Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ILMU KESEHATAN ANAK

“IMUNISASI”

DOSEN PEMBIMBING :
Rachmawati,S.Sos.M.Kes

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


1. ALDILA RIZKA DIANA ( P0 5140316 002)
2. RETNO LESTARI ( P0 5140316 033)
3. NOVITA SARI ( P0 5140316 028)
4. ANGGIA PRATAMA ( P0 5140316 003)
5. LAILI FITRIANA JM ( P0 5140316 020)
6. NERA MARENSA ( P0 5140316 026)
7. RAHAYU ECI PUTRI ( P0 5140315 032)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU

PRODI DIV KEBIDANAN BENGKULU


T.A. 2017-2018
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
model model dokumentasi asuhan. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu
Rachmawati,S.Sos.M.Kes selaku Dosen mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk
itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bengkulu, Agustus 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunologi 4
B. Perngertian Imunisasi 4
C. Tujuan Imunisasi 5
D. Macam-Macam Imunisasi 5
E. Jenis-Jenis Imunisasi 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai
antigen. Secara khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein

3
racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka
sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti
yang dibuat tubuh disebut antibodi. Zat anti terhadap racun kuman disebut
antioksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu
bergantung kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat.
Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru untuk pertama kali
dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman
ganas. Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat. Tubuh belum mempunyai
“pengalaman” untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan
berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan
cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat
menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun)
terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda
terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan
terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang
mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar.
Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan
berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan
perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat
suntikan/imunisasi ulangan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian imunologi?
2. Apa pengertian imunisasi?
3. Apakah tujuan imunisasi?
4. Apa saja macam-macam imunisasi?
5. Apa saja jenis-jenis imunisasi?
6. Apa saja indikasi dan kontara indikasi serta efek samping dari pemberian
imunisasi?
7. Bagaimana penanganan apabila terjadi efek samping dari pemberian imunisasi?
C. Tujuan

4
a. Tujuan umum
Setelah disusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memberikan
asuhan kebidanan bayi dengan imunisasi yang di wajibkan DPT- Hb, polio, BCG,
campak dan Hepatitis berdasarkan umur bayi dan imunisasi yang dianjurkan
HIB, PCV, MMR, Influenza, tifoid, hepatitis A, varisella. Dalam jenis-jenis ini
imunisasi diharapkan mahasiswa dapat mengetahui vaksin terbuat dari apa,
tempat penyimpanan, sediaan, peralatan yang harus disiapkan, cara pemberian,
syarat, manfaat, dan efek samping dari pemberian imunisasi
b. Tujuan khusus
1) Mengetahui Pengertian imunisasi
2) Mengetahui tujuan imunisasi
3) Mengetahui syarat pemberian imunisasi
4) Mengetahui Macam-macam imunisasi
5) Mengetahui Jenis-jenis imunisasi
6) Mengetahui jadwal pemberian imunisasi
c. Manfaat
1) Bagi bayi
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.

2) Bagi ibu
Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit.
Mendorong keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak akan
menjalani masa kanak-kanak dengan aman.
3) Bagi Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa
Indonesia diantara segenap bangsa didunia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Imunologi
Imunologi, terdiri dari dua kata yaitu IMUN yang berarti kekebalan dan LOGI
atau LOGOS yang berarti ilmu, jadi bila digabungkan menjadi ilmu tentang
kekebalan. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang
mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua
organisme . Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik
dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi
(penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft);
karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro,
in situ, dan in vivo . Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin
ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.

B. Pengertian Imunisasi

6
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang
berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi / pengebalan adalah suatu usaha untuk membuat seseorang menjadi
kebal terhadap penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin. Imunisasi merupakan
salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling efektif untuk bayi dari segi
biaya (Wahab, 2000). Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi
yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas
ambang perlindungan. (Depkes RI, 2005).
Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang jika
masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus memiliki zat
anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut antibody. Zat
anti terhadap racun kuman disebut antitoksin.
Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk
antibody untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody
tersebut bersifat spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk
ke dalam tubuh dan tidak terhadap bibit penyakit lainnya.
Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan / kuman mati / zat yang bila
dimasukkan ke tubuh menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Imunisasi
bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit: Poliomyelitis
(kelumpuhan), Campak (measles), Difteri (indrak), Pertusis (batuk rejan / batuk
seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC), Hepatitis B dan untuk mencegah penyakit
dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh wabah yang sering berjangkit.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap
serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi
harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan hidup anak.

7
C. Tujuan Imunisasi
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi
angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari
dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan,
gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.

D. Macam-Macam Imunisasi
1. Imunisasi Aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang di buat sendiri oleh tubuh untuk
menolak terhadap suatu panyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat
bertahan lama. Kekabalan aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus “ system
imunitas” yang menghasilkan antibody dan kekebalan seluler dan bertahan lebih
lama disbanding kekebalan pasif. (Depkes, 2000)

Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:

a. Imunisasi aktif alamiah


Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuh dari suatu
penyakit. Misalnya pada terkena difteri /poliomyelitis dengan proses anak
terkena infeksi kemudian terjadi silent abortive, sembuh selanjutnya kebal
terhadap penyakit tersebut. Hal ini karena paparan penyakit terhadapsistem
kekebalan (sel limfosit) tersebut akan beredar dalam darah darah dan apabila
suatu ketika terpapar lagi dengan antigen yang sam, sel limfosit akan
memeproduksi antibody untuk mengenbalikan kekuatan imunitas terhadap
penyakit tersebut.
b. Imunisasi aktif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di berikan untuk
mendapatkan perlindungan dari sutu penyakit.Dikenal dengan imunisasi dasar
dan booster. Misalnya pemberian vaksin (cacar dan polio) yang kumannya
masih hidup, tetapi sudah dilemahkan (virus, kolera, tipus, pertusis, toksoid
(toksis)).

2. Imunisasi Pasif.

8
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan
tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanus
Serum).Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah:
Terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis
antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan.misalnya
antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini di bagi yaitu:
a. Imunisasi pasif alamiah
Adalah antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh ibu yang
merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
Kekebalan pada bayi , karena mendapatkan zat anti yang diturunkan dari
ibunya, ketika ia masih berada di dalam kandungan. Antibodi dari darah ibu,
melalui placenta, masuk kedalam darah si ibu.
Macam dan jumlah zat anti yang didapatkannya tergantung pada macam dan
jumlah zat anti yang dimiliki ibunya. Macam kekebalan yang diturunkan
antara lain: terhadap tetanus, diptheri, pertussis, typhus.
Kekebalan ini biasanya berlangsung sampai umur 3-5 bulan, karena zat anti
ini makin lama makin berkurang, sedang ia sendiri tidak membuatnya.
b. Imunisasi pasif buatan.
Adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum untuk
mencegah penyakit tertentu. Kekebalan yang diperoleh seseorang karena
orang itu diberi zat anti dari luar. Pemberian zat anti dapat berupa pengobatan
(therapeutika) maupun sebagai usaha pencegahan (propilactic). Misalnya:
seorang yang luka karena menginjak paku, karena ia takut menderita tetanus
ia disuntik ATS (Anti Tetanus Serum), sebagai usaha pencegahan.

Indikasi imunisasi pasif secara umum


a. Defisiensi sintesis antibody akibat defek B-limfosit bawaan maupun didapat.
b. Rentan terhadap suatu penyakit terpapar atau kemungkinan terpapar ( missal
anak dengan leukemia terpapar varisela atau campak) atau tidak cukup waktu
untuk memperoleh proteksi dengan vaksinasi (keadaan terpapar campak,
rabies, hepatitis B)
c. Sebagai pengobatan membantu menekan dampak toksin (missal keracunan
atau luka bakar, difteria, tetanus) atau menekan proses inflamasi yang terjadi
(Penyakit kawasaki)

9
E. Jenis-jenis Imunisasi
Berikut ini merupakan jenis imunisasi yang diwajibkan yaitu :
1. Imunisasi BCG
Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari TBC, tapi dapat
mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup yang
dilemahkan. Ditemukan oleh Calmette dan Guerin.

Dosis dan cara pemberian :

Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m.


deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan.

Sediaan dan penyimpanan:

Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%.
Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam sisanya ditimbun
dalam tanah dan di bakar di atasnya, Penyimpanan pada suhu < 5°C terhindar
dari sinar matahari (indoor day-light).

Indikasi pemberian vaksin BCG:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).

Kontra indikasi pemberian vaksin BCG:

a. Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun kongenital,


leukemia, keganasan
b. Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi
c. Penyakit kulit yang berat atau menahun seperti; eksim, furunkulosis dan
sebagainya.
d. Hamil

10
Efek samping :

a. Reaksi normal
Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan
terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah
10 mm.Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil
yang kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat
apapun pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa
kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-
7 mm.
b. Reaksi berat
Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang lebih
dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher /
ketiak, hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis
yang terlalu tinggi.
c. Reaksi yang lebih cepat
Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan
mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah
mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi
BCG.

2. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin berisi HBsAg murni. Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan
imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B. Vaksin
hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang
telah mengalami proses pemurnian.
Diberikan sedini mungkin setelah lahir, Dosis kedua 1 bulan berikutnya Dosis
ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan), Imunisasi ulangan 5 tahun
kemudian.
Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml. Kemasannya
menggunakan PID. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan
pemanasanPenyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C.

Cara Pemberian Dan Dosis


a. Sebelum digunakan dikocok terlebih dahulu

11
b. Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian
suntikan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha
c. Pemberian sebanyak 3 dosis
d. Dosis pertama diberikan pada usia 0 – 7 hari, dosis berikutnya dengan interval
minimum 4 minggu (1 bulan)

Indikasi pemberian vaksin hepatitis B


Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B

3. Imunisasi Campak
Imunisasi campak digunakan untuk mencegah penyakit campak. Vaksin dari
virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan +
kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc
pelarut aquades.
Dosis dan cara pemberian
a. Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang
diperoleh dari ibu.
b. Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.
c. Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai – 20 derajat Celsius
d. Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-
8°C
e. Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan
kemudian.
Efek samping:
Demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi. Kejadian
encefalitis lebih jarang.

Kontra indikasi pemberian vaksin campak:


a. infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius
b. gangguan sistem kekebalan
c. pemakaian obat imunosupresan
d. alergi terhadap protein telur
e. hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
f. wanita hamil.

D. Imunisasi DPT
Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut “triple
vaksin”. jumlah suntikan : 3 x Diberikan pada usia 2, 4, 6 bulan. Selang

12
pemberian minimal 4 minggu,Dosis 0,05 cc, IM / SC, Vaksin DPT disimpan
pada suhu 2-8°C. Vaksin akan rusak bila dibekukan kena panas.
a. Vaksin toxoid difteri
Vaksin ini merupakan bagian dari DPT, difteri disebabkan oleh bakteri yang
memproduksi racun, vaksin terbuat dari toxoid yaitu racun difteri yang telah
dilemahkan.
b. Vaksin pertussis
Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit pertusis adalah bakteri
vaksin dibuat dari bakteri yang telah dimatikan, akan mudah rusak, bila kena
panas, sama seperti vaksin BCG, dalam vaksin DPT komponen pertusis
merupakan vaksin yang paling mudah rusak.
c. Vaksin tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT. Tetanus disebabkan oleh
bakteri yang memproduksi toxin. Vaksin terbuat dari toxin tetanus yang telah
dilemahkan.
Kontraindikasi
a. DPT 1 : Panas lebih dari 38°C, riwayat kejang demam
b. DPT 2 atau 3 : Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT (misalnya suhu
tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, shock)

Efek samping :
a. Panas
Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat
imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh 1 – 2 hari. Anjurkan agar jangan
dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan air
yang dicelupkan ke air hangat.
b. Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.
c. Peradangan
Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin
disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak
steril karena :
1) Jumlah tersentuh
2) Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak
steril.
3) Sterilisasi kurang lama.
4) Pencemaran oleh kuman.

13
d. Kejang-kejang
Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas reaksi disebabkan
oleh komponen dari vaksin DPT.

E. Imunisasi Polio
Tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral) atau di kenal dengan nama
oral polio vaccine (OPV) bertujuan memberi kekebalan dari penyakit
poliomelitis, vaksin yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia
berasal dari vaksin hidup (yang telah dilemahkan) vaksin berbentuk
cairan.Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1 ampul. Diberikan pada bayi 4 x
dengan jarak minimal 4 minggu umur 0,2,4,6 bulan sebanyak 2 tetes.

Efek samping :
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik
karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.

Indikasi pemberian vaksin Polio:


Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis

Kontra indikasi pemberian vaksin Polio:


Defisiensi imunologik atau kontak dengannya

Berikut ini merupakan jenis imunisasi yang dianjurkan yaitu :


1. Imunisasi HiB
Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB
(Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga
terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat
berbahaya karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian.
Selain mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan
radang paru dan radang epiglotis.
Mula-mula, kuman ini berada di dalam rongga hidung kemudian masuk ke darah
dan menyebar sampai ke otak dengan masa inkubasi satu minggu. Gejala yang
muncul bisa berupa demam tinggi lebih dari 38,50C, pusing, menggigil, kejang-
kejang, dan kesadaran menurun. Bila sudah terjadi serangan harus diatasi dengan
segera dan tepat oleh dokter yang memahami betul penyakit ini. Jika meningitis
tak diobati dengan baik atau terlambat ditangani, akan menimbulkan gejala sisa,

14
seperti lumpuh, tuli, bahkan kadang tak bisa melihat. Pada banyak anak
perkembangannya juga terlambat, bisa retardasi mental atau cerebral palsy. Itulah
mengapa, peran imunisasi HiB dalam mencekal penyakit ini sangatlah penting.

Usia & JumlahPemberian:


Diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2, 4, 6, dan 15 atau 16 bulan. Bila
terlambat diberikan, semisal hingga usia 5 bulan belum diimunisasi, maka dapat
diberikan di usia 6 bulan dan 15 atau 16 bulan.

Efek Samping:
Umumnya muncul demam ringan yang akan reda dengan sendirinya.

Tingkat Kekebalan Efektivitasnya mencapai 97-99%.

Kontra Indikasi:
Tak dapat diberikan pada anak yang sakit atau kekebalannya sedang menurun
untuk menghindari efek samping yang mungkin terjadi.

2. Imunisasi PCV
Jenis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. PCV atau Pneumococcal Vaccine
alias imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit
IPD (Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang selaput otak),
bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini
disebabkan kuman Streptococcus Pneumoniae atau Pneumokokus yang
penularannya lewat udara. Gejala yang timbul umumnya demam tinggi,
menggigil, tekanan darah rendah, kurang kesadaran, hingga tak sadarkan diri.
Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya bisa menyebar lewat darah
(invasif) sehingga dapat memperluas organ yang terinfeksi. Diperlukan imunisasi
Pneumokukus untuk mencekal penyakit ini.

Usia & Jumlah Pemberian:


Dapat diberikan sejak usia 2 bulan, kemudian berikutnya di usia 4 dan 6 bulan.
Sedangkan pemberian ke-4 bisa dilakukan saat anak usia 12-15 bulan atau ketika
sudah 2 tahun.

15
Bila hingga 6 bulan belum divaksin, bisa diberikan di usia 7-11 bulan sebanyak
dua dosis dengan interval pemberian sedikitnya 1 bulan. Dosis ke-3 dapat
diberikan pada usia 2 tahun. Atau hingga 12 bulan belum diberikan, vaksin bisa
di berikan di usia 12-23 bulan sebanyak dua dosis dengan interval sedikitnya 2
bulan.

Efek Samping:
Biasanya muncul demam ringan, kurang dari 380c, rewel, mengantuk, nafsu
makan berkurang, muntah, diare, dan muncul kemerahan pada kulit. Reaksi ini
terbilang umum dan wajar karena bisa hilang dengan sendirinya.

3. Imunisasi MMR
Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps
(gondongan/parotitis), Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman).
Terutama buat anak perempuan, vaksinasi MMR sangat penting untuk
mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. Sementara pada anak lelaki,
nantinya vaksin MMR mencegah agar tak terserang rubela dan menulari sang
istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat menyebabkan
kecacatan pada janin. Kontra indikasi: wanita hamil, imuno kompromise, kurang
2-3 bulan sebelumnya mendapat transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi
anafilaksis terhadap telur

Usia & Jumlah Pemberian:


Diberikan 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan 6 tahun. Jika belum mendapat
imunisasi campak di usia 9 bulan, maka MMR dapat diberikan di usia 12 bulan,
dan diulangi pada umur 6 tahun.
Catatan:
Bila orangtua khawatir atau anak menunjukkan keterlambatan bicara dan
perkembangan lainnya, pemberian imunisasi MMR dapat ditunda hingga anak
berusia 3 tahun. Bila semua proses tumbuh kembangnya tak ada masalah alias
normal, vaksin MMR dapat diberikan kepada anak.

Efek Samping
Beberapa hari setelah diimunisasi, biasanya anak mengalami demam, timbul
ruam atau bercak merah, serta terjadi pembengkakan di lokasi penyuntikan.

16
Namun tak perlu khawatir karena gejala tersebut berlangsung sementara saja.
Demamnya pun dapat diatasi dengan obat penurun panas yang dosis
pemakaiannya sesuai anjuran dokter.

4. Imunisasi Influenza
Influenza merupakan penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan virus.
Penyakit ini dapat menular dengan mudah karena virusnya bisa menyebar lewat
udara yang bila terhirup dan masuk ke saluran pernapasan kita langsung tertular.
Sebenarnya, influenza tergolong ringan karena sifatnya yang self-limiting disease
alias bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Penderita hanya perlu beristirahat,
banyak minum air putih, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi
makanan bergizi seimbang.
Akan tetapi, influenza bisa berisiko pada anak-anak tertentu. Di antaranya,
penderita asma dan penyakit paru-paru kronis lainnya, penderita leukemia,
thalassemia, dan jantung bawaan. Juga, anak yang mendapat terapi obat golongan
kortikosteroid dan penderita kanker. Anak-anak yang berisiko tinggi ini, jika
sampai terkena influenza, daya tahan tubuh mereka akan sangat menurun
sehingga penyakit utamanya bertambah parah. Karena itulah, anak-anak ini perlu
mendapatkan vaksinasi influenza.

Usia & Jumlah Pemberian:


Dapat diberikan sejak usia 6 bulan yang kemudian diulang setiap tahun, lantaran
vaksinnya hanya efektif selama 1 tahun.

Efek Samping:
Muncul demam ringan antara 6-24 jam setelah suntikan. Atau, muncul reaksi
lokal seperti kemerahan di lokasi bekas suntikan. Namun tidak usah khawatir
karena reaksi tersebut akan hilang dengan sendirinya.

Tanda Keberhasilan:
Sulit dilihat karena tidak kasat mata.

Tingkat Kekebalan: Sebagaimana imunisasi lainnya, tingkat proteksi tak sampai


100%. Terlebih pada penyakit influenza, ada kemungkinan virus yang beredar di

17
masyarakat sudah mengalami mutasi (perubahan sifat), atau jenis virus yang
sedang menginfeksi anak tak dapat dicegah oleh vaksin influenza yang diberikan.

5. Imunisasi Tifoid
Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif)
dan vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias
penyakit tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi.
Bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-
minuman yang tidak higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh,
terutama saluran cerna.
Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang berangsur-angsur
meningkat setiap hari, bisa sampai 400c. Basanya di pagi hari demam akan
menurun tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala lainnya adalah
mencret, mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan
acuh tak acuh bahkan bengong, dan tidur pasif (tak banyak gerak).
Pada tingkat ringan atau disebut paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah.
Anak harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan
minum antibiotik yang diresepkan dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di
rumah sakit. Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas
untuk mencegah kekambuhan. Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi
karena dapat berakibat fatal.
Namun pencegahan tetaplah yang terbaik, terlebih Indonesia merupakan negara
endemik penyakit tifus.

Usia & Jumlah Pemberian:


Vaksin suntikan diberikan satu kali kepada anak umur 2 tahun dan diulang setiap
3 tahun. Pengulangan ini perlu mengingat serangan penyakit tifus bisa berulang,
ditambah banyaknya lingkungan yang tidak higienis dan kurang terjaminnya
makanan yang dikonsumsi anak. Sementara vaksin oral diberikan kepada anak
umur 6 tahun atau lebih.

Efek Samping
Umumnya berupa bengkak, nyeri, ruam kulit, dan kemerahan di tempat suntikan.
Juga bisa muncul demam, nyeri kepala/pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nausea

18
(mual), dan nyeri perut (jarang dijumpai). Efek tersebut akan hilang dengan
sendirinya.

6. Imunisasi Hepatitis A

Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan


virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel di makanan,
minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak
lain maka dia akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap
VHA atau tidak, harus dilakukan tes darah.

Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata kurang lebih 28 hari.
Setelah itu barulah muncul gejala seperti lesu, lelah, kehilangan nafsu makan,
mual, muntah, rasa tak enak di bagian kanan atas perut, demam, merasa dingin,
sakit kepala, sakit tenggorokan, dan batuk. Biasanya berlangsung 4-7 hari.
Selanjutnya, urine mulai berwarna lebih gelap seperti teh. Biasanya kuning ini
menghilang dalam 2 minggu.

Tak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A, karena sesungguhnya penyakit ini
dapat sembuh sendiri. Pengobatan dilakukan hanya untuk mengatasi gejala
seperti demam dan mual. Selebihnya, anak harus banyak istirahat dan
mengonsumsi makanan bergizi.

Meski tak separah hepatitis B, bukan berarti kita boleh menganggap remeh
hepatitis A. Pasalnya, penyakit yang kerap disebut penyakit kuning ini, bisa
menjadi berat bila terjadi komplikasi. Jadi, pencegahan tetap diperlukan, yakni
dengan pemberian imunisasi hepatitis A. Disamping, menjaga lingkungan agar
selalu bersih dan sehat, termasuk kebersihan makanan dan minuman.

Usia & Jumlah Pemberian:

Dapat diberikan saat anak berusia 2 tahun, sebanyak 2 kali dengan interval
pemberian 6-12 bulan.

19
Efek Samping:

Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun, meski sangat jarang, dapat muncul
rasa sakit pada bekas suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi
ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.

Tingkat Kekebalan: Efektif mencekal hingga 90%.

7. Imunisasi Varisela

Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox, penyakit yang
disebabkan virus varicella zooster. Termasuk penyakit akut dan menular, yang
ditandai dengan vesikel (lesi/bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir.
Penularannya sangat mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang
keluar saat penderita meludah, bersin, atau batuk. Namun yang paling potensial
menularkan adalah kontak langsung dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul
bintik dengan cairan yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam,
maka tidak menular lagi.

Awalnya, anak mengalami demam sekitar 3-7 hari tapi tidak tinggi. Barulah
kemudian muncul bintik-bintik. Meski dapat sembuh sendiri, anak tetap perlu
dibawa ke dokter. Selain untuk mencegah bintik-bintik tidak meluas ke seluruh
tubuh, juga agar tak terjadi komplikasi yang bisa berakibat fatal. Sebaiknya
penderita dipisahkan dari anggota keluarga lainnya untuk mencegah penularan.
Minta anak untuk tidak menggaruk agar tak menimbulkan bekas luka. Atasi rasa
gatalnya dengan bedak yang mengandung kalamin. Tingkatkan daya tahan
tubuhnya dengan asupan makanan bergizi.

Usia & Jumlah Pemberian: Diberikan sebanyak 1 kali yakni pada usia antara 10-
12 tahun.

Efek Samping:

20
Umumnya tak terjadi reaksi. Hanya sekitar 1% yang mengalami demam.

Tingkat Kekebalan:

Efektivitasnya bisa mencapai 97%. Dari penelitian terhadap 100 anak yang
diimunisasi varisela, hanya 3 di antaranya yang tetap terkena cacar air, itu pun
tergolong ringan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imunisasi adalah suatu usaha untuk membuat seseorang menjadi kebal
terhadap penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin. Vaksin adalah kuman hidup
yang dilemahkan / kuman mati / zat yang bila dimasukkan ke tubuh menimbulkan
kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Imunisasi terdiri dari imunisasi aktif alamiah dan buatan serta imunisasi pasif
alamiah dan buatan. Imunisasi yang diwajibkan pemerintah ada 5 yaitu polio untuk
mencegah Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak untuk mencegah Campak
(measles), DPT untuk mencegah Difteri (indrak), Pertusis (batuk rejan / batuk seratus
hari), Tetanus, BCG untuk mencegah Tuberculosis (TBC), dan HB untuk mencegah
Hepatitis B. Serta imunisasi yang dianjurkan : HIB, PCV, MMR, Influenza, Hepatitis
A, tifoid, dan Varisella.

B. Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca sebagai bahan
referensi untuk mempelajari imunisasi. Kami yakin dalam penyusunan makalah ini
belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap

21
bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan
membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada
kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang
memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.

DAFTAR PUSTAKA

Staf Pengajar IKA FKUI, Buku Kuliah IKA Jilid I,II,III,FKUI,Jakarta,1985


Kristiyana Weni , Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak, Nuha Medika,
Yogyakarta,2011

22
Soal IKA Kelompok 2

1. Ilmu yang mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan
sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik
fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro, in situ,
dan in vivo adalah pengertian dari…
a) Mikrobiologi
b) Imunologi
c) Biologi
d) Anatomi fisiologi

2. Imunisasi terhadap polio atau campak termasuk…


a) Pertahanan tubuh internal
b) Kekebalan tubuh aktif
c) Kekebalan tubuh aktif buatan
d) Pertahanan tubuh eksternal

Kasus untuk soal No 3-6

Bayi R sudah mendapat imunisasi BCG 2 hari yang lalu. Saat ini timbul bengkak dan
merah pada tempat penyuntikan .

3. Masalah yang terjadi pada bayi R disebabkan oleh…


a) Alergi terhadap vaksin
b) Reaksi normal imunisasi BCG

23
c) Penyuntikan terlalu dalam
d) Bayi tidak tahan dengan vaksin BCG

4. Dosis imunisasi yang diberikan untuk bayi R adalah…


a) 0,01 ml
b) 0,5 ml
c) 0,1 ml
d) 0,05 ml

5. Tujuan pemberian imunisasi pada bayi R adalah…


a) Mencegah penyakit infeksi saluran pernapasan
b) Membuat kekebalan aktif terhadap penyakit TBC
c) Memberi kekebalan aktif terhadap penyakit difteri
d) Mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit campak
6. Timbulnya scar pada lengan bayi R adalah…minggu
a) Satu
b) Tiga
c) Empat
d) Lima
7. Vaksinasi dapat diberikan per oral, misalnya vaksin untuk mencegah penyakit :
a) Cacar
b) Rabies
c) Tuberculosis
d) polio
8. Berikut ini yang termasuk dalam imunisasi yang dianjurkan (tidak wajib)
adalah…
a) Hepatitis A
b) DPT
c) BCG
d) Hepatitis B
9. Imunisasi yang memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit IPD
(Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang selaput otak),
bakteremia (infeksi darah), dan pneumonia (radang paru) adalah…
a) Imunisasi MMR
b) Imunisasi HIB
c) Imunisasi influenza
d) Imunisasi PCV
10. Berikut ini yang tidak termasuk kontraindikasi imunisasi BCG adalah
a) Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun kongenital,
leukemia, keganasan
b) Ibu yang mempunyai balita
c) Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi

24
d) Penyakit kulit yang berat atau menahun seperti; eksim, furunkulosis dan
sebagainya.

25

Anda mungkin juga menyukai