Judul : Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Korespondensi Penulis :
Nama : Stevi Erhadestria, S.Ked
Alamat Lengkap : Jalan Bumimanti 4, Kampungbaru, Bandar Lampung
Telepon : 081297969787
E-mail : stevi.erhadestria@gmail.com
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien
Ruang Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Stevi Erhadestria
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Latar belakang: ISK (Infeksi Saluran Kemih) merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling sering terjadi dan dilaporkan
80% ISK terutama terjadi sesudah kateterisasi. Kejadian infeksi nosokomial 2-5 kali lebih tinggi terjadi di ruang rawat intensif,
hal ini membuat tingginya penggunaan antibiotika sebagai terapi dan proflaksis dari berbagai patogen yang mungkin
menginfeksi. Sehingga diperlukan uji kepekaan agar pasien mendapatkan terapi antibiotika yang tepat.
Tujuan: Untuk mengetahui hasil uji kepekaan bakteri yang diisolasi dari urin pengguna kateter pasien ruang rawat intensif
RSUD Dr.H.Abdul Moeloek.
Metode:Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan consecutive sampling. Sampel dalam penelitian
ini adalah pasien yang menggunakan kateter di ruang rawat intensif sebanyak 17 sampel. Kemudian sampel dilakukan
penghitungan jumlah bakteri, uji kultur, dan uji kepekaan bakteri.
Hasil: Hasil penelitian dari uji kultur pengguna urin kateter didapatkan bakteri gram negatif yaitu Escerichia coli
danPseudomonas sp serta bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis. Uji
penghitungan jumlah bakteri didapatkan >10 5 CFU/ml sebanyak 36,3%. Dari uji kepekaan bakteri didapatkan hasil antibiotika
sensitif dari yang paling tinggi ke paling rendah yaitu Amoxicilin, Gentamicin, Chloramphenicol, Ciprofloxacin, dan Cefotaxim.
Kesimpulan: Persentase infeksi nosokomial saluran kemih sebanyak 36,3%. Didapatkan bakteri penyebab ISK paling sensitif
terhadap Amoxicilin.
Abstract
Background:UTI (Urinary Tract Infection) is a type of nosocomial infections that occurred most often and reportedly 80% of
UTI especially occurred after catheterization. The incidence of nosocomial infections occur 2-5 times higher in the intensive
care unit, which makes high use of antibiotics for the treatment and prophylaxis tovarious pathogens that may infect.
Therefore susceptibility test needs to be performed in order to give the right antibiotics to patients.
Objective: To determine the susceptibility test results of isolated bacteria from patients using urinary catheter at intensive
care unit RSUD Dr.H.Abdul Moeloek.
Methods:This research uses descriptive method with consecutive sampling approach. The sample in this study are patients
using catheter in the intensive care unit, as many as 17 samples. Counting the total number of bacteria, culture test, and
susceptibility test of bacteria were done to each sample.
Results:The culture test obtained gram-negative bacteria which are Escerichia coli andPseudomonas sp also gram-positive
bacteria which are Staphylococcus aureus and Staphylococcus epidermidis. Counting the total number of bacteria resulted in
>105 CFU/ml as much as 36,3%. The susceptibility test obtained the persentage of sensitive antibiotics from highest to
lowest which are Amoxicilin, Gentamicin, Chloramphenicol, Ciprofloxacin, dan Cefotaxim.
Conclusion: The percentage of urinary tract nosocomial infections is as high as 36,3%. It is also found that the bacteria of
UTIare most sensitive to Amoxicilin.
Desain Penelitian
Desain pada penelitian ini yaitu
deskriptif kategorik untuk mengetahui jenis
bakteri yang terdapat dalam urin pasien
pengguna kateter dan mengetahui antibiotika
yang sensitif
Subyek Penelitian
Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua
pasien yang dirawat di ruang ICU RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandarlampung.
Sampel
Sampel penelitian adalah pasien pengguna
kateter yang ada di ruang ICU RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandarlampung. Sampel dipiih
menggunakan teknik consecutive sampling,
dan jumlah sampel sebanyak 17 orang
ditentukan menggunakan rumus Lemeshow. Gambar 1. Alur penelitian
17%, dan Staphylococcus aureus sebanyak Selain bakteri gram negatif, bakteri
17%. gram positif juga dapat menyebabkan infeksi
Penelitian yang dilakukan Endriani nosokomial saluran kemih, terutama dari
(2010) didapatkan hasil yang tidak jauh genus Staphylococcus. Tiga spesies yang paling
berbeda. Pada penelitian tersebut didapatkan sering dijumpai yang mempunyai kepentingan
bakteri penyebab ISK yaitu Escerichia klinis adalah Staphylococcus aureus,
colisebanyak 28%, Klebsiella spsebanyak 26%, Staphylococcus epidermidis, dan
Pseudomonas spsebanyak 18%, Staphylococcus saprophyticus. Pembeda S.
Staphylococcus epidermidis sebanyak 10%, aureus dari spesies lain yaitu bakteri ini
Staphylococcus aureus sebanyak 8%, bersifat koagulase positif, dan merupakan
Streptococcus sp sebanyak 6%, Enterobacter patogen utama untuk manusia. Sekitar 75%
sp sebanyak 2%, dan Proteus sp sebanyak infeksi dari Staflokok disebabkan oleh
2%.10 koagulase negatif, yaitu S. epidermidis.
Pada penelitian lain yang dilakukan Staflokok koagulase negatif merupakan flora
Pradhan (2014), bakteri yang ditemukan yaitu normal manusia dan kadang-kadang
Pseudomonassebanyak 38,4%, Escerichia menyebabkan infeksi, terutama pada pasien-
coli23,1%, Citrobacter sebanyak 15,4%, pasien yang berusia sangat muda, tua, dan
Klebsiellasebanyak 7,7%, Acinetobacter luluh imun.12
sebanyak 7,7%, dan Candida sebanyak 7,7%. Patogenitas bakteri ini terutama
Hasil penelitian Pradhan berbeda dengan disebabkan kemampuannya untuk melakukan
penelitian ini karena bakteri yang paling implantasi pada alat-alat medis seperti kateter
banyak ditemukan yaitu Pseudomonas, dan urin, kateter vena sentral, alat-alat ortopedi,
yang membedakan adalah ditemukannya dan lensa kontak. Staphylococcus aureus
Citrobacter, Acinetobacter, dan Candida.Dari adalah bakteri yang paling banyak
beberapa hasil penelitian diatas dapat menyebabkan infeksi nosokomial dengan
diketahui bahwa bakteri penyebab ISK dari persentase sebesar 34%.6
pengguna kateter tidak selalu sama. Dari hasil penelitian didapatkan
Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa persentase infeksi nosokomial saluran kemih
faktor antara lain lokasi penelitian, kondisi dari urin pengguna kateter ruang rawat
ruangan, lingkungan, dan udara berbeda. 6,11 intensif RSUD DR. H. Abdul Moeloek sebanyak
Bakteri Escerichia coli adalah flora 36,3%. Sebelumnya telah dilakukan penelitian
normal usus manusia, bakteri ini akan menjadi oleh Indrawan (2015) pada pasien pengguna
patogen jika berada di luar saluran usus kateter di ruang rawat inap kelas I, II, dan III
manusia.6 Escerichia colimenjadi penyebab RSUD DR. H. Abdul Moeloek masing-masing
sekitar 90% infeksi pertama saluran kemih hasilnya sebanyak 20%, 50%, dan 70%
pada perempuan muda. Bakteri ini merupakan mengalami ISK. Jika dibandingkan, pasien
bakteri yang paling mudah berkembang biak di ruang rawat intensif memiliki persentase lebih
urin dan berbahaya karena merupakan bakteri tinggi dari pasien ruang rawat inap kelas I
yang paling umum menyebabkan infeksi tetapi memiliki persentase lebih rendah dari
saluran kemih.12 pasien ruang rawat inap kelas II dan III. Hasil
Bakteri gram negatif penyebab infeksi penelitian Hasibuan (2007) pada kelompok
nosokomial saluran kemih lain yang ditemukan ruang rawat intensif yang mengalami ISK pasca
pada penelitian ini yaitu Pseudomonas sp. penggunaan kateter hari keempat sebanyak
Pseudomonas aeruginosa sering terdapat 15%. Dibandingkan dengan penelitian
pada flora normal usus dan kulit manusia tersebut, hasil peneliti didapatkan persentase
dalam jumlah kecil serta merupakan patogen yang lebih besar.
utama dalam grup ini. P. aeruginosa tersebar Pasien yang dirawat diruang ICU telah
luas di alam dan biasanya ditemukan pada terbukti mempunyai risiko terkena infeksi
lingkungan yang lembab di rumah sakit. nosokomial dengan prevalensi sebesar 30%.
Bakteri ini, jika masuk melalui kateter dan Ancaman infeksi nosokomial di ruang ICU 5-10
peralatan atau larutan irigasi menyebabkan kali lebih tinggi dari yang didapat di bangsal
infeksi saluran kemih.12 bedah.13 Hal ini terjadi karena ICU
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
terkontaminasi oleh bakteri dan mikroba lain, pula ditemukan nutrisi yang kurang sehingga
sementara pasien di ICU seringkali dalam lebih menurunkan respons selular seperti
keadaan imunocompromise, mendapat proliferasi limfosit, sintesis sitokin, dan juga
tindakan dan monitoring secara invasive, dan respon antibodi. Selain itu, kerap kali hygiene
seringnya kontak antara staf rumah sakit dan dan sanitasi penderita dalam merawat
pasien menyebabkan munculnya infeksi kebersihan kateter yang buruk dapat pula
nosokomial. Tingginya penggunaan antibiotik meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
juga menyebabkan resistensi, yang akan Pemasangan kateter dan lamanya
menyulitkan terapi dan mempermudah dipasang sangat mempengaruhi kejadian:
penyebaran infeksi.14 Pasien ICU sering dipasang 1 kali menyebabkan infeksi 1,7% dan
mendapatkan antibiotika spektrum luas intermitten 3,5%. Bila kateter dipasang selama
sehingga rentan terhadap infeksi oleh 2 hari, infeksi dapat terjadi 15% dan bila
mikroorganisme resisten seperti dipasang selama 10 hari menjadi 50%.5
Pseudomonas, Acinetobakter, dan MRSA.11 Tindakan pencegahan untuk
Infeksi saluran kemih merupakan mencegah infeksi nosokomial di ICU dengan
infeksi nosokomial yang sering terjadi. lebihmemperhatikan kebersihan tangan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa, ISK sebelum dan sesudah kontak dengan pasien,
merupakan 40% dari seluruh infeksi higienitas perangkat pernapasan, dan teknik
nosokomial dan dilaporkan 80% terjadi aseptik selama pemasangan kateter. 13 Serta
sesudah instrumentasi, terutama oleh diperlukan upaya pembersihan yang lebih
kateterisasi.5 Upaya pencegahan infeksi menjamin terciptanya suasana aseptik di
nosokomial pada tindakan pemasangan daerah sekitar lubang uretra sebelum maupun
kateter hanya ditumpukan pada ketaatan cara selama kateter dipasang.15
pemasangan kateter dengan prosedur tetap Penelitian yang telah dilakukan dari
(protap) yang berlaku. Disamping itu, sampel pasien ISK, didapatkan hasil antibiotika
pemasangan kateter umumnya tidak dengan sensitivitas dari yang paling tinggi ke
dikerjakan di dalam ruangan khusus dengan paling rendah yaitu Amoxicilin, Gentamicin,
udara yang terjamin kebersihannya disertai Chloramphenicol, Ciprofloxacin, dan
petugas kesehatan yang terjamin Cefotaxim. Dilaporkan antibiotika yang sering
higienitasnya.15 digunakan di ICU RSUD Dr. H, Abdul Moeloek
Hasil penelitian dipatkan 6 dari 17 yaitu Meropenem dari golongan beta laktam,
pasien yang menggunakan kateter terkena ISK. Amikasin dari golongan aminoglikosida,
Dari 6 pasien ISK, 5 berjenis kelamin Cefoperazone Sulbactam yaitu gabungan
perempuan dan 1 berjenis kelamin laki-laki. Cefoperazone dari golongan sefalosporin dan
Pasien tersebut rata-rata menderita penyakit Sulbactam turunan dari inti penicillin.
yang berat dan merupakan pasien rawat inap Antibiotika yang digunakan merupakan
yang sudah lama. Hal ini sesuai dengan teori, spektrum luas dengan pemakaian secara
yaitu pasien yang berisiko tinggi terhadap parenteral.
infeksi nosokomial saluran kemih yaitu pasien Antibiotika yang digunakan pada
dengan karakteristik jenis kelamin perempuan, penelitian ini berasal dari lima golongan yang
usia tua,kateterisasi berkepanjangan > 6 hari, berbeda, yaitu kuinolon, penisilin, fenikol,
infeksi lain, diabetes, malnutrisi, azotemia sefalosporin, dan aminoglikosida. Dari
(kreatinin > 2,0 mg/dL), berbaring lama, golongan kuinolon yaitu Ciprofloxacin,
pengguna obat imunosupresan dan steroid, golongan penisilin yaitu Amoxicilin, golongan
dan lain-lain. Ketika seseorang bertambah tua, fenikol yaitu Chloramphenicol, golongan
pertahanan mereka terhadap organisme asing sefalosporin yaitu Cefotaxime, dan golongan
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih aminoglikosida yaitu Gentamicin.
rentan untuk menderita berbagai penyakit Golongan kuinolon merupakan analog
seperti kanker dan infeksi. Tubuh juga akan sintesis asam nalidiksat. Fluorokuinolon
kehilangan kemampuan untuk meningkatkan menghambat banyak jenis bakteri, meskipun
responnya terhadap sel asing, terutama bila spektrum aktivitasnya bervariasi dari satu obat
menghadapi infeksi. Pada usia lanjut sering ke obat lain. Selama terapi fluorokuinolon,
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
telah dilaporkan munculnya resistensi pada generasi ketiga. Sefalosporin generasi ketiga
Pseudomonas, Staflokok, dan patogen memiliki aktivitas yang lebih rendah terhadap
lainnya. Fluorokuinolon umumnya efektif kokus gram positif, kecuali untuk S.
untuk infeksi saluran kemih dan beberapa pneumoniae. Enterokok secara intrinsik
bermanfaat untuk prostatitis. Kuinolon terbagi resisten terhadap sefalosporin dan sering kali
menjadi empat generasi. Ciprofolaxin adalah menyebabkan superinfeksi pada pemberian
kuinolon generasi kedua serta aktivitasnya sefalosporin. Kebanyakan sefalosporin
kuat pada bakteri gram negatif dan sedang generasi ketiga aktif terhadap staflokok.
pada bakteri gram positif.12 Dari penelitian ini Keuntungan utama obat golongan sefalosporin
didapatkan hasil Ciprofloxacin masih sensitif generasi ketiga adalah aktivitasnya yang
digunakan pada bakteri Escerichia coli, meningkat terhadap batang gram negatif, dan
Pseudomonas sp, Staphylococcus aureus, dan sangat bermanfaat dalam terapi bakteremia
Klebsiella sp. Hal ini sesuai dengan penelitian gram negatif nosokomial.12
Refdanita (2004) bahwa Escerichia coli, Pada penelitian ini didapatkan hasil
Pseudomonas sp, dan Klebsiella sp memiliki Cefotaxim masih sensitif terhadap bakteri
sensitivitas yang cukup tinggi terhadap Escerichia coli, Pseudomonas sp, dan Klebsiella
Ciprofloxacin.9 sp. Pada penelitian Adisasmito (2006) di ICU
Golongan penisilin berasal dari jamur anak RSAB Harapan Kita penggunaan
bergenus Penicillium dan diperoleh melalui Cefotaxime di ICU cukup besar. Paparan
ekstraksi kultur yang direndam dari media antibiotik terutama sefalosporin generasi
khusus. Semua penisilin memiliki struktur ketiga dan sulbactam, akan memacu produksi
dasar yang sama. Penisilin yang penting secara β-laktamase. Beberapa penelitian
klinis dibagi menjadi empat kelompok utama, menganjurkan menghindari sefalosporin
Amoxicilin adalah kelompok yang relatif stabil generasi ketiga (kecuali ceftazidime untuk P.
terhadap asam lambung dan cocok diberikan aeruginosa) untuk infeksi berat oleh
peroral.12 Pada penelitian ini didapatkan Enterobacter sp.16 Di ICU RSUD Dr. H. Abdul
bahwa Amoxicilin masih sensitif untuk hampir Moeloek dilaporkan terdapat penggunaan
semua bakteri, kecuali Proteus vulgaris. Hal ini Cefoperazone yang tinggi dan merupakan
berbeda dengan penelitian Endriani (2010) golongan sefalosporin generasi ketiga. Hal ini
yang menunjukkan resistensi yang tinggi membuat rendahnya sensitivitas bakteri
terhadap Amoxicilin. Perbedaan dapat terjadi terhadap Cefotaxime.
karena banyaknya penggunaan Amoxicilin di Golongan aminoglikosida merupakan
tengah masyarakat berbeda dari satu daerah sekelompok obat yang memiliki kesamaan
ke daerah lainnya.10 sifat kimiawi, antimikroba, farmakologis, dan
Golongan fenikol, Chloramphenicol toksik. Semua obat menghambat sintesis
merupakan inhibitor poten sintesis protein protein bakteri dengan cara berlekatan dan
pada mikroorganisme. Chloramphenicol juga menghambat fungsi dari subunit 30S
memiliki sifat utama untuk bakteriostatik dan ribosom bakteri. Salah satu obat golongan
dapat menghambat pertumbuhan bakteri aminoglikosida yaitu Gentamicin, bersifat
gram positif dan gram negatif. Saat ini bakterisidal bagi banyak bakteri gram positif
Chloramphenicol tidak lagi menjadi pilihan dan gram negatif, termasuk banyak galur
infeksi apapun karena beberapa efek Proteus, Serratia, dan Pseudomonas.
sampingnya sehingga penggunaan dibatasi Gentamicin tidak efektif terhadap streptokok
pada infeksi yang berdasarkan pemeriksaan dan Bacteroides (Brooks & Carroll, 2012). Dari
laboratorium. Dari hasil penelitian didapatkan penelitian ini didapatkan hasil Gentamicin
semua bakteri masih memperlihatkan merupakan antibiotika yang memperlihatkan
persentase sensitivitas yang cukup tinggi.12 tingkat sensitivitas yang tinggi pada semua
Golongan sefalosporin mempunyai bakteri yang di uji. Hal ini hampir sama seperti
mekanisme kerja yang analog dengan hasil penelitian Hamdiyati (2016) yang
mekanisme kerja penisilin. Kelompok- menunjukan resistensi sebanyak 0% pada
kelompok utama sefalosporin terbagi menjadi bakteri Escerichia coli dan K. pneumoniae
empat generasi, Cefotaxime merupakan terhadap Gentamicin.14
Stevi Erhadestria | Uji Kepekaan Bakteri yang Diisolasi dari Urin Pengguna Kateter Pasien Ruang
Rawat Intensif RSUD Dr. H. Abdul Moeloek