Rangkuman Penyediaan Energi Air
Rangkuman Penyediaan Energi Air
Air merupakan potensi sumber energi yang besar, karena pada air tersimpan energi
potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air mengalir). Tenaga air
(hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi yang dimiliki
air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud energi mekanis, untuk selanjutnya
diubah menjadi energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan dengan
menggunakan kincir air atau turbin air yang memanfaatkan adanya suatu air terjun
atau aliran air di sungai.
Kebutuhan listrik dewasa ini akan terus meningkat seiring dengan membaiknya kondisi
perekonomian, pertambahan jumlah penduduk, dan peningkatan pembangunan.
Infrastruktur ini merupakan salah satu prasyarat utama yang harus dibangun seiring
dengan pembangunan itu sendiri. Keterbatasan jumlah pembangkit ternyata tidak dapat
mengimbangi pertumbuhan industri maupun tingkat sosial ekonomi masyarakat.
Sedangkan infrastruktur ini merupakan salah satu prasyarat utama investasi yang
sekarang ini tengah digalakkan oleh pemerintah. Di sisi lain pemenuhan pembangunan
tenaga listrik untuk masyarakat umum terutama di perdesaan masih cukup rendah.
Upaya pemecahan dari permasalahan tersebut adalah pembangunan listrik perdesaan
untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat di perdesaan yang bersumber dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN) maupun sumber lainnya. Pembangunan
ketenagalistrikan tersebut bertujuan untuk pemerataan pembangunan ketenagalistrikan
agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi di perdesaan.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah-daerah perdesaan yang jauh dari jaringan
listrik dapat memanfaatkan potensi energi setempat untuk membangkitkan listrik.
Sumber energi setempat yang sangat potensial, yaitu di antaranya adalah tenaga air yang
dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). Teknologi
pembangkit listrik tenaga mikro hidro merupakan teknologi yang paling matang untuk
dikembangkan di daerah perdesaan yang jauh dari jangkauan jaringan listrik. Sumber
energi listrik dengan mikro hidro termasuk bersih dan ramah lingkungan.
Keanekaragaman teknologi pembangkit listrik mikro hidro memungkinkan
diintegrasikan dengan jaringan yang ada dan dapat didistribusikan ke daerah terpencil
serta dapat dimanfaatkan secara komersial dalam skala kecil untuk dapat mendorong
terciptanya aktivitas pembangunan yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
di perdesaan.
Indonesia memiliki iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi, sehingga memiliki
banyak sumber air yang salah satunya adalah sungai. Di Indonesia terdapat ratusan
sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi terutama di daerah-
daerah perdesaan yang masih belum dilalui jaringan listrik, yaitu dengan memanfaatkan
tenaga air untuk menjadi tenaga listrik. Untuk membantu memenuhi kebutuhan energi
listrik tersebut, dapat dilakukan upaya pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH).
Kabupaten Lampung Barat memiliki potensi sumber daya air yang cukup untuk
menggerakkan turbin yang dapat menghasilkan energi listrik. Kecamatan Suoh
merupakan lokasi yang sulit dijangkau karena kondisi jalan yang buruk sehingga hanya
dapat dilalui oleh motor trail maupun oleh kendaraan roda empat (4 wheel drive).
Kondisi ini diperburuk karena pada saat ini sebagian wilayah Kecamatan Suoh tidak
menikmati fasilitas listrik. Hal ini mengganggu kegiatan maupun produktivitas
penduduk. Masyarakat tidak dapat menyalurkan hasil bumi dengan baik. Begitu juga
bagi para siswa sekolah tidak dapat belajar dengan maksimal di malam hari.
Secara umum Kabupaten Lampung Barat ternyata memiliki sumber energi listrik untuk
kebutuhan masa depan. Potensi itu antara lain panas bumi Suoh Sekincau, panas bumi
Danau Ranau, dan potensi sungai atau mikrohidro. Ketiganya dapat dikembangkan
menjadi pembangkit listrik. Saat ini pemerintah setempat pun tengah mengusahakan
izin dari pusat untuk mengelola potensi sungai. Izin disampaikan kepada Menteri Energi
Sumber Daya Mineral (ESDM) mengenai pembangunan pembangkit listrik tenaga air.
Beberapa sungai yang dapat dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik tenaga air yakni
Sungai Batang Ireng di Pekon Sumber Agung Kecamatan Suoh. Jika menunggu realisasi
dari rencana pembangunan pembangkit tenaga listrik tersebut, bisa memerlukan waktu
yang sangat lama. Padahal kebutuhan penduduk akan energi listrik sudah mendesak
untuk dipenuhi. Sehingga salah satu usaha optimal yang dapat dilakukan adalah dengan
memanfaatkan energi listrik mikrohidro.
Besarnya listrik yang dihasilkan oleh PLTA tergantung dua faktor yaitu, semakin tinggi
suatu bendungan, semakin tinggi air jatuh maka semakin besar tenaga yang dihasilkan,
sehingga semakin banyak air yang jatuh maka turbin akan menghasilkan tenaga yang
lebih besar. Jumlah air yang tersedia tergantung pada jumlah air yang mengalir di
sungai. Untuk itu perlu dilakukan analisis hidrologi dan hidrolika yang mencakup
pengukuran debit dan analisis aliran rendah (low flow).
PENDAHULUAN
Energi air adalah energi yang telah dimanfaatkan secara luas di Indonesia yang dalam
skala besar telah digunakan sebagai pembangkit listrik. Beberapa perusahaan di bidang
pertanian bahkan juga memiliki pembangkit listrik sendiri yang bersumber dari energi
air. Di masa mendatang untuk pembangunan pedesaan termasuk industri kecil yang jauh
dari jaringan listrik nasional, energi yang dibangkitkan melalui sistem mikrohidro
diperkirakan akan tumbuh secara pesat.
Turbin Kaplan
Turbin Pelton
Turbin Francis
Turbin Bankie
Keuntungan PLTA
Pembangkit listrik tenaga air tidak "menghabiskan" air, semua air dikembalikan ke sumber
asalnya. PLTA dapat dibuat bekerja 24 jam, 7 hari seminggu. PLTA juga adalah sumber energi
yang bersih, tidak menghasilkan polusi udarai. Pembangkit listrik, sekali di tempat, tidak
menciptakan produk sampingan limbah dalam konversi mereka. Bendungan yang dibangun
juga dapat menutup gerbang mereka dan menyimpan air untuk digunakan oleh PLTA ketika
beban tinggi.
Kerugian PLTA
Seperti semua pembangkit listrik, pembangkit listrik tenaga air membutuhkan biaya yang
sangat mahal untuk pembangunan, dan harus dibangun untuk standar yang sangat tinggi.
Tingginya biaya berarti bahwa pembangkit harus beroperasi untuk waktu yang lama untuk
menjadi menguntungkan. Pembangunan bendungan juga dapat menyebabkan banjir, yang
berarti lingkungan dan habitat alami hewan, dan bahkan manusia mungkin hancur.
Pembangunan bendungan untuk pembangkit listrik tenaga air juga dapat menyebabkan banyak
masalah akses air. Penciptaan sebuah bendungan di satu lokasi mungkin berarti bahwa aliran
sungai tersebut turun dan tidak lagi memiliki kontrol aliran air. Hal ini dapat menjadi
kontroveesi di tempat-tempat di mana negara-negara yang bertetangga berbagi pasokan air.
MIKROHIDRO
Mikrohidro atau yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
(PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air
sebagai tenaga penggeraknya seperti, saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan
cara memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Mikrohidro merupakan
sebuah istilah yang terdiri dari kata mikro yang berarti kecil dan hidro yang berarti air.
Secara teknis, mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sebagai sumber
energi), turbin dan generator. Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang
memiliki perbedaan ketinggian tertentu. Pada dasarnya, mikrohidro memanfaatkan
energi potensial jatuhan air (head). Semakin tinggi jatuhan air maka semakin besar
energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografis
(tata letak sungai), tinggi jatuhan air dapat pula diperoleh dengan membendung aliran
air sehingga permukaan air menjadi tinggi. Air dialirkan melalui sebuah pipa pesat
kedalam rumah pembangkit yang pada umumnya dibangun di bagian tepi sungai untuk
menggerakkan turbin atau kincir air mikrohidro. Energi mekanik yang berasal dari
putaran poros turbin akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah generator.
Mikrohidro bisa memanfaatkan ketinggian air yang tidak terlalu besar, misalnya dengan
ketinggian air 2.5 meter dapat dihasilkan listrik 400 watt. Relatif kecilnya energi yang
dihasilkan mikrohidro dibandingkan dengan PLTA skala besar, berimplikasi pada
relatif sederhananya peralatan serta kecilnya areal yang diperlukan guna instalasi dan
pengoperasian mikrohidro. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan mikrohidro,
yakni tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Perbedaan antara Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) dengan mikrohidro terutama pada besarnya tenaga listrik yang
dihasilkan, PLTA dibawah ukuran 200 KW digolongkan sebagai mikrohidro. Dengan
demikian, sistem pembangkit mikrohidro cocok untuk menjangkau ketersediaan
jaringan energi listrik di daerah-daerah terpencil dan pedesaan. Beberapa keuntungan
yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga listrik mikrohidro adalah sebagai berikut:
- Dibandingkan dengan pembangkit listrik jenis yang lain, PLTMH ini cukup murah
karena menggunakan energi alam.
- Memiliki konstruksi yang sederhana dan dapat dioperasikan di daerah terpencil
dengan tenaga terampil penduduk daerah setempat dengan sedikit latihan.
- Tidak menimbulkan pencemaran.
- Dapat dipadukan dengan program lainnya seperti irigasi dan perikanan.
- Dapat mendorong masyarakat agar dapat menjaga kelestarian hutan sehingga
ketersediaan air terjamin.
Dalam perjalanan sejarahnya, PLTMH memperoleh popularitas sebagai sistem
pembangkitan listrik tenaga air yang tepat guna (appropriate technology) dan ramah
lingkungan. Banyak kelompok yang menentang pembangunan PLTA , dan mereka lebih
menganjurkan menggunakan PLTMH. Dukungan mereka terhadap PLTMH dengan
alasan PLTMH tidak menggunakan dam tinggi sehingga resiko bencana lebih kecil, tidak
membutuhkan genangan yang luas sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan yag
merugikan, dapat dioperasikan dan dipelihara lebih mudah sehingga masyarakat lokal
dapat membangun, mengelola, dan memanfaatkan sumber daya air untuk kesejahteraan
penduduk setempat. PLTMH adalah media dan alat untuk mengembangkan
kemampuan masyarakat dalam memperbaiki kualitas dan harkat hidupnya.
Dengan demikian PLTMH bukan sekedar ukuran kapasitas sebuah pembangkit daya,
tetapi lebih pada sebuah gerakan sosial, sebagai bagian dari pemahaman teknologi tepat
guna (approprite technology) dalam kerangka pengembangan masyarakat (community
development). Oleh karena itu pembangunan PLTMH yang tidak memberdayakan
penduduk lokal, apalagi tidak melibatkan pastisipasi aktif masyarakat bukanlah
pembangunan PLTMH (Hydro Power for Empowering People).
Pada awal tahun 70-an, PLTMH mulai dikenalkan di berbagai negara di Asia, seperti
Srilangka, Bangladesh, dan juga Indonesia. Setelah terpasang beberapa instalasi
PLTMH, ternyata secara statistik kapasitas pembangkitan dengan skema PLTMH
berkisar antara 1 kW hingga 100 kW, dan dari data ini maka PLTMH diklasifikasikan
sebagai PLTA dengan kapasitas daya listrik tidak lebih dari 100 kW. Tetapi kebanyakan
penggiat PLTMH sepakat bahwa kapasitas pembangkit bukan batasan penggunaan
PLTMH, jika prinsip-prinsip dasar PLTMH dapat dipenuhi maka istilah PLTMH masih
dapat digunakan walaupun kapasitas pembangkit lebih dari 100 kW.
Pada kenyatannya memang persyaratan teknis PLTMH bergantung pada kapasitas daya
pembangkit. PLTMH dengan daya lebih dari 100 kW membutuhkan perencanaan yang
lebih mendalam, menuntut pembuatan turbin yang lebih presisi, menggunakan kontroler
yang lebih baik sehingga kehandalan instalsi PLTMH dapat beroperasi kontinyu, dengan
kualitas listrik lebih baik.
Dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya seperti angin, biomass, dan
tenaga surya, PLTMH memiliki beberapa keunggulan lain diantaranya;
- Efisiensi PLTM lebih tinggi (70 – 90 %), sehingga lebih baik daripada teknologi
energi lainnya.
- Faktor kapasitas PLTMH lebih tinggi, biasanya lebih dari 50% (tergantung aplikasi
sistem), dibandingkan dengan PV yang hanya 10% dan 30% untuk angin. Oleh
karena itu PLTMH lebih handal dalam sistem jaringan terpisah. (off grid).
- PLTMH lebih mudah diprediksi, biasanya berubah sesuai dengan pola curah hujan
tahunan.
- Perubahan sistem kerja PLTMH lebih lambat, air sebagai sumber energi berubah
secara berangsur-angsur dari hari ke hari, tidak dari menit ke menit seperti halnya
angin.
- Keterkaitan PLTMH dengan beban lebih baik, dimana output tetap konstan baik
malam ataupun siang hari. Permintaan beban yang meningkat dapat dilayani ketika
debit air lebih besar dan daya yang dihasilkan mencapai maksimum.
- PLTMH lebih tahan lama dan handal, sehingga dapat dipakai hingga 50 tahun
bahkan lebih, dan cukup mudah untuk ditangani oleh penduduk desa.
BAGIAN-BAGIAN PLTMH
Sebuah PLTMH mempunyai empat sistem utama, yaitu:
1. Sistem Hidrolik, terdiri dari: bendung dan intake, bak pengendap, saluran
pembawa, bak penenang, saluran pelimpah, pipa pesat, turbin.
2. Sistem Pembangkitan (Generator dan Switch Gear)
3. Beban/ sistem konsumen (peralatan listrik)
4. Sistem kontrol (yang mensesuaikan output sistem dengan beban konsumen
JENIS-JENIS PLTA
BERDASARKAN TINGGI TERJUN
1. PLTA jenis tersusun air (water way)
Adalah pusat listrik yang mempunyai tempat ambil air (intake) di hulu sungai dan
mengalirkan air ke hilir melalui terusan air dengan kemiringan (gradient) yang agak
kecil. Tenaga listrik dibangkitkan dengan cara memanfaatkan tinggi terjun dan
kemiringan sungai.
2. PLTA jenis DAM/bendungan
Adalah pembangkit listrik dengan bendungan yang melintang di sungai, pembuatan
bendungan ini dimaksudkan untuk menaikkan permukaan air dibagian hulu sungai
guna membangkitkan energi potensial yang lebih besar sebagai pembangkit listrik.
3. PLTA jenis terusan dan DAM (campuran)
Adalah pusat listrik yang menggunakan gabungan dari dua jenis sebelumnya, jadi
energi potensial yang diperoleh dari bendungan dan terusan.
BERDASARKAN ALIRAN SUNGAI
1. PLTA jenis aliran sungai langsung (run of river)
Banyak dipakai dalam PLTA saluran air/terusan, jenis ini membangkitkan listrik
dengan memanfaatkan aliran sungai itu sendiri secara alamiah.
2. PLTA dengan kolam pengatur (regulatoring pond)
Mengatur aliran sungai setiap hari atau setiap minggu dengan menggunakan kolam
pengatur yang dibangun melintang sungai dan membangkitkan listrik sesuai dengan
beban.
3. Pusat listrik jenis waduk (reservoir)
Di buat dengan cara membangun suatu waduk yang melintang sungai, sehingga
terbentuk seperti danau buatan, atau dapat dibuat dari danau asli sebagai
penampung air hujan sebagai cadangan untuk musim kemarau.
4. PLTA jenis pompa (pumped storage)
Adalah jenis PLTA yang memanfaatkan tenaga listrik yang berlebihan ketika musim
hujan atau pada saat pemakaian tenaga listrik berkurang saat tengah malam, pada
waktu ini sebgian turbin berfungsi sebagai pompa untuk memompa air yang di hilir
ke hulu, jadi pembangkit ini memanfaatkan kembali air yang dipakai saat beban
puncak dan dipompa ke atas lagi saat beban puncak terlewati.
BAGIAN-BAGIAN PLTA
Ket:
1) Sungai/ bendungan/ tempat penampungan air
2) Intake yaitu pintu masuk air dari sunga
3) Katup pengaman berfungsi sebagai katup pengatur intake
4) Headrace tunnel
5) Penstock
6) Surge tank berfungsi sebagai pengaman tekanan air yang tiba-tiba naik saat katup
ditutup
7) Main Stop Valpe berfungsi sebagai katup pengatur turbin
8) Turbin berfungsi mengubah energi potensial air menjadi energi gerak
9) Generator berfungsi sebagai penghasil energi listrik dan energi gerak yanh
dihasilkan turbin
10) Main transformer berfunsi sebagai conventer listrik yang dihasilkan oleh turbin
menjadi listrik yang akan di transmisikan
11) Transmission line berfungsi sebagai penyalur energi listrik ke konsumen