BAB IV
SISTEM PELAKSANA PEKERJAAN
4.1 UMUM
Alokasi tenaga yang tersedia untuk pekerjaan ini diatur sedemikian rupa,
berdasarkan atas jumlah tenaga yang telah ditentukan didalam Kerangka Acuan Kerja
dengan mempertimbangkan kerja seefektif serta efisien mungkin. Kegiatan-kegiatan
perencanaan konsultan segera dimulai setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai
Kerja (SPMK).
Dengan mempertimbangkan waktu pelaksanaan yang selama 90 (Sembilan
puluh) hari kalender, agar pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu serta
dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan maka diperlukan personil
pelaksana yang sudah berpengalaman dalam bidangnya.
Dalam bab ini akan diuraikan usulan metode pendekatan pelaksanaan
pekerjaan “Perencanaan Pembangunan Sarana Air Bersih Tersebar Di Kabupaten
Sabu Raijua”, berdasarkan pengalaman dan pengetahuan konsultan dalam menangani
proyek-proyek sejenis.
IV - 1
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
4.2.2 Koordinasi
IV - 2
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
Tenaga Ahli yang akan ditugaskan untuk menangani proyek ini akan dipimpin oleh
seorang Pimpinan Tim (Team Leader).
IV - 3
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
Raijua. Dalam tahap ini akan dibahas bersama mengenai rencana pelaksanaan
kerja. Selain dengan Direksi Pekerjaan, Konsultan juga akan berkoordinasi
dengan pihak lain yang terkait, antara lain dengan Pemerintah Daerah
setempat.
b. Mobilisasi
Program mobilisasi mencakup mobilisasi personil dan peralatan.
Segera setelah melaksanakan koordinasi dengan Direksi Pekerjaan, sesuai
dengan jadwal kerja yang telah ditetapkan. Sebelum melaksanakan pekerjaan,
persiapan yang harus dilakukan adalah mempersiapkan tenaga kerja yang
profesional yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan.
Selain dari pekerja-pekerja lapangan, dalam pelaksanaannya juga harus
mempersiapkan staf pengawas lapangan baik dari proyek itu sendiri,
konsultan, maupun kontraktor.
2. Orientasi Lapangan
Orientasi Lapangan bertujuan sebagai pengenalan daerah studi secara
umum. Dalam pekerjaan ini akan dilakukan inventarisasi secara umum dengan
disertai dokumentasi pada obyek-obyek penting.
3. Kajian Pendahuluan
Kegiatan kajian pendahuluan akan meliputi kegiatan analisis data sebagai
dasar bagi rencana kegiatan selanjutnya. Dalam kegiatan ini akan dikaji secara
garis besar permasalahan dan rencana penyelesaiannya.
IV - 5
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
4.4.4 Evaluasi dan Analisa Sistem Penyediaan Sarana Air Bersih eksisting
Evaluasi dan analisa sistem penyediaan sarana air bersih eksisting dapat
diuraikan sebagai berikut:
IV - 6
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
cabang untuk mengisi detail planimetris. Karena pekerjaan ini lebih dominan berada
dalam wilayah perdesaan dan permukiman penduduk, pengambilan titik-titik situasi
(spot height) juga perlu disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kebutuhan untuk
kelengkapan data perencanaan.
Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama:
1. Seluruh trase jalur jaringan pipa transmisi maupun distribusi.
2. Batas Kampung, rumah-rumah, jembatan, dll.
3. Batas tata guna lahan (misalnya permukiman penduduk, area perkantoran, pusat
kabupaten, daerah resapan, belukar berupa rerumputan dan alang-alang, sawah,
rawa, ladang, kebun, dll)
Untuk sistem penyediaan air bersih tentunya harus dilakukan tinjauan dan
analisis terhadap beberapa faktor untuk tercapainya pengaliran air dalam pipa secara
optimal. Berikut ini terdapat beberapa faktor yang perlu dilakukan analisis. Secara
garis besar. Konsultan akan menyusun perencanaan teknis (desain) sistem
penyediaan air bersih meliputi :
1. Skema sistem, yang menggambarkan seluruh komponen sistem dari sumber air
sampai dengan daerah pelayanan
2. Bangunan penangkap sumber air
3. Bangunan pelengkap, seperti Bak Pengumpul Air, Bak Pelepas Tekan, Pelintasan
pipa, Reservoir, Hidran Umum
4. Sistem jaringan pipa, bahan dan ukuran pipa dan perhitungan hidrolis jaringan
pipa
Secara garis besar tahapan dalam analisa dan evaluasi sistem perpipaan
digambarkan pada diagram berikut ini. Sistem tersebut diatas dibutuhkan prasarana
air bersih. Prasarana air bersih adalah semua bangunan dan peralatan penunjangnya
yang berfungsi menghantarkan air bersih dari sumber air ke pelanggan (Dep. PU.
2002) :
1. Sumber Air Baku.
Air baku adalah air yang berasal dari sumber air yang dapat dipakai sebagai
pemasok air untuk sistem produksi air bersih sesuai dengan jumlah dan waktu
IV - 7
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
IV - 9
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
Metode yang memberikan jumlah yang mendekati kebenaran adalah yang mendekati
standar deviasi terkecil.
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan
dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas menyangkut
jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Air adalah materi
esensial didalam kehidupan, tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak
membutuhkan air. Sebagian besar tubuh manusia itu sendiri terdiri dari air. Tubuh
manusia rata-rata mengandung air sebanyak 90 % dari berat badannya. Tubuh orang
dewasa, sekitar 55-60%, berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%
dan untuk bayi sekitar 80% . Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan
manusia untuk melakukan segala kegiatan mereka. Sehingga perlu diketahui
bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah
yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada
bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri
atas bau, warna dan rasa, kulitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan
sebagainya serta kualitas biologi diman air terbebas dari mikroorganisme penyebab
penyakit. Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga
harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada
tempat tertentu dan kurun waktu tertentu.
Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap
air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan rumah tangga ternyata berbeda-beda
di setiap tempat, setiap tingkatan kehidupan atau setiap bangsa dan negara. Semakin
tinggi taraf kehidupan seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan
air. Jumlahpenduduk dunia setiap hari bertambah, sehingga mengakibatkan jumlah
kebutuhan air (Suriawiria,1996). Banyaknya air yang dipakai untuk berbagai
keperluan dikenal sebagai konsumsi atau pemakaian air. Konsumsi air tergantung
dari fungsi pemakaian air (konsumen) dan jenis pelayanan air. Penggunaan air ini
bervariasi dan dipengaruhi oleh ketersediaan air, kebiasaan hidup, pola dan tingkat
kehidupan, harga air, kualitas air, ketersediaan fasilitas pembuangan limbah dan
sosial ekonomi.
IV - 10
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
IV - 11
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
Kebutuhan air untuk non domestik juga mengacu pada buku pedoman
penyusunan standar pelayanan bidang air minum, yang dikeluarkan oleh Departemen
Permukiman yaitu Kebutuhan air non domestik sebesar 10% dari total kebutuhan air
domestik, dengan tingkat konsumsi 2.000 L/unit/hari.
Namun untuk proyeksinya juga akan memperhatikan kebutuhan eksisting dan
karakteristik wilayahnya. Jika kebutuhan yang ada lebih besar dari standar yang
ditentukan, maka kebutuhannya juga ditingkatkan. Sebaliknya, jika di wilayah
tersebut potensi konsumen non domestik sangat minim maka untuk proyeksi ke
depan juga tidak akan memaksakan hingga 10% dari total kebutuhan air domestik
dan tingkat konsumsi airnya disesuaikan dengan konsumsi eksisting.
IV - 12
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
Fluktuasi kebutuhan air, faktor harian maksimum (fhm) dan faktor jam
puncak (fjp) menurut literatur yang ada adalah:
Untuk menghitung kebutuhan harian maksimum, faktor harian maksimum (fhm)
yang digunakan adalah 1,15 < fhm< 1,2.
Untuk menghitung kebutuhan jam puncak, faktor jam puncak (fjp) yang
digunakan adalah 1,5 < fjp 2,25.
Nilai kecepatan aliran dalam pipa yang diijinkan adalah berkisar 0,3 – 2,5
meter/detik. Kecepatan yang terlalu kecil dapat menyebabkan endapan yang ada
dalam pipa tidak dapat terdorong sehingga dapat menyumbat aliran pada pipa. Selain
itu juga merupakan pemborosan biaya, karena diameter pipa yang digunakan terlalu
besar. Sedangkan kecepatan yang terlalu besar dapat mengakibatkan pipa cepat aus
dan mempunyai Headloss yang tinggi.
Untuk menentukan diameter pipa dan kecepatan aliran di dalam pipa, dapat
digunakan rumus:
Q = A x V ...................................................................................................................... (4)
= 0,25 x x D2 x V
V = Q / (0,25 x x D2) ............................................................................................... (5)
dimana:
Q = debit aliran (m3/dt)
IV - 13
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
ukuran, ukuran paling besar dengan garis tengahnya lebih dari 0,50 meter.
Keuntungan dalam penggunaan pipa ini adalah :
1) Tersedia dalam berbagai ukuran,
2) Pemasangan dan penyambungan mudah,
Kelemahan penggunaan pipa ini adalah :
1) Tidak tahan karat,
2) Berat sehingga pengarus terhadap biaya pengangkutan,
3) Untuk ukuran besar sistem penyambungannya agak sulit.
Beberapa sarana penunjang dalam jaringan perpipaan yangsering
dipergunakanyaitu:
a. Sambungan pipa
Menggabungkan dua buah pipa atau lebih diperlukan sambungan pipa.
Sambungan yang menghubungkan antara pipa berdiameter sama maupun
tidak sama. Sambungan untuk menggabungkan pemasangan pipa biasanya
digunakan sesuai dengan kondisi dilapangan. Jenis sambungan pipa yaitu:
1) Mangkok (bell) dan lurus,
2) Sambungan mekanik,
3) Sambungan dorong (push and joint),
4) Sambungan pinggiran roda (flange),
b. Katup
Dalam suatu jaringan kadang dibutuhkan jenis katup yang berbeda-beda agar
suatu rangkaian pipa dapat bekerja dengan baik sesuai fungsinya. Jenis katup
yang sering dipergunakan antara lain:
1) Flow kontrol valve (FCV)
Digunakan untuk membatasi aliran maksimum rata-rata yang melalui
katup dari hulu kehilir. Dimaksudkan untuk melindungi suatu komponen
tertentu yang letaknya dihilir agar tidak rusak akibat aliran yang terlalu
besar.
2) Pressure breaker valve (PBV)
Digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada tekanan yang
menurun dikatup. Disamping itu juga katup jenis ini juga dapat
memberikan tekanan tambahan pada aliran yang balik arah (karena aliran
IV - 17
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
di hilir lebih tinggi dari tekanan di hulu) sehingga tekanan di hilir lebih
rendah dari tekanan dihulu.
3) Pressure reducing valve (PRV)
Digunakan untuk menaggulangi tekanan yang terlalu besar di hilir katup.
Jika tekanan naik hingga melebihi tekanan batas, maka PRV akan menutup,
dan akan terbuka penuh bila tekanan di hulu lebih rendah dari nilai yang
ditetapkan pada katup tersebut.
4) Pressure sustining valve (PSV)
Digunakan untuk menanggulangi penurunan secara drastis pada tekanan
di hulu dari nilai yang telah ditetapkan, jika tekanan di hulu lebih rendah
dari batas minimumnya, maka katup akan menutup.
5) Throttle control valve (TCV)
TCV digunakan untuk mengontrol kehilangan tenaga sekunder (minor
losses)
5. Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibutuhkan untuk menunjang
sistem jaringan pipa agar sistem yang ada dapat berjalan dengan maksimal.
Bangunan pelengkap yang ada antara lain bak pelepas tekan, wash out, air valve
dan jembatan pipa.
a. Bak Pelepas Tekan
Bak pelepas tekan adalah bangunan yang digunakan untuk melepas tekanan
air didalam pipa. Bak pelepas tekan diperlukan untuk mengurangi tekanan
yang ada dalam pipa, agar tekanan air yang ada tidak melebihi spesifikasi pipa
yang digunakan.
b. Wash Out
Wash out didalam sistem jaringan pipa diperlukan untuk mengeluarkan
endapan lumpur/kotoran didalam pipa yang biasanya berada pada jaringan
pipa yang mempunyai elevasi lebih rendah. Wash out juga dipasang sebelum
masuk pada jembatan pipa jika jaringannya terdapat jembatan pipa.
Disamping itu dapat juga berfungsi sebagai penguras air jika terdapat
perbaikan pipa. Wash out harus dioperasikan secara rutin agar penyumbatan
didalam pipa tidak terjadi sehingga sistem dapat berjalan dengan maksimal
IV - 18
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
c. Air Valve
Air Valve ini berfungsi untuk mengeluarkan atau melepaskan udara yang ada
di dalam aliran air atau memasukkan udara ketika tekanan air di dalam pipa
menjadi negatif. Air Valve ini dipasang pada tiap bagian dari jalur pipa
tertinggi atau mempunyai tekanan lebih rendah dari 1 atmosfer (atm).
d. Pompa
Ada 2 alternatif pompa yang dapat digunakan untuk pengaliran air dari Mata
Air, yaitu menggunakan jenis pompa sentrifugal atau menggunakan jenis
pompa submersible. Penggunaan kedua jenis pompa tersebut tentu memiliki
kelebihan dan kekurangan yang antara lain:
1) Penggunaan jenis pompa sentrifugal membutuhkan rumah pompa,
sementara jenis pompa jenis submersible tidak perlu.
2) Pengoperasian pompa sentrifugal menimbulkan kebisingan, sementara
pompa submersible tidak.
3) Tersedia kapasitas yang besar dipasaran untuk pompa sentrifugal,
sementara kapasitas maksimum pompa submersible yang tersedia
dipasaran hanya 67 L/det. Sehingga untuk kebutuhan debit pengaliran
yang besar (200 L/det) hanya dibutuhkan 1 unit untuk penggunaan pompa
sentrifugal, sedangkan penggunaan pompa submersible akan
membutuhkan 3 unit pompa yang dipasang pararel.
Pompa sentrifugalSebuah pompa yang terdiri dari impeller
yangdipasang pada sebuah poros berputar dalam rumah pompa (Casing) atau
rumah keong (Volute Casing) dan memiliki saluran masuk (Suction) dan
keluaran (Discharge) fluida. Impeller yang berputar menimbulkan tekanan
dalam air ditengah impeller keluar melalui sudut-sudut impeller dengan
kecepatan yang dihasilkan dari gaya sentrifugal, dengan arah aliran keluar
dari impeller tegak lurus terhadap aliran yang menuju ke pusat sudut impeller.
e. Jembatan Pipa
Jembatan pipa digunakan untuk membawa air yang melintasi sungai.
Untuk melintasi sungai yang mempunyai lebar sungai (bentangan jembatan)
kurang dari 6 m, biasanya pipa itu sendiri digunakan sebagai jembatan/tidak
diperlukan profil penyangga. Material pipa yang digunakan harus besi dengan
IV - 19
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
tebal pipa tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan. Pipa PVC tidak
direkomendasi untuk jembatan pipa karena disamping akan rapuh jika
terkena sinar UV, juga mudah mengalami kerusakan karena gangguan dari
orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Didalam pipa air mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dengan
kata lain energi berkurang. Berkurangnya energi atau tinggi tekanan merupakan
fungsi debit, panjang pipa, diameter pipa dan koefisien gesek pipa. Persamaan energi
merupakan salah satu persamaan untuk menyelesaikan masalah yang dalam
hidrolika. Aliran dalam pipa misalnya dikenal persamaan energi (Persamaan
Bernaulli) dan persamaan kontinuitas. Persamaan Bernaulli ditulis sebagai berikut
(Triatmadja, 2000)
2 2
P1 V P V
z1 1 2 z 2 2 he ........................................... (6)
2g 2g
dimana :
P1 = tekanan (dititik i)
z1 = tinggi datum (dititk i)
g = kecepatan gravitasi bumi
he = kehilangan tinggi tenaga
= berat persatuan volum, (dianggap konstan)
Fluida yang mengalir dalam pipa akan mengalami tegangan geser dan gradien
kecepatan pada seluruh medan karena adanya kekentalan. Tegangan geser tersebut
akan menyebabkan terjadinya kehilangan energi selama pengaliran (Triatmodjo,
1993).
Kehingan energi yang disebabkan oleh gesekan atau friksi dengan dinding
pipa. Persamaan Darcy Weisbach paling banyak digunakan dalam aliran fluida secara
umum. Untuk aliran air dengan viskositas yang relatif tidak banyak berubah,
persamaan Hasen-Williams akan digunakan. Berikut ditampilkan kedua persamaan
tersebut yang disediakan dalam WaterNet (Triatmadja, 2000).
IV - 20
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
L Q 5 ................................................................. (7)
hf 8 f
D5 2 g
dimana :
hf = kehilangan energi atau tekanan (m)
hf = kehilangan energi atau tekanan (m)
L = panjang pipa
D = diameter pipa
f = koefisien gesek
Q = debit dalam pipa (m3/dt)
G = percepatan gravitasi bumi (m/dt2)
Persamaan Hazen - Williams sering kali digunakan dalam mendesain dan
menganalisa pipa bertekanan pada jaringan transmisi maupun distribusi. Persamaan
ini tidak dapat digunakan pada media cairan lain selain air.
Persamaan Hazen - Williams :
Q =0,2785.Chz d2,63i0,54 ...................................................... (8)
dimana:
Chz = koefisien Hasen Williams
Chz = koefisien Hasen Williams
i
hf
i = kemiringan atau slope garis tenaga L
d = diameter pipa
Q = debit aliran
Persamaan kehilangan energi dapat ditulis sebagai berikut :
1.85
6,79.L V
hf ..................................................................(9)
D 1.16 C
dimana :
hf = kehilangan energi atau tekanan
L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
C = koefisien kekasaran Hazen - Williams
V = kecepatan (m/dt)
IV - 21
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
Darcy Weisbach
No. Jenis Pipa dan Bahan Pipa Hazen-Williams
E (mm)
C
(1) (2) (3) (4)
1 Beton Cetakan Baja 120 0.18008
2 Beton Cetakan Kayu Halus 120 0.6
3 Besi Tuang Baru 130 0.26
4 Tanah Liat bakar 100 0.6
5 Asbes Cemen 140 0.0015
6 Tembaga 135 0.0015
7 Plastik Keras 140 0.0015
8 Baja Bar Unlined 145 0.045
9 Kaca 140 0.0015
Sumber : Heastad Methods, 1998 dalam Darmi 2003.
Rencana Kerja Pekerjaan Studi Identifikasi Desain (SID) Air Berih , pada
prinsipnya merupakan suatu rangkaian proses yang terdiri dari beberapa tahapan
pekerjaan sampai pada laporan hasil kerja. Berdasarkan lingkup tugas yang telah
diberikan dalam Kerangka Acuan Kerja (TOR) pemahaman konsultan terhadap
pekerjaan ini. Dan strategi pendekatan (approach) yang telah dipaparkan di atas, serta
metodologi yang akan digunakan oleh konsultan maka berikut ini dijabarkan mengenai
progam kerja yang konsisten dengan hal-hal yang telah dipaparkan di atas.
Secara garis besar kegiatan yang perlu dilakukan antara lain :
1. Tidak hanya memberikan jasa Perencanaan sebagaimana pada Kerangka Acuan
Tugas tetapi juga mengusahakan dengan cara sedemikian rupa agar diperoleh hasil
yang terbaik.
2. Tidak hanya melakukan Perencanaan biaya proyek, tetapi juga mengusahakan
kemungkinan bisa diperoleh penghematan biaya proyek.
3. Tidak hanya melaksanakan Perencanaan sesuai waktu yang telah ditentukan tetapi
juga menciptakan metode-metode dan teknik penjadwalan untuk mendapatkan
penghematan waktu.
4. Menitik beratkan pada pelaksanaan program Perencanaan secara efektif.
5. Menjalin kerjasama yang baik dengan pihak pemberi kerja dalam memecahkan
masalah-masalah dan mendayagunakan struktur organisasinya. Program kerja
tersebut akan mencakup :
Persiapan
Menyusun program kerja alokasi tenaga dan konsepsi pekerjaan perencanaan
Mengecek dan selanjutnya disetujui, kemudian diteruskan kepada pengelola
proyek untuk diketahui mengenai jadwal waktu pelaksanaan yang diajukan
perencana
Dari metode yang sudah di paparkan pada bab sebelumnya maka dalam bab ini adalah
penjabaran atau analisa teknis rencana kerja dimana, agar kegiatan perencanaan ini
IV - 23
LAPORAN PENDAHULUAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH TERSEBAR
DI KABUPATEN SABU RAIJUA
berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan teknis pekerjaan. Rencana Kerja ini
berdasarkan kerangka acuan kerja dan ruang lingkup pekerjaan mulai dari pekerjaan
persiapan hingga pekerjaan pelaporan.
Adapun tahapan yang akan di analisa di dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan
pengelolaan air limbah kawasan ini meliputi:
1. Persiapan.
2. Survei Lapangan dan Pengukuran Topografi.
3. Analisa dan Perencanaan Teknis
4. Penyusunan Laporan
IV - 24