Anda di halaman 1dari 2

Cinta dan Solidaritas untuk Pengembangan

December 20, 2014

FIFA selalu bangun sepakbola berbasis fair play dan solidaritas. Hal ini diwujudkan dengan
penerapan aturan “FIFA Training Compensation & Solidarity Mechanism” yang berbunyi

“Kompenasi latihan harus dibayarkan pada klub pembina saat (1) Pemain menandatangani
kontrak profesional pertamanya, (2) Setiap pemain berpindah klub profesional sampai
dengan musim pemain berulang tahun ke-23. Pembayaran dilakukan pada saat kontrak
atau perpindahan berlangsung”.

Pertama kali pahami aturan ini, pikiran langsung menerawang jauh ke SSB Tulehu di Tanah
Maluku. Inilah SSB pencetak pemain pro terhebat di tanah air. Dari jaman Khairil Anwar
dan Imran Nahumarury, hingga kini era Manahati, Ramdani Lestaluhu dan masih banyak
lagi.

Bila aturan FIFA ini ditegakkan, SSB Tulehu akan menjadi SSB kaya dan maju fasilitasnya.
Tabungan komepensasi latihan selama 1 dekade bisa untuk bangun lapangan, gym atau
bayar pelatih berlisensi tinggi. Sehingga diyakini 5-10 tahun lagi, akan muncul generasi
yang lebih dahsyat dari Manahati Lestusen dkk.

Sayang, itu Cuma khayalan. Klub pro pengguna jasa para pemain SSB Tulehu memang tak
pernah “patuh” bayarkan kompensasi latihan. SSB Tulehu pun harus puas untuk berlatih di
lapangan dan pelatih yang itu-itu saja. Juga fasilitas dan sistem latihan yang gitu-gitu saja.
Alias jalan di tempat!

Semua Jadi Lebih Baik

Aturan kompensasi latihan FIFA sederhana, namun punya dampak magis pada semua
pihak. Untuk ssb/akademi, maupun pada klub profesional. Dampak positif pada
ssb/akademi dan klub pro berefek domino bagi pemain serta kompetisi. Ujungnya, muncul
generasi timnas yang kuat!

Dampak positif langsung terjadi pada ssb/akademi. Dengan uang kompensasi latihan,
ssb/akademi bisa tingkatkan sarana prasarana, kepelatihan dan manajemen. Jika dulu
Ramdani Lestaluhu berlatih di lapangan botak dengan bola terkelupas. 5-10 tahun lagi,
adik-adiknya berlatih di lapangan mulus dengan bimbingan kepelatihan mumpuni!

Aturan juga memaksa ssb/akademi untuk perbaiki administrasi. Database pendaftaran dan
paspor pemain dikelola lebih baik, karena administrasi ini yang akan jadi bukti keterlibatan
pembinaan pada seorang pemain. Dampak terspektakuler ialah dijamin ssb/akademi jadi
tidak mengedepankan menang dan gelar juara dalam bina pemain. Untuk apa Piala, kalau
bisa dapat uang besar dari cetak pemain?

Untuk klub pro sendiri, dampak jangka panjangnya adalah pembinaan di ssb/akademi
makin berkualitas. Peningkatan kualitas dipercaya akan produksi pemain berkualitas pula.
Pasokan pemain muda jadi berlimpah (supply), harga pemain jadi murah. Nah, ujungnya
klub pro tetap untung! Kewajiban bayar kompensasi latihan ke ssb/akademi buat klub pro
terangsang bikin akademi sendiri. Kalau bisa bayar kompensasi ke kantong sendiri, kenapa
harus ke pihak lain? Tanpa dipaksa, klub pro dengan senang hati akan buat akademi!

Jalankan!

Pembinaan usia muda di ssb/akademi makin bergairah dan berkualitas. Klub pro juga
makin berkualitas dalam hal kualitas pemain dan manajemen. Tentu saja kompetisi pro kita
juga akan makin kompetitif. Puncak dari semua itu adalah naiknya level kualitas timnas
Indonesia. Siapa yang gak kepingin timnas kita naik level hanya dengan penerapan aturan
sederhana ini?

Mekanismenya pun sederhana, PT Liga cukup cantumkan persyaratan kuitansi


pembayaran kompensasi latihan untuk pendaftaran pemain. Pembayaran kompensasi
pemain harus dibayarkan secara proporsional pada klub pembina dari usia 12-23 tahun.
Jadi misal Persib Bandung daftarkan Dedi Kusnandar tanpa kuitansi pembayaran
kompensasi ke UNI, maka pemain belum dapat dimainkan.

Asosiasi Pemain juga harus mendorong aturan ini ditegakkan. Harus ada edukasi pada
anggota, bukan cuma untuk “menuntut hak”, tapi “tunaikan kewajiban. Perlu diberi sanksi
tegas bagi pemain yang memanipulasi paspor riwayat bermain untuk hindari kewajiban ini.
Kompensasi latihan dibuat FIFA agar insan sepakbola memiliki cinta dan solidaritas pada
pengembangan sepakbola. Pertanyaannya, masih adakah cinta dan solidaritas itu?

@ganeshaputera

Tulisan asli dimuat di Harian BOLA - 15/12/14

Anda mungkin juga menyukai