Anda di halaman 1dari 64

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 1

Proficiat
Pesta Emas
SEMINARI TINGGI SANTO

&
PETRUS-PAULUS
KEUSKUPAN BOGOR

Pesta PERAK
TAHBISAN PRESBYTERAT
RD. Antonius Dwi Haryanto
RD. B. Gatot Wotoseputro

2 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


Susunan Redaksi
Pelindung S a l a m R e da k s i
Mgr Paskalis Bruno Syukur

Penanggung Jawab
RD David Lerebulan
(Ketua Komisi Komsos Orang Muda,
Keuskupan Bogor)

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi


Gereja Masa Depan
RD Jeremias Uskono
dan Masa Kini
Redaktur
Aurelia Rani
Maria Dwi Anggraeni

K
Kontributor ajian mengenai OMK selalu menarik bagi kita.
Paroki-paroki Tidak ada habisnya pembahasan mengenai
OMK selalu kita gali, kita maknai lebih dalam.
Desain dan Tata Letak Termasuk salah satunya yang dibahas dan dirumuskan
Mentari Puteri Muliawan di dalam #Sinode2019 adalah OMK.
Hari Sisworo
Dalam #Sinode2019 OMK membahas OMK,
OMK membahas dirinya sendiri. Artinya perumusan
Pemasaran & Penjualan
Matheus Rico Herjuno kebijakan pastoral mengenai OMK lahir dari OMK
sendiri. Mereka diharapkan untuk datang ke sinode
Keuangan yang diadakan di paroki-paroki, bersukacita bersama
Hartati Hambalie dalam communio Injili dan mengungkapkan sukacita
Isabella Jany mereka di depan para pastor dan teman-temannya
sendiri, selain keprihatinannya.
Sirkulasi & Distribusi
OMK diharapkan memiliki iman akan Kristus
Komsos se-Keuskupan Bogor
yang hidup sehingga selalu bersemangat dalam
Sekretaris Paroki se-Keuskupan Bogor
berkomunio dan bermisi. Iman akan Kristus yang
Alamat Redaksi & Usaha hidup itulah yang harus dipertahankan terutama
Gedung Pusat Pastoral untuk menghadapi tantangan zaman milenial ini.
Keuskupan Bogor MEKAR edisi kali ini membahas tentang OMK
Jl. Kapten Muslihat No. 22 Bogor di zaman milenial dan OMK yang bersinode. Ajakan
16122 Bapa Uskup dalam artikelnya dan tulisan-tulisan
Telp: (0251) 8313997 dari para pastor adalah bukti bahwa mereka sangat
Fax: (0251) 8359102
menaruh perhatian pada pastoral OMK, pada OMK
E-mail:
sendiri. Simak ulasan mereka di Fokus Utama dan
mekarkeuskupanbogor@gmail.com
Gembala Menyapa! Baca juga artikel gaya hidup dan
Rekening BCA tips-tips bagi pembaca yang milenial banget deh! •
No. Rek: 166.035.2348
a.n. David Lerebulan &
Hartati Hambalie

Percetakan 2019 © MAJALAH MEKAR


MAJALAH MEKAR menerima tulisan, artikel, reportase, foto, dan karikatur dari
PT Grafika Mardi Yuana umat. Syarat tidak mengandung SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan)
Jl. Siliwangi No. 50 Bogor 16131 dan bermanfaat bagi umat (menambah pengetahuan wawasan, menginspirasi
iman, keterampilan memecahkan masalah, menggugah emosi, menghibur,
menyentuh kepekaan etis dan estetis, dan lain-lain). Redaksi menunggu kiriman
Anda via e-mail mekarkeuskupanbogor@gmail.com.
Isi di luar tanggung jawab percetakan.

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 1


DAFTAR ISI
4 Gembala Menyapa
6 Surat Yesus Jejak Iman
44 Katakombe,
Tempat Orang
Renungan yang Hidup
23 Aku Ingin Mencintai Air
dengan Sederhana

Laporan Khusus
24 Dari Resah Menuju Setia

Opini
27 Orang Muda Katolik:
Ekspresi Lebih
dari Sekitar Altar
47 Ragam
Geliat Komisi
28 Biro Buruh 55 Lensa Mekar

Geliat Keuskupan 56 Destinasi


30 Penglepasan Seminaris
Stella Maris

Suara Tanah Misi


32 Keuskupan Tanjung Selor
OMK, Gerak Gereja
Masa Depan
Pulau Alor
36 Komik Katolik

37 Liturgi & Katekese

38 Kesehatan

40 Nasional
41 Lintas Iman 58 Pojok Sinode

42 Gaya Hidup 60 Wajah

2 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


FOKUS

8 Generasi Masa
K(G)ini?

Milenial dan Disrupsi:


Masa Depan Gereja?

Gerak dan Langkah OMK


Keuskupan Bogor

OMK Bersinode:
Antara Pastoral,
Katekese, dan Misi

Desain Sampul
Hari Sisworo

Sosok
34 Agatha Lydia

Tunas
46 Dunia Digital
di Mata Gen
Milenial

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 3


G e m B a l a me NYa Pa

SURAT GEMBALA UNTUK OMK

Aku Orang Muda Katolik -


Aku Indonesia
Baharuilah Gereja dan
Tanah Air Kita

Mgr Paskalis Bruno Syukur

Saudara-saudariku, Orang Muda Keuskupan Bogor terkasih,


Semoga Sukacita Paskah dan Damai Tuhan berlimpah di relung-relung batinmu.

S Seruan “Aku Orang Muda Katolik – Aku Indonesia.


Baharuilah Gereja dan Tanah Air Kita” sengaja
dilontarkan kepada semua orang muda katolik keuskupan
Setelah Pemilu masih ada gerakan yang dimotori
oleh kaum muda di beberapa paroki, khususnya paroki St.
Paulus Depok. Gerakan cinta dan peduli akan lingkungan
Bogor. Anda adalah generasi muda bangsa Indonesia ini. hidup ditebarkan dengan tema “Gerakan 1000 tumbler”.
Anda mendapat kepercayaan untuk menjadi agen-agen Selain itu, keterlibatan OMK dalam peristiwa hidup
perubahan menuju suatu kehidupan bersama yang penuh menggereja, yakni pelaksanaan sINODe OmK di setiap
kedamaian, saling menghargai keberagaman dan penuh paroki sungguh menggembirakan. Aroma cara berada
kasih antara umat manusia serta cinta akan lingkungan OMK yang penuh energik dan vitalitas idealisme yang
alam ciptaan Tuhan. Medan pelaksanaan usaha-usaha mulia dan besar merebak begitu dahsyatnya di tengah
pembaruan itu ada dalam lingkup Gereja kita dan tanah pembicaraan-pembicaraan orang muda saat Sinode itu.
air Indonesia. Dengan cara seperti ini, kita mewujudkan Di tempat lain, terlihat OMK berperan penuh
relevansi dan kebermaknaan iman akan Yesus Kristus, antusiastik sebagai panitia penanggung jawab perayaan
sang Paskah Abadi kita. PasKaH. Peran seperti itu di beberapa paroki
memunculkan orang muda yang peduli, cinta dan
OmK dan peristiwa Bernegara serta menggereja bertanggung jawab akan hidup dan misi Gerejanya.
Pandangan kami amat bercorak apresiatif terhadap Masih banyak manifestasi aktivitas OMK lainnya
segala kiprah orang muda katolik di keuskupan kita. memperlihatkan geliat orang muda kita.
Keterlibatan mereka – khususnya para pemilih pemula Di antara sedemikian banyak aktivitas menarik
untuk PEMILU 2019 – tidak dapat dianggap sepele. itu, kami hendak mengangkat secara reflektif dan
Gerakan “Seribu Mawar untuk Bangsa” yang digagas perlu dikembangkan secara kontinu aktivitas yang
oleh Romo Endro dan Romo Marcel diikuti cukup banyak mengekspresikan jiwa keindahan dari hidup beriman kita.
kaum muda kita di kota Bogor. Gerakan menyukseskan Aktivitas bercorak “Via Pulchritudinis” (the way of beauty)
keikutsertaan pada PEMILU dalam peristiwa di Senayan mesti mendapat tempat di setiap lingkungan, wilayah,
beberapa waktu yang lalu, yang didukung penuh oleh paroki dan keuskupan. OMK menjadi aktor/aktris
komisi kepemudaan KWI pun patut diacungkan jempol intelektual (merancang) dan aktor pelaksanaan kegiatan
bagi OMK kita. Mereka datang dan bersukaria agar bersama bercorak seni. Aktivitas seni itu dapat berupa
kampanye hitam untuk GOLPUT tidak berpengaruh perlombaan paduan suara antar paroki dan bila perlu
besar. ditambah dengan perlombaan band OMK se-Keuskupan.

4 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


G e m B a l a me NYa Pa

Bisa juga paroki-paroki mengadakan konser-konser “Lecutan Gadis Berkepang Dua”. Gadis itu bernama
musik Gereja, seperti terobosan yang diadakan oleh Greta Thunberg, asal Swedia. Dia yang berusia
paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Kota Wisata, 15 tahun – saat mengawali aksinya, 24 Agustus
tanggal 1 Mei 2019. 2018 - mengkampanyekan perubahan iklim lewat
aksi mogok sekolah. Dengan spanduk bertuliskan:
OmK dan “Christus Vivit” “Skolstrejk for Klimatet” (“Mogok Sekolah Untuk
Gereja sungguh menempatkan perhatian yang Iklim”), dia berdiri di luar gedung parlemen. Aksinya
luar biasa kepada OMK. Tanggal 25 Maret 2019, telah menulari anak-anak sekolah di kota-kota lain di
Paus mempublikasikan suatu Seruan Apostolik Swedia dan berbagai negara. Tulisan “Skolstrejk for
yang ditujukan kepada orang muda khususnya dan Klimatet” diterjemahkan ke berbagai bahasa. Aksi
seluruh umat Allah. Dokumen post-Sinode tentang Thunberg kini dikenal sebagai gerakan “Jumat untuk
Orang Muda diberi judul “Christus Vivit” (Kristus Masa Depan”.
Hidup). Paus juga menegaskan kepada orang muda Pada tanggal 1 Maret 2019 yang lalu, dia turun
katolik: “Kristus hidup! Dialah harapan kita, dan ke jalan bersama ribuan siswa di kota Hamburg,
Dialah orang muda yang paling rupawan di dunia ini. Jerman. Dua pekan kemudian, aksi solidaritas
Apapun yang disentuhnya menjadi muda, menjadi mencapai puncaknya saat sekitar 1,6 juta siswa di
baru, mengandung kehidupan. Maka kata-kata lebih dari 300 kota di penjuru dunia mogok sekolah
pertama yang ingin saya sampaikan kepada orang untuk turun ke jalan dan ikut dalam pemogokan
muda kristiani ialah: “Kristus Hidup dan Dia Ingin pelajar terbesar pertama sejagat.
Anda hidup”. Gerakan anak-anak remaja atau orang muda ini
Dalam dokumen yang sama Paus menerangkan mendesak anggota parlemen, politisi atau generasi
sedikit topik tentang tahun-tahun masa muda Yesus. tua agar memberlakukan kebijakan bermasyarakat
Diterangkannya dengan bersandar pada kisah yang melaksanakan “Kesepakatan Iklim Paris 2015”.
Injil yang menggambarkan Yesus “sebagai seorang Kesepakatan itu berisikan perjanjian internasional
remaja, ketika kembali bersama orang tuanya ke untuk memerangi perubahan iklim dengan menekan
Nazareth, setelah hilang dan ditemukan di Bait Allah. emisi karbon global. Pengaruh “aksi gadis berkepang
Kita hendaknya menyadari bahwa Yesus bukanlah dua”, pemerintah Swedia memberlakukan “undang-
seorang remaja yang menarik dirinya dari relasi undang iklim paling ambisius” yang mematok bebas
dengan orang lain atau seorang pemuda yang egois. emisi karbon pada 2045.
Relasi-relasi-Nya adalah hubungan seorang muda Gadis bernama Greta Thunberg ini menjadi
yang terlibat sepenuhnya dalam hidup keluarga dan agen pembaruan. Komitmen dan konsistensinya
masyarakat-Nya di Nazareth dan sekitarnya”. untuk menggerakan manusia agar cinta akan
Paus Fransiskus meminta hal ini secara khusus lingkungan alam serta peduli pada bumi pertiwi ini
dari kaum muda: “Orang-orang muda terkasih, saya patut menjadi inspirasi. OMK Keuskupan Bogor
akan penuh sukacita melihat anda terus berlari dapat mewujudkan aksi serupa – dalam konteks
mendahului orang-orang di depan Anda, mendahului menciptakan perubahan lingkungan hidup ke arah
semua orang yang lambat atau takut. Teruslah lebih baik – baik di lingkup kehidupan bermasyarakat
berlari, karena tertarik akan wajah Kristus, yang dan terutama di lingkup hidup menggereja kita.
sangat kita kasihi, yang kita sembah dalam Ekaristi Jadilah promotor perubahan berkualitas. Ladang
Kudus dan kita kenali dalam diri saudara-saudari kita perubahan tersedia. Media mewujudkan gagasan
yang menderita. Gereja membutuhkan daya dorong perubahan itu kini terbuka lebar dalam sINODe
Anda, intuisi Anda, iman Anda...dan ketika Anda tiba OmK di tingkat Paroki, Dekanat dan Keuskupan.
di tempat dimana kami belum sampai, bersabarlah Lontarkan gagasan, impian berkualitas untuk suatu
untuk menunggu kami”. perubahan dan laksanakan demi pembaruan itu
dalam kebersamaan kita. Ingatlah dan camkanlah
Inspirasi dari “Lecutan gadis berkepang dua: dengan bangga “Anda adalah OMK, Anda adalah
Greta thunberg” Orang Muda Indonesia. Misi anda ialah Baharuilah
Belajar dari orang lain merupakan suatu cara Gereja dan Tanah Air kita”. Semoga berkat doa-doa
hidup generasi milenial. Membangun jaringan Bunda Maria, Bunda Gereja, kita menyongsong
kerja menjadi keniscayaan. Dalam penerbangan “Indonesia Maju, Bogor Berlari dan Keuskupan
Jakarta – Samarinda, kami membaca suatu artikel Bersukacita Injili”. •
dalam Majalah TEMPO, April 2019, berjudul:

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 5


S U R aT Y e S U S

segera sesudah masa menyepi di padang


Surat kepada Para Rasul gurun, Yesus memilih rasul-rasulNya. surat
ini ditujukan kepada mereka sesudah
setelah Mereka Dipilih Yesus mereka dipanggil.

“Kemudian naiklah Yesus ke atas


Oleh: mgr Paskalis Bruno syukur
bukit. Ia memanggil orang-orang yang
dikehendaki-Nya dan mereka pun datang
kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang
untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya
memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa
untuk mengusir setan.
Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya
itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama
Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan
Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya
diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti
anak-anak guruh, selanjutnya Andreas,
Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas,
Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon
orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang
mengkhianati Dia”
(Markus 3:13-19)

Ilustrasi: Pinterest

B
erapa kira-kira umur para rasul waktu mereka orang banyak, berperahu melewati angin ribut, dan lain-lain.
dipanggil? Karya-karya seni lukis menggambarkan Sesudah peristiwa Kenaikan Yesus, mereka meneruskan
mereka sebagai pria yang sudah berumur. Mereka tugas-tugas Yesus dalam rangka membentuk Gereja
sudah cukup berpengalaman dalam menjalani kehidupan. Perdana. Selain itu, ada juga fakta bahwa Yesus dikelilingi
Namun pada saat mereka menerima panggilan Yesus, oleh kumpulan orang-orang kuat dan kekar yang bisa
mereka mestinya tidak lebih tua dari Yesus, termasuk Petrus. menghalangi musuh-musuh Yesus untuk tidak segera
Beberapa dari mereka tentunya lebih muda, kurang lebih menangkap Dia lebih awal. Alasan lain yang memperkuat
dalam usia dua puluhan tahun, seperti Yohanes, Andreas, pendapat demikian ialah berkenaan dengan isi warta Yesus
Philipus, Thomas, sepupu Yesus, Yakobus dan Yudas yang baru. Pewartaan baru biasanya lebih mudah diterima
Thaddeus; Mungkin Yudas Iskariot termasuk juga dalam dan disebarkan oleh orang muda dan energik. Kiranya para
kelompok usia ini. wanita dari Galilea yang menyertai Dia dan para muridNya
Hal itu terlihat dalam sikap perilaku mereka. Pada masa mestilah berusia masih muda atau hampir pada usia
kini, orang pada usia dua puluhan tahun boleh dikatakan baru setengah baya.
mengawali karier kehidupannya. Tetapi pada zaman Yesus, Menggambarkan mereka sebagai orang-orang
rentangan waktu hidup rata-rata sampai usia 40-an atau lebih tua seakan-akan menegaskan bahwa Tuhan tidak
50-an tahun. Maka orang yang berusia 20-an tahun sudah mempercayakan “pekerjaan” berat sesudah Pentakosta
menjadi orang-orang yang bertanggung jawab penuh untuk kepada orang-orang yang muda. Tetapi bukan demikian
keluarganya. Sebagian lain berpendapat bahwa rasul-rasul yang terjadi. Pilihan Yesus akan orang-orang muda itu justru
itu amat mungkin berusia sekitar 30-an tahun. membawa keindahan dan sensasi tersendiri. Mereka justru
Perkiraan umur para rasul seperti itu didasarkan pada mampu melaksanakan perintah dan karya yang dipercayakan
beberapa alasan. Hidup mereka hampir bercorak kehidupan Tuhan. Dalam hal itulah terlihat secara jelas kekuatan –
para nomad selama 3 tahun; mereka mengadakan perjalanan mukjizat – Roh Kudus yang dapat mentransformasi orang
turun naik, keluar-masuk desa-kota, mengatur kumpulan pun dalam waktu singkat. •

6 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


S U R aT Y e S U S

Sahabat-sahabatKu,

Salam damai kepada kalian semua!

Aku memutuskan untuk menulis surat ini kepada kalian semua sebagai orang-orang yang bekerja
bersama Aku. Hampir kalian semua adalah teman-teman-Ku dulu. Kamu dipilih berkat pertolongan dan
inspirasi dari Roh Kudus, setelah Aku mengambil waktu untuk berdoa. Aku telah memilih kalian dari
antara para pengikut0Ku yang banyak dan membentuk satu kelompok yang lebih dekat bergabung dengan
Aku dalam rangka membawa warta baru bagi orang-orang dan dunia sekitarnya. Pada masa seperti ini,
baiklah kita perlu memiliki impian. Impian itu mestilah suatu impian yang mulia dan agung.
Bukan kamu yang memilih Aku; Akulah yang memilih kamu. Pilihan-Ku dituntun bukan oleh
pertimbangan pribadi yang selaras dengan diri-Ku, tetapi berdasar pada keberagaman latar belakang
dan kepribadian yang kalian miliki. Hal ini penting karena kita membentuk suatu persekutuan hidup
(komunitas) hamba-hamba Kabar Gembira. Keberagaman latar belakang hidup kalian sebelumnya
menggarisbawahi fakta bahwa setiap orang dapat mempunyai peran dan fungsi dalam melaksanakan
perutusan kita. Memang ada tiga kelompok bersaudara di antara kalian: Yakobus dan Yohanes, anak-anak
Zebedeus; Simon yang Kuberi nama Petrus dan Andreas dari Bethsaida, dan sepupu-Ku Yakobus dan Yudas
Thaddeus, anak-anak dari Maria Cleophas, sepupu IbuKu. Mereka menciptakan kemudahan ikatan bersama
di antara kalian.
Keberagaman ini merupakan sumber kekayaan dan kekuatan. Aku menghargai hal ini dalam memilih
kalian, kendati disadari bahwa akan ada kesulitan-kesulitan dan bahkan masalah-masalah dalam proses
membentuk kesatuan pikiran dan hati. Namun Aku menghargai tantangan ini. Selain itu, kamu akan belajar
bagaimana menata dan menghayati hidup bersama dengan orang-orang yang berbeda kepribadiannya dan
wataknya dalam karya pelayanan.
Janganlah terkejut bahwa Aku memilih Levi, pemungut pajak itu dan Yudas Iskariot, serta
Bartholomeus dan Simon orang Kana. Aku tidak menyingkirkan seorang pun karena setiap pribadi yang
datang bekerja bersama kita diutus oleh Roh Kudus. Setiap pribadi kalian adalah bagaikan mutiara bagi-
Ku. Kepada semua, Aku minta hati yang baik dan keterbukaan diri untuk dibimbing oleh Roh Kudus dan
diubah oleh Firman-Nya. Hal ini bukanlah suatu kewajiban yang mesti dicapai dalam batas waktu tertentu,
tetapi mencakup suatu proses yang merangkum seluruh hidup seseorang.
Terima kasih atas kerelaan kalian semua untuk meninggalkan segala sesuatu karena mau mengikuti
Aku. Aku tidak menjanjikan banyak hal di dunia ini, sebab Kerajaan yang akan Kudirikan akan membawa
kejutan-kejutan di luar yang kalian harapkan. Cukuplah kalian mengikuti Aku dan kamu akan melihatnya.
Aku menerima kalian semua sebagai saudara-saudara-Ku. Kalian adalah sahabat-sahabat-Ku.

Yesus

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 7


FOkUS

Foto: Dok. OMK SFA Sukasari

Foto: Dok. OMK St Petrus Cianjur

Foto: Dok.
OMK St He
rkulanus
Foto: D
ok. OMK
PKKC

Foto: Dok. OMK


St Maria Fatima
Sentul City

8 MEKAR Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019


G e Ne R a S i ma S a k (G ) i Ni 4 . 0

Generasi
Masa K(G)ini?

Dalam pesan di World Youth Day 2019, Paus


Fransiskus berpesan bahwa “OMK bukan
hanya Gereja masa depan, namun juga
Gereja masa kini”.

Sebagai Gereja masa kini dan masa depan,


OMK yang kini didominasi oleh Generasi Y/
Generasi Milenial, harus selalu siap menjadi
wajah Gereja yang kokoh di tengah arus
revolusi industri yang tak terelakkan.

Apa yang dihadapi oleh generasi OMK saat


ini? Bagaimana seharusnya kita memandang
dan mengarahkan pendampingan OMK
dalam era baru ini?

Simak ulasan tentang muda-mudi masa kini


dari sudut pandang tiga imam:
RD Fabianus Heatubun,
RD Robertus Ari Priyanto, dan
RD Habel Jadera.
Foto: Dok. OMK
St Joannes Bapti
sta

Edisi 01 Tahun XXXVI Januari–Februari 2019 MEKAR 9


FOkUS

MILENIAL DAN DISRUPSI:


Masa Depan Gereja?
Oleh: RD Fabianus Heatubun

Para Milenial, yang disebut juga Generasi Y, yang sekarang


berumur antara 17-30 tahun itu, adalah anaknya Generasi
X. Ayah-Bunda mereka itu secara simbolis dan secara nyata
ditandai dengan sebutan orang tua yang sibuk bekerja keras,
meninggalkan rumah, dan tidak sedikit yang menjadi ‘single
parent’, mandiri meskipun individualistis, banyak akal serta
tidak terlalu gagap teknologi. Bila orang tua mereka seperti itu,
maka Milenial berikhtiar berlawanan dan ingin berbeda dengan
karakter dan cara hidup Generasi X itu.

mILeNIaL itu sisi ekstrem dari itu esensial dan mutlak perlu.
Generasi X. Milenial tidak suka kerja Pada hakikatnya Milenial menolak
keras karena menghendaki kerja yang gambaran kesuksesan dan segala
cerdas, meski sering dicap sebagai nasihat dan kebiasaan yang datang dari
pemalas. Tuduhan atas diri mereka Generasi X. Milenial berkomunikasi
yang malas, materialistis dan selalu secara vertikal ataupun horizontal
ingin diistimewakan itu tidak sangat lebih terbuka dan tidak menyukai yang
tepat. Itu terlalu digeneralisasi. serba formal dan basa-basi. Dapat
Milenial menegasi gaya hidup Generasi menyebut langsung nama tanpa merasa
X yang justru terlalu kuat naluri ‘rikuh pakewuh’. Bukan berarti tidak
materialistisnya. memiliki sopan santun, hormat dan
Bagi Milenial, bekerja tidak mesti rasa segan, tetapi gaya berkomunikasi
meninggalkan rumah berlama-lama, seperti itu menjadi prasyarat untuk
tidak individualistis meskipun mandiri kemajuan dan pembaharuan secara
karena menyukai ‘team-work’, jaringan profesional dan proporsional. Milenial
dan komunikasi sosial dianggap lebih suka bimbingan daripada perintah
penting. Kemandiriannya dalam hidup yang bergaya ‘bossy’. Diberi peran dan
itu sebagai akibat dari telah terbiasa tanggung jawab merupakan pengakuan
ditinggalkan oleh orang tua mereka. akan keterlibatannya dalam komunitas
Soal teknologi ,terutama kerjanya.
informatika, sudah menjadi nafas
hidup sehari-hari; merekalah yang spiritual, namun tidak religius
paling cekatan dan kreatif. Generasi Dalam religiusitas, Milenial tidak
X memiliki peralatan teknologi kalau terlalu peduli dengan institusi agama.
bukan sekedar kemewahan, gaya Mereka merindukan dan mencari
hidup dan sekedar mengikuti tren, juga praktek-praktek keagamaan yang
dimanfaatkan untuk memudahkan memiliki dimensi spiritual. Mereka
kerja. Bagi Milenial, teknologi informasi mau terlibat dengan berbagai aktivitas

10 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


G e Ne R a S i ma S a k (G ) i Ni 4 . 0

keagamaan sejauh memberikan dan memperpendek jarak. Sebuah sehingga Putra Allah datang ke dunia.
pengalaman spiritual. Aktifitas gawai yang telah meringkas segala Suatu ‘blessing in disguise’.
keagamaan menjadi oase yang kebutuhan dan keinginan hanya dalam Risiko yang harus diterima
menyejukkan, membebaskan, satu genggaman tangan mereka. oleh sebagian Milenial adalah
damai dan memberi arti pada hidup Gawai menjadi sumber dan muara ketergantungan dan ketagihan pada
rohaninya. Motto “Religion no, kehidupan para Milenial. gawai. Secara fisik konon terbukti
spirituality yes” mirip dengan “Religion Milenial itu sudah tidak dapat membuat obesitas, merusak postur
no, Jesus yes” merupakan sebuah dipisahkan dengan gawai. Mereka tubuh, merusak penglihatan,
karikatur yang menunjukkan anti disebut juga dengan nama ‘Generasi merusak daya konsentrasi, hingga
formalitas. Gawai’ (Gadget Generation). Revolusi tingkat keparahannya mengalami
Ini adalah sikap yang menjadi Industri 4.0 yang ditandai dengan apa yang disebut ‘digital dementia’
kritik atas perilaku agama yang kecanggihan teknologi informasi itu, yakni hilangnya kemampuan
mabuk dengan politik kekuasaan, telah merangsek masuk ke dalam diri kognitif. Semacam rusaknya daya
skandal dan kemunafikan; agama yang kaum Milenial ini. Bukan hanya obsesi nalar, matinya rasa empati. Pada
menciptakan teror, ketakutan dan untuk memiliki gawai yang mutakhir, gilirannya menyebabkan hilangnya
kecemasan jiwa dan raga. Agama yang tetapi juga kecanduan yang sulit untuk relasi interpersonal dan mendapat
membangun tembok-tembok pemisah diobati. julukan anti sosial. Sebutan ‘autis’
dan menganggap orang lain adalah Konon ada data yang menunjukkan dan narsistik serta egosentris karena
musuh yang harus dihabisi itu, bagi keranjingan seseorang yang setiap tenggelam dalam tayangan layar
Milenial terasa memuakan. harinya menghabiskan waktu 18 jam gawai sehingga terjadi ‘phubbing’ yang
Milenial menghargai hidup. Hidup bercokol dengan gawainya. Entah mencelakakan diri sendiri dan orang
bukan hanya sekedar agar dapat itu dengan game, terkoneksi internet lain.
survive, tetapi agar dapat memiliki terus-menerus, asyik dengan ‘medsos’ Di sisi lain, gawai itu mempunyai
sensibilitas untuk menemukan potensi (FB, Twitter, Youtube, dsb) sampai banyak manfaat. Gawai yang memuat
diri agar meraih tingkat hidup rohani telinganya pun tidak lepas dari ‘ear- banyak aplikasi yang disederhanakan
yang lebih tinggi. Kecenderungan phone’ mendengarkan segala macam secara elektronik itu mempermudah
spiritual dalam diri Milenial itu jenis musik. untuk bekerja dan belajar sesuatu baik
menjadi pratanda reaksi atas budaya Terpisah dengan gawai akan secara informatif maupun formatif.
materialis. Milenial mencintai alam membuat perasaan gusar, bingung, Sebagian Milenial memanfaatkan
yang ekologis dan memiliki naluri kacau, frustrasi dan stres hingga gawai sehingga menjadi sumber
solidaritas sangat tinggi, memiliki mengalami ‘pathetik’. Namun tidak inspirasi, memberi berbagai
rasa percaya diri yang kuat dan berarti dampak negatifnya saja yang pengetahuan mulai
berorientasi pada kerja sama serta dialami oleh Milenial ini, dampak dari yang praktis
ambisi yang kuat dan tinggi, yang positifnya juga sangat kuat. semacam ‘know-
disertai kegigihan untuk meraihnya how’ hingga
Belum lama ini, bahkan diberitakan Dampak ganda media belajar
bahwa Milenial itu sangat filantropis. Gawai menjadi seperti autodidak jarak
Naluri kemanusiaannya sangat pohon terlarang yang menggoda jauh secara
tinggi. Yang menarik bahwa Milenial untuk memakannya. Benda serius.
Indonesia menempati indeks yang menjanjikan ‘pengetahuan’ Gawai (HP,
filantropisme yang paling tinggi tentang segala hal, semacam Tab, Komp)
dibanding negara-negara lain di dunia. ‘theory of everything’, namun serentak memang
Konon, setelah Indonesia menyusul tersimpan malapetaka yang akan
Australia lalu Selandia Baru. Milenial terjadi sebagai akibatnya tak
sangat dermawan. terelakan. Milenial sudah terlanjur
memetik dan memakannya.
Gawai di tangan milenial Suatu kekeliruan namun
Sikap mandiri yang tetap menguntungkan; menjadi felix
menjunjung tinggi ‘team work’ culpa; dosa yang memberi
sepadan dengan Revolusi Industri kebahagiaan. Seperti Adam
4.0 yang ditandai oleh kemajuan dan Hawa telah
pesat teknologi informasi yang memakan
menjelma dalam wujud gawai cerdas buah
(gadget) yang mempersingkat waktu terlarang itu,

Foto: pexels.com Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 11


FOkUS

berwajah ganda, sekaligus dapat parameter untuk menciptakan dianggap pilar-pilar utama dalam
bermanfaat tapi juga menjadi perubahan atas nama kemajuan. karya dan kehidupan itu sendiri.
ancaman. Seperti sebuah pisau yang Inovasi yang disruptif itu dibetot Revolusi Industri 4.0 yang tak
ada di tangan. Bisa berguna sekali oleh kondisi kultur yang telah terbendung dan menghantam
untuk segala macam keperluan tetapi bersenyawa dengan Revolusi Industri kemapanan dan anti perubahan itu
juga dapat menjadi malapetaka dan 4.0. Betotan yang kuat dan kencang telah menggoncang berbagai tatanan.
melukai bagi orang lain dan juga diri seperti badai tsunami yang sulit Kemajuan teknologi Informasi
sendiri. untuk menghindar, apalagi melawan yang mencapai kompleksitas dan
arus derasnya. Prinsip “easier, kemegahannya membuat hasrat
Disrupsi yang tak terhindarkan better, cheaper, faster” sudah bukan untuk inovasi dalam semua bentuk
Disrupsi itu kalau hendak sebagai motto produksi agar meraup kehidupan tidak dapat ditawar dan
didefinisikan secara sederhana, keuntungan yang besar, tetapi sudah ditunda-tunda lagi. Mau tidak mau
artinya kondisi yang bermasalah menjadi karakter dasar dan spirit dari harus mau berubah.
karena ada gangguan. Tatanan Revolusi Industri 4.0. Bisa jadi keharusan berubah itu
yang semula dianggap sudah Disrupsi itu terberi. Tidak jelas tanpa keinginan dan kebutuhan kita.
berjalan dengan baik dan sesuai sosoknya tetapi nyata pengaruhnya. Afirmasi perubahan menjadi sikap
untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan arus zaman, meskipun kita
tahu bahwa sifat alam itu sendiri
selalu berubah. Antipati atau menolak
secara sadar akan perubahan itu
sendiri sepertinya menolak kodrat
alam. Selain tidak mungkin, juga
terlalu besar taruhannya.
Lantas apa hubungannya Milenial
dengan disrupsi? Milenial sendiri
dapat diartikan sebagai ‘korban’
disrupsi. Tetapi juga disrupsi itu
akibat dari cita-cita, mimpi, cara
kerja dan ‘worldview’ Milenial sendiri.
Dengan kata lain, disrupsi itu bukan
pertama-tama karena lahirnya
Revolusi Industri 4.0, tetapi pertama-
tama karena Milenial-lah yang
menyulutnya.
Seumpama ‘bom waktu’ yang
dibuat oleh Baby Boomers dan
Generasi X yang diberikan pada
cucu dan anak-anak mereka,
Foto: Dok. OMK SFA Sukasari
yakni para Milenial. Milenial yang
dengan berbagai pertimbangan dan Seperti hantu yang bisa menakutkan ‘meledakkan’nya. Ledakan itulah
perhitungan, kini semuanya meleset tapi harus dijadikan teman. Disrupsi yang menjadikan disrupsi. Kemajuan
jauh. Semua menjadi kacau dan tidak dirasa mengganggu dan mengancam teknologi informasi yang secara sadar
‘juntrung’. hanya bagi mereka yang puas atau tidak telah menginternalisasi
Disrupsi yang kini sedang terjadi dengan kemapanan. Anggapan akan dalam diri mereka. Nyaris sudah
itu menyentuh berbagai bidang yang keteraturan yang telah direncanakan menjadi insting atau “indra yang
saling berkaitan, baik dari wilayah dan dipastikan dengan target yang ke-6”. Sudah sejak lahir gawai menjadi
sosial, ekonomi, politik dan juga sesuai dengan ‘planning, project, mainan mereka sehari-hari; ‘digital
keagamaan. Gangguan yang bukan product’ justru dianggap mengganggu memory’ telah menjadi dirinya sendiri.
sekedar mengganggu, tetapi bahkan karena perubahan dan pembaharuan Suatu hasil dari proses internalisasi
merusak dan menghancurkan tatanan dianggap menyesatkan, karena bawah sadar.
yang ada dan mapan. Prinsip ‘replace, belum memberi jaminan. Kepastian, Kecanggihan teknologi yang
displace’ (ganti, pindahkan) dijadikan kemantapan dan keteraturan ada di tangan mereka seakan telah

12 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


G e Ne R a S i ma S a k (G ) i Ni 4 . 0

Meskipun kondisi yang menantang seperti itu perlu


rumusan ‘konsep baru’—tentang Gereja lokal khususnya,
namun secara universal, Katolisitas Gereja seperti telah
memberikan ruang lebar bagi Milenial.

bersenyawa dengan jiwa raga pendekatan yang baru dan beda. Globalisme tentu saja bukan
mereka. Ini adalah potensi dan daya Mungkin pendampingan yang hanya sekadar terjadinya era
kekuatan yang dapat dimanfaatkan bersifat konvensional akan dirasa komunikasi elektronik yang
oleh setiap unit kepentingan. sudah tidak cocok lagi. Perlu mencari melampaui batas ruang dan waktu;
model yang baru yang sesuai bukan hanya telah terciptanya
Kepemimpinan milenial? dengan perilaku uniknya itu. Seperti ‘cyber space’ atau ‘netizen’, tetapi
Karakteristik Milenial yang memiliki pesawat baru dengan suatu zaman yang ditandai
unik, ganjil tapi menakjubkan ini, kecepatan yang optimal, maka oleh apa yang disebut ‘scapes’
apakah itu suatu malapetaka atau harus tahu juga bagaimana cara (misalnya: ethnoscape, ideoscape,
suatu berkah? Apakah mereka akan mengoperasikan, menerbangkan dan mediascape). Scape sebagai
semakin memperburuk keadaan, mengendalikannya. sebuah pemandangan yang saling
yang bukan hanya mengacaukan Secara Gerejawi, Milenial adalah terkait, tergantung, kompleks, dan
tatanan tetapi juga menyesatkan? Gereja masa depan. Gereja macam membantuk jaringan. Scape yang
Sebuah pertanyaan. mana? Milenial menempatkan diri telah membuat ‘de-tradisionalisasi’
Milenial adalah potentia. Suatu sebagai ‘Net-citizen’ (Netizen); warga dan ‘de-diferensiasi’. Batas-batas
daya pembaharu dan transformatif net. Dalam segala hal worldview negara, bangsa dan Gereja secara
kehidupan. Mereka adalah energi mereka sangat terbuka lebar, luas, regional telah diterobos. Pembedaan
yang membutuhkan kearifan dalam mobile dan flexible. Termasuk dalam dan pengkotak-kotakan serta
pemanfaatannya; seperti listrik, memahami Gereja. Cara pandangnya konservatisme sempit dalam segala
minyak bumi, atau tenaga matahari. sangat melebar dan kesadaran hal-ihwal termasuk dalam religiusitas
Potensi mereka netral. Tidak ruangnya tidak bisa direduksi hanya dengan sendirinya akan tergeser.
berbahaya sejauh tahu bagaimana bersifat lokal, partikular dan parokial Meskipun kondisi yang
penggunaannya. Jangan juga kita dalam arti sesungguhnya. Semakin menantang seperti itu perlu rumusan
membuang atau menyia-nyiakannya. luas jaringan yang dibuat dalam ‘konsep baru’ —tentang Gereja
Pihak manapun perlu skala global, semakin memantapkan lokal khususnya, namun secara
mendayagunakan keterampilan dirinya sebagai warga negara dunia universal, Katolisitas Gereja seperti
dan ‘elan vital’ mereka yang luar yang kosmopolis, transnasional. telah memberikan ruang lebar bagi
biasa itu. Yang perlu diingat bahwa Milenial memiliki ‘New imagined Milenial. Katolisitas adalah suatu
suatu keterampilan dan kecerdasan space’; ruang yang diimajinasikannya ‘scape’; makna kata yang telah
itu baru satu hal, kearifan dan secara baru dan berbeda, yang bersenyawa dengan worldview para
nilai adalah hal lain. Sinergi dari tidak sepadan dengan pemahaman Milenial. Optimisme Gereja Katolik
kecerdasan dan menjungjung tinggi ruang dari generasi sebelumnya. tidak akan kalang kabut menghadapi
nilai adalah kekuatan. Nilai-nilai ‘Parochialisme’ dan nasionalisme disrupsi. Milenial dalam menerima
luhur inilah yang masih perlu dalam arti sempit telah memudar Katolisitas itu seumpama harus
pendampingan dan pengarahan. dan tidak menjadi dasar pijakkannya. memakai sepasang sepatu yang pas
Perlu pola baru untuk mengelola Suatu pandangan yang tidak dan cocok dengan kaki mereka; baik
suatu aktivitas pastoral dalam tribalistik dan tidak sektarian, tapi ukuran, model, warna dan mode yang
level parokial dan/atau keuskupan. trans-nasional dan global. Nama lain sedang tren. •
Suatu cara pendampingan dengan untuk menyebut universalis.

RD Fabianus Heatubun
Dosen Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan-Bandung

Foto: Istimewa

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 13


FOkUS

GERAK DAN LANGKAH


OMK Keuskupan Bogor
wawancara dengan RD Robertus Arie Priyanto

KaUm muda memang selalu menjadi wajah terdepan Dari hasil pengamatan di lapangan, OMK memang
dari Gereja. Energi dan kreativitas kaum muda selalu banyak dan tersebar di paroki-paroki. Hal ini terlihat dari
memberi warna yang menyegarkan Gereja dari masa keikutsertaan mereka dalam kegiatan-kegiatan OMK
ke masa. Dalam Dokumen Final Sinode Orang Muda, tingkat keuskupan. Tetapi saat kami mencoba mendorong
Paus Fransiskus bahkan kembali menegaskan bahwa OMK agar mau berkarya di parokinya masing-masing,
“melalui kekudusan orang muda, Gereja dapat memperbarui ternyata masih cukup sulit.
kekuatan rohaninya dan kekuatan kerasulannya” (167). • antusiasme tinggi pada kegiatan-kegiatan kompetitif.
Apabila paroki/dekanat/keuskupan mengadakan kegiatan
Tak heran, dalam road map penggembalaan Mgr Paskalis kompetisi, pasti OMK sangat berminat. Totalitas orang
Bruno Syukur sebagai Uskup Keuskupan Bogor, OMK muda tampak sekali di sini. Misalnya, yang paling baru
pun menjadi salah satu fokus pastoral utama. Komisi adalah kompetisi paduan suara OMK se-Keuskupan
Kepemudaan (selanjutnya disebut KomKep) Keuskupan Bogor dengan antusiasme yang patut diapresiasi. Mereka
Bogor pun menjadi perpanjangan tangan uskup dalam berhasil menjawab tantangan ini secara luar biasa. Semua
mengelola pastoral kaum muda. ingin terlibat dan ingin menunjukkan kemampuan masing-
masing.
Seperti apa KomKep memandang gerak dan langkah OMK • sayangnya, beberapa belum berani keluar dari zona
Keuskupan Bogor, terutama dalam kaitannya dengan nyaman di paroki masing-masing. Banyak OMK yang
dunia digital dan persiapan Sinode? Simak hasil wawancara masih enggan bergabung dalam kegiatan-kegiatan lintas
MEKAR dengan RD Robertus arie Priyanto yang akrab iman. Mereka masih menyimpan rapat-rapat kemungkinan
disapa Romo arie, Ketua KomKep Keuskupan Bogor. untuk terlibat dalam lingkup yang lebih heterogen.

Halo Romo arie! menurut Romo arie, apa saja ciri khas Wah, menarik sekali ya, ternyata OmK kita jumlahnya
OmK Keuskupan Bogor? cukup banyak dan punya ketertarikan yang tinggi pada
Menurut saya, OMK Keuskupan Bogor memiliki beberapa kegiatan-kegiatan di keuskupan. terkait karakter-
karakteristik unik yang membedakannya dengan OMK karakter tersebut, bagaimana KomKep mengelola
Keuskupan lain. Ciri-ciri tersebut adalah: pembinaan OmK ini? apa saja yang menjadi fokus
• Dinamis. Dari segi kuantitas, OMK Keuskupan Bogor utama KomKep?
memang sangat mumpuni. Bahkan di salah satu paroki di Kami fokus pada dua hal utama:
Keuskupan Bogor, yaitu Paroki Keluarga Kudus Cibinong • Pembinaan spiritualitas orang muda. Hal ini sangat
jumlah OMK-nya mencapai 2000-an jiwa. Kenyataan penting, mengingat orang muda sangat potensial terpapar
semacam ini memang luar biasa dan membutuhkan pengaruh berbagai produk budaya. Jangan sampai
penanganan khusus. budaya-budaya ini menggerus tata dan pola iman mereka,
hingga menjadikan mereka menjadi generasi pragmatis

14 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


G e Ne R a S i ma S a k (G ) i Ni 4 . 0

dan oportunis. Maka, orang muda harus aktif dilibatkan


dalam banyak hal, terutama yang berkaitan dengan hal-hal
spiritual kristiani yang dikemas secara ‘zaman now’.
• Penyaluran bakat-bakat orang muda, melalui
kegiatan-kegiatan kompetitif dan optimalisasi skill
enterpreneurship. Dengan demikian, orang muda bisa
tetap mempunyai ‘sesuatu’ dalam dirinya yang bisa
dibanggakan dan menjamin masa depannya.

Foto: Dok. Komisi KomKep sampai saat ini, Romo arie telah melayani di KomKep
selama dua periode sejak tahun 2015. Dalam kurun
waktu ini, apa saja tantangan yang Romo arie dan tim
hadapi dalam pendampingan dan pembinaan OmK?
Komitmen masih menjadi tantangan terbesar. Banyak
sekali OMK yang sudah dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan
tingkat paroki dan keuskupan, namun setelah kegiatan
itu, mereka biasanya langsung ‘menghilang’. Hanya tersisa
sedikit yang masih berkontribusi aktif dalam kegiatan
Gereja. Mereka akan bermunculan ketika ada kegiatan
yang melibatkan banyak orang. Mereka tampaknya ‘haus’
akan kegiatan, namun hanya sebatas ada kegiatan dan
belum mau terlibat secara terus-menerus.
Selain itu, di beberapa paroki banyak orang muda yang
masih kurang tertarik dengan kegiatan-kegiatan OMK di
gereja. Apapun kegiatan yang diadakan untuk menjaring
mereka menjadi kurang ampuh karena adanya berbagai
alasan, seperti kesibukan dalam pendidikan dan pekerjaan.
Faktor usia juga menjadi tantangan. Biasanya, mereka
yang terlibat dalam kegiatan OMK rentang usianya 20-33
tahun. Karena rentang usia yang cukup jauh ini, banyak
bermunculan gap berdasarkan kisaran usia masing-masing.
Mereka sulit sekali berbaur dengan sesama yang berbeda
usia. Mereka lebih nyaman untuk berbaur dengan OMK
lain dalam rentang usia yang sama.
Beberapa kegiatan OMK juga menemukan kendala saat
berbenturan dengan kepentingan keluarga masing-masing.
Banyak orangtua yang tidak mengizinkan anak-anaknya
aktif dalam kegiatan OMK, dengan berbagai pertimbangan
yang patut dimaklumi.

Foto: Dok. RD Arie

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 15


FOKUS

Foto: Dok. Komisi KomKep

Apa saja program yang akan dilaksanakan KomKep rentan dengan kebosanan. Mereka sangat kaya akan
pada 2019? sahabat di dunia maya, tapi miskin sahabat di dunia nyata.
• Seminar tentang seksualitas Apa yang tampak di dunia nyata bisa berbeda sangat jauh
• Bina rohani OMK se-Keuskupan Bogor dengan kenyataan di dunia maya.
• Safari OMK paroki-paroki Semuanya itu bisa bermuara pada kegandrungan
• Ikut menyukseskan Sinode II Keuskupan Bogor di orang muda akan perkembangan gadget. Dunia gadget
paroki-paroki. bisa lebih banyak berbicara dibandingkan dengan dunia
nyata. Mereka tampak berisi namun sesungguhnya kosong
Generasi milennial kerap diolok sebagai ‘generasi micin’. dengan segala macam problematikanya. Jadi, sah-sah saja
Bagaimana Romo Arie dan tim KomKep memandang jika kita mengaitkan perilaku generasi milennial dengan
fenomena ini? generasi micin keduanya menunjukkan pola perilaku yang
Generasi milennial dapat dimengerti sebagai generasi kurang lebih sama.
yang mempunyai kecenderungan akrab dengan gadget.
Gadget menjadi ‘sahabat’ mereka setiap saat. Ada perasaan Bagaimana komkep menanggapi/melakukan persiapan
gelisah luar biasa saat mereka tidak menyentuh gadget untuk Sinode OMK dalam SIinode II Keuskupan Bogor?
dengan segala bentuk interaksinya yang menghipnotis. KomKep sangat antusias untuk membantu
Ini menjadi salah satu daya tarik mengapa gadget sangat terlaksananya Sinode II Keuskupan Bogor hingga setahun
memanjakan emosi-emosi dan perasaan mereka. Bisa jadi ke depan. Harapannya, melalui sinode ini kita dapat
dengan adanya pola perilaku dan sifat orang muda yang menemukan bentuk yang lebih jelas tentang karakter
demikian, kita lantas mengaitkannya sebagai ‘generasi sekaligus pendampingan orang muda, khususnya di
micin’. Keuskupan Bogor. KomKep akan berkoordinasi dengan
Sejauh kami pahami, generasi micin menggambarkan perwakilan-perwakilan OMK paroki dalam menganimasi
pola perilaku manusia yang sulit diprediksi, terutama kegiatan-kegiatan di setiap paroki, dan memastikan bahwa
melalui media sosial. Mereka bisa terlihat sensitif, reaktif, setiap kegiatan dapat berjalan sesuai harapan dan tepat
spiritualis, tapi sesungguhnya tidak religius, serta sangat sasaran. • Mentari/MEKAR

RD Robertus Arie Priyanto


Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Bogor

16 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


G e Ne R a S i ma S a k (G ) i Ni 4 . 0

ORANG MUDA BERSINODE:


ANTARA Pastoral, Katekese, dan Misi
Oleh: RD Habel Jadera

#Sinode2019 Keuskupan Bogor memberi ruang yang begitu besar bagi kaum muda untuk
merefleksikan kembali berbagai macam realitas Orang Muda Katolik.

Tidak hanya untuk kepentingan individu, kelompok, lingkungan, wilayah atau bahkan paroki
tertentu saja, #Sinode2019 menginsipirasi OMK untuk menyadari bahwa sebagai individu, ia
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Gereja, baik gereja lokal maupun universal.

Dalam hal ini, OMK tampil sebagai unsur yang penting dalam merajut masa depan Gereja.

meLaLUI tulisan ini, penulis ingin memberi penekanan melainkan hidup, berakar dan akhirnya berbuah dalam
bagi tiga aspek penting yang dapat digali oleh individu diri setiap OMK. Katekese atau pengajaran iman yang
OMK dalam berpartisipasi dalam #Sinode2019 berkelanjutan sangatlah penting bagi perubahan pola
Keuskupan Bogor ini. pikir seseorang.
Pertama, #sinode2019 merupakan kesempatan Terakhir, hakikat OmK adalah misioner, sejalan
untuk OmK berjalan bersama dalam sukacita dengan hakikat Gereja (AG 2). Orang muda yang
Injili untuk meramu kembali ‘realitas pastoral’ OMK bersukacita hendaknya menyatakan sukacitanya itu
di keuskupan Bogor. Pastoral ‘Perjumpaan’ menjadi kepada sesamanya, kepada gereja dan kepada semua
prioritas utama dalam pendampingan Orang Muda. umat beriman. OMK yang misioner, berakar pada
Perjumpaan Kristus dengan para murid menjadi Sukacita “Kristus yang hidup, karena itu Ia ingin agar
dasar bagi OMK untuk mau keluar untuk menemukan kita pun hidup” (bdk. Christus Vivit 1).
‘Kristus” yang lain dalam diri sesama.
Kedua, katekese merupakan salah satu aspek Pastoral Orang muda Katolik
penting dalam #sinode2019 ini. Iman akan Kristus “Pastoral OMK merupakan sebuah ekspresi dari
yang hidup hendaknya diperkaya terus menerus agar tindakan Gereja” (Cavagnari Gustavo – Sala Rossano,
iman itu tidak hanya menjadi warisan yang usang, Roma, 2016). Dengan demikian, fokus tugas pastoral

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 17


FOkUS

Foto: Dok. OMK SFA Sukasari


secara konkret adalah pertumbuhan, pendidikan,
pewartaan OMK. Dengan demikian, Pastoral OMK
berpartisipasi secara langsung dalam misi dan
panggilan utama Gereja (EN 14).
Dengan mengambil bagian seara aktif
dalam pastoral orang muda, tanpa disadari, kita
mengafirmasi bahwa generasi muda merupaka
prioritas utama misi gereja (Pontifical Council
for the Laity, 2012). Sejalan dengan itu, Gereja
Keuskupan Bogor, melalui gembala utamanya,
Mgr. Paskalis Bruno Syukur, telah sejak awal tahun
penggembalaannya menempatkan pentingnya
pastoral OMK. Hingga 2020, pastoral OMK telah
masuk menjadi prioritas pastoral Keuskupan
Bogor (bdk. Road Map, Implementasi kebijakan
Pastoral Keukupan Bogor 2016-2020).
#Sinode2019 menjadi kesempatan yang
tepat bagi Gereja untuk menciptakan suasana at
home bagi generasi mudanya. Sebaliknya, OMK
pun dapat merasakan bahwa mereka diterima
oleh Gereja. Harapannya, lewat #Sinode2019
ini, pastoral OMK di Gereja Keuskupan Bogor
dapat mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh
St Yohanes Paulus II ketika meresmikan untuk
World Youth Day untuk pertama kalinya, yaitu
“membimbing OMK nya dengan penuh kasih dan
harapan” (St. Yohanes Paulus II, 1985).
Pastoral OMK, dari sudut pandang ini, berarti
memampukan seluruh generasi mudanya untuk
berani tidak hanya menjadi “penonton” atau
“pendengar”, dalam proses pewarisan iman akan
Yesus Kristus. Orang muda harus menggunakan
“hati untuk mencari kebenaran dan kegembiran
sehingga mampu menjadi saksi-saksi Kristus”
(Benediktus XVI, 2008) di zaman modern ini.
Foto: Komsos Keuskupan Bogor
OMK yang bersinode, berarti orang muda
yang berani untuk menyuarakan suara hatinya dalam Pastoral OmK: Gereja yang “Berjalan Bersama”
mengembangkan pastoral gereja yang adalah misi dengan Generasi mudanya
gereja itu sendiri. Gereja sungguh mengharapkan Bukan suatu kebetulan, Gereja Keuskupan Bogor
sesuatu yang baru yang keluar dari hati, pikiran dan memberi ruang khusus bagi Orang Muda untuk
mulut generasi mudanya: HARAPAN. bersinode dalam ruang dan waktu yang khusus,
#Sinode 2019 membuka kesempatan bagi orang dengan metode yang khusus pula. Dengan #Sinode
muda untuk menyadari dirinya sebagai harapan 2019, Gereja ingin melibatkan sebesar-besarnya peran
gereja. Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium OMK dalam karya misi di seluruh wilayah keuskupan.
menegaskan “Orang muda memanggil kita untuk Karena itu, sinode yang adalah kesempatan untuk
memperbaharui dan mengembangkan harapan, karena berjalan bersama, bukan hanya Gereja dengan orang
mereka menghadirkan tujuan, cara pandang baru bagi mudanya, melainkan perjalanan bersama bagi sesama
kemanusiaan dan membuka mata hati kita kepada generasi muda di tingkat wilayah, paroki, dekanat
masa depan” (EG 108). maupun keuskupan.

18 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


G e Ne R a S i ma S a k (G ) i Ni 4 . 0

Meminjam istilah Sinode Para Uskup Sedunia Dengan demikian, #Sinode2019 memungkinkan
2018 tentang Kaum Muda, melalui #Sinode2019 ini, terciptanya pendampingan pastoral OMK yang lebih
Gereja Keuskupan Bogor juga ingin “merefleksikan berakar pada Kristus. Perjumpaan Yesus dengan
kembali bagaimana perannya dalam membimbing banyak orang menjadi dasar bagi pendampingan
kaum muda untuk mengenali dan menerima panggilan pastoral OMK yang digambarkan dengan beberapa
hidup dan kasih, serta meminta bantuan mereka untuk kisah seperti: tatapan penuh kasih (Panggilan para
mengidentifikasikan cara dan metode yang paling murid pertama, Yoh 1,35-51); kata-kata yang penuh
efektif dalam pewartaan Injil di zaman sekarang” kuasa (Luk 4:32); kemampuan untuk “menjadi sesama”
(Preparatory Document, Synod of Bishops, 2017). Karena (Perumpaan tentang Orang Samaria, Luk 10,25-37);
dengan mendengarkan kaum muda, Gereja akan sebuah pilihan untuk “berjalan berdampingan
senantiasa berusaha untuk mendengarkan Tuhan yang (bersama)” (Murid-murid Emmaus, Luk 24,13-35); dan
berbicara di zaman sekarang. kesaksian yang autentik (Membasuh kaki para murid
pada Perjamuan Malam Terakhir, Yoh 13,1-20).
Dalam tugasnya untuk mendampingi generasi
muda, Gereja harus membuka diri, menerima
panggilannya untuk bekerja sama di dalam sukacita
orang muda daripada tergoda untuk mengontrol iman
Foto: Komsos Keuskupan Bogor

mereka (1 Kor 1,24).

semua orang muda, tanpa terkecuali!


Dalam aktivitas pastoral, orang muda bukanlah
objek, melainkan agen-agen. Walaupun terkadang,
lingkungan melihat hal yang berbeda, yaitu peran OMK
yang kurang esensial.
Gereja harus melihat dari sudut pandang yang lain,
karena semua orang muda, tanpa kecuali, memiliki
hak untuk dibimbing dan dituntun dalam perjalanan
hidupnya (bdk Preparatory Document, hal. 52).
#Sinode2019 adalah waktu yang tepat bagi gereja
keuskupan Bogor untuk belajar dari orang muda.
Setiap komunitas dipanggil untuk memperhatikan
orang muda, terutama mereka yang terlupakan
dalam pelayanan pastoral OMK selama ini. Baik
Gereja maupun orang muda harus berani “keluar”
dari kenyamanannya untuk menemukan mereka yang
terlupakan.
Pastoral OMK yang berani “keluar” berarti berani
Foto: Dok. OMK St Thomas
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yang kaku
Oleh karena itu, peran OMK sangatlah penting dalam pewartaan Injil; “keluar” berarti meninggalkan
dalam mengutarakan ide, mengevaluasi dan memberi unsur pengkotak-kotakkan yang mengakibatkan
saran dan petunjuk untuk pastoral OMK yang lebih batas-batas tertentu; “keluar” berarti bebas dari
baik dan lebih berbuah. Ide-ide itu dituangkan dalam kegiatan-kegiatan rutin yang membosankan sehingga
beberapa tema pokok pembahasan penting dalam orang muda dapan menemukan jati diri mereka. Semua
#Sinode2019, antara lain: Keluarga, Pendidikan, Sosial orang muda akan melihat Gereja yang lebih hidup,
Kemasyarakatan, dan lingkungan hidup. Semuanya ketika mereka menyadari bahwa setiap kontribusi
itu harus diramu dalam suasana Sukacita Injili, yaitu mereka diterima oleh komunitas-komunitas kristiani.
sukacita yang berdasarkan pada Kristus yang hidup, Dengan #Sinode2019 ini, OMK hendaknya
yang diimani dalam Injil. sungguh mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
pastoral Gereja, sebagaimana Gereja sendiri ingin

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 19


FOkUS

“berjumpa, menemani dan memperhatikan setiap pastoral yang menekankan unsur auto-formation, yaitu
orang muda, tanpa pengecualian. Gereja yang membutuhkan peran aktif orang muda itu sendiri
menemani orang muda dan berjalan bersama mereka dalam membentuk dirinya. Auto-formation mencakup
dalam perjalanan hidup mereka berarti sungguh dimensi fisik, spiritual, dan sosial. Dalam hal ini,
memperhatikan kelemahan-kelamahan dan kesusahan- katekese berperan penting untuk membantu setiap
kesusahan dalam hidup. individu OMK masuk dalam sebuah proses yang untuk
mengembangkan dirinya secara proporsional, terlebih
Katekese: Unsur penting dalam pastoral OmK aspek spiritual.
Dalam konteks kateketik, pastoral orang muda,
merupakan sebuah dimensi pastoral, yang baru Dari dan untuk orang muda
muncul, baik sebagai ilmu pengetahuan, maupun #Sinode2019 merupakan kesempatan untuk
sebagai bentuk tanggung jawab gereja (Luciano berjalan bersama bagi sesama orang muda, terutama
Meddi, 2018). Secara umum, latar belakang lahirnya untuk mengembangkan diri mereka sendiri. Karena itu
pastoral OMK ialah: keinginan untuk mengatur dan butuh pengetahuan yang cukup untuk pengembangan
memberikan sarana prasarana untuk perkembangan disi sendiri dan praktek yang cukup tentang auto-
iman kristiani para remaja setelah inisiasi sakramental, formation tersebut. Kita beruntung karena hidup di
serta perhatian khusus bagi mereka yang akan era yang penuh dengan kemudahan tentang ilmu
beranjak dewasa. pendidikan, namun dalam situasi tersebut, manusia
Tanpa mengendurkan semangat OMK, patut juga cenderung untuk memenuhi kebutuhannya
kita sadari bahwa pendampingan dan pelayanan mengenai pengetahun (pendidikan) secara personal.
pastoral OMK secara umum sedang mengalami Kecenderungan ketika kita berhadapan dengan
krisis. Krisis ini terutama dalam model-model OMK adalah kecenderungan untuk mengajar, yaitu
pastoral dan pembentukan karakter OMK itu sendiri. memberi bentuk kristiani kepada kaum muda. Hal ini
Bentuk katekese awal sungguh tidak menekankan muncul secara nyata dalam komunitas-komunitas,
pendampingan orang muda secara spesifik. Model tempat kita menerima pokok-pokok ajaran iman
pastoral ini cenderung lebih menekankan pada inisiasi kristiani. Dalam konsep ini, mendidik berarti
sakramental dan hidup panggilan. Dalam hal ini, menyalurkan, membuat masuk ke dalam, memulai,
pembaharuan kateketik terasa sangat minim di dalam mengenalkan, membuat seseorang tertarik. Kita
proses pastoral orang muda. terjebak dalam upaya menyampaikan apa yang
Ada suatu keprihatinan yang mendesak untuk menurut kita baik, tanpa melihat berbagai idealisme
membangun sebuah pastoral orang muda yang orang muda itu sendiri. Kita terjebak dalam konsep
berkualitas. Yaitu OMK sebagai objek pengajaran semata-mata: pengajar
dan yang diajar.
Sebagai agen perubahan dalam diri sendiri berarti
menekankan aspek inovasi baru dalam relasi antara
dua pelaku, terutama dalam konteks komunitas.
Melalui
Konsep inilah yang jelas terlihat ketika Yesus yang
#Sinode2019, bangkit berbincang-bincang dengan para murid
setiap yang sedang dalam perjalanan ke Emaus. Yesus tidak
individu OMK serta-merta menuntut para murid untuk percaya,
hendaknya namun justru melalui dialog yang hidup antara Guru
menyadari dan murid itulah, kebenaran iman akan Kristus yang
pentingnya hidup muncul dalam hati dan pikiran para murid.
Katekese dalam
hidup mereka Katekese sebagai proses awal yang membentuk
Katekese bukanlah merupakan istilah baru dalam
masing-masing.
sejarah Gereja. Kisah Para Rasul mencatat bahwa
sejak awal mula berdirinya gereja, para Rasul dan
para diakon telah mengikuti mengikuti Petrus dalam
menyampaikan kabar kebangkitan Kristus. Sejalan

Foto: Dok. RD Habel

20 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


G E NE R A S I MA S A K (G ) I NI 4 . 0
Foto:Tim OC Sinode Keuskupan Bogor

dengan itu, konsep pendidikan itu telah ada. yaitu internalisasi nilai-nilai hidup kristiani sekaligus
Kata yang sering digunakan adalah Katekese (lih menyatukan nilai-nilai tersebut satu sama lain. Proses
Luk 1:4; Kis 18,25; 21,2; Rm 2,18; 1Kor 14,19; Gal 6,6). tersebut terjadi bersamaan dalam komunitas dan
Konsep pendidikan itulah menjadi perhatian kita dalam diri masing-masing pribadi. Dengan demikian,
sekarang ini. Pemahaman tentang fungsi katekese seorang individu OMK tidak dapat memisahkan diri
menjadi bagian penting bagi orang muda pada dari komunitasnya, namun sekaligus memiliki tanggung
khususnya dan semua orang kristiani pada umumnya. jawab pribadi untuk mengembangkan dirinya yang
Katekese tidak boleh hanya dipandang sebagai memiliki satu tujuan, yakni pelayanan Sabda.
sebuah proses formalitas dalam hidup iman Dalam konteks ini, tujuan akhir dari katekese
seseorang. Proses formalitas yang dimaksud adalah adalah untuk memampukan individu dalam
pengajaran-pengajaran iman Katolik sebagai prasyarat menentukan pilihan-pilihan hidupnya, tentunya
dalam menerima sakramen-sakramen inisiasi saja. pilihan hidup yang didasarkan pada iman akan
Lebih dalam, katekese merupakan elemen dasar proses Kristus. Seorang OMK tidak hanya hidup berdasarkan
evangelisasi (Pedoman Umum Katekese, 50), yang tradisi yang mereka terima dari generasi-generasi
pada zaman para rasul dikenal dengan sebutan diakonia sebelumnya, tetapi mampu menentukan pilihannya.
(pelayanan) Sabda (Kis 6,2-4). Terutama dalam hal ini, pilihan untuk menjadi pengikut
Penting bagi kita untuk merumuskan kembali Kristus secara lebih dewasa.
fungsi katekese: tidak hanya untuk meyakinkan Melalui #Sinode2019, setiap individu OMK
pribadi-pribadi zaman sekarang dengan berbagai hendaknya menyadari pentingnya Katekese dalam
warisan sejarah zaman dulu (doktrin atau ajaran hidup pribadi mereka masing-masing; pentingnya
gereja). Tetapi membangun sebuah katekese sebagai internalisasi iman, bukan hanya sekadar transfer
proses pewahyuan dan keselamatan yang sedang iman dari orang tua kepada anak-anak. OMK semakin
direalisasikan oleh Allah Tritunggal Mahakudus. diberi kesempatan untuk mampu menciptakan model
Oleh karena itu, untuk mewujudkan suatu hidup katekese baru yang lebih kreatif bagi diri mereka
kristiani, kita membutuhkan suatu proses awal, sendiri dan juga bagi orang lain. Model katekese

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 21


FOKUS

tersebut hendaknya berkelanjutan dan berjenjang langkah konkret pastoral orang muda yang bersifat
yang jauh dari kata formalitas atau suatu keharusan, misioner. Pewartaan itu harus kepada semua orang;
tetapi kesadaran. harus sampai ke seluruh pelosok keuskupan.

OMK: Misionaris Kristus Pertobatan misioner
Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Christus Mengingat tugas pewartaan Injil yang begitu luas,
Vivit, menggarisbawahi sosok Yesus muda. “Yesus orang muda terkadang cenderung untuk menjadi
adalah seorang muda di antara orang muda lainnya pasif, menunggu, menempatkan diri mereka sendiri
untuk menjadi contoh dan teladan yang menguduskan hanya sebagai objek. Tak jarang OMK juga mencari
mereka bagi Tuhan” (CV 22). Oleh karena itu, kita patut kenyamanan-kenyamanan dalam karya pastoral. Misi
mensyukuri masa-masa muda kita sebagai orang muda OMK itu tidak penuh dengan kenyamanan, hal-hal
karena “masa muda adalah suatu periode hidup yang yang menyenangkan dan sesuai dengan keinginan kita
khas dan penuh gairah. Yesus sendiri juga mengalami saja. Paus Fransiskus menyerukan
dan menguduskannya” (CV 22). Perlu kita ingat, bahwa “Dalam bermisi, kita jangan menunggu sampai
di masa muda itulah, Yesus memulai misinya di dunia segala sesuatu baik (nyaman) adanya.” (Lih. CV 178)
ini. Karena panggilan kita adalah untuk membawa sukacita
Orang muda yang dipenuhi oleh cinta Yesus Injil yang memenuhi hati dan hidup semua orang yang
dipanggil untuk mewartakan Kristus (Injil) berjumpa dengan Kristus.
dan menjadi saksi-Nya melalui hidup mereka Dalam kehidupan menggereja, kita harus semakin
masing-masing di mana pun mereka berada (CV membuka diri dan menyadari bahwa OMK adalah juga
176). Menjadi saksi Kristus berarti berani berbicara bagian dari umat beriman yang bertugas mewartakan
(mewartakan) tentang Kasih Kristus yang kita alami. Injil (AA 2). Namun jika dalam kenyataannya,
Orang muda harus berani untuk menyampaikan pemahaman bahwa pewartaan itu hanya dikaitkan
kepada sesama segala peran Kristus dalam hidupnya. dengan jenis kegiatan dan kuantitas serta euforia
Berani untuk menjadikan Sabda itu menjadi hidup. sesaat saja, maka pastoral OMK itu harus mengalami
Rasul Paulus sendiri pernah berkata “Celakalah aku suatu pertobatan: Pertobatan Misioner (EG 30)
jika tidak mewartakan Injil.” (1Kor 9,16) Pertobatan Misioner adalah suatu pertobatan
#Sinode2019 menekankan pentingnya menjadi yang tidak hanya dikhususkan untuk individu tertentu,
misionaris Kristus bagi seluruh dunia. Dalam hal melainkan pertobatan personal, komunal, dan juga
ini, pewartaan itu tidak hanya terbatas pada tingkat struktural. Pastoral OMK harus selalu memiliki dimensi
keuskupan, melainkan harus sampai pada tingkat misioner (mission oriented-bdk. EG 28). Pendampingan
dekanat dan juga paroki. Keterlibatan orang muda orang muda harus mengarah pada pewartaan Injil
dalam #Sinode2019 ini (sebagai, peserta, panitia, dalam kehidupan masing-masing individu. •
anggota tim fasilitator, tim perumus) merupakan

RD Habel Jadera
Formator Seminari Tinggi St Petrus-Paulus
Foto: Dok. RD Habel

22 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


R e NUNG a N

Aku Ingin Mencintai Air


dengan Sederhana

Oleh: Fr Yohanes Anggi*)

S
epenggal puisi dari penyair ternama, Sapardi Djoko mencintai air dapat dilakukan dengan sederhana.
Damono yang berjudul “Aku ingin mencintaimu Mencintai air dengan menjaga kualitas kebersihannya
dengan sederhana “ ini telah berhasil memberi dengan cara tidak mengotorinya dengan bahan kimia atau
inspirasi dalam merenungkan makna paskah 2019 ini. cairan yang membuat air tidak layak untuk digunakan
Tema paskah yang kita dalami bersama adalah “Air yang bahkan dikonsumsi; merawat ketersediaan air dengan
berkualitas, cermin hidup Kristiani yang berkualitas”. Air tidak membuang-buang air saat mencuci tangan,
adalah bagian terbesar dalam komposisi alam semesta. mencuci piring dan pakaian, memakai air seperlunya dan
Sejenak menengok ke belakang, apakah perhatian secukupnya; menjaga air dari ancaman polusi seperti
dan kasih kita terhadap air memilki porsi yang besar sampah plastik dan juga sumber polusi lainnya. Mudah
seperti besarnya peran air dalam kehidupan kita? Apakah dan sederhana bukan? Ya, kita bisa mencintai air dengan
relasi kita dengan air sudah seimbang seperti air telah sederhana dan mudah. Inilah yang dikehendaki oleh Allah
memberikan kehidupan bagi alam semesta dan kehidupan dalam menjaga keutuhan alam ciptaan yang didalamnya
manusia? termasuk manusia dan kehidupannya.
Langkah demi langkah merefleksikan tentang air, Sahabat-sahabatku orang muda terkasih, hidup
baik dalam kehidupan praktis sehari-hari maupun juga ini terlalu indah. Jika kita tidak isi dengan hal-hal dan
dalam tataran teoritis di pertemuan APP, membawa tindakan yang positif dan saling membangun, kita akan
pada satu simpulan yang hendak dibagikan kepada para kehilangan keindahan dan anugerah Allah itu. Bergeraklah
pembaca. Bunyinya ‘mencintai air sama dengan mencintai dari hal-hal yang sederhana, mulailah saat ini, dan
hidup’,’merawat air sama dengan merawat kehidupan’, dan percayalah hidup kita akan menjadi lebih bermakna.
’menjaga air sama dengan menjaga kehidupan’. Sebab, Arti kebangkitan Kristus yang kita rayakan ini juga
air adalah kehidupan itu sendiri, sehingga manusia harus memberi makna mendalam bagi kita semua, untuk bangkit
menjaganya seperti ia menjaga kehidupan itu sendiri. dari kelesuan hidup, bangkit dari kemalasan, bangkit dari
Sejenak melihat apa yang dikisahkan dalam kitab ketidakpedulian, bangkit dari sikap tidak acuh, bangkit dari
2 Raja-Raja, tentang peran nabi Elisa yang diutus oleh berpikiran negatif dan bangkit dari kesalahan yang pernah
Allah untuk menyehatkan air yang ‘kotor’ menjadi air kita lakukan. Demikian juga yang digaung-gaungkan dalam
yang menyehatkan dan menghidupkan. Nabi Elisa semangat sinode II Keuskupan Bogor, untuk berjalan
diminta oleh Allah untuk mencampurkan garam ke bersama menata kehidupan ini.
dalam pinggan baru sehingga seluruh air menjadi sehat. Tuhan selalu membuka kerahiman-Nya dan menerima
Sebuah cara sederhana dilakukan oleh Elisa. Bukan kita dengan sukacita seperti ‘Bapa menerima anaknya
soal mencampurkan garam ke dalam airnya, tetapi yang hilang’. Maka, mari bersama-sama sebagai insan
kesederhanaan itu lebih nampak dalam kesiapsediaan muda yang memiliki pengaruh besar dalam Gereja
Nabi Elisa untuk mau, peduli dan mewujudnyatakan dan masyarakat, bangkit untuk menjadi manusia yang
kehendak Allah. Lalu pertanyaannya, apa yang dikehendaki baru, semangat dan bergairah, rajin untuk mensyukuri
Allah bagi kita sebagai orang muda katolik untuk merawat keindahan hidup, peduli dengan diri, sesama dan alam
air? Sangat sederhana, cintailah air seperti kita mencintai ciptaan; berpikiran positif dan hidup seperti yang Yesus
diri kita sendiri, rawatlah dan jagalah air seperti merawat ajarkan kepada kita. Semuanya itu bisa kita lakukan ketika
dan menjaga diri kita sendiri. kita mau bergerak dan siap untuk keluar dari zona nyaman
Sederhana namun penuh makna. Demikianlah kiranya kita. Lakukanlah hal-hal konkret dan sederhana, seperti
hal-hal konkret bisa kita lakukan dengan sederhana sederhananya kita mencintai hidup kita, namun penuh arti.
namun penuh arti. Dalam kehidupan personal sebagai Selamat Paskah untuk seluruh umat Katolik. Teristimewa,
Orang Muda Katolik, baik itu di rumah dan keluarga, Selamat Paskah untuk seluruh Orang Muda. •

*) Penulis adalah frater yang sedang menjalani pastoral di Paroki St Matheus Depok Tengah.

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 23


LAPORAN KHUSUS

Foto: Dok. Pribadi

Dari Resah Menuju Setia


Oleh: RD Dionnysius Manopo
Wakil Ketua Komisi HAAK Keuskupan Bogor

B
erbicara dan meneliti tentang hubungan Gereja Benak saya mulai meraba-raba apa yang akan saya
Katolik dengan agama dan kepercayaan lain lakukan setelah saya mendapat perutusan baru ini,
merupakan sebuah bidang yang memang saya terutama ketika terjun langsung berjumpa dengan
sukai dari dulu. Hal ini tampak dalam skripsi dan tesis tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, serta
saya yang keduanya memang berbicara tentang tema pejabat pemerintahan di kota Bogor. Dengan kata lain,
tersebut. Bahkan, pada masa penulisan tesis, saya ada semangat yang begitu menggelora di dalam diri
diperkenankan untuk melihat dan mengikuti kinerja saya untuk segera melakukan hal-hal yang “besar” di
Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Komisi HAAK Keuskupan Bogor. Saya membayangkan
(HAK) Keuskupan Bogor, yang diketuai oleh RD Mikail hal-hal yang “besar” akan dilakukan bersama, seperti
Endro Susanto. yang telah saya lihat dan teliti sebelumnya.
Tak disangka, ternyata beberapa bulan setelah saya Seiring dengan berjalannya waktu, saya merasa
menerima rahmat tahbisan presbyterat, dalam suatu bahwa belum ada hal “besar” yang kami lakukan
kesempatan, Bapa Uskup Mgr Paskalis Bruno Syukur bersama. Bahkan, yang ada justru saya mengalami
memanggil saya dan memberikan saya perutusan baru, “krisis perutusan”, yakni ada beberapa hal yang
yakni menjadi wakil ketua komisi HAAK Keuskupan “mengguncang” diri saya di dalam perutusan ini.
Bogor. Guncangan pertama ialah meskipun saya sudah
Tentunya perutusan ini menimbulkan kegaduhan dikenalkan dengan berbagai tokoh agama dan tokoh
tersendiri di dalam benak dan batin saya. Di masyarakat di Kota Bogor, saya masih merasa bahwa
satu sisi, saya merasa masih belum pantas dan saya belum “diterima” sepenuhnya di dalam setiap
belum mempunyai pengalaman yang cukup untuk pertemuan. Guncangan kedua ialah saya berpikir
mengemban tugas ini. Namun di sisi lain, saya pun bahwa komisi HAAK ini akan melakukan hal-hal
merasa tertantang untuk menjalani tugas ini karena yang “besar”, namun mayoritas kegiatan saya selama
adanya perubahan dari dunia teoretis menuju dunia ini ialah pergi “nongkrong” bersama dengan yang
praktis, ketika berbicara tentang hubungan Gereja lainnya, bahkan di waktu malam. Kedua hal ini cukup
dengan agama dan kepercayaan lain. meresahkan diri saya yang baru saja bergabung secara

24 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


LAPORAN KHUSUS

RD Dion (paling kanan) dalam acara talkshow bertemakan kebangsaan di Paroki St Matias Cinere. (Foto: Dok. Pribadi)

struktural di komisi HAAK Keuskupan Bogor. tokoh-tokoh agama lain, tokoh-tokoh masyarakat,
Keresahan inilah yang kemudian saya bawa di serta pejabat pemerintahan.
dalam doa dan refleksi. Sebab, saya meyakini bahwa Oleh karena itu, sharing pengalaman perutusan
doa dan refleksi merupakan dua hal yang selama
ini membantu saya untuk terlepas dari segala
keresahan dan juga menuntun saya untuk melihat
sesuatu dengan “cara baru”. Dari doa dan refleksi
itu, saya kemudian menyadari bahwa melarikan
diri dari tugas perutusan ini bukanlah jawaban
atas keresahan yang saya alami. Setelah doa dan
refleksi ini pula, saya mensyukuri keresahan yang
saya alami ini, sebab keresahan itu menuntun saya
pada sebuah penemuan nilai utama di dalam tugas
perutusan yakni kesetiaan.

Foto: Dok. Pribadi


Setia dalam perutusan
Banyak hal “besar” yang telah dilakukan oleh saya di komisi HAAK ini hendak saya simpulkan
Romo Endro bersama dengan tokoh agama dan dengan pernyataan dari Kitab Suci sendiri, yakni
tokoh masyarakat lainnya. Hal-hal “besar” inilah “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia
yang kemudian mengundang decak kagum sekaligus setia juga di dalam perkara-perkara besar” (Luk 16:
menjadi gambaran bagi saya dalam menjalani tugas 10). Saya tak perlu sedih dan kecewa jika belum
ini. melakukan hal-hal “besar”. Satu hal yang perlu saya
Namun saya melupakan satu hal yang utama dan tekankan pada diri saya sendiri ialah sesuatu yang
mendasar, yakni kesetiaan yang telah dihidupi oleh “besar” itu merupakan akumulasi atau jumlah dari
Romo Endro dalam menjalani tugas perutusannya hal-hal yang “kecil”.
menjadi ketua Komisi HAAK selama kurang lebih 15 Maka refleksi ini mengantarkanku pada sebuah
tahun. Kesetiaan itu tampak dalam kegigihan dan pesan, yakni jangan pernah menyepelekan atau
kehadirannya untuk mengikuti setiap pertemuan memandang sebelah mata tugas-tugas yang ada
yang ada. di hadapanmu. Sebab tak ada “tugas kecil” atau
Kesetiaannya itu tampak pada ketekunannya “tugas besar” di dalam perutusan ini. Hal yang perlu
untuk berkomunikasi dengan siapapun meskipun diingat di dalam perutusan ini ialah kesetiaan di
tak jarang dulu ia merasa “tidak dianggap” juga. dalam menjalani tugas dan kepercayaan yang telah
Kesetiaannya itu tampak pula pada kesediaannya diberikan oleh Bapa Uskup. Juga, semoga tugas
untuk menjalin komunikasi informal dalam perutusan ini semakin membuat diriku menjadi
“nongkrong-nongkrong”, yang justru lebih “kecil” dan Tuhan menjadi makin “besar”. •
membawa masuk ke dalam persaudaraan dengan

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 25


TUNaS

PROFICIAT

11 Juni 1994 - 11 Juni 2019

RD B.Gatot Wotoseputro & RD Antonius Dwi Haryanto


Keluarga INDRA JAYA RITA MARCIA SIGIT
Villa Bogor Indah BOGOR

Keluarga MARCUS TRI DJOKO ADRIANUS HERRY HARIADI


Taman Yasmin Yohanes D Britto / Wil.4 Stefanus St.Thomas

Keluarga AGUSTINUS DJASWADI MARISSA HOLIDAY


Griya Tugu Asri Blok A3 / 11, Kelapadua Cimanggis Depok

VERONICA WIWIN WIDARINI, SE, MMSI Kel.HARIYANTO TANUJAYA THOMAS TRIADI


Lingkungan Ratu Rosari Lingkungan Ratu Rosari
Ketua Fraksi PDI Perjuangan, DPRD Kota Depok Paroki St.Thomas Paroki St.Thomas

KELUARGA E. BUDHIONO &


FLORI VIANY
MARRIAGE ENCOUNTER BOGOR GOLKE PROBOWATI
- Angkatan 40 -
Paroki St.Paulus Depok
Paroki St.Herkulanus
GEREJA KRISTUS RAJA
KOMUNITAS KERAHIMAN ILAHI IPSC Sentul
26 MEKAR Katedral
Edisi 03 TahunBogor
XXXVI Mei–Juni 2019 Keluarga HENRY & WIWIEN KESEK
Paroki St.Thomas
OPiNi

ORANG MUDA KATOLIK:

Ekspresi Lebih dari


Sekitar Altar
Oleh: RD David Lerebulan

Foto: Dok. RD David

s
ejarah telah membuktikan bahwa gerakan dan akan sosok-sosok OMK yang sungguh mampu keluar
semangat orang muda telah membawa pengaruh dari zona ekosistem gereja; menjadi pelaku iman Katolik
besar dalam perjalanan sejarah Indonesia. yang transformatif.
Organisasi Budi Utomo (20 Mei 1908) telah membawa Ada sebuah cita-cita dan harapan bahwa orang muda
roh persatuan bangsa dalam semangat perjuangan Gereja Katolik mampu menjadi motor yang membawa
kemerdekaan Indonesia. Runtuhnya Orde Baru juga semangat berkobar-kobar dalam kemanusiaan dan
karena adanya peran aktif orang muda yang berpikir kebangsaan. Dengan menguasai teknologi, kreativitas,
kritis tentang bangsanya. Kekuatan orang muda memang dan ekosistem sosial, orang muda mampu menjadi
luar biasa bila difokuskan dan didampingi dengan baik. pengusung nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan.
Tak terkecuali dengan zaman sekarang saat dunia Saat bencana terjadi, tanpa perlu komando, OMK
memasuki era digitalisasi dengan segala disrupsinya, mampu menjadi pelopor dalam ajakan-ajakan simpati
orang muda tetap menjadi kekuatan besar yang kemanusiaan: doa bersama, penggalangan dana, atau
menciptakan perubahan. bahkan menjadi relawan. Dalam spirit kebangsaan masih
Melihat kekuatan dan potensi orang muda, Gereja minim dijumpai orang muda Katolik yang memiliki gairah
pun berjalan bersama orang muda. Kehadiran orang membina hidup toleransi lintas iman secara militan.
muda di Gereja bila didampingi dengan baik akan mampu Semangat berbagi dalam bulan puasa masih tampil
menciptakan ekosistem iman dan pembawa perubahan sebagai sebuah peristiwa insidental.
yang positif. Stigma orang muda Katolik (OMK) yang Era Revolusi Industri 4.0 yang digemakan di berbagai
ditampilkan kerap kali masih menjadi momok bagi media harus ditangkap baik oleh Gereja agar nilai-nilai
sebuah transformasi : tukang nongkrong, tukang parkir, iman tetap “laku” bagi orang muda. Tak hanya itu, Gereja
tukang angkut-angkut, kurang bertanggung jawab, dan juga harus menjadikan orang muda sebagai “pelaku”
sebagainya. iman yang mampu menciptakan perubahan positif dalam
Jika dicermati pula, kegiatan OMK masih dominan ekosistem hidup sosialnya.
dalam menciptakan keakraban dan peningkatan Pendampingan OMK memang perlu dukungan dari
kualitas pelayanan. Dari tahun ke tahun, aneka kegiatan orang-orang yang mampu menjadi sahabat bagi mereka;
diselenggarakan salah satu tujuan yang selalu muncul merangsang potensi orang muda untuk berinovasi dalam
adalah “saling mengenal dan saling mengakrabkan”. Bila hidup Gereja dan sosial. Orang muda bukan orang yang
ini terus terjadi, mungkin yang perlu direfleksikan adalah suka diperintah, tetapi lebih suka diberi “challenge”dan
mengapa keakraban dan saling mengenal masih menjadi mendapat pengakuan.
sebuah prioritas tujuan kegiatan orang muda? Geliat orang muda untuk mampu beriman, bukan lagi
Kian hari, makin bermunculan juga generasi muda dalam tatanan sekitar altar dan Gereja, menjadi sebuah
yang penuh energi, membawa semangat perubahan harapan dan tantangan bagi semua pihak baik kaum
positif, memperjuangkan kemanusiaan, menghidupkan klerus, para pendamping orang muda, dukungan orang
nilai-nilai kebangsaan, terlibat aktif dalam sosial tua dan lingkungan ekosistem kehidupan menggereja
kemasyarakatan tanpa membawa identitas-identitas lainnya. Ketakutan pindah agama menjadi salah satu hal
agama. Satu pertanyaan yang muncul adalah kerinduan yang meminimkan kegiatan-kegiatan lintas iman. •

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 27


G E L I AT K O M I S I

Foto: Dok. Biro Buruh

Biro Buruh, Sarana Pastoral Gereja


bagi Para Pekerja
Oleh: RD Bartholomeus Wahyu Kurniadi
Koordinator Biro Buruh Komisi PSE Keuskupan Bogor

B
uruh/pekerja adalah setiap orang yang bekerja atau Hari Buruh Internasional yang diperingati setiap
dengan menerima upah atau imbalan dalam tanggal 1 Mei. Tentunya dengan peringatan tersebut,
bentuk lain (Undang-Undang Nomor 13, 2003, buruh/pekerja dapat bersyukur dan bergembira
pasal 1). Para buruh atau pekerja perlu pendampingan, bersama Tuhan.
bimbingan, dan tentunya diajak untuk terlibat dalam Para buruh muda-mudi kadang juga merasa kesulitan
hidup menggereja. Melalui pendampingan, para untuk memperoleh jodoh yang seiman dan kadang
buruh/pekerja merasa diteguhkan, dikuatkan dan terkena pemutusan hubungan kerja/PHK serta banyak
diterima sebagai saudara-saudari yang seiman yang outsourcing yang dipekerjakan. Inilah kenyataan yang
semakin menghayati iman kepada Kristus sebagai tidak bisa dimungkiri dalam dunia kerja. Biro Pelayanan
penyelamatnya. Para buruh semakin tumbuh dan Buruh dapat membantu sesuai dengan kemampuannya.
berkembang bukan hanya dari sisi ekonominya Biro Pelayanan Buruh tentunya didukung oleh Komisi
saja melainkan dari imannya juga. Mereka sungguh Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dan senantiasa
menghayati martabatnya sebagai orang beriman dan dibimbing dan diarahkan oleh Bapa Uskup sendiri.
mampu menanggapi rencana dan kehendak-Nya dalam Manusia beriman senantiasa ‘hidup di dunia’
karya mereka masing-masing. walaupun ‘tidak dari dunia’. Kenyataan-kenyataan hidup
Ada komunitas para pekerja/buruh yang terbentuk duniawi mesti dihayati dalam perspektif keilahian. Para
di beberapa paroki untuk menjadi sarana berkumpul, pekerja/buruh mampu menjadi saksi Kristus. Di dalam
sharing iman, dan saling meneguhkan serta sukacita kehidupan semakin terungkap dan mewujud perilaku
bersama. Biro Pelayanan Buruh, senantiasa mengajak sifat-sifat Allah entah dalam pribadi atau dalam hidup
mereka untuk memiliki semangat berkumpul dan bersama sebagai buruh. Harapannya adalah di setiap
berkomunitas membangun persaudaraan agar mereka paroki ada komunitas buruh. Paroki-paroki hendaknya
tidak merasa sendiri sebagai buruh di paroki-paroki. jangan sampai menyerah atau patah semangat dalam
Kegiatan komunitas buruh tingkat keuskupan salah membentuk komunitas buruh. •
satunya adalah berkumpul bersama di acara May Day

28 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


G E L I AT K O M I S I

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 29


G e l i aT k e U S k U P a N

Penglepasan Seminaris
Seminari Menengah Stella Maris Bogor
Tahun Ajaran 2018-2019

Foto: Regina Dori


H
idup itu tidak melulu soal mendapatkan anugerah (Pimpinan Panti Asuhan Desa Putera).
Tuhan, tetapi hidup itu adalah soal menambahkan Para seminaris yang dilepas memilih ordo, tarekat
sesuatu pada karya Tuhan. Salah satu cara untuk dan diosesan sesuai dengan hati nurani mereka. Masing-
menempuhnya adalah dengan menjalani bentuk hidup masing 1 orang memilih ke Diosesan Jakarta, Diosesan
klerikus. Purwokerto, CSE (Camelitae Sancti Elia), Diosesan
“Sebagai murid Yesus, kita harus membuat diri kita Tanjung Karang, CICM dan OSC (Ordo Sanctae Crucis). 4
semakin serupa dengan-Nya; baik dalam cara berpikir, orang ke Diosesan Bandung, 7 orang ke Diosesan Bogor,
berbicara, bersikap, dan bertindak. Maka kita pun patut 2 orang ke OP (Ordo Praedicatorium), 3 orang ke OMI
untuk turut berbangga atas terselesaikannya tahap (Oblat Maria Imakulata).
pertama yang berhasil dilalui oleh para seminaris dalam
meniru gaya hidup Kristus,” demikian kata pembuka yang segera pindah
disampaikan oleh RD Yohanes Driyanto, Vikaris Yudisial Acara penglepasan yang bertajuk “Homo Proponit Sed
Keuskupan Bogor dalam acara penglepasan 22 seminaris Deus Disponit” yang berarti Manusia berencana tetapi
kelas 7BC Seminari Menengah Stella Maris Bogor pada Tuhan berkehendak tersebut kemudian ditutup dengan
Sabtu, 4 Mei 2019. beberapa penampilan yang dipersembahkan dari para
Lebih lanjut, Romo Dri mengatakan bahwa para imam seminaris.
harus melewati beberapa tahap dalam waktu yang panjang Penglepasan tahun ini kemungkinan besar menjadi
sampai mereka ditahbiskan. Tahapan-tahapan tersebut penglepasan terakhir di gedung seminari di Jalan Kapten
terbagi ke dalam propaedeutic stage, discipleship and Muslihat, karena Uskup Bogor, Mgr Paskalis Bruno
configuration stage serta pastoral stage. Syukur telah memutuskan untuk tahun ajaran berikutnya,
Formatio di seminari menengah masuk ke dalam pelaksanaan belajar-mengajar dilakukan di gedung baru
tahapan awal atau propaedeutic stage, tahap yang paling seminari di kompleks Telaga Kahuripan, Parung.
ketat dan dasar dengan segala hal yang dibutuhkan Seminaris Kelas X untuk tahun ajaran 2019-2020
dan wajib. Tahapan awal yang berhasil dilalui oleh para sudah pasti bersekolah di SMA Marsudirini, Parung.
seminaris ini barulah tahap pertama dari empat tahapan Mereka akan tinggal bersama dengan seminaris kelas 7A
yang ada. dan B-C (KPA). Sedangkan seminaris kelas XI dan XII masih
“Perjalanan memang masih panjang. Namun yakinilah, bersekolah di SMA Budi Mulia Bogor dan masih tinggal
lakukan segala sesuatu sebaik mungkin setiap saat. Kalau di gedung lama di Jalan Kapten Muslihat. Jadi, perlu dua
hari ini harus belajar dan belajar. Pelayanan dan pelayanan. tahun lagi bagi seminari untuk pindah semuanya ke gedung
Dan tanpa terasa, kamu akan mencapai tujuannya,” tutup baru karena kelas XI dan XII masih terdata di dapodik
RD Dri dalam homilinya. sebagai siswa SMA Budi Mulia Bogor.
Acara penglepasan seminaris kelas 7BC ini diawali Gedung seminari yang baru telah selesai dibangun,
dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin secara saat ini panitia pembangunan sedang melengkapi interior
konselebrasi oleh selebran utama RD Yohanes Driyanto, di gedung tersebut. Kami masih membutuhkan bantuan
didampingi oleh RD Jimmy Rampengan (Rektor), RD dari umat untuk melengkapi interior di gedung baru
Jeremias Uskono (Direktur Pendidikan dan Kesiswaan), seperti komputer, peralatan dapur dan lainnya. Bantuan
RP Ignasius Wagut OFM (Direktur Spiritual), RD dapat disalurkan ke rekening BCA 174 300 7003 atas
Hieronimus Hilarion Hendrik (Ekonom), RP Ephiphanus nama PGPM Keuskupan Bogor. • RD Jeremias Uskono/
CSE, RD Dionnysius Manopo dan RP Deddy OFM Regina Dori Flowerastia

30 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


PROFICIAT G e l i aT k e U S k U P a N

11 Juni 1994 - 11 Juni 2019

RD B.Gatot Wotoseputro & RD Antonius Dwi Haryanto

TOKO KURNIA
Jl. Sunan Kalijaga 125, Rangkasbitung, Banten

Keluarga Matius Wijaya Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 31


Paroki St. Maria Tak Bernoda, Rangkasbitung - Lebak
S U a R a Ta N a H m i S i

MANSALONG, KEUSKUPAN TANJUNG SELOR

Orang Muda,
Gerak Gereja Masa Depan
Oleh: RD Bonifasius Heribertus Beke

“Berikan aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia!”


Ini adalah perkataan dari Ir Soekarno, presiden pertama Indonesia yang pernah menggemparkan dunia.
Kata-kata ini bukan omong kosong, tapi memiliki kekuatan. Ini mengartikan bahwa 10 orang pemuda
yang memiliki komitmen dan visi untuk maju dapat mengubah hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.

O
MK adalah kekuatan Gereja saat ini dan tapi OMK juga diharapkan mampu membawa
masa mendatang. Jika hidup menggereja kemeriahan dalam Gerejanya.
OMK-nya menggeliat, maka Gereja akan
maju. Sebaliknya, jika OMK nya ‘melempem’ maka Perlu pendampingan
gerak Gereja pun akan ikut lesu seperti kekurangan Malenia (17), OMK dari salah satu stasi Paroki
sel darah merah. Maria Bunda Karmel (MBK), Mansalong Keuskupan
17 April 2019, Indonesia melaksanakan pesta Tanjung Selor mengatakan, “ikut pemilu pertama kali
demokrasi dengan PEMILU serentak. Hal ini juga itu seperti memilih jodoh, banyak dipikirnya, biar gak
merupakan kesempatan pertama bagi sebagian salah”. Hal ini mengacu pada banyaknya caleg yang
kaum milenial untuk merasakan bahwa suaranya datang ke desa-desa untuk memohon dukungan
dibutuhkan untuk menentukan masa depan negara. masyarakat dengan janji-janji manis kampanye.
Siapa kaum milenial itu? Tentu saja mereka yang Malenia merasa senang karena bisa ikut berpartipasi
besar di abad milenium ini dengan kemajuan ilmu dalam pemilu ini dan menyumbangkan suara bagi
pengetahuan dan teknologi serta cepatnya arus perubahan Indonesia.
informasi dengan sistem jejaring atau dalam jaringan Lain lagi dengan Rospolina (17), OMK stasi
(daring – Internet). dari Paroki MBK Mansalong (anak asrama- Ago
OMK adalah bagian dari generasi milenial itu, Onsoi). Setelah selesai mengikuti UNBK di sekolah,
tentunya Gereja juga berharap agar mereka tidak Rospolina diminta untuk menjadi saksi di TPS di
acuh terhadap panggilan untuk ikut dalam pesta desanya. Ini merupakan pertama kalinya dan ia
demokrasi ini. Bukan hanya meriah di luar Gereja, merasa takut, karena harus menjadi saksi dalam

32 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


S U a R a Ta N a H m i S i

Foto-foto: Dok. RD Boni

peristiwa besar seperti pemilu ini. Bukan tanpa Siapa Gereja itu? Tentu saja orang muda
sebab Rospolina di pilih untuk menjadi saksi di itu sendiri. Orang muda mendampingi orang
TPS-nya. Ia dipilih karena tidak ada lagi orang, muda, menjadi penggerak di kelompoknya.
dan yang mengenyam pendidikan sampai SMA di Khusus di paroki MBK kehadiran Asrama Ago
desanya pun sedikit sekali. Onsoi menjadi wadah bagi segelintir orang
Tinggal di perbatasan Indonesia dan Malaysia muda yang ingin maju. Artinya orang muda yang
membuat masyarakatnya pun hidup dalam memutuskan tinggal di asrama, mereka dididik
keterbatasan. Belum ada jaringan dan listrik yang hidup disiplin dan dekat dengan Gereja, sehingga
memadai sampai di perbatasan. Bahkan akses rasa cinta akan Gereja memunculkan minat dan
untuk sampai ke desa-desa harus melalui sungai panggilan untuk menjadi seorang imam, atau
dengan menggunakan perahu. biarawan/biarawati.
Di jaman milenium ini, di mana jaringan Gereja keuskupan Tanjung Selor yang
menjadi kebutuhan bagi kaum muda (OMK) agar diawali oleh misionaris OMI (Oblat Maria
mereka bisa berbagi informasi dengan kawan- Immakulata) yang hadir di tengah-tengah
kawannya. Tapi hal ini perlu pendampingan Mayoritas masyarakat adat Dayak pertama-
karena akses jaringan yang memadai bisa tama mengedepankan adanya asrama. Karena
membuat orang semakin egois dan menyendiri hadirnya asrama sedikit membantu karya
karena mereka telah dipuaskan dengan aplikasi pastoral Gereja di keuskupan ini. Sudah ada
yang ada dalam gawainya (handphone). hasil yang di peroleh bagi Gereja dari kehadiran
Gereja menyadari betul bahwa dunia asrama (pendidikan informal).
orang muda katolik saat ini adalah dunia Malenia dan Rospolina adalah sedikit dari
dalam jaringan. Oleh karena itu Gereja harus OMK paroki MBK yang aktif di Gereja bahkan
mampu menyiapkan jaringan (katekese) untuk mereka pernah mewakili paroki mengikuti
menyatukan dan membakar energi postif orang kegiatan IYD 2016 di Manado dan AYD
muda untuk memajukan Gerejanya. 2017 di Yogyakarta. Keaktifan dan semangat
menggereja dari dua remaja ini patut didukung
Peran dan kehadiran Gereja dan mereka pun selalu mengajak teman-
Sekarang banyak OMK saling berbagi temannya agar aktif di gereja entah menjadi
kegiatan rohani yang dilakukannya dengan pendamping SEKAMI(serikat kerasulan anak
diunggah ke media sosial. Mereka tahu apa yang dan remaja misioner), Misdinar atau hanya
dilakukan oleh orang muda seusianya di tempat kegiatan OMK semata. Sekarang mereka
lain, dan hendak mereka lakukan pula untuk sedang mempersiapkan diri untuk menempuh
parokinya. Banyak hal yang bisa anak muda dapat pendidikan di jenjang berikutnya yakni
dari internet, baik yang positif dan negatif. Maka perguruan tinggi. Semoga muncul Malenia dan
Gereja harus hadir sebagai sarana bagi OMK Rospolina baru dalam Gereja. •
untuk membantu menyaring informasi itu.

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 33


SOSOK

Agatha Lydia

SUARAKAN
IMAN
lewat Bahasa
Menurut Agatha Lydia, mewartakan Injil
dapat dilakukan dengan cara yang paling
sederhana: jadi diri sendiri.

Berbekal prestasi sebagai Duta Bahasa


Nasional serta pengalaman dalam
berbagai program pertukaran pelajar
dan kegiatan OMK, Agatha tidak henti
menyuarakan sukacitanya sebagai OMK
di tengah masyarakat.
Foto-foto: Dok. Pribadi

T
erdorong oleh rasa penasaran dan
kegemaran dalam bidang bahasa, Agatha
mencoba mengikui ajang pemilihan
Duta Bahasa 2018 yang diselenggarakan oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Setelah terpilih sebagai Duta Bahasa di tingkat
provinsi Jawa Barat, ia pun melenggang menuju
pemilihan tingkat nasional, yang mengantarnya
menjadi juara pertama.
Sebagai Duta Bahasa Nasional, Agatha
bertugas sebagai perpanjangan tangan Badan
Bahasa dalam mengajak masyarakat untuk
mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia,
terutama dalam ruang publik. Meski harus
melalui tahapan seleksi yang panjang dan aku juga sangat menikmati setiap prosesnya,
berlapis, Agatha berusaha mempersiapkan terutama karena aku bisa bertemu dan
diri sebaik-baiknya dengan banyak membaca, menginspirasi banyak teman dari seluruh
mencari informasi seputar Duta Bahasa, dan Indonesia,” ujarnya.
melatih kemampuan wicara publik.
“Saat itu aku melakukan berbagai persiapan, Keindahan dalam keragaman
salah satunya adalah persiapan mental. Aku Ketertarikan Agatha pada bidang bahasa
harus siap menang dan siap kalah. Tapi tentu diasah juga lewat berbagai program pertukaran

34 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


SOSOk

pelajar. Sejak SMA, Agatha telah mengikuti beberapa


program pertukaran pelajar, seperti AFS Italia
2012-2013, AIESEC Philippines 2015, ERASMUS+
TU Dortmund, Jerman, dan Go Global Indonesia - AFS Agatha, sukacita dan semangat Tuhan selalu ada
Colombia (Hogar Sagrada Familia). dalam diri setiap OMK. Maka dari itu, OMK harus
Tinggal di luar negeri untuk waktu yang cukup berani menjadi ‘jembatan‘ masyarakat untuk
lama bersama orang-orang dengan latar belakang perbedaan-perbedaan budaya, politik, agama, dan
yang beragam, membuat Agatha belajar banyak lain-lain.
mengenai keindahan dari perbedaan. Dari sana, Agatha juga terinspirasi dari perjumpaannya
Agatha juga belajar bagaimana cara membuat prioritas dengan Suster Cristina Scuccia, pemenang
dan mengelola waktu dengan baik. Menurut Agatha, The Voice Italia 2014, dalam acara Joy Fest
manajemen waktu adalah kunci untuk dapat terlibat yang diadakan oleh Keuskupan Agung Jakarta.
aktif dalam beragam kegiatan. Saat itu, Suster Christina mengatakan bahwa
“Pengalamanku selama di program pertukaran untuk mewartakan Injil tidak harus menjadi
pelajar membuatku tahu kapan aku harus disiplin suster, tapi sebagai OMK saja juga bisa. Jika kita
dan fleksibel. Misal saat waktunya kuliah, maka aku senang menyanyi, menulis, atau bahkan belajar,
harus disiplin mengikuti kelas dan mengerjakan tugas. manfaatkanlah itu untuk mewartakan sukacita dan
Namun pada waktu hang out dengan teman-teman, membawa perdamaian.
tentu aku harus fleksibel,” imbuhnya. “Aku selalu ingin agar keberadaanku bisa
membawa sukacita dan kehangatan di mana
menjadi diri sendiri pun aku berada. Sesulit apapun tantangan, aku
Saat ini, Agatha tengah mengikuti program magang tetap yakin Tuhan selalu ada bersamaku. Dengan
serta menjadi pekerja lepas untuk beragam proyek kontribusi sekecil apapun, aku ingin selalu menjadi
dan kegiatan. Agatha memanfaatkan kefasihannya jembatan yang bisa mempersatukan masyarakat,”
dalam bahasa Inggris dan bahasa Italia untuk ujar Agatha.
membantu menerjemahkan dokumen-dokumen. Agatha juga yakin bahwa seluruh OMK, dengan
Pengalamannya sebagai ketua organisasi pertukaran semangat dan energi yang tinggi, mampu menjadi
pelajar di Bandung juga membuatnya sering diundang tonggak Gereja dan dunia.
untuk menjadi pembicara dalam acara bertemakan Bagi OMK yang ingin terlibat lebih aktif di
pertukaran pelajar dan pengembangan diri. masyarakat, Agatha berpesan, “Kamu berharga,
Meskipun dalam kesehariannya Agatha lebih kamu istimewa. Buka dirimu untuk berbagai
banyak beraktivitas di Jakarta dan Bandung, di akhir kesempatan. Selalu bersyukur dan banyak memberi
pekan ia selalu meluangkan waktu untuk pulang ke tanpa memandang latar belakang. Jangan mudah
Bogor dan ikut serta dalam kegiatan gerejawi. Bidang putus asa; percayalah pada proses. Yakinlah bahwa
pelayanan Gereja memang bukan hal yang baru rencana Tuhan selalu indah pada waktu-Nya.”
bagi Lydia. Sejak kecil, ia telah aktif terlibat di dalam • Mentari/MEKAR
kelompok kor lingkungannya sebagai organis.
Menginjak usia remaja, ia pun rutin mengikuti Agatha Lydia Natania
berbagai kegiatan OMK, baik di tingkat paroki maupun
tempat, tanggal lahir
keuskupan. Dalam perhelatan Asian Youth Day 2017, Bogor, 30 Desember 1994
Agatha menjadi salah satu pembawa acara. Ia juga Paroki
menjadi salah satu peserta World Youth Day 2019 di BMV Katedral Bogor, Lingkungan St Bartholomeus
Panama, dan kini tengah melayani sebagai anggota tim Hobi
fasilitator OMK dalam Sinode II Keuskupan Bogor. Membaca, main musik dan jalan-jalan
Aktivitas yang padat tidak membuat Agatha
melupakan identitasnya sebagai OMK. Menurut @agathalydia

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 35


36 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019
l i T U R G i & k aT e k e S e

Istilah
Prodiakon
dan Umat Bertanya,
otret
Etika Mem
Pastor Menjawab
Audrey, Paroki St Thomas Kelapadua:

Q
mengapa sekarang di Keuskupan Bogor digunakan istilah pelayan komuni untuk menggantikan istilah
prodiakon yang sudah umum digunakan oleh umat? Jika disebut pelayan komuni,
mengapa mereka juga boleh memimpin ibadat pemakaman?

A RD Yohanes Driyanto:

Istilah prodiakon sebetulnya tidak tepat. Istilah akolit, termasuk doa-doa juga. Umumnya, yang dilakukan
prodiakon tidak ada, yang betul sebenarnya adalah oleh pelayan luar biasa adalah pelayanan sakramentali,
pelayan luar biasa, extraordinary minister: Minister yang seperti ibadat pemakaman. Pelayanan sakramentali bisa
melakukan pelayanan yang tidak biasa, karena yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak ditahbiskan.
biasa melakukannya adalah uskup, presbiter (pastor) dan Meskipun pelayan luar biasa ini bisa memberikan
diakon. pelayanan sakramentali, bukan berarti mereka dapat
Ketika pelayan yang biasa tidak bisa melakukan, menggantikan tugas dari pelayan tertahbis. Misalnya
dalam arti tidak ada, maka pelayan luar biasalah yang saat memberikan abu pada Rabu Abu, jika di paroki
melakukan. Salah satu bentuk pelayanannya adalah yang pastornya hanya satu atau dua, itu sangat mungkin
komuni. Karena tugasnya melayani komuni, maka dia pelayan luar biasa dapat membantu.
disebut pelayan komuni. Istilah ini dikaburkan dengan Keberadaan pelayan luar biasa didasarkan pada tiga
sebutan prodiakon. hal, yakni: 1) pelayan biasa tidak ada, 2) ada kebutuhan,
Diakon jelas adalah orang menerima tahbisan dan 3) ada izin dari uskup atau ordinaris wilayah
diakonat, dan pelayan luar biasa tidak melakukan tugas mengenai batasan tugas untuk pelayan luar biasa.
diakon. Pelayan luar biasa justru melaksanakan tugas

Maria, Paroki Keluarga Kudus Cibinong

Q Bagaimana ketentuan/etika fotografer saat bertugas


dalam Perayaan ekaristi?

RD Yohanes Driyanto:

Tugas fotografer berkaitan dengan dokumentasi.


Karena itu sifatnya dokumen, maka secukupnya saja.

A Norma yang harus diikuti adalah norma liturgi, jangan


sampai mengganggu dan mengurangi kesakralan liturgi.
Ketika mengambil gambar, fotografer jangan sampai
melanggar liturgi. Misalnya, panti imam adalah tempat
para tertahbis, maka fotografer jangan naik ke panti imam.
Lalu karena liturgi itu harus kelihatan, person to person Bagi pembaca yang ingin bertanya berbagai hal
antara imam dengan umatnya, maka fotografer dengan seputar liturgi dan katekese, silakan mengirimkan
segala peralatannya jangan sampai menghalangi mereka. email ke mekarkeuskupanbogor@gmail.com.
Prinsipnya, segala aktivitas fotografi jangan sampai Pertanyaan Anda akan dijawab oleh pastor
Keuskupan Bogor sesuai bidang keahliannya masing-
mengganggu jalannya perayaan liturgi.
masing melalui Mekar edisi berikutnya.

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 37


K E S E H AT A N

TETAP Bugar
DI USIA 40-an
Titel ‘OMK’ memang bisa berlaku untuk siapa saja yang
tetap berjiwa muda, bahkan jika usianya sudah melampaui
batas ‘usia resmi’ OMK, yakni 35 tahun. Namun setelah
melewati usia ini, kebugaran tubuh tetap perlu dijaga agar
seimbang dengan spirit yang selalu muda.

Simak sharing pengalaman dari M Yusuf Gunawan yang


mungkin dapat menginspirasi Anda agar semakin sehat
dan semangat di usia 40-an.
Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. M Yusuf Gunawan

T
ahun 2017 merupakan awal saya berolahraga lari Saya hanya melakukan latihan intensif selama tiga bulan
dan bersepeda. Tidak sampai setahun, pada bulan terhitung dari bulan Januari hingga Maret 2018. Hasilnya
April 2018 saya nekat mengikuti ajang Triathlon adalah, sebagai pemula, saya mampu mencapai garis finish,
Sungailiat di Bangka untuk pertama kalinya dan setelah itu bagi saya itu saja sudah bagus. Namun hal terpenting bagi
saya ketagihan race. saya adalah bahwa saya mulai bisa mengukur kemampuan
dan daya tahan diri.
Pada masa sekolah sampai kuliah, saya cukup aktif dalam
kegiatan olahraga tim seperti sepak bola, voli dan hoki. Setelah berpartisipasi dalam triathlon tersebut, tujuan
Begitu memasuki kehidupan kerja saya mulai jarang berikutnya adalah mengikuti Borobudur Marathon 2018
memiliki waktu untuk olahraga karena kesibukan saya. di bulan November 2018 dengan jarak tempuh 42,195
Banyak makan dan kebiasaan merokok membuat badan km, lalu IRONMAN 70.3 di Bangsaen Thailand bulan
terasa cepat lelah dan mudah stres. Hingga akhirnya, Maret 2019. Di sini, saya jadi memahami titik maksimal
beberapa kawan mengajak untuk jogging yang sekaligus daya tahan atau kemampuan diri saya. Ajang ini terdiri dari
menjadi saat untuk kumpul bersama. renang dengan jarak tempuh 1.9 km, bersepeda 90 km,
dan lari 21.1 km. Target saya berhasil yakni mencapai garis
Saya mulai menekuni olahraga lari ketika diajak oleh finish dalam kondisi sehat tanpa cedera.
beberapa kawan yang telah terlebih dahulu sering
mengikuti race. Awalnya memang hanya untuk ikut serta Pertanyaannya adalah bukan berapa lama atau bagaimana
saja, namun ada perubahan positif pada tubuh dan pikiran, program latihan yang saya lakukan supaya siap untuk
sehingga akhirnya menjadi ketagihan. Saya termotivasi ikut race. Tetapi secara mendasar, semua adalah proses
ketika melihat teman-teman saya yang mengikuti lomba. dari tidak bisa menjadi bisa. Apapun motivasi atau tujuan
Saya jadi memiliki tujuan dalam berlari. mengikuti race, tantangan terbesarnya adalah melawan diri
sendiri yakni melawan kemalasan, keraguan dan keinginan
Dengan belum memiliki pengalaman berlomba, bersepeda untuk menyerah.
jarak jauh dan hanya memiliki keahlian renang standar gaya
dada, bermodalkan nekat, saya mendaftarkan diri untuk
mengikuti Triathlon Sungailiat 2018.

38 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


k e S e H aTa N

Bagaimana cara mempertahankan pola hidup sehat di usia 40?

Selama 15 tahun, sebelum tahun 2017, saya menjalani


pola hidup yang kurang baik. Saya mengakui bahwa
mengubah gaya hidup di usia 40-an ini tidak mudah,
karena keadaan tubuh tidak sebugar seperti dulu maka
saya tidak bisa memaksakan diri. Daya tahan dibangun
perlahan dengan latihan dan asupan seimbang.

Belajar dari pengalaman pribadi, apa yang masuk ke


dalam tubuh sangat membantu mempercepat pencapaian
hasil latihan. Tubuh menjadi tidak cepat lemas dan daya
tahan lebih kuat. tidak ada pantangan makanan, hanya
membatasi waktu dan porsi makanan yang kurang baik Foto:
Foto: pexels.com
pexels.com

agar tidak keseringan dan tidak banyak. Bayangkan


Foto: Dok. Pribadi
kalau saya sudah menjalani aktivitas olahraga dari 15
tahun yang lalu mungkin akan jauh lebih sehat lagi.

Sekarang sudah menjadi kebiasaan saya lari setiap


pagi dan menjadwalkan latihan renang. Bangun
pagi, minum madu Trigona yang mengandung propolis
dicampur air hangat untuk mempersiapkan metabolisme,
meningkatkan daya tahan, dan mengisi energi tanpa perlu
makan berat yang sulit dicerna karena organ tubuh belum
siap bekerja keras di pagi hari.

Setengah jam sebelum lari saya minum kopi hitam. Selain


memang suka sekali kopi, kafein bantu memaksimalkan
sesi olahraga karena berfungsi sebagai bahan bakar otot.
sedangkan malam hari sebelum tidur, saya terbiasa
konsumsi propolis murni untuk membantu proses
tubuh beristirahat supaya ketika bangun tubuh lebih
segar.

Masalah maag dan GERD yang dulu sering kambuh,


sekarang sudah jarang sekali. Kebiasaan merokok menjadi
tidak enak sehingga berhenti dengan sendirinya. Hormon
endorfin yang dihasilkan saat berolahraga memberikan
relaksasi yang membantu otak berpikir lebih jelas dan
positif. Saya merasa lebih produktif dalam pekerjaan
maupun sehari-hari. Sekarang tiap kali ada masalah malah
saya ‘bawa lari’. •
Foto: Dok. M Yusuf Gunawan

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 39


NaSiONal

Foto: Dok. OMK SFA Sukasari


Perayaan May Day Keuskupan Bogor
Perjumpaan Pekerja dalam Sukacita

I
stilah ‘buruh’ terkesan identik dengan pekerja di membangun persaudaraan
pabrik, tetapi menurut KBBI, buruh adalah orang Dalam kegiatan ini, para peserta diajak untuk
yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat membangun komunitas persaudaraan di kalangan
upah. Pengertian yang sama juga tertera dalam para pekerja. RD Bartholomeus Wahyu Kurniadi
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang (Romo Bertho) selaku Ketua Biro Pelayanan
Ketenagakerjaan. Pasal 1 dan 3 menyebutkan Buruh menegaskan bahwa setiap orang memiliki
bahwa pekerja atau buruh adalah setiap orang hakikat yang sama di hadapan Tuhan. Meskipun
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan memiliki peranan yang berbeda, hal itu bukanlah
dalam bentuk lain. suatu masalah karena peranan yang berbeda
Bertepatan dengan Peringatan Hari Buruh merupakan keragaman yang dapat kita tanggapi
Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 1 Mei, dengan sukacita.
ratusan buruh se-Keuskupan Bogor berkumpul Meski selalu ada tantangan, karya sekecil
di Paroki St Fransiskus Asisi, Sukasari untuk apapun yang dilandasi dengan sukacita injili akan
merayakan May Day Fest 2019 Keuskupan Bogor membawa berkat tersendiri dengan caranya
pada hari Rabu (1/5/2019). masing-masing. Romo Bertho pun berharap
Kegiatan yang rutin digelar tiap tahunnya ini komunitas pekerja di paroki-paroki di Keuskupan
diprakarsai oleh Biro Pelayanan Buruh Keuskupan Bogor dapat semakin bertumbuh.
Bogor. Tema tahun ini adalah ‘Sukacita Pekerja Rangkaian acara Mayday Fest 2019 ditutup
dalam Kesederhanaan dan Injili serta Membangun dengan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan
Komunitas Yang Misioner’. Tema tersebut dipilih oleh RD Dominikus Savio Tukiyo (Pastor Paroki
karena ingin mengobarkan semangat Sinode BMV Katedral Bogor), RD Markus Lukas (Pastor
di dalam perjumpaan para kaum pekerja, serta Paroki St Fransiskus Assisi), RD Stefanus Sri
bersukacita bersama dan membangun komunitas Haryono (Kuria Keuskupan Bogor) dan RD
yang misioner. Bartholomeus Wahyu Kurniadi (Ketua Biro
Perjumpaan buruh Katolik di Keuskupan Bogor Pelayanan Buruh Keuskupan Bogor).
ini diisi dengan sharing mengenai kendala yang Perayaan May Day menjadi sebuah gambaran
dihadapi dalamberbagai bidang pekerjaan, serta bahwa Gereja hadir dan peduli kepada para kaum
bagaimana menghadapi kendala tersebut dengan buruh. Gereja juga mengajak para pekerja untuk
terus mewartakan sukacita. Kegiatan lainnya selalu bersukacita, serta senantiasa mewartakan
adalah pertunjukan seni, baik berupa tarian imannya dengan bekerja sesuai dengan ajaran
ataupun performance band. Kristus ,yaitu menjadi garam dan terang dunia. •
Maria Dwi Anggraeni/MEKAR

40 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


L I N TA S I MA N

STANJA
Galang Toleransi
lewat Olahraga

Foto: Dok. OMK St Andreas

O
MK Paroki Santo Andreas memiliki cara yang Dengan tujuan mengembangkan bakat yang dimiliki
unik dalam membangun kehidupan toleransi setiap orang muda dan menjadi wadah untuk berkumpul
dan sekaligus menyehatkan badan. Olahraga dengan hal-hal positif , kegiatan ini diharapkan mampu
futsal dijadikan sebagai ajang untuk berinteraksi dan menjadi media yang menyehatkan baik dalam hal
berkompetisi secara sportif. OMK ini memiliki klub jasmani maupun jembatan untuk membina hidup penuh
futsal bernama STANJA (diadaptasi dari nama Paroki damai, rukun dan toleransi.
Santo Andreas- Sukaraja) yang telah berhasil menjadi Harapan kedepannya STANJA mampu menjadi
Juara 3G Cup Se-Jabodetabek dan Juara 1 Kedaton wadah tempat berkumpulnya orang muda dalam
Cup. Lebih dari itu, klub futsal ini berhasil menjadi kegiatan berolah raga maupun berorganisasi dan
penggagas kompetisi (liga) pertandingan futsal di media membangun solidaritas dan sportivitas tanpa
Kabupaten Bogor bernama STANJA CUP. memandang perbedaan suku, ras, agama dan lain-lain.
Menurut Rio sebagai Ketua OMK PSA sekaligus Tantangan dan kendala yang dihadapi adalah belum
Coach Remond dan pelatih, STANJA CUP telah berhasil adanya dana tetap dari donatur atau dukungan penuh
mengajak orang muda untuk berkompetisi secara dari pihak gereja, juga kendala lainnya adalah panitia
sportif sambil menjalin silaturahmi. Kegiatan ini dibuat yang masih perlu belajar dalam hal penyelenggaraan
setiap tahun, tepatnya pada saat memasuki bulan suatu event olahraga.
puasa dengan hadiah total 5-7 juta rupiah. Hadiah yang Bagi Anda yang ingin mengikuti kompetisi ini, silakan
diperebutkan berasal dari biaya pendaftaran dan para mengakses informasi pada media sosial Instagram @
sponsor. omkstandreas_bogor, serta proposal yang dibagikan
panitia baik melalui WhatsApp maupun dalam bentuk
Jembatan kerukunan hardcopy. • Isabella Jany/RD David Lerebulan
Pengurus STANJA sendiri terdiri dari Orang Muda
Katolik (OMK) Paroki Santo Andreas Sukaraja Bogor.

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 41


w

G aYa Hi d U P

Ingin Jadi
Influencer?
Simak dulu tipsnya!

oleh
Founder
@shintaries
Blogger Perempuan Network

5 Tips Influencer
P jadi
ekerjaan masa kini yang diincar oleh generasi
sekarang sudah tidak sekonvensional dulu lagi.
Kalau dulu kita selalu bercita-cita ingin jadi dokter, Pertama, tentukan channel media sosial yang
insinyur, polisi, dan lainnya, anak sekarang sudah ingin menjadi fokus. Setiap media sosial memiliki
punya pikiran yang berbeda. Salah satunya adalah ingin karakteristik pengguna yang berbeda-beda. Twitter
memiliki profesi influencer atau content creator. misalnya, hanya fokus pada kata-kata yang “gue banget”
Tentunya, bagi generasi tua, hal ini asing di telinga. nih. Jadi dibutuhkan kreativitas tinggi untuk mengolah
Bahkan menimbulkan kebingungan, profesi seperti apa keterbatasan 140 karakter menjadi menarik.
yang sedang menjamur di kalangan millenial ini. Profesi Lain halnya dengan Instagram yang sangat visual.
mandiri seperti Blogger, Youtuber, Instagrammer, dan Punya foto menarik dan editing dengan kreasi tingkat
kreativitas lainnya begitu menjamur. Bahkan mereka tinggi sangat dibutuhkan untuk menjadi populer.
berlomba-lomba memberikan konten yang menarik dan Kemudian Youtube juga menjadi salah satu channel
kreatif. yang populer dan memiliki penggemar video yang
Untuk menjadi seorang influencer di media sosial dan sangat masif. Pilihlah salah satu channel yang cocok
menghasilkan uang, apalagi menjadikan sebagai profesi, dengan karakteristik kita sendiri supaya mudah
tentunya tidak instan. Dibutuhkan banyak skill dan effort mendapatkan penggemar.
untuk membuat sesuatu yang menarik bagi banyak Kedua, adalah menentukan jenis konten. Tentunya
banyak orang, terutama di media sosial. Apabila ingin akan lebih menyenangkan jika kita membuat konten
mencoba peruntungan menjadi influencer, mungkin tips berdasarkan hal yang kita sukai, sehingga kita akan
berikut ini bisa dicoba. selalu berkomitmen membuat konten dan kegiatan
update di media sosial menjadi menyenangkan.
Walaupun banyak jenis konten khusus yang mudah

42 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


G aYa Hi d U P

disukai oleh orang-orang, sebaiknya jangan terpaku. Tetap


fokus pada apa yang menjadi kekuatan dan keunikan kita.
Ketiga adalah mencari hal yang menjadi keunikan
kita. Kenapa orang harus follow kita, kenapa orang harus
subscribe channel kita, kenapa mereka mengikuti kita di
Twitter. Itu adalah sesuatu yang harus dicari dan tentunya
menggambarkan keunikan diri kita sendiri dan konten yang
dibuat.
Keempat adalah konsistensi. Sesuatu yang berhubungan
dengan kreativitas dan media sosial, tidak akan berhasil
apabila kita tidak melakukannya secara konsisten. Makanya,
menjadi seorang influencer itu bukan hal yang mudah
dilakukan. Karena selain memiliki keunikan konten, konsistensi
tinggi juga sangat dibutuhkan. Apalagi, menjalani profesi
sebagai influencer yang sukses tentunya tidak instan bukan.
terakhir, jangan cepat putus asa. Menjadi influencer
yang bagus tentunya bukan jalan yang mudah. Harus selalu
membuat konten, berbagi hal yang positif, memberikan
influence yang baik ke follower, dan menjaga konsistensi
konten. Nikmati semua prosesnya dan selalu berharap
menjadi yang terdepan dengan menampilkan kreativitas yang
maksimal. Percaya deh, segala usaha akan terbayar jika kita
fokus dan konsisten.
Jadi, sudah siap menjadi influencer? •

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 43


J e Ja k i ma N

Katakombe,
Tempat Orang yang Hidup!
Oleh: Fr Nicolaus Yudi Ardhana*)

J
ika kita menengok kembali ke kehidupan jemaat Kristen abad
awal di Roma, kita bisa lihat bahwa saat itu mereka tidak
hanya mengalami krisis dan penganiayaan selama hidup,
Foto-foto: Dok. Pribadi tetapi juga saat matinya. Karena itu, menjadi orang yang tetap
beriman di tengah krisis dan penganiayaan hebat di masa itu
bukanlah hal yang mudah. Masa-masa krisis kelak mengungkapkan
Katakombe San Callisto siapa sejatinya diri seseorang, termasuk apa yang ia harapkan dan
merupakan salah satu situs terbesar ia imani dalam hidupnya. Salah satu kesaksian yang diwariskan
dan terpenting di Roma. Berada oleh jemaat Kristen perdana di Roma salah satunya ialah
sejak pertengahan abad kedua dan katakombe. Tempat tersebut mampu menjadi pengingat kita di
merupakan bagian dari kompleks zaman modern akan cara beriman jemaat Kristen perdana dalam
pemakaman yang menempati area masa penganiayaan yang seolah meniadakan harapan untuk tetap
seluas 90 hektar, dengan jaringan hidup.
yang terhubung sekitar 12 mil Tentu katakombe bukan sama sekali menarik karena terletak di
panjangnya, dalam empat tingkat, bawah tanah, melainkan karena narasinya. Katakombe merupakan
dan dengan dalam lebih dari dua tempat pemakaman bagi orang-orang Kristen saat orang-orang
puluh meter. Di dalamnya terkubur Romawi mempersekusi dan membakar habis sisa mayat mereka
puluhan martir, 16 paus dan banyak menurut kultus Yunani. Menariknya, orang-orang Kristen di Roma
orang Kristen yang saat itu menjadi secara terang-terangan menolak praktik kremasi massal saat itu
korban penganiayaan Kaisar dengan mendasarkan iman pada janji Allah tentang kehidupan
Romawi hingga abad ketiga. kekal setelah kehidupan di dunia ini. Dari sini kita sudah bisa
menarik satu refleksi sederhana. Ketika kecanggihan teknologi

44 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


J e Ja k i ma N

dan budaya instan zaman ini cenderung


‘mempersempit’ gambaran kita tentang
rentang waktu di masa yang akan datang,
jemaat Kristen yang pada masa itu hidup
tanpa teknologi canggih justru mampu
melihat gambaran masa depan lebih jauh.
Masa depan bagi mereka bukanlah suatu
rentang waktu yang akan terjadi pada
sepuluh, dua puluh, atau lima puluh tahun
yang akan datang, melainkan sebuah kehidupan abadi
setelah kehidupan di dunia. Iman dan pengharapan
mereka yang kuat memberi gambaran mereka akan
masa depan dengan rentang waktu yang lebih jauh dan
melampaui kesementaraan waktu di dunia.
Perlakuan hormat terhadap orang mati saat itu
mencerminkan rasa hormat mereka akan iman Kristiani
akan kebangkitan. Orang-orang Kristen saat itu lebih
dari pada sekadar beriman pada kebangkitan tubuh, katakombe yang menggambarkan harapan orang-orang
mereka menunjukkan penghormatan terhadap tubuh Kristen. Beberapa di antaranya bersifat historis dan
itu sendiri sebagai pewaris kemenangan atas "musuh mewakili adegan-adegan dari Perjanjian Lama serta
terakhir", kematian (1 Kor. 15:26). Karenanya, orang- Injil. Ada beberapa gambar domba, anggur, batu,
orang Kristen saat itu melakukan prosesi pemakaman cahaya, air mancur, dan singa. Yang paling sering
bukan dengan isak tangis dan ratapan, melainkan terlihat adalah ikan yang melambangkan Kristus, Roh
dengan merayakan Ekaristi atau Perjamuan Tuhan. Kudus yang digambarkan dengan merpati, gereja
dengan kapal, keabadian oleh burung merak, dan
Belajar kehidupan dari kematian kebangkitan oleh burung phoenix. Sementara itu,
Ekaristi, pada waktu itu dirayakan di atas makam cemara dan pinus melambangkan kematian, telapak
para martir dan orang Kristen yang telah mati sebagai tangan melambangkan kemenangan, buah zaitun
wujud persekutuan mereka yang hidup dan yang mati di melambangkan perbuatan baik dan pokok anggur
dalam tubuh mistik Kristus. Orang-orang Kristen saat melambangkan persatuan dengan Kristus.
itu meninggalkan pakaian bangsawan yang digunakan Akhirnya, katakombe, yang merupakan kompleks
oleh orang-orang Romawi saat itu sebagai ungkapan pemakaman, justru menjadi tempat yang hidup di mana
harapan mereka akan kemenangan hidup yang kekal jemaat berkumpul untuk merayakan ekaristi pada
layaknya seseorang yang mengenakan pakaian pesta. masa penganiayaan. Katakombe menjadi suatu tempat
Dari tradisi itu, kita belajar bahwa Gereja justru pewartaan dan pengharapan akan kebangkitan yang
memperlakukan kematian dan pemakaman sebagai tetap bertahan di tengah ancaman penganiayaan serta
kesempatan untuk mengajarkan teologi kehidupan, dan kematian.
membimbing orang beriman agar tetap menghidupi Mungkin saat ini katakombe kosong. Namun,
harapannya bahkan dalam masa yang sulit sekalipun. mereka mewakili kekuatan iman Gereja kita akan
Oleh karena itu, nilai sebenarnya dari katakombe kebangkitan orang mati serta kehidupan kekal.
terletak bukan sebagai peringatan akan penganiayaan, Katakombe sendiri telah menjadi simbol pengharapan
tetapi sebagai kesaksian bagi iman Gereja akan dan saksi penghormatan umat kristiani akan janji-janji
kehidupan kekal dan kebangkitan orang mati. Allah. Kesaksian dan darah mereka yang mati karena
Kesaksian-kesaksian iman para jemaat kristiani ini iman itulah yang sampai saat ini masih ‘hidup’ untuk
juga ditampilkan melalui prasasti dan simbol di dalam meneguhkan iman kita! •

*) Penulis adalah frater Keuskupan Bogor yang sedang menjalani studi di Roma.

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 45


TUNaS

Dunia Digital
Generasi Milennial, nama lain dari Generasi Y, bisa dikatakan
sebagai ‘penguasa’ dunia saat ini. Gen Y merupakan kategori
umum bagi orang-orang yang lahir antara tahun 1980

di Mata
hingga tahun 2000.

Di masa remaja hingga dewasa mudanya, para Gen Y mulai


mengenal dan menjadi familiar dengan aneka perkembangan
teknologi, khususnya media sosial. Kendati mereka dikenal

Gen Milennial
kreatif dan berpikiran terbuka, muncul juga stereotip bahwa
Gen Y hanya ingin yang serba instan dan kurang menghargai
proses. Apa pendapat teman-teman Gen Y mengenai
fenomena ini?

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia motion and graphic design, media sosial
bisa jadi sarana mencari referensi dan menjalin relasi dengan para seniman lain. Lewat
media sosial, kini mudah sekali untuk kita mencari referensi gambar, foto, illustrasi, atau
animasi. Di sisi lain, memang ada dampak negatifnya, salah satunya adalah menjadikan
orang lebih individualis dan sering asyik sendiri dengan gadget.

Saya generasi Y, dan menurut saya kecenderungan Gen Y yang ingin serba instan
justru ada positifnya. Banyak Gen Y yang kini bekerja tidak perlu datang ke kantor,
karena semua komunikasi pekerjaan bisa dilakukan via media sosial.
Buruknya, karena terbiasa dimudahkan dengan teknologi, kadang kita juga memang
Haposan jadi lebih malas mengikuti proses yang formal.
Sihotang

Media sosial banyak manfaatnya! Salah satunya adalah akses terhadap informasi
secara real time. Selain itu, media sosial juga berguna untuk memperluas dan menjalin
relasi, menjadi ajang ekspresi diri. Selama masa studi dan magangku di bidang
akuntansi, aku juga menyaksikan bagaimana teknologi sangat potensial sebagai wadah
pertumbuhan ekonomi digital. Sebagai OMK, media sosial ini juga bisa menjadi sarana
kita sebagai OMG (Online Missionaries of God).

Sebagai generasi milennial, menurutku karakteristik individu yang tidak bisa


menghargai proses tidak bisa diasosiasikan dan digeneralisasikan kepada generasi
tertentu. Karena stereotip ini tergantung tiap individunya, terutama bagaimana Regina
mereka memandang dan menjalani hidupnya.
Dori

Dalam menjalankan keseharianku sebagai karyawan swasta sekaligus penggiat Komsos


paroki, aku merasakan manfaat media sosial sebagai wadah untuk menunjukkan hasil
karya dan kreativitas. Selain itu, dunia digital juga bisa menjadi tempat untuk mencari
rezeki, sekaligus menambah link pertemanan dengan orang di seluruh dunia. Tapi
memang ada juga dampak negatifnya; kadang kita hanya menunjukkan simpati dan
empati di dunia maya, dan tidak di dunia nyata.

Sebagai generasi yang tumbuh di era digital, kita terbiasa memanfaatkan segala
kemudahan akses untuk hidup yang lebih praktis. Tapi mungkin juga kemudahan
ini justru menyebabkan mental kita memang kurang setangguh generasi-generasi
Yoseph pendahulu kita, yang dulu harus menyiapkan effort lebih besar untuk mendapatkan
yang mereka mau.
Benedick

46 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


RaGam

Konser Sukacita dalam


Communio untuk Jonggol
Foto: Komsos MBSB

G
ereja Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Romo
menghadirkan Charity Concert Musik Benyamin Sudarto
Gereja (1/05/2019) bertajuk Harmony (Pastor Paroki)
in Communion dalam rangka penggalangan dana mengapresiasi
pembangunan Gereja Hati Kudus Yesus, Jongol. konser ini sebagai
Selain menampilkan paduan suara yang berasal dari awal rangkaian Foto: Valentina Kawulan

wilayah, OMK, SD BHK, dan kor paroki serta stasi, kegiatan peringatan Hari
konser ini juga menampilkan bakat-bakat pemusik Ulang Tahun Paroki yang ke 11 yang akan ditutup
cilik (organis dan pemain string). dengan Sinode Paroki tanggal 25-26 Mei 2019.
Acara yang dipandu oleh Mayong Laksono ini Sejalan dengan tema Sinode II Keuskupan Bogor
juga bertabur nama-nama besar seperti Aning (Sukacita sebagai Communio yang Injili, Peduli, Cinta
Katamsi, Dwipa Hanggana Pratala, Onggo Lukito, Alam dan Misioner), melalui konser ini bisa menjadi
dan RM Condro Kasmoyo. Lebih dari 600 penonton saluran berkat untuk membantu pembangunan
hadir dalam konser yang menampilkan 21 lagu dan Gereja Hati Kudus Yesus Jonggol.
musik dari abad ke-9 hingga ke-20 ini. Romo Ben berharap agar setelah konser ini,
para penampil yang sudah menunjukkan bakatnya
Berbekal disiplin tetap giat berlatih, bahkan membagikan ilmu dan
Lagu-lagu seperti Santapan Peziarah dan Cahaya menyebarkan semangat kepada umat yang lainnya.
Suci hingga lagu-lagu Andante Religioso, Ricercare, Kepada umat MBSB, Benny PAW dan Aning
Cacini (Ave Maria) dan Laudate Dominum-Mozart Katamsi menitipkan pesan agar mulai menerapkan
berhasil membawa pendengar dan penyanyi masuk disiplin dalam berlatih, membawakan lagu-lagu
dalam ruang sakral ilahi. dengan teknik yang benar dan dapat dibawa
Benedictus Praba Adi Wibawa (Benny PAW) ke dalam Misa sehingga semakin hikmat dalam
memberikan pelatihan vokal dan pelatihan memuliakan nama-Nya. Sementara itu, Mgr Paskalis
interpretasi lagu baik kepada penyanyi. Dirigen (dalam sambutan di buku kenangan) mengajak
pun mendapatkan pelatihan bersama beliau dan agar Roh Sukacita dan kebersamaan yang sudah
Bernadeta Kusdiantari (Koordinator Dirigen). Bekal dibangun hadir juga dalam kehidupan sehari-hari. •
dan latihan yang konsisten serta penuh komitmen Siskafajariani/Komsos MBSB
menjadikan performa luar biasa.

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 47


RaGam

Panggilan, Bukti Keberanian Kita


Membalas Cinta-Nya

P
ada hari Sabtu dan Minggu tanggal 5 Mei Beragam bentuk panggilan
2019, para Frater bersama Pastor Formator Para Frater diajak untuk mensyukuri
Seminari Tinggi St Petrus Paulus Keuskupan panggilannya dengan sharing bersama keluarga live
Bogor mengadakan Promosi Panggilan sekaligus in masing-masing, serta berbagi beberapa kesaksian
penggalangan dana untuk pendidikan Seminari dan yang diceritakan di dalam Misa. Bagi Para Frater,
menyambut UFO 2019 di Paroki St Markus Depok langkah yang bisa dilakukan dalam menghidupi
2 Timur. panggilan itu adalah dengan bersukacita walaupun
Para Frater yang berjumlah 28 tersebut dengan cara yang sederhana. Misalnya, dengan cara
didampingi oleh Ekonom Seminari RD Robertus belajar tekun di bangku perkuliahan, mendoakan
Untung Hariatmoko dan Pendamping Teologan RD mereka yang membutuhkan, khususnya para
Habel Jadera. Kegiatan tersebut merupakan bagian pemerhati seminari. Bentuk lainnya adalah berjalan
dari rangkaian persiapan ulang tahun seminari ke-50 bersama dengan Keuskupan untuk menciptakan
tahun, sekaligus UFO 2019 (Temu Unio Frater Projo budaya ekologis maupun kegiatan seperti ini, yaitu
Regio Jawa). Para Frater diundang untuk mengisi mempromosikan seminari supaya lebih dikenal oleh
kegiatan promosi panggilan dengan live in di rumah umat di seluruh wilayah Keuskupan.
umat, mengisi kor pada Misa dan mengadakan temu Refleksi menarik yang bisa kita angkat bersama
OMK bersama. dalam acara ini adalah bahwa panggilan tetap
Dalam salah satu khotbahnya, RD Untung menjadi misteri yang bersifat personal dan unik.
mengatakan bahwa setiap orang dicintai Tuhan Kita tidak bisa mengatur rencana Tuhan untuk hidup
tanpa batas, di setiap waktu dan di mana pun. Maka, kita, namun setidaknya dengan berani menjawab
pemberian ini patut disyukuri dan disadari. panggilan kita, minimal kita sudah berani membalas
Sebagai bukti bahwa kita sadar akan pemberian cinta yang Tuhan berikan.
cinta-Nya, kita diajak untuk menjawab cinta-Nya Dengan kata lain, salah satu cara yang baik
dengan menjawab panggilan hidup kita masing- dalam memberi cinta kepada Tuhan adalah ikut
masing. Salah satunya adalah dengan menjadi memperhatikan pendidikan calon iman yang menjadi
seorang imam, suster, bruder maupun panggilan tanggung jawab bersama. Tugas pendidikan calon
hidup lainnya seperti hidup berkeluarga. imam tidak hanya milik Gereja. Pendalaman iman
RD Habel menambahkan, cinta Tuhan itu sangat dalam keluarga, serta dukungan moril dan materiil
nyata dan harus kita syukuri sepanjang hidup ini. dari umat dan paroki, adalah bentuk usaha untuk
Lewat misteri Paskah, sukacita kebangkitan Tuhan menjawab panggilan tersebut.
harus mampu mengubah hidup kita untuk menjadi Dengan demikian, kita diajak untuk berjalan
lebih baik. bersama dan saling mendoakan, supaya lewat
pendidikan para calon imam ini, Gereja masa depan
terus lestari. • Fr Alexander Editya

48 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


TUNAS

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 49


RAGAM

Para peerta seminar LDS. (Foto: Maria)


Seminar Love, Dating, and Sex

Seksualitas, Bagian dari Hakikat Manusia

B
ogor Single Community dan Komisi Keluarga
Keuskupan Bogor menyelenggarakan Seminar Love,
Dating & Sex (Healthy and Positive Relationship)
pada hari Sabtu (27/5/2019) di Pusat Pastoral Keuskupan
Bogor. Dalam seminar yang dihadiri oleh sekitar 400 orang
ini, RD Alfonsus Sutarno dan dr. H. Boyke Dian Nugraha,
SpOG, MARS dipercaya untuk menjadi pembicara.

Relasi yang Saling Melengkapi


RD Alfonsus Sutarno, atau biasa dipanggil Romo
Tarno, menjadi pembicara pertama. Ia mengatakan
bahwa seksualitas mewarnai dan mempengaruhi seluruh
eksistensi seseorang.
dr Boyke dan RD Alfonsus Sutarno. (Foto: Maria)
“Segala tindakan manusia, dalam status apapun dan
dalam usia berapapun ditentukan oleh kepriaan dan untuk menikah, maka perkawinan tersebut haruslah untuk
kewanitaannya itu,” ujar Dosen Moral Fakultas Filsafat kebaikan pasangan dalam membangun bahtera rumah
Universitas Parahyangan Bandung ini. tangga.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa dalam Katekismus
Gereja Katolik (KGK) nomor 2333 menyebutkan bahwa Hindari seks bebas
tiap manusia, baik pria atau wanita, harus mengakui dan dr. H. Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS atau yang
menerima seksualitasnya. Perbedaan dan kesesuaian lebih dikenal dengan dr Boyke, turut hadir sebagai
jasmani, moral, dan rohani ditujukan pada pernikahan dan pembicara yang membahas mengenai seksualitas dari
pengembangan hidup keluarga. sudut pandang kesehatan.
“Ketika menciptakan manusia sebagai pria dan wanita, Dalam kesempatan ini, dr Boyke memberikan sharing-
Allah menganugerahkan kepada pria dan wanita martabat nya terkait pengalaman yang selama ini ia dapatkan,
pribadi yang sama, dan memberi mereka hak-hak serta khususnya mengenai membangun relasi serta seks yang
tanggung jawab yang khas,” (FC 22). Jika dikaitkan dengan sehat. Ia mewanti-wanti kepada peserta muda yang hadir
hubungan antarpribadi, seksualitas memberi ciri dan jati untuk tidak melakukan free sex (seks bebas) dan menjauhi
diri pada manusia, maka seksualitas pria dan wanita itu obat-obatan terlarang, serta menghindari tindakan
adalah baik adanya. pengguguran janin yang sarat risiko.
Romo Tarno juga memberikan pengertian bahwa Lanjutnya, wanita ataupun pria sebaiknya lebih
berpacaran dengan lawan jenis secara sehat adalah memperhatikan kesehatan reproduksinya. Salah satunya
ketika dua pribadi tersebut saling menyempurnakan dan dengan melakukan Vaksin HPV (human papillomavirus). •
saling melengkapi, bukannya menjatuhkan harkat dan Maria Dwi Anggraeni/MEKAR
martabatnya sebagai seorang pribadi. Begitupun jika
nantinya hubungan pacaran mengarah dan memiliki tujuan

50 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


RAGAM

Perayaan Hari Pendidikan Nasional Keuskupan Bogor

Mgr Paskalis: Anak Katolik Harus Tetap Katolik

Foto: Aureliarani

H
ari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2019 dan Mengandalkan Tuhan
Paskah menjadi momen khusus bagi Komisi Acara yang diketuai oleh Fr. Alexander Editya ini diisi
Pendidikan Keuskupan Bogor untuk menggelar dengan Misa yang dipersembahkan oleh RD Yustinus
perayaan syukur dan paskah bersama insan pendidikan Monang Damanik, penampilan berbagai bakat anak-anak
Katolik se-Keuskupan Bogor. Tema yang dipilih untuk sekolah hingga pemberian penghargaan kepada siswa-siswi
perayaan syukur ini adalah “Iman sebagai sumber sukacita berprestasi. Sangat membanggakan karena ternyata
dalam mewujudkan pendidikan berkualitas”. Turut hadir banyak anak yang memiliki prestasi baik tingkat lokal,
pula Uskup Keuskupan Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur, nasional hingga intenasional, prestasi akademik maupun
RD Yustinus Monang Damanik, RD Robertus Untung non akademik.
Hatmoko, RD Antonius Garbito Pamboaji, RD Aloysius Tri Gereja diharapkan memberikan atensi kepada anak-
Harjono, RD Redemptus Pramudhianto, serta Fr Alexander anak yang sekolah di luar sekolah Katolik, terlebih dalam
Editya Pribadi sebagai ketua panitia, acara diadakan di Pusat tahun sinode ini. Oleh karena itu, Komisi Pendidikan yang
Pastoral lantai 4 Keuskupan Bogor (4/5/2019). diketuai oleh Romo Untung sejak 6 Desember 2018, siap
Dalam sambutannya, Mgr Paskalis mengucapkan terima untuk menjadi fasilitator dalam membangun reksa pastoral
kasih kepada Romo Untung yang telah mengatur kegiatan pendidikan.
ini untuk bisa berjalan bersama. Bapa Uskup juga memuji Komisi Pendidikan berperan menyampaikan saran
dan memberikan semangat kepada anak-anak menerima dan nasihat dalam pengembangan di bidang pendidikan.
pendidikan di sekolah non-Katolik, yang tetap bersemangat Selain itu, komisi ini juga bertugas membina komunikasi
dan mempertahankan iman Katoliknya hingga saat ini. dan kerja sama para penyelenggara pelayanan pendidikan
Mgr Paskalis berpesan, “jadilah orang Katolik yang di Keuskupan Bogor. Tanggung jawab lainnya ialah
seperti bunga, yang membawa keindahan bagi orang lain, memberikan pelayanan reksa pastoral pendidikan,
yang mencintai dan mengasihi orang lain walaupun berbeda. memberikan kemudahan bagi para penggiat pendidikan,
Maka dengan demikian anak-anak yang bersekolah di serta membagikan inspirasi berupa info melalui buletin.
sekolah non-Katolik sungguh-sungguh menjadi utusan Langkah awal Komisi Pendidikan adalah dengan
Gereja.” melakukan pendataan anak yang bersekolah di sekolah
Bapa Uskup juga berharap Gereja mendampingi dan non-Katolik, menganalisis masalah dan mengambil tindakan
memberikan perhatian pada anak-anak. Khususnya, di tahun antisipasi, menjalin kerja sama yang baik di tingkat Dekanat,
sinode ini, Gereja memberi perhatian kepada anak-anak dan menyusun modul pendidikan agama SD, SMP, SMA/
yang bersekolah di sekolah non-Katolik. SMK.
“Kalian adalah utusan Bapa Uskup di mana pun kalian “Semoga apa yang telah direncanakan ini dapat berjalan
belajar. Maka jadilah duta-duta Gereja Katolik, duta Bapa sesuai harapan”, ujar Romo Untung di akhir pemaparannya.
Uskup. Harapannya semoga pertemuan ini menjadi awal • Aureliarani/MEKAR
untuk dapat memberikan perhatian kepada anak-anak,
untuk berjalan bersama dan bersukacita sebagai pengikut
Kristus,” tutup Bapa Uskup.

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 51


DE ST I N AS I

SMP Mardi M
aria Yuliana, Kepala Sekolah SMP Mardi Yuana telah
dinyatakan sebagai Kepala Sekolah terbaik berprestasi
tingkat SMP se Kota Depok Provinsi Jawa Barat

Yuana Depok (2/5/2019). Keberhasilan dan penghargaan yang diberikan oleh


Pemerintah Kota Depok ini didapat karena kerja keras dan disiplin

Raih Juara 1
diri serta tanggung jawab pada tugas.
Kriteria pemilihan juara terbaik pertama oleh Dinas
Pendidikan Pemkot Depok , standar prosedurnya berupa karya
di HUT Kota tulis ilmiah,wawasan dan integritas,kemampuan penerapan
managemen,komunikatif dan inovatif dan kepribadian ahlak

Depok budi pekerti. “Keberhasilan yang dicapai ini membuktikan bahwa


sekolah Katolik mampu bersaing, diperhitungkan dan berprestasi”,
ujar Maria. • Aureliarani/MEKAR

52 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


RAGAM

Menghadirkan
Kristus
bagi Disabilitas

Pada medio 2010, seorang perempuan tampak mengendong


bayinya. Dia berangkat dari kawasan Kampung Sawah menuju
Jatinegara. Tepat di sekolah Santa Maria Jatinegara Jakarta, ia
berhenti sejenak, lalu memutuskan untuk melihat-lihat suasana
di dalam sekolah. Dari luar sekolah, dia merasa ada keinginan
untuk mampir sesaat di sekolah tersebut.
Kegiatan bina iman untuk disabilitas di Sekolah Budi Mulia Bogor. (Foto: Dok. KOMPAK)

A
pa yang dilihat oleh ibu muda tersebut? Ternyata KOMPAK bermukim di kawasan Depok, Bogor dan
puluhan penyandang tunarungu sedang merayakan sekitarnya yang merupakan wilayah teritori Keuskupan
misa. Hatinya tergerak untuk mengetahui lebih Bogor. “Supaya mereka tidak jauh-jauh datang ke Jakarta,
dalam. Sejak pertemuan pertama itu, lalu berlanjut ke dan supaya mereka lebih mengenal Keuskupannya, saya
pertemuan-pertemuan berikutnya. “Hingga akhirnya pada berinisiatif meluaskan misi KOMPAK di Keuskupan Bogor,”
pertemuan yang keempat, hati saya sudah makin klik dan tandasnya.. “Ada saja cara Tuhan untuk membuka jalan,
ingin membantu mereka. Beberapa penyandang tunarungu misalnya saya dikenalkan oleh seseorang kepada Romo
pun membuka tangan menyambut kehadiran saya,” kisah Endro. Setelah mengutarakan maksud saya, Romo Endro
Klemensia Sheny Chaniaraga. bersedia mendampingi KOMPAK,” tukasnya.
Berbekal pengalaman itulah akhirnya Sheny mendirikan Alhasil, setelah pertemuan itu misa perdana pun digelar.
KOMPAK yang ia akronimkan menjadi ‘Kumpulan Orang Diikuti oleh puluhan disabilitas dan pembakti, misa yang
Mau Pelajari Ajaran Kristus’. “Waktu itu saya bertanya, mengharukan karena digelar di kantin sekolah Budi Mulia
sebagai orang Katolik mengapa mereka hanya bisa itu pada pertengahan Agustus 2017 menjadi embrio lampu
melakukan misa sebulan sekali? Bukankah mereka juga hijau KOMPAK diterima di Keuskupan Bogor.
punya hak yang sama dengan umat Katolik lainnya dalam Kini, dua tahun sudah KOMPAK melayani disabilitas
hal hidup menggereja, dalam hal pertumbuhan iman, Keuskupan Bogor. Pada 4 Juni ini, KOMPAK merayakan
penerimaan sakramen dan sebagainya,“ imbuh Sheny. ulang tahunnya. “Kalau untuk Keuskupan Agung Jakarta
Jalan hidup akhirnya meretas wanita yang biasa disapa kami sudah melayani selama 9 tahun. Untuk Bogor sendiri
KS ini untuk memberdayakan penyandang disabilitas. tahun ini adalah tahun ke 2 pelayanan KOMPAK,” ungkap
Gayung pun bersambut. Sejumlah imam memberi Sheny. Tentang dipilihnya 4 Juni sebagai HUT KOMPAK,
perhatian khusus pada karyanya. Hal itu dibuktikan dengan Sheny menjelaskan bahwa tanggal tersebut adalah pesta
diizinkannya penyandang disabilitas untuk mengikuti Santo Filippo Smaldone pelindung orang cacat sedunia.
misa bersama umat lainnya di Gereja Hati Kudus, Kramat,
Jakarta. Rangkul Disabilitas
Pembakti adalah kata lain dari relawan yang merupakan Sheny mensinyalir, masih banyak penyandang disabilitas
umat non-disabilitas yang membantu kegiatan KOMPAK. di Keuskupan Bogor yang belum diakomodasi. “Saya yakin
Sedangkan umat disabilitas sering disebut dengan umat jumlah penyandang disabilitas di Keuskupan Bogor jauh
berkebutuhan khusus (UBK). lebih banyak dari yang terlihat selama ini. Sejatinya, tiap-tiap
Selain rutin mengadakan misa bersama, KOMPAK juga paroki memiliki sistem yang efisien yang memungkinkan
memberi pelajaran bina iman, kesenian seperti angklung, disabilitas dapat mengakses hidup rohaninya, hidup
kolintang, tari. Di sela kegiatan ramah tamah dan santap menggerejanya,” katanya.
siang bersama. Memasuki 2 tahun pelayanan KOMPAK, terbentang
pula harapan untuk meningkatkan pelayanan terhadap
Menyebar ke Bogor penyandang disabilitas. “Kami bersyukur Gereja Katedral
Sheny berkisah tentang awal mula masuknya KOMPAK telah membuka pintu dengan mengijinkan tiap minggu
ke Keuskupan Bogor. Menurutnya, banyak anggota kedua dan keempat KOMPAK misa bersama. Namun

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 53


RAGAM

kami berharap para imam perlu merasa bahwa disabilitas


adalah bagian dari umat yang juga layak mendapat prioritas
pelayanan,” harapnya.
Seperti halnya di Jakarta KOMPAK juga telah
mewujudkan misinya dengan mengadakan pembinaan
iman untuk disabilitas. Usai misa pukul 11.00 WIB, puluhan
disabilitas berkumpul bersama pembakti di Sekolah
Budi Mulia. Sheny juga bersyukur karena dalam etape
perjalanan KOMPAK di Bogor telah berhasil mengantarkan
disabilitas untuk menerima sakramen. “Pada tahun ini
kami mengantarkan 2 tunagrahita yaitu Kristo dan May
menerima komuni pertama. Selanjutnya seperti di Jakarta,
kami ingin agar disabilitas di Bogor juga bisa menerima
sakramen lainnya seperti krisma, dan pernikahan,“ Misa bersama disabilitas dan pembakti di Gereja Katedral Bogor. (Foto: Dok. KOMPAK)
tandasnya. ditunjukan oleh penyandang tunarungu. Rahmat, Hendra,
Salma, dan belasan tunarungu lainnya bahkan kerap
Menggali potensi menjadikan acara pertemuan sebagai ajang bercanda.”Ya
Buah dari kegiatan pelayanan KOMPAK telah dirasakan saya senang ikut kegiatan KOMPAK. Kami diperhatikan dan
oleh banyak penyandang disabilitas. Seperti diakui oleh jadi punya banyak teman,” tukas Rahmat.
Steven Loardy dan Lieke Nugraha pengguna kursi roda.
“Banyak hal positif yang saya terima dari pelayanan Saling melayani
KOMPAK. Saya bisa mengembangkan potensi diri, Tanpa pertolongan pembakti, KOMPAK tidak akan
mewartakan karya Tuhan, selain bisa berkesenian,” ujar berjalan mulus. Konsistensi dan ketulusan puluhan para
Steven. Sementara itu bagi Lieke, selain merasakan adanya pembakti menjadi garda terdepan penyambung lidah
kekompakan saat merayakan misa bersama, ia juga senang aspirasi disabilitas. Para pembakti yang tersebar, di berbagai
dengan kegiatan-kegiatan luar KOMPAK. paroki itu secara berkala mengorbankan waktu, tenaga,
“Saya senang dengan kegiatan-kegiatan luar bahkan dananya untuk mendampingi disabilitas.
seperti kunjungan kepada orang sakit dan orang yang Para pembakti mengaku senang dapat melayani
membutuhkan doa kita. Saya juga senang berkumpul dan disabilitas, dan merasa tidak terbebani. Salah satu pembakti
beribadah bersama teman -teman. Di situ lah iman saya yang bernama Merry Roma menyatakan bahwa banyak
bertumbuh,” katanya. hal yang ia petik saat mendampingi disabilitas. “Sama
Dua orang penyandang tunanetra, Bonardo Simatupang sekali saya tidak terbebani. Malah saya bisa bersyukur, dan
dari Paroki Santa Maria Fatima Sentul dan Frans Budi menjadikan mereka sebagai motivasi hidup. Kalau mereka
mengamini apa yang diucapkan Steven dan Lieke. “Tidak yang memiliki kekurangan saja tidak mudah putus asa, mau
banyak orang yang mau mempedulikan nasib penyandang berjuang, mau bekerja, seharusnya saya yang notabene
disabilitas. Kehadiran KOMPAK sungguh baik dan harus non-disabilitas juga mampu melakukan hal yang sama,” tutur
didukung. Ini bisa menjadi perpanjangan tangan Gereja,” gadis asal Paroki MBSB Kota Wisata itu.
ujar Bonar. Theresia Fera dari Paroki Santo Thomas Kelapa Dua
Senada, Frans Budi mengapresiasi apa yang telah Depok berharap kehadiran KOMPAK mampu membuat
diperbuat KOMPAK. “Dulu saya mengira tidak ada banyak umat disabilitas lainnya untuk bergabung dan
komunitas Katolik yang peduli terhadap iman disabilitas. berkomunitas bersama.
Karenanya tidak sedikit teman-teman disabilitas yang “Saya berharap banyak disabilitas lainnya yang bersedia
berkomunitas ke Gereja tetangga karena di sana mereka untuk bergabung dengan KOMPAK. Sekarang sudah ada
merasa dihargai dan diperhatikan. Tapi kini ada KOMPAK wadah disabilitas yang bersedia membantu pertumbuhan
yang mau berjalan bersama kami. Di KOMPAK, saya seperti iman disabilitas,” ujar pembakti yang telah dua tahun
pulang ke kampung halaman,” ungkap Budi. menjadi pengurus KOMPAK. Fera juga menaruh apresiasi
Sri Yuliarti, orangtua Maria penyandang tunagrahita terhadap Keuskupan Bogor, terutama Gereja Katedral yang
menyebut KOMPAK sebagai guru untuk anaknya. “Sejak sudah terbuka terhadap kehadiran penyandang disabilitas.
ikut kegiatan KOMPAK, Maria jadi mandiri. Tak jarang “Ada perhatian dari WKRI Katedral Bogor yang sering
dia membantu saya melakukan pekerjaan rumah tangga. membantu kami. Ada juga sarana kelas, dan tahun ini 2
Dengan membiarkan Maria berkomunitas di KOMPAK, tunagrahita bisa menerima komuni pertama. Saya percaya,
saya melihat dia tidak terlalu tergantung, dan kini lebih pelan tapi pasti Gereja akan lebih terbuka, dan supaya
mandiri,” tandas wanita yang tinggal di kawasan Gunung Kristus dapat hadir di tengah-tengah disabilitas,” pungkas
Batu, Kota Bogor tersebut. Fera. • Theresia Sirait/Ign Jam
Antusiasme beribadah dan beramah tamah juga

54 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


Para frater Keuskupan Bogor dalam aksi panggilan di Paroki Depok Timur. Mgr Paskalis, RD Paulus Haruna, dan RD DS Tukiyo dalam Misa Krisma.
(Foto: Maria Dwi Anggraeni) (Foto: Komsos Keuskupan Bogor)

Misa Penglepasan Seminaris 7BC


Seminari Stella Maris. (Foto: Regina Dori)

Penampilan band PKKC dalam May Day Fest. RD Yustinus Monang (kedua dari kanan) bersama beberapa
(Foto: Maria Dwi Anggraeni) umat seusai mengikuti Pemilu. (Foto: Istimewa)

Ibadat Jumat Agung di Paroki St Petrus Cianjur. (Foto: OMK Cianjur) Pengurus baru OMK BMV Katedral Bogor. (Foto: OMK BMV Katedral)

Pemain string dan organis cilik dari Paroki MBSB.


OMK Sukasari mengenakan pakaian daerah saat bertugas menjadi panitia Paskah. (Foto: OMK SFA Sukasari) (Foto: Rosa Tampubolon)
DE ST I N AS I

Melihat Keindahan
Indonesia dari
Laut Alor

M
au liburan kemana tahun ini? Sekali-kali boleh yuk hanya ada 2 homestay
coba jalan-jalan ke pelosok Indonesia yang masih yang saya tahu dan itu
jarang dikunjungi wisatawan. Sebagai negara basic sekali, serta ada satu
kepulauan, Indonesia itu juara deh soal keindahan lautnya. penginapan dengan konsep
Salah satunya adalah Alor, Nusa Tenggara Timur. Mari bungalow di pulau Kepa,
simak wawancara MEKAR dengan pemilik AirDive, salah Marangki Kepa namanya.
satu penyedia jasa wisata di Alor, Willy Irawan. Untuk di kota Kalabahi
sendiri, ada beberapa penginapan seperti Hotel Pulo Alor,
1. Di mana sih letak Alor? Berapa lama untuk bisa dan beberapa homestay serta motel lainnya.
sampai ke sana?
Alor adalah salah satu kabupaten di propinsi Nusa 4. Adakah aktivitas alternatif selain diving?
Tenggara Timur. Untuk sampai ke Alor, jika terbang dari Kalau tidak diving atau snorkeling di Alor bisa
Jakarta, membutuhkan kurang lebih 2 penerbangan: mengunjungi beberapa pantai dan wisata budaya, seperti
Jakarta-Kupang dan Kupang-Alor. Penerbangannya Pantai Maimol, Pantai Batu putih, Pantai Ling-al, dan
sebetulnya tidak terlalu lama. 3 jam ke Kupang, dan 50 beberapa pantai lainnya. Ada juga air terjun Mataru, air
menit dari Kupang ke Alor. panas Tuti, Desa Takpala dan Bampalola. Selain itu, ada
pusat tenun Alor Mama Sariat. Untuk tempat ibadah,
2. Apa yg membuat Alor istimewa? banyak juga gereja di kota yang jaraknya tidak terlalu jauh.
Kondisi bawah laut Alor masih sangat alami, dan Ada Gereja Katolik Gembala Yang Baik di Kalabahi Tengah,
hampir tidak tersentuh. Karakter masyarakat Alor juga dan Gereja Maria Fatimah Kalongbuku di Moramam.
begitu ramah, sehingga ketika kami datang, kami merasa Kami sebetulnya amat sangat fokus di kegiatan diving,
seperti anggota keluarga yang sudah lama merantau lalu tapi ada beberapa kegiatan sosial yang kami lakukan juga
mudik ke kampung. untuk membantu masyarakat di sana, seperti mengadakan
kelas Bahasa Inggris gratis untuk anak-anak desa Alor
3. Berapa biaya yang dibutuhkan untuk bisa sampai ke Kecil, dan beach clean-up dengan anak-anak lokal.
sana? Bagaimana keadaan penginapan dan alat-alat
penunjang wisata di sana? Wisata bawah laut Indonesia ternyata bagus sekali, ya.
Biaya transportasinya variatif, tergantung maskapai Jadi, untuk kamu yang sedang bingung cari tempat liburan
dan daerah asal. Untuk harga paket diving kami bisa dicek baru sekaligus menyalurkan hobi olahraga air, Alor bisa
di website kami, http://airdivealor.com. Di Alor kecil sendiri menjadi tujuanmu selanjutnya! • Aureliarani/MEKAR

56 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


TUNAS

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 57


POJOK SINODE

#Sinode2019
T i ngkat Paroki

Paroki St Thomas
Kelapadua

Paroki Keluarga Kudus Cibinong

Paroki St Paulus Depok


58 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019
POJOK SINODE

Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni2019 MEKAR 59


Wa J a H

Lusia Dewi Ayuningtyas


Lebih Dekat dengan Tuhan lewat Pelayanan

U
sia muda bukanlah halangan bangku SMP. Ketika itu, ia memilih menyelesaikan pendidikannya di SMAN
untuk dapat berpartisipasi dalam untuk terlibat dalam kategorial Legio 3 Rangkasbitung ini, pelayanan adalah
berbagai bidang kegiatan atau Maria dan menjadi seorang misdinar. salah satu cara bagi dirinya untuk bisa
kategorial yang ada di paroki dalam Sampai saat ini Desty, sapaan lebih dekat dengan Tuhan. Pelayanan
rentan waktu yang bersamaan, yang akrabnya, masih terus aktif dalam juga dapat menjadi obat lelah di tengah
penting kita mampu mengatur waktu berbagai bidang pelayanan di parokinya. rutinitas sehari-harinya yang padat.
sebaik mungkin. Hal itulah yang dialami Gadis berkacamata ini aktif sebagai “Semua pelayanan yang saya
oleh Lusia Desty Ayuningtyas, OMK seorang pembina Bina Iman Anak (BIA) lakukan memiliki kesan masing masing,
dari Paroki Santa Maria Tak Bernoda dan juga pembina Misdinar. Tidak hanya karena saya menikmati pelayanan. Bagi
Rangkasbitung. Di usianya yang masih itu, ia masih meluangkan waktunya saya pelayanan itu menyenangkan,
belia, ia sudah aktif dalam berbagai untuk terlibat di kegiatan-kegiatan selagi bisa kita lakukan kenapa tidak?”
bidang pelayanan di parokinya sejak OMK dan juga masih setia dalam tutur OMK kelahiran Lebak, 19
tahun 2014 lalu, saat ia masih duduk di pelayanannya di kategorial Legio Maria. Desember 2000 ini.
Semangatnya tersebut ingin ia
selagi bisa, mengapa tidak? tularkan juga kepada para OMK di
Dalam membagi waktunya, Desty Keuskupan Bogor. Bertepatan dengan
merasa tidak memiliki kesulitan ataupun pelaksanaan Sinode II Keuskupan
hambatan yang berarti. Ia memilih Bogor yang tengah berlangsung, Desty
untuk menerapkan skala prioritas dalam berharap agar Sinode Keuskupan Bogor
setiap kegiatan yang ia jalani. Ia kerap dapat menjadi sarana supaya kaum
kali memilah mana prioritas yang perlu muda mau terlibat lebih aktif dalam
dikerjakan terlebih dahulu, setelah pelayanan. • Maria Dwi Anggraeni/
itulah baru ia mengerjakan prioritas- MEKAR
prioritas kegiatan yang lainnya.
Foto: Dok. Bagi gadis yang baru saja
Pribadi

Brigitta Dwi Suryaningrum


Antara Prioritas dan Pelayanan

K
esibukan bukanlah halangan untuk Mendapat banyak berkat
aktif dalam kegiatan di gereja. Bagi Ketua OMK St Petrus Cianjur
Brigitta Dwi Suryaningrum, atau ini, pelayanan adalah sebuah anugerah
biasa disapa Gitta, memiliki komitmen yang diberikan Tuhan kepadanya. Ia
tersebut sejak dirinya masih duduk di merasa beruntung karena diberikan
bangku Sekolah Dasar. kepercayaan untuk dapat melayani
Meski tengah sibuk mempersiapkan sesuai dengan talenta yang ia miliki.
ujian masuk Perguruan Tinggi, OMK OMK kelahiran Cianjur, 5 Agustus 2000
asal Paroki St Petrus Cianjur ini tetap ini percaya jika Tuhan telah memilihnya
memberikan dirinya untuk terlibat karena memiliki tujuan baik di dalam
dalam berbagai kegiatan di parokinya. hidupnya. Foto: Dok.
Pribadi
Ia membagi waktu dengan tetap Meskipun memiliki banyak kegiatan,
memprioritaskan yang lebih penting, Gitta tetap bersukacita dan merasa
Keuskupan Bogor, Gitta berharap
tanpa mengabaikan pelayanan yang ia bahwa pelayanan yang selama ini
kaum muda dapat berpartisipasi
geluti selama ini. Komitmen yang kuat ia jalani membuatnya mendapatkan
aktif. Baginya, pelaksanaan sinode
untuk menjalani berbagai kegiatan banyak berkat dan perlahan-lahan ia
merupakan kesempatan bagi para kaum
di gereja membuatnya cukup lama mengalami perubahan dalam hidupnya
muda untuk bersama-sama aspirasi
berkecimpung di berbagai kategorial. ke arah yang lebih baik.
untuk pastoral OMK.
Gadis yang memiliki hobi bernyanyi “Saya mendapatkan banyak teman
“Kaum muda perlu mengambil
dan bermain basket ini, pertama kali dan juga teman dekat yang seiman
bagian dalam Sinode Keuskupan Bogor
aktif dalam kegiatan gereja sebagai selama menjalani setiap kegiatan-
karena ini adalah kesempatan baik
lektor. Setelah memenangkan lomba kegiatan di gereja. Saya merasa
agar kita semua dapat bersama-sama
membaca Kitab Suci beberapa tahun mendapatkan banyak berkat dan saya
menjadi OMK yang melangkah menuju
lalu, ia tertarik untuk bergabung merasakan perubahan dalam hidup,”
ke arah kebaikan,” tutupnya. • Maria
menjadi seorang Pewarta Sabda. tuturnya.
Dwi Anggraeni/MEKAR
Terkait pelaksanaan Sinode II

60 MEKAR Edisi 03 Tahun XXXVI Mei–Juni 2019


Proficiat

Pesta Emas
Seminari Tinggi St.Petrus Paulus
&
Pesta Perak
Tahbisan Presbyterat
RD B.Gatot Wotoseputro & RD Antonius Dwi Haryanto

Para Pastor, DPP, DKP & Seluruh Umat Paroki BMV Katedral Bogor

Anda mungkin juga menyukai