan ini
masih bisa beroperasi.
Intake adalah bangunan penangkap air, khusus mata air biasanya disebut
Broncapturing. Karena yang akan dimanfaatkan mata air, untuk perencanaan
intake perlu memperhatikan level air alamiah tidak boleh terganggu. Maksud
terganggu adalah level air tidak boleh lebih tinggi dari kondisi yang ada, apabila
level setelah dibangun bangunan tangkapan level air lebih tinggi sangat mungkin
terjadi pindahnya mata air. Sehingga bangunan intake secara drastis akan
menurun sama sekali tidak memeproleh air. Untuk itu dalam membangun intake
akan diperhatikan agar kasus yang tidak dikehendaki terjadi.
2. Reservoir
Reservoir diperlukan dalam sistem distribusi air minum karena konsumsi
air yang berfluktuasi oleh konsumen. Pada saat pemakaian air di bawah konsumsi
air rata-rata maka supply air yang berlebih akan ditampung dalam reservoir, yaitu
untuk mengimbangi pemakaian air yang lebih besar dari pemakaian rata-rata.
Berdasarkan keadaan topografi, reservoir terletak di permukaantanahsebagai
ground reservoir.
Reservoir juga akan difungsikan sebagai Bak Pelepas Tekan (BPT), dengan
adanya BPT pipa yang dimanfaatkan tidak akan lebih dari S 10 bahkan bisa
IV - 14
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

menggunakan S 12,5. Reservoir juga bisa berfungsi sebagai bak kontak


desinfektan (proses disenfeksi). Agar proses desinfeksi ini berlangsung optimum,
maka reservoir ini dilengkapi dengan saluran berupa baffle agar terjadi kontak
antara air dengan desinfektan.
Dengan demikian ada beberapa keuntungan dengan adanya reservoir yang
berfungsi sebagai BPT yaitu:
a. Mengatasi fluktuasi pemakaian air oleh pelanggan
b. Efisiensi penggunaan pipa dengan investasi yang lebih rendah
c. Desinfeksi bisa berjalan lebih sempurna
3. Filter
Filter berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran yang mungkin terbawa
oleh air baku yang dapat mengurangi kualitas air minum. Karena air baku yang
digunakan adalah dari mata air yang kualitasnya baik, maka filter sederhana
seperti Roughing Filter dapat digunakan untuk lebih mengoptimalkan kualitas air
minum.
4. Pipa Transmisi
Pipa transmisi adalah pipa yang digunakan untuk mengalirkan air dari
sumber air sampai ke jaringan pipa distribusi. Sistem pengaliran pada pipa
transmisi ada 2 macam yaitu sistem gravitasi dan sistem pemompaan. Besarnya
dimensi pipa transmisi sangat ditentukan oleh debit yang akan dialirkan, beda
elevasi yang ada dan panjang pipa transmisi yang dibutuhkan. Untuk pipa yang
ditanam di dalam tanah menggunakan material PVC, sedangkan pipa yang berada
dipermukaan tanah menggunakan material GI untuk mencegah kerusakan akibat
paparan sinar UV.
Pipa sangat diperlukan pada prasarana jaringan air bersih karena dapat
mengalirkan air baku dari sumber air ke tangki maupun konsumen. Jenis pipa
yang diperlukan umumnya memiliki penampang bulat yang terbuat dari bahan
yang keras maupun dari bahan plastik. Jenis pipa tersebut antara lain sebagai
berikut:
a. Besi tuang (cast iron)
Pipa tuang dapat bertahan sampai umur 100 tahun, dan tahap terhadap karat
karena pipa telah dilarutkan dalam bahan kimia anti karat. Panjang pipa ini
IV - 15
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

antara 4 – 6 meter dan mempunyai tekanan maksimum 25 kg/m2.


Keuntungan dari pipa ini adalah :
1) Harga cukup murah dan tersedia dipasaran,
2) Mudah dalam proses penyambungan,
3) Tahan terhadap karat.
Kerugian dari penggunaan jenis pipa ini adalah :
1) Pipa keras dan mudah pecah,
2) Pipa berat sehingga biaya angkut mahal.
b. Besi yang digalvanisir (galvanized iron pipe)
Pipa jenis ini bahannya terbuat dari baja yang dilapisi seng, umurnya relatif
pendek antara 7 – 10 tahun. Pipa jenis ini sangat banyak dipakai dalam
jaringan jaringan pelayanan yang kecil dalam sistem distribusi
Keuntungan penggunaan pipa ini adalah:
1) Harga terjangkau dan banyak dipasaran,
2) Ringan sehingga mudah diangkut ke lokasi pekerjaan,
3) Mudah dalam proses penyambungan.
Kerugian dalam penggunaan pipa jenis ini adalah mudah terjadi korosi atau
perkaratan.
c. Pipa PVC
Pipa ini lebih dikenal dengan sebutan pipa PVC (Poly Vinyl Clhloride)
dan banyak dipergunakan dalam proyek-proyek jaringan distribusi air bersih.
Panjang pipa antara 4 – 6 meter dengan ukuran dari 16 mm sampai 350 mm.
Keuntungan dalam penggunaan pipa ini adalah :
1) Umur pipa dapat mencapai 75 tahun,
2) Banyak tersedia dipasaran dan harganya cukup murah,
3) Sangat ringan dan mudah diangkut,
4) Mudah dalam proses pemasangannya,
5) Tahan perkaratan karena terbuat dari bahan plastik.
Kelemahan pipa jenis pipa PVC adalah koefisien yang cukup besar dan tidak
tahan terhadap suhu yang terlalu tinggi
d. Pipa Baja (steel pipe)
Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam dan banyak
IV - 16
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

ukuran, ukuran paling besar dengan garis tengahnya lebih dari 0,50 meter.
Keuntungan dalam penggunaan pipa ini adalah :
1) Tersedia dalam berbagai ukuran,
2) Pemasangan dan penyambungan mudah,
Kelemahan penggunaan pipa ini adalah :
1) Tidak tahan karat,
2) Berat sehingga pengarus terhadap biaya pengangkutan,
3) Untuk ukuran besar sistem penyambungannya agak sulit.
Beberapa sarana penunjang dalam jaringan perpipaan yangsering
dipergunakanyaitu:
a. Sambungan pipa
Menggabungkan dua buah pipa atau lebih diperlukan sambungan pipa.
Sambungan yang menghubungkan antara pipa berdiameter sama maupun
tidak sama. Sambungan untuk menggabungkan pemasangan pipa biasanya
digunakan sesuai dengan kondisi dilapangan. Jenis sambungan pipa yaitu:
1) Mangkok (bell) dan lurus,
2) Sambungan mekanik,
3) Sambungan dorong (push and joint),
4) Sambungan pinggiran roda (flange),
b. Katup
Dalam suatu jaringan kadang dibutuhkan jenis katup yang berbeda-beda agar
suatu rangkaian pipa dapat bekerja dengan baik sesuai fungsinya. Jenis katup
yang sering dipergunakan antara lain:
1) Flow kontrol valve (FCV)
Digunakan untuk membatasi aliran maksimum rata-rata yang melalui
katup dari hulu kehilir. Dimaksudkan untuk melindungi suatu komponen
tertentu yang letaknya dihilir agar tidak rusak akibat aliran yang terlalu
besar.
2) Pressure breaker valve (PBV)
Digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada tekanan yang
menurun dikatup. Disamping itu juga katup jenis ini juga dapat
memberikan tekanan tambahan pada aliran yang balik arah (karena aliran
IV - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

di hilir lebih tinggi dari tekanan di hulu) sehingga tekanan di hilir lebih
rendah dari tekanan dihulu.
3) Pressure reducing valve (PRV)
Digunakan untuk menaggulangi tekanan yang terlalu besar di hilir katup.
Jika tekanan naik hingga melebihi tekanan batas, maka PRV akan menutup,
dan akan terbuka penuh bila tekanan di hulu lebih rendah dari nilai yang
ditetapkan pada katup tersebut.
4) Pressure sustining valve (PSV)
Digunakan untuk menanggulangi penurunan secara drastis pada tekanan
di hulu dari nilai yang telah ditetapkan, jika tekanan di hulu lebih rendah
dari batas minimumnya, maka katup akan menutup.
5) Throttle control valve (TCV)
TCV digunakan untuk mengontrol kehilangan tenaga sekunder (minor
losses)
5. Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibutuhkan untuk menunjang
sistem jaringan pipa agar sistem yang ada dapat berjalan dengan maksimal.
Bangunan pelengkap yang ada antara lain bak pelepas tekan, wash out, air valve
dan jembatan pipa.
a. Bak Pelepas Tekan
Bak pelepas tekan adalah bangunan yang digunakan untuk melepas tekanan
air didalam pipa. Bak pelepas tekan diperlukan untuk mengurangi tekanan
yang ada dalam pipa, agar tekanan air yang ada tidak melebihi spesifikasi pipa
yang digunakan.
b. Wash Out
Wash out didalam sistem jaringan pipa diperlukan untuk mengeluarkan
endapan lumpur/kotoran didalam pipa yang biasanya berada pada jaringan
pipa yang mempunyai elevasi lebih rendah. Wash out juga dipasang sebelum
masuk pada jembatan pipa jika jaringannya terdapat jembatan pipa.
Disamping itu dapat juga berfungsi sebagai penguras air jika terdapat
perbaikan pipa. Wash out harus dioperasikan secara rutin agar penyumbatan
didalam pipa tidak terjadi sehingga sistem dapat berjalan dengan maksimal
IV - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

c. Air Valve
Air Valve ini berfungsi untuk mengeluarkan atau melepaskan udara yang ada
di dalam aliran air atau memasukkan udara ketika tekanan air di dalam pipa
menjadi negatif. Air Valve ini dipasang pada tiap bagian dari jalur pipa
tertinggi atau mempunyai tekanan lebih rendah dari 1 atmosfer (atm).
d. Pompa
Ada 2 alternatif pompa yang dapat digunakan untuk pengaliran air dari Mata
Air, yaitu menggunakan jenis pompa sentrifugal atau menggunakan jenis
pompa submersible. Penggunaan kedua jenis pompa tersebut tentu memiliki
kelebihan dan kekurangan yang antara lain:
1) Penggunaan jenis pompa sentrifugal membutuhkan rumah pompa,
sementara jenis pompa jenis submersible tidak perlu.
2) Pengoperasian pompa sentrifugal menimbulkan kebisingan, sementara
pompa submersible tidak.
3) Tersedia kapasitas yang besar dipasaran untuk pompa sentrifugal,
sementara kapasitas maksimum pompa submersible yang tersedia
dipasaran hanya 67 L/det. Sehingga untuk kebutuhan debit pengaliran
yang besar (200 L/det) hanya dibutuhkan 1 unit untuk penggunaan pompa
sentrifugal, sedangkan penggunaan pompa submersible akan
membutuhkan 3 unit pompa yang dipasang pararel.
Pompa sentrifugalSebuah pompa yang terdiri dari impeller
yangdipasang pada sebuah poros berputar dalam rumah pompa (Casing) atau
rumah keong (Volute Casing) dan memiliki saluran masuk (Suction) dan
keluaran (Discharge) fluida. Impeller yang berputar menimbulkan tekanan
dalam air ditengah impeller keluar melalui sudut-sudut impeller dengan
kecepatan yang dihasilkan dari gaya sentrifugal, dengan arah aliran keluar
dari impeller tegak lurus terhadap aliran yang menuju ke pusat sudut impeller.
e. Jembatan Pipa
Jembatan pipa digunakan untuk membawa air yang melintasi sungai.
Untuk melintasi sungai yang mempunyai lebar sungai (bentangan jembatan)
kurang dari 6 m, biasanya pipa itu sendiri digunakan sebagai jembatan/tidak
diperlukan profil penyangga. Material pipa yang digunakan harus besi dengan
IV - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

tebal pipa tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan. Pipa PVC tidak
direkomendasi untuk jembatan pipa karena disamping akan rapuh jika
terkena sinar UV, juga mudah mengalami kerusakan karena gangguan dari
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

4.11 ALIRAN DALAM PIPA

Didalam pipa air mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dengan
kata lain energi berkurang. Berkurangnya energi atau tinggi tekanan merupakan
fungsi debit, panjang pipa, diameter pipa dan koefisien gesek pipa. Persamaan energi
merupakan salah satu persamaan untuk menyelesaikan masalah yang dalam
hidrolika. Aliran dalam pipa misalnya dikenal persamaan energi (Persamaan
Bernaulli) dan persamaan kontinuitas. Persamaan Bernaulli ditulis sebagai berikut
(Triatmadja, 2000)
2 2
P1 V P V
 z1  1  2  z 2  2  he ........................................... (6)
 2g  2g
dimana :
P1 = tekanan (dititik i)
z1 = tinggi datum (dititk i)
g = kecepatan gravitasi bumi
he = kehilangan tinggi tenaga
 = berat persatuan volum, (dianggap konstan)

4.11.1 Kehilangan Energi Utama (mayor losses)

Fluida yang mengalir dalam pipa akan mengalami tegangan geser dan gradien
kecepatan pada seluruh medan karena adanya kekentalan. Tegangan geser tersebut
akan menyebabkan terjadinya kehilangan energi selama pengaliran (Triatmodjo,
1993).
Kehingan energi yang disebabkan oleh gesekan atau friksi dengan dinding
pipa. Persamaan Darcy Weisbach paling banyak digunakan dalam aliran fluida secara
umum. Untuk aliran air dengan viskositas yang relatif tidak banyak berubah,
persamaan Hasen-Williams akan digunakan. Berikut ditampilkan kedua persamaan
tersebut yang disediakan dalam WaterNet (Triatmadja, 2000).
IV - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

L Q 5 ................................................................. (7)
hf  8 f
D5  2 g

dimana :
hf = kehilangan energi atau tekanan (m)
hf = kehilangan energi atau tekanan (m)
L = panjang pipa
D = diameter pipa
f = koefisien gesek
Q = debit dalam pipa (m3/dt)
G = percepatan gravitasi bumi (m/dt2)
Persamaan Hazen - Williams sering kali digunakan dalam mendesain dan
menganalisa pipa bertekanan pada jaringan transmisi maupun distribusi. Persamaan
ini tidak dapat digunakan pada media cairan lain selain air.
Persamaan Hazen - Williams :
Q =0,2785.Chz d2,63i0,54 ...................................................... (8)
dimana:
Chz = koefisien Hasen Williams
Chz = koefisien Hasen Williams

 i
hf

i = kemiringan atau slope garis tenaga L

d = diameter pipa
Q = debit aliran
Persamaan kehilangan energi dapat ditulis sebagai berikut :
1.85
6,79.L V 
hf  ..................................................................(9)
D 1.16  C 
dimana :
hf = kehilangan energi atau tekanan
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
C = koefisien kekasaran Hazen - Williams
V = kecepatan (m/dt)

IV - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

Tabel 4.2. Koefisien kekasaran beberapa jenis pipa

Darcy Weisbach
No. Jenis Pipa dan Bahan Pipa Hazen-Williams
E (mm)
C
(1) (2) (3) (4)
1 Beton Cetakan Baja 120 0.18008
2 Beton Cetakan Kayu Halus 120 0.6
3 Besi Tuang Baru 130 0.26
4 Tanah Liat bakar 100 0.6
5 Asbes Cemen 140 0.0015
6 Tembaga 135 0.0015
7 Plastik Keras 140 0.0015
8 Baja Bar Unlined 145 0.045
9 Kaca 140 0.0015
Sumber : Heastad Methods, 1998 dalam Darmi 2003.

4.11.2 Kehilangan Energi Sekunder (Minor Losses)

Kehilangan energi sekunder disebabkan adanya belokan pada pipa sehingga


menimbulkan aliran turbulensi. Penyebab lain dari aliran ini ialah adanya
penyempitan atau pembesaran penampang secara mendadak, hal ini umumnya
dibangkitkan oleh katup dan sambungan pipa.
Kehilangan energi sekunder dalam bahasa matematika ditulis sebagai berikut
(Triatmadja, 2000):
Q2
hf  k .......................................................................... (10)
2 A2 g
atau
v2
hf  k ...................................................................... (11)
2g
dimana :
hf = kehilangan energi atau tekanan
v = kecepatan rata-rata dalam pipa
g = gravitasi bumi (m/dt2)
k = koefisien kehilangan tekanan
IV - 22
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

Nilai k sangat beragam tergantung dari bentuk fisik belokan, penyempitan,


pelebaran, katup dan sambungan. Namun, nilai k ini masih dapat berupa nilai
pendekatan karena sangat dipengaruhi oleh bahan, kehalusan membuat sambungan,
serta umur sambungan itu sendiri (Triatmadja, 2000).

Rencana Kerja Pekerjaan Studi Identifikasi Desain (SID) Air Berih , pada
prinsipnya merupakan suatu rangkaian proses yang terdiri dari beberapa tahapan
pekerjaan sampai pada laporan hasil kerja. Berdasarkan lingkup tugas yang telah
diberikan dalam Kerangka Acuan Kerja (TOR) pemahaman konsultan terhadap
pekerjaan ini. Dan strategi pendekatan (approach) yang telah dipaparkan di atas, serta
metodologi yang akan digunakan oleh konsultan maka berikut ini dijabarkan mengenai
progam kerja yang konsisten dengan hal-hal yang telah dipaparkan di atas.
Secara garis besar kegiatan yang perlu dilakukan antara lain :
1. Tidak hanya memberikan jasa Perencanaan sebagaimana pada Kerangka Acuan
Tugas tetapi juga mengusahakan dengan cara sedemikian rupa agar diperoleh hasil
yang terbaik.
2. Tidak hanya melakukan Perencanaan biaya proyek, tetapi juga mengusahakan
kemungkinan bisa diperoleh penghematan biaya proyek.
3. Tidak hanya melaksanakan Perencanaan sesuai waktu yang telah ditentukan tetapi
juga menciptakan metode-metode dan teknik penjadwalan untuk mendapatkan
penghematan waktu.
4. Menitik beratkan pada pelaksanaan program Perencanaan secara efektif.
5. Menjalin kerjasama yang baik dengan pihak pemberi kerja dalam memecahkan
masalah-masalah dan mendayagunakan struktur organisasinya. Program kerja
tersebut akan mencakup :
 Persiapan
 Menyusun program kerja alokasi tenaga dan konsepsi pekerjaan perencanaan
 Mengecek dan selanjutnya disetujui, kemudian diteruskan kepada pengelola
proyek untuk diketahui mengenai jadwal waktu pelaksanaan yang diajukan
perencana
Dari metode yang sudah di paparkan pada bab sebelumnya maka dalam bab ini adalah
penjabaran atau analisa teknis rencana kerja dimana, agar kegiatan perencanaan ini

IV - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA

berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan teknis pekerjaan. Rencana Kerja ini
berdasarkan kerangka acuan kerja dan ruang lingkup pekerjaan mulai dari pekerjaan
persiapan hingga pekerjaan pelaporan.
Adapun tahapan yang akan di analisa di dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan
pengelolaan air limbah kawasan ini meliputi:
1. Persiapan.
2. Survei Lapangan dan Pengukuran Topografi.
3. Analisa dan Perencanaan Teknis
4. Penyusunan Laporan

IV - 24

Anda mungkin juga menyukai