Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

Karakteristik Fisikokimia dan Sifat Fungsional Tempe yang


Dihasilkan dari Berbagai Varietas Kedelai
Phsyco-chemical Characteristics and Functional Properties of Tempe
Made from Different Soybeans Varieties
Made Astawana, Tutik Wresdiyatib, Sri Widowatic, Siti Harnina Bintarid,
Nadya Ichsania
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
a

Fakultas Kedokteran Hewan, IPB


b

a,b
Jalan Darmaga Bogor 16680
c
Balai Besar Pascapanen, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian RI
Jl. Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor
d
Universitas Negeri Semarang
Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229
Email: mastawan@yahoo.com

Diterima : 3 Mei 2013 Revisi : 18 Juni 2013 Disetujui : 25 Juni 2013

ABSTRAK
Tempe merupakan makanan tradisional Indonesia yang diproduksi melalui fermentasi kedelai dengan
kapang Rhizopus sp. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan karakteristik fisik dan
kimia kedelai impor (GMO, Non-GMO) dan kedelai lokal (Grobogan, Anjasmara, Argomulyo). Sebelum
difermentasi, kelima jenis kedelai dibandingkan satu sama lain dalam hal ukuran, berat per 100 biji,
volume, densitas kamba, impuritas, dan derajat pengembangan setelah dimasak dan direndam satu
malam. Kadar air, abu, dan proteinnya juga dibandingkan. Untuk produksi tempe, kedelai disortasi, direbus,
direndam, dikupas kulitnya, dan difermentasi. Tempe yang dihasilkan kemudian dianalisis kadar air, abu,
protein, kapasitas antioksidan, rendemen, biaya paling efektif, dan karakteristik sensorinya. Hasil analisis
menunjukkan kedelai Grobogan memiliki ukuran terbesar (19,53 g/100 biji kedelai) dan efektivitas biaya
tertinggi (0,73), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen tempe yang dihasilkan (p > 0,05). Tempe
yang dihasilkan dari kedelai Grobogan memiliki kadar air, protein, dan lemak yang sama dengan tempe
dari kedelai impor. Tempe yang dihasilkan dari kedelai Argomulyo memiliki kadar protein tertinggi (52,70
persen). Kapasitas antioksidan tempe dari kedelai impor dan lokal berkisar antara 186-191 mg AEAC/kg
tempe dan tidak berbeda nyata (p > 0,05) satu sama lain. Berdasarkan analisis sensori pada tempe mentah
dan tempe goreng, secara keseluruhan tempe dari kedelai lokal memperoleh tingkat kesukaan yang sama
dengan tempe dari kedelai impor.
kata kunci: fermentasi, kedelai impor, kedelai lokal, tempe

ABSTRACT
Tempe is Indonesian traditional food made by fermentation of soybean by the fungus Rhizopus sp.
The objective of this research was to compare physical and chemical properties of import soybeans (GMO,
Non-GMO) and local soybeans (Grobogan, Anjasmara, Argomulyo). Before being fermented, these import
and local soybeans were compared on size, weight/100 grains, volume, bulk density, impurities, and
puffing degree after being cooked and overnight soaked. The moisture, ash, and protein contents were
also compared. For producing tempe, soybeans were sorted, cooked, soaked, dehulled, and fermented.
The tempe moisture, ash, protein, antioxidant capacity, yield, cost effectiveness, and sensory characteristic
were then evaluated. The result showed that Grobogan variety had the biggest size (19.53 g/100 soybean
grains) and the highest cost effectiveness (0.73), but the yields of all tempe were not significantly different
(p > 0.05). Tempe made from Grobogan soybean had moisture, protein, and fat content as high as tempe
made from imported soybeans. Tempe made from Argomulyo soybean had the highest protein content
(52.70 percent). The antioxidant capacity of tempe made from imported and local soybeans was about

Karakteristik Fisikokimia dan Sifat Fungsional Tempe yang Dihasilkan dari Berbagai Varietas Kedelai 241
Made Astawan, Tutik Wresdiyati,Sri Widowati, Siti Harnina Bintari, Nadya Ichsani
186–191 mg AEAC/g, but was not significantly different (p > 0.05). Based on sensory evaluation of raw
and fried tempe, overall tempe made from local soybeans had the same preference with tempe made from
imported soybeans.
keywords : fermentation, import soybean, local soybean, tempe

I. PENDAHULUAN dan volume yang besar (Krisdiana, 2005).

T
Jenis tempe tersebut hanya dapat diperoleh
empe merupakan pangan tradisional
dari kedelai impor. Adanya kecenderungan
Indonesia yang dihasilkan dari fermentasi
tersebut menyebabkan semakin menurunnya
kedelai oleh kapang Rhizopus sp. Kapang yang
permintaan kedelai lokal yang berimbas pada
tumbuh akan membentuk hifa, yaitu benang
produksi kedelai lokal yang semakin rendah.
putih yang menyelimuti permukaan biji kedelai
dan membentuk jalinan misellium yang mengikat Penelitian ini akan menguji dan
biji kedelai satu sama lain, membentuk struktur membandingkan karakteristik tempe yang
yang kompak dan tekstur yang padat. Tempe dihasilkan dari kedelai impor dan kedelai
memiliki banyak manfaat bagi tubuh manusia, lokal, baik secara fisik maupun kimia. Hasil
di antaranya menurunkan flatulensi dan diare, dari penelitian ini diharapkan dapat membantu
menghambat biosintesis kolesterol dalam hati, pemerintah untuk mendorong petani agar
mencegah oksidasi LDL, menurunkan total meningkatkan produksi kedelai dalam negeri
kolesterol dan triasilgliserol, meningkatkan dan mengedukasi masyarakat, khususnya
enzim antioksidan SOD, dan menurunkan risiko pengrajin tempe untuk beralih menggunakan
kanker rectal, prostat, payudara, dan kolon kedelai lokal sebagai bahan baku pembuatan
(Astuti, dll., 2000). tempe.
Indonesia merupakan negara produsen II. METODOLOGI
tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar
2.1. Tempat dan Waktu
kedelai terbesar di Asia. Hingga tahun 2011,
jumlah produsen tempe di Indonesia yang telah Penelitian dilakukan di Rumah Tempe
terdaftar di KOPTI telah mencapai lebih dari Indonesia yang beralamatkan di Jalan Cilendek
100.000 produsen yang tersebar di beberapa Nomor 27, Bogor, dan di Laboratorium Biokimia
daerah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Pangan dan Gizi, Departemen Ilmu dan
Barat, NTB, Aceh, dan Lampung. Produksi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian
tempe telah memanfaatkan 60 persen dari IPB. Adapun waktu pelaksanaan penelitian pada
jumlah pemakaian kedelai di Indonesia atau bulan Februari sampai Mei 2013.
1,2 juta ton/tahun (Rosalina, 2011). Konsumsi 2.2. Bahan dan Alat
tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia
diduga sekitar 8,50 kg (SUSENAS, 2009). Bahan utama yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lima varietas kedelai,
Sayangnya, produksi tempe yang sangat yaitu GMO, Non-GMO, Grobogan, Anjasmara,
besar di Indonesia tidak didukung oleh dan Argomulyo. Kedelai GMO, Non-GMO, dan
penyediaan kedelai lokal yang cukup. Produksi Grobogan diperoleh dari KOPTI Kabupaten
kedelai Indonesia hanya mencapai 779.740 ton Bogor, sedangkan kedelai Anjasmara dan
atau 29 persen dari total kebutuhan nasional Argomulyo diperoleh dari Balai Penelitian
(BPS, 2012), sedangkan total kebutuhan kedelai Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
nasional mencapai 2,2 juta ton. Akibatnya, (BALITKABI) Malang. Selain itu terdapat pula
setiap tahun Indonesia harus mengimpor kedelai bahan-bahan untuk membuat tempe dan bahan-
sebanyak 2.087.986 ton untuk memenuhi 71 bahan untuk analisis. Alat-alat yang digunakan
persen kebutuhan kedelai dalam negeri. Selain
terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu alat
itu, pengrajin tempe dan tahu cenderung memilih
untuk produksi tempe dan alat untuk analisis.
kedelai impor karena pasokan bahan baku
terjamin, harga lebih murah, dan ukuran bijinya 2.3. Tahapan Penelitian
lebih besar dibanding kedelai lokal. Sekitar
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu
93 persen pengrajin tempe menyukai kedelai
penelitian pendahuluan dan penelitian utama.
yang berkulit kuning dan berbiji besar karena
Penelitian pendahuluan dilakukan dengan
menghasilkan tempe dengan warna yang cerah

242 PANGAN, Vol. 22 No. 3 September 2013 : 241-252


menganalisis karakteristik fisik dan kimia dari banyak diolah menjadi produk pangan melalui
lima varietas kedelai yang akan digunakan proses fermentasi dengan bantuan beberapa
dalam pembuatan tempe. Karakteristik fisik kapang, antara lain Rhizopus oligosporus, R.
yang diamati meliputi: dimensi biji, densitas oryzae, R. stolonifer, R. arrhizus, Aspergilus
kamba, volume, berat per 100 biji, dan oryzae, dan Mucor. Produk-produk hasil
impuritas. Karakteristik kimia kedelai yang fermentasi ini dikenal terutama di kawasan
diamati meliputi: kadar air, abu, protein, lemak, Asia seperti Jepang, Cina, dan Indonesia. Di
dan karbohidrat. Penelitian utama terbagi Indonesia, sebagian besar kedelai yang masuk
dalam dua tahap, yaitu tahap produksi tempe diolah menjadi tempe.
dan tahap analisis tempe yang dihasilkan
dari lima jenis kedelai. Proses pembuatan 3.1.1. Karakteristik Fisik
tempe dilakukan di Rumah Tempe Indonesia, Lima jenis kedelai yang digunakan
yang berlokasi di Bogor. Proses pembuatan dalam penelitian ini masing-masing memiliki
tempe diawali dengan penyortiran, pencucian, karakteristik fisik yang berbeda. Secara umum,
perendaman, perebusan I, perendaman kembali kelima jenis kedelai yang digunakan memiliki
selama semalam, pengupasan kulit, pemisahan
panjang 7,66-8,65 mm, lebar 5,18 - 6,01 mm,
kulit ari, pencucian, perebusan II, penirisan
tebal 6,36 - 7,13 mm, volume 125 - 167 mm3 per
dan pendinginan, peragian, pencetakan, dan
biji, dan densitas kamba 0,70 - 0,73 g/ml (Tabel
fermentasi. Analisis yang dilakukan pada
1). Kedelai Grobogan mempunyai lebar lebih
tempe meliputi: rendemen, efektivitas biaya,
sifat fisik, kimia, kapasitas antioksidan, dan besar dibandingkan kedelai Anjasmara dan
sensori. Analisis fisik meliputi tekstur dengan Argomulyo, serta sama dengan kedelai GMO
penetrometer dan warna dengan Chromameter dan Non-GMO impor. Kedelai Grobogan juga
Minolta CR 310. Analisis kimia meliputi: kadar mempunyai tebal yang sama dengan kedelai
air, abu, protein, lemak, karbohidrat, dan serat GMO dan Non-GMO impor. Selain itu, uji statistik
pangan. menunjukkan bahwa volume dan densitas
kamba kelima jenis kedelai tidak berbeda nyata
2.4. Rancangan Percobaan (p>0,05).
Rancangan percobaan yang digunakan Berat per 100 biji kedelai berkisar 14,65 -
dalam penelitian pendahuluan dan penelitian 19,53 gram (Tabel 1). Kedelai lokal cenderung
utama adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) memiliki berat per 100 biji yang lebih rendah
dengan dua kali ulangan. Perlakuan dalam dibandingkan kedelai impor, kecuali kedelai
penelitian ini adalah lima varietas kedelai, yaitu Grobogan. Berat per 100 biji kedelai dapat
GMO, Non-GMO, Grobogan, Anjasmara, dan
digunakan sebagai ukuran besar biji (Yuwono,
Argomulyo. Model matematik RAL tersebut
dkk., 1999). Menurut klasifikasi ukuran biji
adalah sebagai berikut :
kedelai oleh Susanto dan Saneto (1994), ukuran
Yij = μ + Ai + Σ ij kelima jenis kedelai yang digunakan dalam
Di mana: penelitian ini tergolong besar, yaitu > 13 g/100
Yij = Nilai pengamatan respon karena biji. Kedelai Grobogan memiliki ukuran berat
perbedaan varietas kedelai yang paling besar di antara jenis kedelai yang
µ = Nilai rata-rata umum lain.
Ai = Pengaruh varietas kedelai Persen impuritas merupakan perbandingan
Σ ij = Galat percobaan antara pengotor (non-kedelai) dan kedelai yang
layak digunakan sebagai bahan baku tempe.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kedelai yang memiliki persen impuritas tertinggi
3.1. Kedelai adalah Grobogan, sedangkan yang terendah
Kedelai merupakan alternatif sumber protein adalah Argomulyo (Tabel 1). Perbedaan
yang berasal dari golongan kacang-kacangan impuritas tersebut disebabkan oleh perbedaan
dan berperan penting dalam penyediaan protein pengotor dan umur panen kedelai. Pengotor
serta asam amino essensial bagi keseimbangan yang ditemukan antara lain berupa kerikil,
gizi pangan di desa maupun kota. Kedelai ranting, kulit luar kedelai, jagung, serpihan
kayu, dan lain-lain. Adapun umur panen kedelai

Karakteristik Fisikokimia dan Sifat Fungsional Tempe yang Dihasilkan dari Berbagai Varietas Kedelai 243
Made Astawan, Tutik Wresdiyati,Sri Widowati, Siti Harnina Bintari, Nadya Ichsani
berpengaruh terhadap kelayakan kedelai untuk pH kedelai sehingga menghambat pertumbuhan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan mikroorganisme yang tidak diinginkan (Babu,
tempe. Umur panen kedelai yang tepat adalah dkk., 2009). Perendaman selama semalam
antara 100 - 120 hari masa tanam kedelai memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05)
(Deptan, 2008). Jika kurang dari 100 hari, maka terhadap kenaikan volume dan densitas kamba
kedelai masih berwarna hijau dan tidak layak kedelai. Kedelai Grobogan hanya mengembang
digunakan sebagai bahan baku tempe dan pada bagian panjang dan tebal saja, kedelai
dihitung sebagai pengotor. yang memiliki lebar paling besar adalah Non-
GMO.
Setelah perebusan dan perendaman
semalam, setiap jenis kedelai memiliki derajat 3.2. Komposisi Kimia
pengembangan yang berbeda-beda, diukur
Masing-masing kedelai memiliki komposisi
dari peningkatan dimensi, volume dan densitas
kimia yang berbeda (Tabel 3). Kelima jenis
kamba (Tabel 2). Perendaman kedelai (yang
kedelai memiliki kadar air yang sangat berbeda
telah direbus) selama semalam dalam proses
nyata (p<0,01) dengan nilai yang bervariasi.
pembuatan tempe berfungsi untuk menurunkan
Perbedaan kadar air kedelai dapat disebabkan

Tabel 1. Karakteristik Fisik Lima Varietas Kedelai

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata (p>0,05)

Tabel 2. Perubahan Dimensi, Volume, dan Densitas Kamba Setelah Perebusan dan Perendaman
Biji Kedelai Selama Semalam

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata (p>0,05)

244 PANGAN, Vol. 22 No. 3 September 2013 : 241-252


oleh perbedaan proses penanganan, protein yang tinggi, kedelai mengandung asam
pengeringan, penyimpanan, dan distribusi amino essensial meliputi sistin, isoleusin, leusin,
kedelai oleh supplier. Namun, jika mengacu lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan dan
pada SNI (1995) kadar air kelima jenis kedelai valin. Di samping itu, kandungan asam amino
tersebut masih memenuhi standar yaitu <13 dalam kedelai juga ditunjang dengan adanya
persen. asam amino non essensial seperti alanin, glisin,
arginin, histidin, prolin, tirosin, asam aspartat
Kadar abu menunjukkan adanya kandungan
dan asam glutamat (Cahyadi, 2006).
mineral dalam suatu bahan pangan, dimana
semakin tinggi kadar abu suatu bahan maka Kelima jenis kedelai mengandung lemak
semakin tinggi pula mineral yang terkandung di sebesar 14,76 - 21,14 persen. Lemak kedelai
dalamnya. Kadar abu dari kelima jenis kedelai mengandung asam lemak esensial yang cukup,
tersebut berkisar antara 5,27 - 6,33 persen. yaitu asam linoleat (Omega 6) serta linolenat
Hasil analisis ragam menunjukkan varietas (Omega 3). Kedelai impor umumnya memiliki
kedelai berpengaruh sangat nyata (p<0,01) kadar lemak yang lebih besar dibandingkan
terhadap kadar abu. Kedelai Grobogan memiliki kedelai lokal. Peningkatan kadar protein akan
kadar abu yang lebih rendah dibandingkan diikuti dengan berkurangnya kadar lemak dan
kedelai GMO dan Non-GMO impor, kedelai karbohidrat dalam kedelai (Moraes, dkk., 2006).
Anjasmara memiliki kadar abu yang sama
Analisis karbohidrat dilakukan dengan
dengan kedelai GMO dan Non-GMO impor, dan
metode by difference. Hasil analisis menunjukkan
kedelai Argomulyo memiliki kadar abu yang lebih
bahwa kelima jenis kedelai memiliki kadar
tinggi dibandingkan dengan kedelai GMO dan
Tabel 3. Analisis Proksimat Kedelai Impor dan Kedelai Lokal (g/100 g)

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata (p>0,05)

Non-GMO impor. Kandungan mineral dominan


karbohidrat berkisar 35,43 - 38,82 persen.
dalam kedelai adalah fosfor (P), kalsium (Ca),
Sebagian besar karbohidrat yang terkandung
dan zat besi (Fe) (Hermana, dkk., 1996).
dalam kedelai berupa karbohidrat kompleks,
Protein merupakan komponen makronutrien meliputi sukrosa, pati dan oligosakarida
yang diunggulkan pada produk berbasis kedelai. penyebab flatulensi, seperti stakiosa dan
Kandungan protein dalam kedelai menunjukkan rafinosa (Astuti, dkk., 2000).
kualitas kedelai tersebut. Kelima jenis kedelai
3.3. Tempe
yang digunakan memiliki kadar protein dengan
kisaran 37,10 - 41,79 persen. Hasil analisis Proses pembuatan tempe dari kelima jenis
menunjukkan kedelai Argomulyo memiliki kedelai dilakukan secara bersamaan dalam satu
kadar protein yang paling tinggi dibandingkan waktu. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan
yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat adanya variasi kondisi proses yang dapat
disebabkan oleh perbedaan secara genetik dan menghasilkan ketidakseragaman pada tempe
faktor lingkungan (Liu, 1997). Hasil tersebut yang dihasilkan.
sejalan dengan penelitian Balitkabi (2008) 3.3.1. Karakteristik Fisik
dan Antarlina, dkk. (2002) yang menyebutkan
kedelai impor memiliki kadar protein yang lebih Jenis kedelai yang digunakan tidak
rendah dibandingkan kedelai lokal. Selain kadar berpengaruh terhadap rendemen tempe yang

Karakteristik Fisikokimia dan Sifat Fungsional Tempe yang Dihasilkan dari Berbagai Varietas Kedelai 245
Made Astawan, Tutik Wresdiyati,Sri Widowati, Siti Harnina Bintari, Nadya Ichsani
dihasilkan (Tabel 4). Rendemen dihitung harga kedelai disebabkan oleh tingkat
berdasarkan satuan berat, karena penjualan kelangkaannya di pasaran. Biaya variabel
tempe dalam penelitian ini juga dilakukan diperoleh dengan mengalikan harga masing-
dalam satuan berat. Perhitungan rendemen masing kedelai dengan impuritas dan rendemen
selanjutnya akan digunakan untuk menghitung dari tempe yang dihasilkan dari masing-masing
efektivitas biaya. Berdasarkan analisis tekstur jenis kedelai serta ditambah dengan biaya
diketahui bahwa tempe dari kedelai impor pendukung produksi seperti listrik, gas, dan
cenderung lebih lunak dibandingkan tempe bahan pengemas. Adapun biaya tetap diperoleh
dari kedelai lokal, yang ditunjukkan oleh dengan menjumlahkan biaya penyusutan dari
kedalaman penetrasi yang semakin tinggi. alat-alat yang digunakan dalam memproduksi
Tempe dari kedelai Grobogan mempunyai tempe. Biaya tetap kelima jenis tempe
tekstur yang sama dengan tempe dari kedelai diasumsikan sama karena proses produksi
GMO impor. Perbedaan tekstur dipengaruhi dilakukan dalam satu waktu yang bersamaan.
oleh pengembangan biji yang berbeda-beda Penjumlahan antara biaya variabel dan biaya
pada setiap kedelai akibat penetrasi air ke tetap akan menghasilkan biaya total.
dalam matriks biji dan pertumbuhan kapang
Harga jual tempe ditetapkan per satuan
yang tidak sama. Selain itu, tekstur tempe
berat, mengikuti ketentuan harga yang ditetapkan
yang lunak diperoleh dari perombakan matriks
oleh Rumah Tempe Indonesia dengan margin
interseluler dalam jaringan biji kedelai oleh
keuntungan berkisar antara 40 – 60 persen.
kapang R.oligosporus (Ferreira, dkk., 2011).
Harga jual tempe dari kelima jenis kedelai
Pengukuran warna secara objektif dilakukan bervariasi, tergantung kepada kelimpahan
dengan menggunakan chromameter dengan bahan baku, harga bahan baku, kualitas bahan
skala Hunter L, a, b. Hasil analisis menunjukkan baku, dan kualitas tempe yang dihasilkannya.
bahwa tempe yang dihasilkan dari lima varietas Tempe yang memiliki efektivitas biaya tertinggi
kedelai ini memiliki kecerahan, warna kromatik merupakan tempe dengan biaya produksi paling
merah, dan warna kromatik kuning yang minimal untuk menghasilkan keuntungan yang
berbeda. Tempe dari kedelai GMO, Anjasmara, maksimal. Hasil analisis menunjukkan bahwa
dan Argomulyo memiliki tingkat kecerahan yang tempe dari kedelai Grobogan memiliki efektivitas
sama dan lebih tinggi dibandingkan tempe dari biaya tertinggi.
kedelai Non-GMO impor dan Grobogan. Tempe
3.3.3. Komposisi Kimia
dari kedelai impor memiliki warna kromatik
kuning (+b) yang lebih besar dibandingkan Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar
dengan kedelai lokal. Hal ini disebabkan oleh air tempe dari kelima jenis kedelai berkisar
perbedaan warna kedelai secara genetik 57,98 - 61,42 persen (Tabel 5). Varietas kedelai
dan penyebaran pertumbuhan kapang yang berpengaruh nyata terhadap kadar air tempe
berbeda. (p<0,05). Perbedaan ini terjadi akibat adanya
perbedaan penetrasi air ke dalam matriks biji
3.3.2. Efektivitas Biaya
dan perbedaan pengembangan biji. Kadar
Efektivitas biaya dihitung dengan air tempe juga dipengaruhi oleh aktivitas
membandingkan total keuntungan yang pertumbuhan kapang dalam tempe. Pada
diperoleh dari penjualan terhadap biaya total data pengembangan biji dapat dilihat bahwa
yang dibutuhkan untuk memproduksi tempe kedelai Argomulyo memiliki pengembangan
dalam satuan berat yang sama. Komponen biji yang relatif rendah, yaitu hanya mencapai
dari biaya total antara lain biaya variabel dan 215 persen. Hal tersebut menghasilkan kadar
biaya tetap. Perhitungan efektivitas biaya erat air tempe Argomulyo sebesar 57,98 persen.
kaitannya dengan harga beli kedelai, impuritas Berbeda dengan kedelai Anjasmara yang
kedelai, dan harga jual tempe. Kelima jenis memiliki derajat pengembangan biji mencapai
kedelai memiliki harga yang bervariasi, dimana 280 persen dan menghasilkan tempe dengan
kedelai yang memiliki harga termahal adalah kadar air mencapai 60,17 persen. Tempe dari
kedelai Argomulyo dan kedelai dengan harga kedelai Grobogan mempunyai kadar air yang
termurah adalah kedelai GMO. Perbedaan sama dengan kedelai GMO dan Non-GMO

246 PANGAN, Vol. 22 No. 3 September 2013 : 241-252


Tabel 4. Analisis Rendemen, Efektivitas Biaya, dan Sifat Fisik Tempe yang Dihasilkan dari Lima
Varietas Kedelai

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata (p>0,05)

Tabel 5. Analisis Proksimat, Serat Pangan, dan Kapasitas Antioksidan Tempe dari Kedelai
Impor dan Kedelai Lokal

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata (p>0,05)

impor. Kadar air tempe juga dipengaruhi oleh dibandingkan dengan kedelai sebagai bahan
aktivitas pertumbuhan kapang dalam tempe. baku, terjadi penurunan kadar abu pada tempe
Mengacu pada SNI (2009), kadar air tempe yang dihasilkan. Hal ini diduga karena pengaruh
dari kelima jenis kedelai sudah sesuai dengan berbagai tahapan proses dalam pembuatan
standar yang telah ditetapkan, yaitu <65 persen. tempe, seperti pencucian, perendaman
semalam, dan pengupasan kulit ari. Fennema
Kadar abu menunjukkan kandungan
(1996) menyebutkan bahwa kandungan mineral
mineral yang terkandung dalam suatu bahan
dalam bahan pangan tidak dapat rusak oleh
pangan. Kadar abu tempe berkisar antara 2,01 -
panas, cahaya, agen pengoksidasi, dan pH
2,47 persen (bk). Tempe dari kedelai Grobogan
yang ekstrim. Namun, hilangnya mineral lebih
mempunyai kadar abu yang sama dengan
disebabkan oleh pencucian atau pemisahan
tempe dari kedelai Non-GMO impor. Apabila

Karakteristik Fisikokimia dan Sifat Fungsional Tempe yang Dihasilkan dari Berbagai Varietas Kedelai 247
Made Astawan, Tutik Wresdiyati,Sri Widowati, Siti Harnina Bintari, Nadya Ichsani
fisik. Penurunan kadar abu ini mengindikasikan karena itu, kadar asam linoleat menurun hingga
bahwa mineral yang terkandung dalam kedelai 63,4 persen, asam oleat menurun hingga 59,25
banyak terdapat pada lapisan kulit ari kedelai. persen, dan asam palmitat menurun hingga
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Fennema 55,78 persen.
(1996) yang menyatakan bahwa mineral pada Varietas kedelai tidak berpengaruh nyata
kacang-kacangan dan biji-bijian terkonsentrasi terhadap kadar karbohidrat tempe yang
pada bagian kulit dan lapisan ari. Apabila dihasilkan (p>0,05). Kadar karbohidrat tempe
dibandingkan dengan standar tempe (SNI 2009) dari kelima jenis kedelai berkisar 6,57 - 7,12
kadar abu tempe sudah sesuai dengan SNI yaitu persen. Apabila dibandingkan dengan kedelai,
maksimal 4,28 persen (bk). terjadi penurunan kadar karbohidrat pada tempe.
Kadar protein tempe berkisar 46,68 - 52,70 Penurunan ini terjadi karena adanya aktivitas
persen (bk) dan meningkat dibandingkan enzimatis dari kapang selama fermentasi.
kadar protein pada kedelai yaitu antara 37,10 Kapang mencerna kabohidrat menghasilkan
- 41,79 persen (bk). Menurut Bavia, dkk., penurunan heksosa secara drastis dan hidrolisis
(2012), peningkatan kadar protein pada tempe lambat stakiosa (Rahayu, 2004). Penurunan
disebabkan oleh hilangnya beberapa komponen kadar karbohidrat ini diiringi oleh kenaikan kadar
terlarut seperti mineral dan gula dari biji kedelai. total solid (Nuraida, dkk., 2005). Serat pangan
Ferreira, dkk., (2011) menambahkan, akan dalam tempe dari kelima jenis kedelai berkisar
terjadi peningkatan kadar protein sebanyak 21 6,21 - 6,77 persen.
persen pada tempe jika dibandingkan dengan 3.3.4. Kapasitas Antioksidan
kotiledon. Miselium kapang yang memiliki
aktivitas proteolitik juga dapat berkontribusi Jenis kedelai tidak berpengaruh (p>0,05)
terhadap peningkatan kadar protein pada kepada kapasitas antioksidan tempe yang
tempe (Rahayu, 2004). Pemecahan oleh dihasilkan. Tempe yang dihasilkan dari kelima
enzim protease ini mengubah protein kompleks jenis kedelai memiliki kapasitas antioksidan
menjadi peptida, dan asam amino berberat berkisar 186-191 mg AEAC/kg tempe (Tabel 5).
molekul rendah yang lebih larut. Peningkatan Antioksidan yang terdapat dalam tempe berupa
kadar protein disebabkan oleh peningkatan isoflavon dalam bentuk aglikon dan glukosida.
jumlah nitrogen terlarut pada tempe dari 3,5 Senyawa aglikon di antaranya adalah genistein,
menjadi 8,7 mg/g dan peningkatan jumlah asam daidzein, dan glisitein (Nakajima, dkk., 2005),
amino bebas dalam tempe. Hal ini dikarenakan serta isoflavon faktor 2 (6,7,4 -trihidroksi
Rhizopus menggunakan asam amino sebagai isoflavon) (Pokorny, 2001). Menurut United
sumber nitrogen bagi pertumbuhannya (Astuti, States Department of Agriculture (USDA 1999),
dkk., 2000). Berdasarkan hasil analisis, tempe per 100 g kedelai mentah mengandung 128,35
dari kedelai Grobogan memiliki kandungan mg isoflavon. Isoflavon yang terdapat dalam
protein yang sama dengan tempe dari kedelai kedelai berbeda-beda, tergantung genetik,
GMO dan Non-GMO impor. umur benih, dan lokasi penanaman. Komponen
isoflavon malonyl dalam kedelai akan
Kadar lemak yang terdapat dalam tempe menurun seiring dengan lamanya pemasakan.
berkisar 28,11 - 33,09 persen (bk). Tempe yang Perendaman, pemasakan, dan fermentasi
dihasilkan dari kedelai Grobogan mempunyai menurunkan kadar isoflavon glukosida dan
kadar lemak yang sama dengan tempe dari malonyl, tetapi meningkatkan bioavailabilitas
kedelai GMO dan Non-GMO impor. Menurut isoflavon (Ferreira, 2011). Fermentasi
Astuti, dkk., (2000), kadar lemak tempe akan lebih meningkatkan bioavailabilitas isoflavon hingga
rendah dibandingkan kedelai, karena selama dua kalinya (Nakajima, dkk., 2005). Isoflavon
fermentasi kapang akan mensintesis enzim aglikon terbesar terdapat pada tempe mentah
lipase yang akan menghidrolisis triasilgliserol (Haron, dkk., 2009).
menjadi asam lemak bebas. Selanjutnya, asam
lemak akan menjadi sumber energi kapang 3.3.5. Analisis Sensori
untuk tumbuh sehingga kadar lemak menurun Analisis sensori dilakukan terhadap tempe
hingga 26 persen. Kapang R. oligosporus mentah dan tempe goreng dengan metode rating
dan R. stolonifer menggunakan asam linoleat, hedonik oleh 30 orang panelis semi terlatih.
oleat dan palmitat sebagai sumber energi. Oleh

248 PANGAN, Vol. 22 No. 3 September 2013 : 241-252


Tabel 6. Uji Sensori Sampel Tempe Mentah Terhadap 30 Orang Panelis Semi Terlatih dengan
Metode Rating Hedonic

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata (p>0,05)
Bentuk dan ukuran tempe, baik pada tempe Data pengukuran tekstur secara objektif
mentah maupun tempe goreng dibuat seragam menunjukkan bahwa tempe dari kedelai impor
untuk menghindari bias. Penggorengan tempe memiliki tekstur lebih lunak, yang diindikasikan
(tanpa dibumbui terlebih dahulu) dilakukan pada dengan kedalaman penetrasi probe yang lebih
suhu 150oC selama 5 menit untuk menghasilkan tinggi dibandingkan tempe dari kedelai lokal.
tingkat kematangan yang seragam. Tabel 6 Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
menunjukkan bahwa tempe mentah memperoleh panelis menyukai tempe, baik dengan tekstur
tingkat kesukaan yang bervariasi dari panelis. yang lunak maupun yang keras.
Hal tersebut erat kaitannya dengan karakteristik
Kenampakan tempe meliputi penyebaran
fisik tempe mentah yang disajikan. Pada sampel
kapang dalam menyelimuti biji kedelai dan
tempe mentah, penilaian panelis berbeda nyata
kekompakan tempe. Berdasarkan data hasil
(p<0,05) pada semua atribut sensori, kecuali
analisis, tempe yang dihasilkan dari kedelai
aroma dan tekstur tempe.
Grobogan memiliki tingkat kesukaan yang sama
Panelis lebih menyukai tempe dengan dengan tempe dari kedelai GMO, namun kurang
potongan kedelai yang berwarna kuning. Tempe disukai dibandingkan tempe dari kedelai Non-
dari kedelai impor memiliki tingkat kesukaan GMO impor. Tingkat kesukaan panelis terhadap
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tempe kenampakan tempe bervariasi, mulai dari agak
dari kedelai lokal. Hal ini dikarenakan tempe suka hingga suka. Hal tersebut menunjukkan
dari kedelai lokal memiliki warna yang lebih bahwa pertumbuhan kapang pada semua
pucat dibandingkan tempe dari kedelai impor. jenis tempe telah merata dan memiliki tekstur
Tempe dari kedelai GMO memiliki warna yang yang kompak. Secara keseluruhan, tempe
lebih kuning dengan warna kromatik kuning mempunyai tingkat kesukaan yang sedang.
(+b) sebesar 27 persen, sedangkan tempe Tempe dari kedelai Grobogan memiliki tingkat
dari kedelai lokal memiliki warna yang lebih kesukaan yang sama dengan tempe dari
pucat dengan warna kromatik kuning sebesar kedelai GMO, dan tempe yang memiliki tingkat
21 persen. Aroma tempe dihasilkan dari hasil kesukaan tertinggi adalah tempe dari kedelai
perombakan asam linoleat yang merupakan Non-GMO impor.
asam lemak dominan dalam kedelai menjadi
Pengaruh penggorengan tempe dari kelima
1-octen-3-ol oleh enzim lipoksigenase dan
jenis kedelai menunjukkan hasil yang berbeda
hidroperoksida lyase (Feng, persen., 2006),
nyata (p<0,05) hanya pada atribut sensori
bukan karena perombakan oleh R. oligosporus.
aroma dan tekstur (Tabel 7). Pada atribut
Data hasil analisis sensori menunjukkan bahwa
warna, tempe goreng dari kelima jenis kedelai
tempe dari kedelai impor dan lokal memperoleh
tidak berbeda nyata (p>0,05). Hal tersebut
tingkat kesukaan tingkat sedang oleh panelis.
mengindikasikan bahwa proses penggorengan
Tekstur tempe mentah memperoleh telah menghasilkan warna tempe goreng yang
penilaian agak suka hingga suka dari panelis. seragam. Aroma tempe goreng dari kedelai lokal
sedang tempe yang dihasilkan dari kedelai impor sama dengan tempe dari kedelai impor. Tempe
dan kedelai lokal mendapat penilaian tingkat goreng yang dihasilkan dari kedelai impor
kesukaan yang sama dari panelis (p>0,05). memiliki tekstur yang lebih lunak dan lebih disukai

Karakteristik Fisikokimia dan Sifat Fungsional Tempe yang Dihasilkan dari Berbagai Varietas Kedelai 249
Made Astawan, Tutik Wresdiyati,Sri Widowati, Siti Harnina Bintari, Nadya Ichsani
Tabel 7. Uji Sensori Tempe Goreng Terhadap 30 Orang Panelis Semi Terlatih dengan Metode
Rating Hedonic

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata (p>0,05)
oleh konsumen dibandingkan tempe dari kedelai Pelaksanaan Kegiatan, No: 709/LB.620/I.1/2/2013
lokal. Pada parameter rasa dan overall, tempe tanggal 25 Februari 2013, atas nama Made Astawan.
goreng dari kelima jenis kedelai memperoleh
penilaian yang tidak berbeda nyata, yaitu agak DAFTAR PUSTAKA
suka. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
Antarlina, S.S., J.S. Utomo, E. Ginting, dan S.
panelis tidak dapat membedakan karakteristik
Nikkuni. 2002. Evaluation of Indonesian Soybean
sensori tempe goreng yang dihasilkan, baik dari Varieties for Food Processing. Proceedings
kedelai impor maupun kedelai lokal. of RILET- JIRCAS Workshop on Soybean
Research. Malang, Indonesia.
IV. KESIMPULAN
Astuti, M., M Andreanyta, S.F. Dalais, M.L. Wahlqvist.
Kedelai Grobogan memiliki ukuran yang 2000. Tempe, a Nutritious and Healthy Food
sama dengan kedelai impor. Kedelai Grobogan from Indonesia. Asia Pacific Journal of Clinic
memiliki kadar air yang sama dengan kedelai and Nutrition. Vol. 9: 322-325.
Non-GMO impor, kadar lemak yang sama Babu D.P., R. Bhakyaraj, dan R. Vidhyalakshmi. 2009.
dengan kedelai GMO, dan kadar karbohidrat A Low Cost Nutritious Food “Tempeh” [review].
yang sama dengan kedelai GMO dan impor. World Journal of Dairy and Food Science. Vol.
Tidak ada perbedaan kadar protein antara 4: 22-27, 2009.
kedelai impor dan lokal. Varietas kedelai tidak Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
berpengaruh nyata terhadap rendemen tempe umbian. 2008. Deskripsi Varietas Unggul
yang dihasilkan. Tempe dari kedelai Grobogan Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang:
memiliki efektivitas biaya yang paling tinggi. BALITKABI.
Tempe yang dihasilkan dari kedelai Grobogan Badan Pusat Statistik. 2012. Kedelai. Jakarta: BPS.
memiliki kadar air, protein, dan lemak yang sama
Bavia, A.C.L., C.E. Silva, M.P. Ferreira, R.S. Leite,
dengan tempe yang dihasilkan dari kedelai
J.M.G. Mandarino, dan M.C. Carrao-Panizzi.
impor. Varietas kedelai tidak berpengaruh nyata
2012. Chemical Composition of Tempeh from
terhadap kapasitas antioksidan tempe, yaitu
Soybeans Cultivars Specially Developed for
berkisar 186-191 mg AEAC/kg. Berdasarkan
Human Consumption. Ciência e Tecnologia de
uji sensori pada tempe mentah dan tempe Alimentos. Vol. 32: 613-620.
goreng, secara keseluruhan tempe dari
Cahyadi, W. 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi.
kedelai lokal memperoleh tingkat kesukaan
Jakarta: PT. Bumi aksara.
yang sama dengan tempe dari kedelai impor.
Dengan demikian kedelai lokal Grobogan perlu Departemen Pertanian. 2008. Deskripsi Varietas
dikembangkan lebih luas untuk mengurangi Unggul Kedelai Tahun 1918-2008. Jakarta: Dep-
tan RI.
ketergantungan kepada kedelai impor.
Feng, X.M., T.O. Larsen, dan J. Schnurer. 2006.
UCAPAN TERIMA KASIH Production of Volatile Compounds by Rhizopus
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada oligosporus During Soybean and Barley Tempeh
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Fermentation. International Journal of Food
Kantor Pusat Jakarta, dengan Surat Perjanjian Microbiology. Vol. 113: 133-141.

250 PANGAN, Vol. 22 No. 3 September 2013 : 241-252


Fennema, O.R. (ed.). 1996. Food Chemistry Third Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI Nomor 01-
Edition. New York: Marcel Dekker, Inc. 3922 tahun 1995 tentang Kedelai. Jakarta: BSN.
Ferreira, M. 2011. Changes in the Isoflavone Profile Standar Nasional Indonesia. 2009. SNI Nomor 3144
and in the Chemical Composition of Tempeh tahun 2009 tentang Tempe Kedelai. Jakarta:
During Processing and Refrigeration. Pesquisa BSN.
Agropecuaria Brasiliera. Vol. 46: 1555-1561. Susanto, T dan Saneto B. 1994. Teknologi
Haron, H, A. Ismail, A. Azlan, S. Shahar, dan L.S. Pengolahan Hasil Pertanian. Surabaya: Bina
Peng. 2009. Daidzein and Genestein Contents Ilmu.
in Tempeh and Selected Soy Products. Journal Survei Konsumsi Nasional. 2009. Data Konsumsi
of Food Chemistry. Vol. 115: 1350‑1356. Kedelai Nasional. Jakarta: BPS.
Hermana, M. Karmini, D. Karyadi. 1996. Komposisi United States Department of Agriculture. 1999. Soy-
dan Nilai Gizi Tempe Serta Manfaatnya dalam beans. US: USDA.
Peningkatan Mutu Gizi Makanan. Dalam:
Yuwono, S.S., K.K. Hayati, dan S.N. Wulan. 1999.
Sapuan, Soetrisno N (eds). Bunga Rampai
Karakterisasi Fisik, Kimia, dan Fraksi Protein
Tempe Indonesia. Yayasan Tempe Indonesia.
7S dan 11S Sepuluh Varietas Kedelai Produksi
Krisdiana, R. 2005. Preferensi Industri Tahu dan Indonesia. Jurnal Teknologi Pertanian. 4(1): 84-
Tempe dalam Menggunakan Bahan Baku 90.
Kedelai di Jawa Timur. Malang: Balitkabi.
Liu, K.S.. 1997. Soybeans: Chemistry, Technology, BIODATA PENULIS :
and Utilization. New York: Chapman and Hall
Moraes, R.M.A., I.C. Jose, F.G. Ramos, E.G. Barros, Made Astawan, menyelesaikan pendidikan S1
M.A. Moreira. 2006. Biochemical Characteristics Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga di
of Soybean’s Protein. Pesquisa Agropecuaria Institut Pertanian Bogor tahun 1985, pendidikan
Brasiliera. Vol. 41: 725‑729. S2 Ilmu Pangan juga di universitas yang sama
tahun 1990, dan pendidikan S3 Biokimia Pangan
Nakajima, N., N. Nozaki, K. Ishihara, A. Ishikawa, dan Gizi di Tokyo University of Agriculture, Jepang
H. Tsuji. 2005. Analysis of Isoflavone Content in tahun 1995.
Tempeh, a Fermented Soybean, and Preparation
Tutik Wresdiyati, dilahirkan di Yogyakarta, 9
of a New Isoflavone-Enriched Tempeh. Journal
September 1964. Menyelesaikan pendidikan S1
of Bioscience and Engineering. Vol. 100: 685-
Kedokteran Hewan di Institut Pertanian Bogor
689. tahun 1988, dan pendidikan S3 Veterinary
Nout, M.J.R., dan J.L. Kiers. 2005. Tempeh Sciences di Yamaguchi University, Jepang tahun
Fermentation, Innovation, and Functionality: 1998.
Update Info the Third Millenium. Journal of
Applied Microbiology. Vol. 98: 789-805. Sri Widowati menyelesaikan pendidikan S3 Ilmu
Pangan di IPB pada tahun 2007.
Nuraida, L, Suliantari, N. Andarwulan, D.R. Adawiyah,
R. Noviar dan A. Denny. 2005. Evaluation of Siti Harnina Bintari dilahirkan di Madiun, 14
Soybean Varieties on Production and Quality of Agustus 1960. Menyelesaikan pendidikan S3 di
Tempe. Southeast Asian Food and Agricultural Universitas Diponegoro Semarang.
Science and Technology (SEAFAST) Center,
Bogor Agricultural University, Bogor. Nadya Ichsani adalah seorang alumni
Pokorny, J., N. Yanihlieva, M. Gordon. 2001. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
Antioxidants in Food. Cambridge: CRC press. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Menyelesaikan
pendidikan S1 tahun 2013.
Woodhead publishing limited.
Rahayu, K. 2004. Industrialization of Tempe
Fermentation. In K.H. Steinkraus (ed).
Industrialization of Indigenous Fermented
nd
Foods. 2 Edition. New York: Marcel Dekker, Inc.
Rosalina. 2011. Swasembada Kedelai
Terancam Gagal. http://www.tempo.co/read/
news/2011/07/21/ 090347618/swasembada-
kedelai-terancam-gagal. [diakses 2013 Juni 8]

Karakteristik Fisikokimia dan Sifat Fungsional Tempe yang Dihasilkan dari Berbagai Varietas Kedelai 251
Made Astawan, Tutik Wresdiyati,Sri Widowati, Siti Harnina Bintari, Nadya Ichsani

Anda mungkin juga menyukai