Anda di halaman 1dari 10

Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang Rawat

Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Judul : Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Jenis Artikel : Artikel penelitian

Penulis : Stevi Erhadestria

Affliasi (setiap penulis) :


1. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2. Departemen Ilmu Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung

Korespondensi Penulis :
Nama : Stevi Erhadestria, S.Ked
Alamat Lengkap : Jalan Bumimanti 4, Kampungbaru, Bandar Lampung
Telepon : 081297969787
E-mail : stevi.erhadestria@gmail.com
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien
Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Stevi Erhadestria
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Latar belakang: ISK (Infeksi Saluran Kemih) merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi dan dilaporkan
80% ISK terutama terjadi sesudah kateterisasi. Kejadian infeksi nosokomial 2-5 kali lebih tinggi terjadi di ruang rawat intensif,
hal ini membuat tingginya penggunaan antibiotika sebagai terapi dan proflaksis dari berbagai patogen yang mungkin
menginfeksi. Sehingga diperlukan uji kepekaan agar pasien mendapatkan terapi antibiotika yang tepat.
Tujuan: Untuk mengetahui hasil uji kepekaan bakteri yang diisolasi dari urin pengguna kateter pasien ruang rawat intensif
RSUD Dr.H.Abdul Moeloek.
Metode:Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan consecutive sampling. Sampel dalam penelitian
ini adalah pasien yang menggunakan kateter di ruang rawat intensif sebanyak 17 sampel. Kemudian sampel dilakukan
penghitungan jumlah bakteri, uji kultur, dan uji kepekaan bakteri.
Hasil: Hasil penelitian dari uji kultur pengguna urin kateter didapatkan bakteri gram negatif yaitu Escerichia coli
danPseudomonas sp serta bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Uji
penghitungan jumlah bakteri didapatkan >10 5 CFU/ml sebanyak 36,3%. Dari uji kepekaan bakteri didapatkan hasil antibiotika
sensitif dari yang paling tinggi ke paling rendah yaitu Amoxicilin, Gentamicin, Chloramphenicol, Ciprofloxacin, dan Cefotaxim.
Kesimpulan: Persentase infeksi nosokomial saluran kemih sebanyak 36,3%. Didapatkan bakteri penyebab ISK paling sensitif
terhadap Amoxicilin.

Kata kunci: antibiotika, bakteri, ISK

Susceptibility Test of Isolated Bacteria from Patients Using Urinary Catheter at


Intensive Care Unit RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Abstract
Background:UTI (Urinary Tract Infection) is a type of nosocomial infections that occurred most often and reportedly 80% of
UTI especially occurred after catheterization. The incidence of nosocomial infections occur 2-5 times higher in the intensive
care unit, which makes high use of antibiotics for the treatment and prophylaxis tovarious pathogens that may infect.
Therefore susceptibility test needs to be performed in order to give the right antibiotics to patients.
Objective: To determine the susceptibility test results of isolated bacteria from patients using urinary catheter at intensive
care unit RSUD Dr.H.Abdul Moeloek.
Methods:This research uses descriptive method with consecutive sampling approach. The sample in this study are patients
using catheter in the intensive care unit, as many as 17 samples. Counting the total number of bacteria, culture test, and
susceptibility test of bacteria were done to each sample.
Results:The culture test obtained gram-negative bacteria which are Escerichia coli andPseudomonas sp also gram-positive
bacteria which are Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis. Counting the total number of bacteria resulted in
>105 CFU/ml as much as 36,3%. The susceptibility test obtained the persentage of sensitive antibiotics from highest to
lowest which are Amoxicilin, Gentamicin, Chloramphenicol, Ciprofloxacin, dan Cefotaxim.
Conclusion: The percentage of urinary tract nosocomial infections is as high as 36,3%. It is also found that the bacteria of
UTIare most sensitive to Amoxicilin.

Keywords: antibiotics, bacteria, UTI

Korespondensi: Stevi Erhadestria, S.Ked, alamat Jl. Bumimanti 4, Kampungbaru, Bandarlampung, HP


081297969787, e-mail stevi.erhadestria@gmail.com
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

PENDAHULUAN penyebaran mikroba patogen tersebut .5 Pada


Penelitian Indrawan yang dilakukan kepada
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang pengguna kateter yang dirawat di ruang
didapat atau terjadi di rumah sakit dan rawat inap kelas I, II, dan III RSUD Dr. H.
merupakan salah satu penyebab Abdul Moeloek didapatkan hasil persentasi
meningkatnya angka kesakitan (morbidity) kejadian ISK yaitu masing-masing untuk
dan angka kematian (mortality) pasien- ruang rawat inap kelas I sebesar 20%, kelas II
pasien yang dirawat di rumah sakit. Istilah sebesar 50%, dan kelas III sebesar 70%.6
infeksi nosokomial saat ini banyak dikenal Bakteri patogen penyebab infeksi
sebagai Hospital Acquired Infection (HAIs) nosokomial yang paling umum ialah
atau Health Care Associated Infections. Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Istilah-istilah yang digunakan ini untuk Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter spp,
membedakannya dengan infeksi yang dan Klebsiella pneumonia. Kemampuan
didapat di masyarakat (community acquired antibiotika dalam menghambat
infection), dimana pola etiologi penyebab pertumbuhan bakteri inipun berbeda-beda,
infeksi nosokomial banyak terdapat di ruang ada yang dalam konsentrasi rendah dapat
rawat inap rumah sakit.1 menghambat bakteri dalam jumlah banyak,
Penelitian di berbagai universitas di ada pula yang diperlukan konsentrasi tinggi
Amerika Serikat menyebutkan bahwa pasien untuk mampu menghambat pertumbuhan
yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) suatu bakteri.7
mempunyai kecenderungan terkena infeksi Rumah sakit merupakan tempat
nosokomial 5 kali lebih tinggi daripada penggunaan antibiotik paling banyak
pasien yang dirawat di ruang rawat biasa. ditemukan. Di negara yang sudah maju, 13 –
Infeksi nosokomial banyak terjadi di ICU pada 37 % dari seluruh penderita yang dirawat
kasus pasca bedah dan kasus dengan dirumah sakit mendapatkan antibiotik baik
pemakaian infus dan kateter yang tidak secara tunggal ataupun kombinasi,
sesuai dengan prosedur standar pencegahan sedangkan di negara berkembang, 30 – 80 %
dan pengendalian infeksi yang diterapkan di penderita yang dirawat di rumah sakit
rumah sakit.2 Di Indonesia, penelitian yang mendapatkan antibiotik. Penggunaan
dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta antibiotik tentu diharapkan mempunyai
menunjukkan bahwa 9,8% pasien rawat inap dampak positif, akan tetapi penggunaan
mendapat infeksi yang baru selama dirawat.3 antibiotik yang tidak rasional akan
WHO (World Health Organization) menimbulkan dampak negatif. Dampak
menemukan bahwa prevalensi infeksi negatif dari penggunaan antibiotik yang tidak
nosokomial yang tertinggi terjadi di ICU rasional antara lain muncul dan
(Internsive Care Unit), perawatan bedah berkembangnya bakteri yang resisten
akut, dan bangsal orthopedi. Infeksi saluran terhadap antibiotik. Hasil penelitian dari
kemih merupakan jenis infeksi nosokomial isolat bakteri di ruang rawat inap bedah
yang sering terjadi.4 RSUD Abdul Moeloek didapatkan hasil
Infeksi saluran kemih adalah episode sensitif terhadap Ciprofloksasin, Amikasin,
bakteriuria signifkan (yaitu infeksi dengan Gentamisin, dan Eritromisin akan tetapi
jumlah koloni > 105 mikroorganisme tunggal resisten terhadap Penisilin G, Cefotaksim,
per ml) yang mengenai saluran kemih bagian dan Kloramfenikol.8
atas atau bagian bawah. Beberapa penelitian Karena sebagian besar penggunaan
menunjukan bahwa ISK merupakan 40% dari antibiotik terjadi di rumah sakit, maka dalam
seluruh infeksi nosokomial dan dilaporkan manajemennya hendaklah mempunyai suatu
80% ISK terjadi sesudah instrumentasi, program untuk mengontrol infeksi.
terutama oleh kateterisasi. Inti dari Pengawasan terhadap kuman yang resisten,
pengendalian infeksi nosokomial adalah mengawasi penggunaan antibiotika di rumah
perkembangbiakkan mikroba pathogen pada sakit, membuat suatu pedoman yang baru
reservoir ke pejamu. Sehingga perlu upaya- secara berkesinambungan untuk pemakaian
upaya untuk memutus mata rantai antibiotika dan proflaksis, serta memonitor
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

penggunaan antibiotika di rumah sakit a. Kriteria Inklusi


sehingga dapat meningkatkan penggunaan 1. Pasien rawat inap di ruang rawat
antibiotika yang rasional.9 intensif yang menggunakan kateter
Berdasarkan uraian tersebut, maka selama 4 hari.
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian 2. Dirawat di rumah sakit lebih dari 2x24
tentanguji kepekaan bakteri yang diisolasi jam.
dari urin pengguna kateter pasien ruang b. Kriteria Eksklusi
rawat intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. 1. Pasien yang dirawat selain di ruang
rawat intensif RSUD Dr. H. Abdul
Tujuan Penelitian Moeloek Bandar Lampung
Tujuan Umum 2. Pasien yang tidak bersedia dilakukan
Mengetahui hasil uji kepekaan bakteri pengambilan kateter urin
yang diisolasi dari urin pengguna kateter
pasienruang rawat intensif RSUD Dr. H. Abdul Alur Penelitian
Moeloek
Alur penelitian ini secara umum digambarkan
METODE PENELITIAN pada skema di bawah ini.

Desain Penelitian
Desain pada penelitian ini yaitu
deskriptif kategorik untuk mengetahui jenis
bakteri yang terdapat dalam urin pasien
pengguna kateter dan mengetahui antibiotika
yang sensitif

Tempat dan Waktu Penelitian


Pengambilan sampel dilakukan di
ruang rawat intensif RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek. Kemudian dilakukan pemeriksaan
sampel di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian
dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan
bulan November 2016.

Subyek Penelitian
Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua
pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandarlampung.

Sampel
Sampel penelitian adalah pasien pengguna
kateter yang ada di ruang ICU RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandarlampung. Sampel dipiih
menggunakan teknik consecutive sampling,
dan jumlah sampel sebanyak 17 orang
ditentukan menggunakan rumus Lemeshow. Gambar 1. Alur penelitian

Kriteria Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN


Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Pada urin pasien pengguna kateter


Hasil Penelitian yang positif ISK ditemukan bakteri penyebab
yaitu bakteri gram negatif antara lain
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Escerichia coli dan Pseudomonas sp,
dari pasien pengguna kateter di ruang rawat sedangkan bakteri gram positif antara lain
intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, Staphylococcus aureus dan Staphylococcus
didapatkan hasil jumlah dan jenis bakteri yang epidermidis. Persentase bakteri yang
terdapat pada tabel 1 berikut: ditemukan dapat dilihat pada gambar 2
berikut:
Tabel 1.Pemeriksaan Jumlah dan Jenis Bakteri
No No. Urut Pasien Jumlah Bakteri (CFU/ml)
1 No.1 >105
2 No.2 1,0x104
3 No.3 8,4x103
4 No.4 1,2x102
5 No.5 >105
6 No.6 4,0x103
7 No.7 2,5x103
8 No.8 >105
Gambar 2. Persentase Bakteri Penyebab ISK
9 No.9 3,6x10 4

10 No.10 >105 Setelah dilakukan uji kepekaan bakteri


pada sampel urin pengguna kateterdi ruang
11 No.11 5,0x103
rawat intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek,
12 No.12 1,0x104 didapatkan hasil pada tabel 3 sebagai berikut:
13 No.13 6,4x104
Tabel 3. Hasil Uji Kepekaan Bakteri terhadap
14 No.14 >105 Antibiotika
15 No.15 9,0x103 Antibiotika
No Jenis Bakteri
16 No.16 >105 CIP AML C CTX CN
1 Escerichia coli R S S I I
17 No.17 1,2x104
Pseudomonas
5 S S S I S
sp
Hasil penelitian didapatkan hitung 8
Pseudomonas
R S I I S
angka kuman >105 CFU/ml sebanyak 6 dari 17 sp
Staphylococcu
pasien. Kejadian ISK pada pasien pengguna 10
s aureus
S S S R S
kateter dapat dilihat pada tabel 2 berikut: 14 Escerichia coli S I R S R
Staphylococcu
16 R S R I S
Tabel 2. Prevalensi ISK pada Pasien Pengguna s epidermidis
Keterangan:
Kateter
CIP=Ciprofloxacin; AML=Amoxicilin; C=Chloramphenicol;
Pasien CTX=Cefotaxim; CN=Gentamicin; S=Sensitif;
Pengguna I=Intermediet; R=Resesif
Kateter Frekuensi Persentase
Infeksi Saluran Pembahasan
Kemih 6 36,3%
Tidak Infeksi
Dari hasil penelitian, telah ditemukan
Saluran Kemih 11 64,7%
beberapa bakteri yang menyebabkan infeksi
Total 17 100% nosokomial saluran kemih yaitu Escerichia
colisebanyak 33%, Pseudomonas spsebanyak
33%, Staphylococcus epidermidissebanyak
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

17%, dan Staphylococcus aureus sebanyak Selain bakteri gram negatif, bakteri
17%. gram positif juga dapat menyebabkan infeksi
Penelitian yang dilakukan Endriani nosokomial saluran kemih, terutama dari
(2010) didapatkan hasil yang tidak jauh genus Staphylococcus. Tiga spesies yang paling
berbeda. Pada penelitian tersebut didapatkan sering dijumpai yang mempunyai kepentingan
bakteri penyebab ISK yaitu Escerichia klinis adalah Staphylococcus aureus,
colisebanyak 28%, Klebsiella spsebanyak 26%, Staphylococcus epidermidis, dan
Pseudomonas spsebanyak 18%, Staphylococcus saprophyticus. Pembeda S.
Staphylococcus epidermidis sebanyak 10%, aureus dari spesies lain yaitu bakteri ini
Staphylococcus aureus sebanyak 8%, bersifat koagulase positif, dan merupakan
Streptococcus sp sebanyak 6%, Enterobacter patogen utama untuk manusia. Sekitar 75%
sp sebanyak 2%, dan Proteus sp sebanyak infeksi dari Staflokok disebabkan oleh
2%.10 koagulase negatif, yaitu S. epidermidis.
Pada penelitian lain yang dilakukan Staflokok koagulase negatif merupakan flora
Pradhan (2014), bakteri yang ditemukan yaitu normal manusia dan kadang-kadang
Pseudomonassebanyak 38,4%, Escerichia menyebabkan infeksi, terutama pada pasien-
coli23,1%, Citrobacter sebanyak 15,4%, pasien yang berusia sangat muda, tua, dan
Klebsiellasebanyak 7,7%, Acinetobacter luluh imun.12
sebanyak 7,7%, dan Candida sebanyak 7,7%. Patogenitas bakteri ini terutama
Hasil penelitian Pradhan berbeda dengan disebabkan kemampuannya untuk melakukan
penelitian ini karena bakteri yang paling implantasi pada alat-alat medis seperti kateter
banyak ditemukan yaitu Pseudomonas, dan urin, kateter vena sentral, alat-alat ortopedi,
yang membedakan adalah ditemukannya dan lensa kontak. Staphylococcus aureus
Citrobacter, Acinetobacter, dan Candida.Dari adalah bakteri yang paling banyak
beberapa hasil penelitian diatas dapat menyebabkan infeksi nosokomial dengan
diketahui bahwa bakteri penyebab ISK dari persentase sebesar 34%.6
pengguna kateter tidak selalu sama. Dari hasil penelitian didapatkan
Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa persentase infeksi nosokomial saluran kemih
faktor antara lain lokasi penelitian, kondisi dari urin pengguna kateter ruang rawat
ruangan, lingkungan, dan udara berbeda. 6,11 intensif RSUD DR. H. Abdul Moeloek sebanyak
Bakteri Escerichia coli adalah flora 36,3%. Sebelumnya telah dilakukan penelitian
normal usus manusia, bakteri ini akan menjadi oleh Indrawan (2015) pada pasien pengguna
patogen jika berada di luar saluran usus kateter di ruang rawat inap kelas I, II, dan III
manusia.6 Escerichia colimenjadi penyebab RSUD DR. H. Abdul Moeloek masing-masing
sekitar 90% infeksi pertama saluran kemih hasilnya sebanyak 20%, 50%, dan 70%
pada perempuan muda. Bakteri ini merupakan mengalami ISK. Jika dibandingkan, pasien
bakteri yang paling mudah berkembang biak di ruang rawat intensif memiliki persentase lebih
urin dan berbahaya karena merupakan bakteri tinggi dari pasien ruang rawat inap kelas I
yang paling umum menyebabkan infeksi tetapi memiliki persentase lebih rendah dari
saluran kemih.12 pasien ruang rawat inap kelas II dan III. Hasil
Bakteri gram negatif penyebab infeksi penelitian Hasibuan (2007) pada kelompok
nosokomial saluran kemih lain yang ditemukan ruang rawat intensif yang mengalami ISK pasca
pada penelitian ini yaitu Pseudomonas sp. penggunaan kateter hari keempat sebanyak
Pseudomonas aeruginosa sering terdapat 15%. Dibandingkan dengan penelitian
pada flora normal usus dan kulit manusia tersebut, hasil peneliti didapatkan persentase
dalam jumlah kecil serta merupakan patogen yang lebih besar.
utama dalam grup ini. P. aeruginosa tersebar Pasien yang dirawat diruang ICU telah
luas di alam dan biasanya ditemukan pada terbukti mempunyai risiko terkena infeksi
lingkungan yang lembab di rumah sakit. nosokomial dengan prevalensi sebesar 30%.
Bakteri ini, jika masuk melalui kateter dan Ancaman infeksi nosokomial di ruang ICU 5-10
peralatan atau larutan irigasi menyebabkan kali lebih tinggi dari yang didapat di bangsal
infeksi saluran kemih.12 bedah.13 Hal ini terjadi karena ICU
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

terkontaminasi oleh bakteri dan mikroba lain, pula ditemukan nutrisi yang kurang sehingga
sementara pasien di ICU seringkali dalam lebih menurunkan respons selular seperti
keadaan imunocompromise, mendapat proliferasi limfosit, sintesis sitokin, dan juga
tindakan dan monitoring secara invasive, dan respon antibodi. Selain itu, kerap kali hygiene
seringnya kontak antara staf rumah sakit dan dan sanitasi penderita dalam merawat
pasien menyebabkan munculnya infeksi kebersihan kateter yang buruk dapat pula
nosokomial. Tingginya penggunaan antibiotik meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
juga menyebabkan resistensi, yang akan Pemasangan kateter dan lamanya
menyulitkan terapi dan mempermudah dipasang sangat mempengaruhi kejadian:
penyebaran infeksi.14 Pasien ICU sering dipasang 1 kali menyebabkan infeksi 1,7% dan
mendapatkan antibiotika spektrum luas intermitten 3,5%. Bila kateter dipasang selama
sehingga rentan terhadap infeksi oleh 2 hari, infeksi dapat terjadi 15% dan bila
mikroorganisme resisten seperti dipasang selama 10 hari menjadi 50%.5
Pseudomonas, Acinetobakter, dan MRSA.11 Tindakan pencegahan untuk
Infeksi saluran kemih merupakan mencegah infeksi nosokomial di ICU dengan
infeksi nosokomial yang sering terjadi. lebihmemperhatikan kebersihan tangan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, ISK sebelum dan sesudah kontak dengan pasien,
merupakan 40% dari seluruh infeksi higienitas perangkat pernapasan, dan teknik
nosokomial dan dilaporkan 80% terjadi aseptik selama pemasangan kateter. 13 Serta
sesudah instrumentasi, terutama oleh diperlukan upaya pembersihan yang lebih
kateterisasi.5 Upaya pencegahan infeksi menjamin terciptanya suasana aseptik di
nosokomial pada tindakan pemasangan daerah sekitar lubang uretra sebelum maupun
kateter hanya ditumpukan pada ketaatan cara selama kateter dipasang.15
pemasangan kateter dengan prosedur tetap Penelitian yang telah dilakukan dari
(protap) yang berlaku. Disamping itu, sampel pasien ISK, didapatkan hasil antibiotika
pemasangan kateter umumnya tidak dengan sensitivitas dari yang paling tinggi ke
dikerjakan di dalam ruangan khusus dengan paling rendah yaitu Amoxicilin, Gentamicin,
udara yang terjamin kebersihannya disertai Chloramphenicol, Ciprofloxacin, dan
petugas kesehatan yang terjamin Cefotaxim. Dilaporkan antibiotika yang sering
higienitasnya.15 digunakan di ICU RSUD Dr. H, Abdul Moeloek
Hasil penelitian dipatkan 6 dari 17 yaitu Meropenem dari golongan beta laktam,
pasien yang menggunakan kateter terkena ISK. Amikasin dari golongan aminoglikosida,
Dari 6 pasien ISK, 5 berjenis kelamin Cefoperazone Sulbactam yaitu gabungan
perempuan dan 1 berjenis kelamin laki-laki. Cefoperazone dari golongan sefalosporin dan
Pasien tersebut rata-rata menderita penyakit Sulbactam turunan dari inti penicillin.
yang berat dan merupakan pasien rawat inap Antibiotika yang digunakan merupakan
yang sudah lama. Hal ini sesuai dengan teori, spektrum luas dengan pemakaian secara
yaitu pasien yang berisiko tinggi terhadap parenteral.
infeksi nosokomial saluran kemih yaitu pasien Antibiotika yang digunakan pada
dengan karakteristik jenis kelamin perempuan, penelitian ini berasal dari lima golongan yang
usia tua,kateterisasi berkepanjangan > 6 hari, berbeda, yaitu kuinolon, penisilin, fenikol,
infeksi lain, diabetes, malnutrisi, azotemia sefalosporin, dan aminoglikosida. Dari
(kreatinin > 2,0 mg/dL), berbaring lama, golongan kuinolon yaitu Ciprofloxacin,
pengguna obat imunosupresan dan steroid, golongan penisilin yaitu Amoxicilin, golongan
dan lain-lain. Ketika seseorang bertambah tua, fenikol yaitu Chloramphenicol, golongan
pertahanan mereka terhadap organisme asing sefalosporin yaitu Cefotaxime, dan golongan
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih aminoglikosida yaitu Gentamicin.
rentan untuk menderita berbagai penyakit Golongan kuinolon merupakan analog
seperti kanker dan infeksi. Tubuh juga akan sintesis asam nalidiksat. Fluorokuinolon
kehilangan kemampuan untuk meningkatkan menghambat banyak jenis bakteri, meskipun
responnya terhadap sel asing, terutama bila spektrum aktivitasnya bervariasi dari satu obat
menghadapi infeksi. Pada usia lanjut sering ke obat lain. Selama terapi fluorokuinolon,
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

telah dilaporkan munculnya resistensi pada generasi ketiga. Sefalosporin generasi ketiga
Pseudomonas, Staflokok, dan patogen memiliki aktivitas yang lebih rendah terhadap
lainnya. Fluorokuinolon umumnya efektif kokus gram positif, kecuali untuk S.
untuk infeksi saluran kemih dan beberapa pneumoniae. Enterokok secara intrinsik
bermanfaat untuk prostatitis. Kuinolon terbagi resisten terhadap sefalosporin dan sering kali
menjadi empat generasi. Ciprofolaxin adalah menyebabkan superinfeksi pada pemberian
kuinolon generasi kedua serta aktivitasnya sefalosporin. Kebanyakan sefalosporin
kuat pada bakteri gram negatif dan sedang generasi ketiga aktif terhadap staflokok.
pada bakteri gram positif.12 Dari penelitian ini Keuntungan utama obat golongan sefalosporin
didapatkan hasil Ciprofloxacin masih sensitif generasi ketiga adalah aktivitasnya yang
digunakan pada bakteri Escerichia coli, meningkat terhadap batang gram negatif, dan
Pseudomonas sp, Staphylococcus aureus, dan sangat bermanfaat dalam terapi bakteremia
Klebsiella sp. Hal ini sesuai dengan penelitian gram negatif nosokomial.12
Refdanita (2004) bahwa Escerichia coli, Pada penelitian ini didapatkan hasil
Pseudomonas sp, dan Klebsiella sp memiliki Cefotaxim masih sensitif terhadap bakteri
sensitivitas yang cukup tinggi terhadap Escerichia coli, Pseudomonas sp, dan Klebsiella
Ciprofloxacin.9 sp. Pada penelitian Adisasmito (2006) di ICU
Golongan penisilin berasal dari jamur anak RSAB Harapan Kita penggunaan
bergenus Penicillium dan diperoleh melalui Cefotaxime di ICU cukup besar. Paparan
ekstraksi kultur yang direndam dari media antibiotik terutama sefalosporin generasi
khusus. Semua penisilin memiliki struktur ketiga dan sulbactam, akan memacu produksi
dasar yang sama. Penisilin yang penting secara β-laktamase. Beberapa penelitian
klinis dibagi menjadi empat kelompok utama, menganjurkan menghindari sefalosporin
Amoxicilin adalah kelompok yang relatif stabil generasi ketiga (kecuali ceftazidime untuk P.
terhadap asam lambung dan cocok diberikan aeruginosa) untuk infeksi berat oleh
peroral.12 Pada penelitian ini didapatkan Enterobacter sp.16 Di ICU RSUD Dr. H. Abdul
bahwa Amoxicilin masih sensitif untuk hampir Moeloek dilaporkan terdapat penggunaan
semua bakteri, kecuali Proteus vulgaris. Hal ini Cefoperazone yang tinggi dan merupakan
berbeda dengan penelitian Endriani (2010) golongan sefalosporin generasi ketiga. Hal ini
yang menunjukkan resistensi yang tinggi membuat rendahnya sensitivitas bakteri
terhadap Amoxicilin. Perbedaan dapat terjadi terhadap Cefotaxime.
karena banyaknya penggunaan Amoxicilin di Golongan aminoglikosida merupakan
tengah masyarakat berbeda dari satu daerah sekelompok obat yang memiliki kesamaan
ke daerah lainnya.10 sifat kimiawi, antimikroba, farmakologis, dan
Golongan fenikol, Chloramphenicol toksik. Semua obat menghambat sintesis
merupakan inhibitor poten sintesis protein protein bakteri dengan cara berlekatan dan
pada mikroorganisme. Chloramphenicol juga menghambat fungsi dari subunit 30S
memiliki sifat utama untuk bakteriostatik dan ribosom bakteri. Salah satu obat golongan
dapat menghambat pertumbuhan bakteri aminoglikosida yaitu Gentamicin, bersifat
gram positif dan gram negatif. Saat ini bakterisidal bagi banyak bakteri gram positif
Chloramphenicol tidak lagi menjadi pilihan dan gram negatif, termasuk banyak galur
infeksi apapun karena beberapa efek Proteus, Serratia, dan Pseudomonas.
sampingnya sehingga penggunaan dibatasi Gentamicin tidak efektif terhadap streptokok
pada infeksi yang berdasarkan pemeriksaan dan Bacteroides (Brooks & Carroll, 2012). Dari
laboratorium. Dari hasil penelitian didapatkan penelitian ini didapatkan hasil Gentamicin
semua bakteri masih memperlihatkan merupakan antibiotika yang memperlihatkan
persentase sensitivitas yang cukup tinggi.12 tingkat sensitivitas yang tinggi pada semua
Golongan sefalosporin mempunyai bakteri yang di uji. Hal ini hampir sama seperti
mekanisme kerja yang analog dengan hasil penelitian Hamdiyati (2016) yang
mekanisme kerja penisilin. Kelompok- menunjukan resistensi sebanyak 0% pada
kelompok utama sefalosporin terbagi menjadi bakteri Escerichia coli dan K. pneumoniae
empat generasi, Cefotaxime merupakan terhadap Gentamicin.14
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Selective pressure dari pemberian 2. Salawati L. 2012. Pengendalian Infeksi


antibiotik tidak adekuat merupakan faktor Nosokomial di Ruang Intensive Care Unit
penting terhadap kemungkinan timbulnya Rumah sakit. Jurnal Kedokteran Syiah
resistensi bakteri. Bagi pasien yang memang Kuala. 12(1): 47-52.
membutuhkan terapi antibiotik, pemberian 3. Taslim E, Maskoen T. 2016. Pola Kuman
antibiotik empiris yang adekuat harus Terbanyak Sebagai Agen Penyebab
diberikan secepatnya, terutama sebelum Infeksi di Intensive Care Unit pada
terjadi sepsis berat dan untuk memperbaiki Beberapa Rumah Sakit di Indonesia.
prognosis. Pemeriksaan sediaan gram Anesthesia & Clinical Care. 34(1): 56-62.
merupakan salah satu bahan pertimbangan 4. Tjietjen L, Bossemeyer D, McIntosh N.
klinisi untuk menetapkan antibiotik empiris. 2004. Panduan Pencegahan Infeksi untuk
Reassessment dilakukan 72 jam setelah terapi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan
antibiotik empiris. Pada terapi defnitif, Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan
spektrum antibiotik harus dipersempit atau Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
dihentikan tergantung perkembangan klinis 5. Putri R, Armiyati Y, Supriyono M. 2012.
dan hasil biakan, untuk menghindari Faktor-faktor yang Berpengaruh
peningkatan resistensi antibiotik.16 Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Kemih
pada Pasien Ruang Rawat Inap Usia 20
SIMPULAN Tahun ke Atas dengan Kateter Menetap
Berdasarkan hasil penelitian ini, di RSUD Tugurejo Semarang. hlm: 1-8.
didapatkan simpulan sebagai berikut: 6. Indrawan D. 2015. Prevalensi Infeksi
Saluran Kemih pada Pasien Pengguna
1. Bakteri yang ditemukan pada urin Kateter yang Dirawat di Ruang Rawat
pengguna kateter pasien ruang rawat Inap RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek antara Lampung. Fakultas Kedokteran
lain bakteri gram negatif yaituEscerichia Universitas Lampung.
coli, Pseudomonas sp, Klebsiella sp, Proteus 7. Rambiko SC, Fatimawali, Widdhi B. 2016.
vulgaris, dan bakteri gram positif yaitu Uji Sensitivitas Bakteri Penyebab Infeksi
Staphylococcus aureus dan Staphylococcus Nosokomial Saluran Kemih Akibat
epidermidis. Penggunaan Kateter Terhadap Antibiotik
2. Didapatkan 6 dari 17 sampel urin terkena Ampicillin, Amoxicillin dan Ciprofloxacin
infeksi nosokomial saluran kemih dengan di RSUP Prof. dr. R.D Kandou Manado.
persentase bakteri Escerichia coli sebanyak Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT. 5(1): 1-7.
33%, Pseudomonas sp sebanyak 33%, 8. Samuel A, Warganegara E. 2012. Pola
Staphylococcus aureus sebanyak 17%, dan Resistensi Bakteri Aerob Penyebab
Staphylococcus epidermidis sebanyak 17%. Infeksi Luka Operasi Terhadap Antibiotik
3. Uji kepekaan bakteri didapatkan hasil di Ruang Rawat Inap Bagian Bedah dan
antibiotika sensitif dari yang paling tinggi ke Kebidanan RSUD. DR. H. Abdul Moeloek
paling rendah yaitu Amoxicilin, Gentamicin, Bandar Lampung. 1(1): 21-34
Chlorampenicol, Ciprofloxacin, dan 9. Refdanita, Maksum R, Nurgani A, Endang
Cefotaxim. P. 2004. Pola Kepekaan Kuman Terhadap
Antibiotika di Ruang Rawat Intensif
Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Tahun
DAFTAR PUSTAKA 2001-2002. FMIPA Universitas Indonesia.
8(2): 41-8.
10. Endriani R, Andrini F, Alfna D. 2010. Pola
1. Widodo D, Ronald I. 2012. Infeksi Resistensi Bakteri Penyebab Infeksi
Nosokomial. Dalam: Sudoyo, Aru W. dkk, Saluran Kemih (ISK) terhadap Antibakteri
Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam di Pekanbaru. Pekanbaru: Jurnal Natur
Jilid 1 Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing Indonesia. 12(2): 130-135.
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 11. Pradhan NP, BhatSM, GhadageDP. 2014.
hlm: 682-87. Nosocomial Infections in The Medical
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

ICU: A Retrospective Study Highlighting


Their Prevalence, Mikrobiological Profle
and Impact on ICU Stay and Mortality.
Journal of The Association of Physicians
of India. 62: 18-21.
12. Brooks G, Carroll K. Bakteriologi. Dalam:
Jawetz., Melnick., Adelberg. 2012.
Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25.
Jakarta: EGC. hlm: 362.
13. Kujur S, Lakra. 2015. Incidence of
Nosocomial Infection in Intensive Care
Unit: An Experience at A Teaching
Hospital. Journal of Evolution of Medical
and Dental Sciences. 4:10367-73.
14. Hamdiyati R, Pinatih KJP, Fatmawati NND.
2016. Pola Mikroba Pasien yang Dirawat
di Intensive Care Unit (ICU) Serta
Kepekaannya terhadap Antibiotik di
RSUP Sanglah Denpasar Bali Agustus-
Oktober 2013. Bali: E-Jurnal Medika.
5(4): 1-6.
15. Djunaedi D. 2006. Jenis Bakteri dan
Sensitivitas Antibiotik pada Kasus Infeksi
Nosokomial Akibat Pemasangan Kateter
RSSA Malang November 2000 - Maret
2001. Sie Tropik Infeksi Laboratorium
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang. 22(3): 97-
100.
16. Adisasmito AW, Tumbelaka AR. 2006.
Penggunaan Antibiotik Khususnya pada
Infeksi Bakteri Gram Negatif di ICU Anak
RSAB Harapan Kita. Jakarta: Saripediatri.
8(2): 127-134.

Anda mungkin juga menyukai