Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDUHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, danmenginformasika hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem
ini seringkalimerupakan bagian sistem organ yangterbesar yangmencakup kulit, ra
mbut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir).
Kata ini berasal dari bahasa Latin"integumentum", yang berarti "penutup".Secara
ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat diluar jaringayang terdapat
pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, kulit merupaka
n organ yang paling luas permukaan yang membungkus seluruh bagian luar tubuh
sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.Cahaya
matahari mengandung sinar ultra violet dan melindungi terhadap
mikroorganismeserta menjaga keseimbangan tubuh. misanya menjadi pucat,
kekuning-kunigan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat.Ganguan psikis
juga dapat mengakibatkan kelainan atau perubahan pada kulit misanya karnastres,
ketakutan, dan keadaan marah akan mengakibatkan perubahan pada kulit wajah.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu agar:
1. Mahasiswa memahami pengertian integument dan system immune.
2. Mahasiswa memahami perspektif keperawatan integument dan system
immune .
3. Mahasiswa memahami falsafah serta ruang lingkup keperawatan
integument dan system immune.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kulit merupakan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak
terujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Luas kulit orang
dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan. Secara mikroskopis
struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:
1. Lapisan epidermis
Lapisan paling atas dari kulit, tidak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
Sel mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan dibawahnya. Bagian
terluar terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granolusum,
stratum spinosum, dan stratum basale.
2. Lapisan dermis
a. Pars papilare, bagian yang menonjol ke epidermis. Berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis.
b. Pars retikulare, bagian bawah yang menonjol ke arah subkutis. Terdiri atas
serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
3. Lapisan subkutis
Bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh, dan tempat
penyimpanan energi.

Fungsi Kulit
a. Fungsi proteksi
Melindungi tubuh dari trauma, benteng pertahanan terhadap gangguan kimiawi
bakteri, virus, dan jamur.
b. Fungsi absorpsi
Sifat permiabel-selektif, kulit menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan
zat yang larut dalam lemak, sedangkan air dan elektrolit sukar masuk melalui
kulit.

2
c. Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan sisa metabolisme dalam bentuk sebum dan
keringat. Sebum dan keringat dapat merangsang pertumbuhan bakteri pada
permukaan kulit.
d. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis yang
peka terhadap rangsangan panas , dingin, rabaan,dan tekanan.
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kemampuan vasokonstriksi pada suhu dingin sehingga meningkatkan suhu
tubuh, kemampuan vasodilatasi pada suhu panas sehingga menurunkan suhu,
serta kemampuan termorigulasi melalui evaporasi atau berkeringat.
f. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen di sebut melanosit. Dengan bantuan sinar matahari dan
beberapa enzim dalam tubuh, melanosit akan di ubah menjadi melonosom,
selanjutnya di ubah lagi menjadi melanin. Jumlah melanin inilah yang akan
menentukan warna kulit seseorang.
g. Fungsi pembentukan vitamin D
Dihidroksi kolestrol dapat terjadi dengan pertolongan sinar matahari sehingga
terbentuk vitamin D.

GANGGUAN SISTEM INTEGUMENT


Efek Psikologis Masalah Kulit
Apabila kulit mengalami kelainan atau timbul penyakit pada kulit, akan
terjadi perubahan penampilan. Perubahan penampilan tersebut dapat
menimbulkan reaksi psikologis. Sebagian besar klien dengan masalah kulit
memiliki perasaan yang lebih sensitive sehingga timbul perasaan kurang dihargai,
rendah diri, dianggap jijik dan perasaan dikucilkan. Ketika hal itu terjadi, perawat
tidak boleh memperlihatkan gerakan nonverbal maupun verbal yang negative.
Masalah Utama Kulit
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Di antaranya
adalah faktor kebersihan, daya tahan tubuh (imunitas), kebiasaan, atau perilaku
sehari-hari (makanan, pergaulan, atau pola hubungan) seksual, faktor fisik, bahan

3
kimia, mikrobiologi, serta faktor lingkungan. Banyak klien dengan masalah
penyakit kulit lebih senang berobat jalan dan dirawat dirumah, karena merasa tdak
bermasalah secara klinis, dan baru mau menjalani perawatan dirumah sakit jika
kondisi penyakitnya sudah parah. Ini perlu diperhatikan oleh perawat maupun
klien menjalani peawatan dirumah. Klien perlu dibekali dengan pengetahuan
tentang proses penyakit., cara perawatan lesi, prosedur pengobatan, maupun pola
hidupnya. Hal ini perlu dilakukan agar penyakit klien tidak menjadi kronis dan
klien dapat berobat secara tuntas sehingga tidak menulari angota keluarga atau
orang lain.

PENCEGAHAN GANGGUAN KULIT


Untuk mencegah gangguan kulit tindakan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Mempertahankan kulit sehat.
a. Hindari penggunaan sabun, deterjen, atau bahan allergen yang dapat
menimbulkan iritasi.
b. Pertahankan kulit cukup hidrasi, gunakan krim pada daerah yang kering,
dan jangan terus-menerus menggunakan tatarias yang tebal.
c. Cegah menggaruk kulit yang keras dan kasar.
d. Keringkan daerah yang selalu lembab.
e. Pakai pakaian yang longgar dan dapat menyerap keringat pada hari-hari
yang panas.
2. Menghindari bahan penyebab penyakit kulit:
a. Menghindari bahan-bahan yang merusak kulit pada kebanyakan orang.
Contohnya sinar matahari yang terik, sebaiknya gunakan payung untuk
melindungi kulit.
b. Mencegah bahan spesifik yang diketahui merusak kulit atau menimbulkan
alergi untuk orang tertentu (mis, bahan-bahan kosmetik).
c. Gunakan krim tabir surya.
3. Observasi perubahan kulit:
a. Amati kulit secara keseluruhan dan sering. Gunakan cermin untuk melihat
seluruh tubuh.

4
b. Catat dan konsultasikan perubahan warna, ukuran, dan keadaan cedera kulit
yang sudah ada.
4. Hindari terapi sendiri:
a. Jangan gunakan resep lama pada cedera kulit baru atau lesi yang lain, serta
jangan gunakan obat yang tidak diketahui secara pasti kegunaannya.
b. Segera dapatkan nasihat medis atau kunjungi tempat pelayanan kesehatan
bila terjadi gangguan kulit (Long, 1996).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Biopsi kulit. Mengambil contoh jaringan dari kulit yang terdapat lesi.
Apabila jaringan yang diambil cukup dalam, kita perlu menggunakan anestesi
local. Digunakan untuk menentukan ada keganasan atau infeksi yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur.
Uji kultur dan sensitivitas. Untuk mengetahui adanya virus, bakteri, atau
jamur pada kulit yang diduga mengalami kelainan. Uji ini juga digunakan untuk
mengetahui mikroorganisme tersebut resisten terhadap obat-obatan tertentu. Cara
pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat yang
terdapat pada permukaan lesi. Alat yang digunakan untuk mengambil eksudat
harus steril.
Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus. Mempersiapkan
lingkungan pemeriksaan dengan pencahayaan khusus sesuai dengan kasus yang
dihadapi. Hindari ruangan pemeriksaan yang menggunakan lampu berwarna-
warni karena hal ini akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pada kasus tertentu,
pencahayaan dengan menggunakan sinar matahari (sinar untraviolet) justru sangat
membantu dalam menentukan jenis lesi kulit.
Uji temple. Dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan faktor imunologis, juga untuk
mengidentifikasi respon alerginya. Misalnya, untuk membedakan apakah klien
menderita dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan. Uji ini
menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit. Selanjutnya, kita lihat
bagaimana reaksi local yang ditibulkan. Apabila ditemukan kelainan atau ada
perubahan pada kulit, hasil uji ini positif.

5
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
INTEGUMEN DAN SYSTEM IMUNNE

A. Pengkajian
Anamnesis
- Tanggal dan waktu pengkajian
- Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka prevelensi), jenis kelamin,
pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan factor
pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi]).
- Riwayat kesehatan: meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit
dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan.
Menurut Bursaids (1998), disamping menggali keluhan-keluhan diatas,
anamnesis harus menyelidiki 7 ciri lesi kulit yang membantu anda membuat
diagnosis, yaitu :
1. Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu digambar.
2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang
berkaitan.
4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali.
5. Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6. Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan.
7. Efek terpapar sinar matahari.
- Riwayat pengobatan atau terpapar zat: obat apa saja yang pernah
dikonsumsi atau pernahkah klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim.
Terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lain, memakai sabun mandi baru,
minyak wangi atau kosmetik yang baru, terpapar sinar matahari.
- Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: bagaimana pola tidur klien,
lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan
bahan-bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-minuman
keras, olah raga atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).
- Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan

6
Pemeriksaan Kulit
- Peubahan menyeluruh
Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang kesehatan umum klien
dapat diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna kulit.
Turgor kulit umumnya mencerminkan status dehidrasi. Pada klien yang
dehidrasi dan lansia, kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit
mencerminkan hilangnya elastisitas kulit dan keadaan kekurangan air
ekstrasel.
Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena tekstur kulit
dapat berubah-ubah di bawah pengaruh banyak variabel. Jenis tekstur kulit
dapat meliputi kasar, kering atau halus.
Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variabel. Gangguan
pada melanin dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang dapat
menyebabkan kulit menjadi gelap atau lebih terang dari pada kulit yang
lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus albino. Ikterus adalah
warna kulit yang kekuningan yang disebabkan oleh endapan pigmen
empedu didalam kulit, sekunder akibat penyakit hati atau hemolisis sel
darah merah. Sianosis adalah perubahan warna kulit menjadi kebiruan;
paling jelas terlihat pada ujung jari dan bibir. Sianosis ini disebabkan oleh
desiturasi hemoglobin.
Pada teknik palpasi, gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan kulit
dan kelembapannya. Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk
menentukan keadaan teksturnya. Secara normal, tekstur kulit halus, lembut
dan lentur pada anak dan orang dewasa. Kulit telapak tangan dan kaki lebih
tebal, sedangkan kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor dengan mencubit
kulit pada punggung tangan atau lengan bawah lalu lepaskan. Perhatikan
seberapa mudah kulit kembali seperti semula. Normalnya, kulit segera
kembali ke posisi awal . pada area pitting tekan kuat area tersebut selama 5
detik dan lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam millimeter, edema +1
sebanding dengan kedalaman 2 mm, edema +2 sebanding dengan kealaman
4 mm.

7
- Perubahan setempat
Mula-mula, lakukan pemeriksaan secara sepintas ke seluruh tubuh.
Selanjutnya, anjurkan klien untuk membuka pakaiannya dan amati seluruh
tubuh klien dari atas kebawah, kemudian lakukan pemeriksaan yang lebih
teliti dan evaluasi distribusi, susunan, dan jenis lesi kulit. Distribusi lesi dan
komposisi kulit sangat bervariasi dari satu bagian tubuh kebagian tubuh
lainnya. Lesi yang timbul hanya pada daerah tertentu menandakan bahwa
penyakit tersebut berkaitan dengan keistimewaan susunan kulit daerah
tersebut. Pada daerah kulit yang lembab permukaan kulit bergesekan dan
mengalami maserasi dan mudah terinfeksi jamur superficial. Kondisi ini
banyak kita jumpai pada daerah aksila, lipat paha, lipat bokong, dan lipatan
di bawah kelenjar mamae.
Pada daerah kulit yang kaya keratin, seperti siku, lutut, dan kulit kepala,
sering tejadi gangguan keratinisasi. Misalnya psoriasis, yaitu kelainan kulit
pada bagian epidermis yang berbentuk plak bersisik.
Mengenai susunan lesi, tanyakan bagaiman pola lesinya. Lesi kulit dengan
distribusi sepanjang dermatom menunjukan adanya penyakit herpes zoster.
Disini, lesi vesikuler timbul tepat pada daerah distribusi saraf yang
terinfeksi. Linearitas merupakan lesi yang terbentuk garis sepanjang sumbu
panjang suatu anggota tubuh yang mungkin mempunyai arti tertentu.
Garukan pasien merupakan penyebab tersering lesi linear. Erupsi karena
poison iny, seperti dermatitis kontak, berbentuk linear karena iritannya
disebabkan oleh garukan yang bergerak naik-turun. Peradangan pembuluh
darah atau pembuluh limfe dapat menyebabkan lesi linear berwarna merah.
Sedangkan parasit scabies dapat membuat liang-liang pendek pada lapisan
epidermis, terutama pada kulit di antara jari-jari tangan, kaki, atau daerah
lain yang memiliki lapisan epidermis tipis dan lembap sehingga akan
membentuk lesi linear yang khas berupa garis kebiru-biruan.

8
Lesi satelit adalah suatu lesi sentral yang sangat besar yang dikelilingi oleh
dua atau lebih lesi serupa tetapi lebih kecil yang menunjukan asal lesi dan
penyebarannya, seperti yang dijumpai pada melanoma malignum atau
infeksi jamur. Tapi lesi merupakan cirri penting yang berguna dalam
menegakkan diagnosis. Lesi berbatas tegas adalah lesi yang mempunyai
batas yang jelas, sedangkan lesi terbatas tidak tegas adalah lesi kulit yang
menyatu tanpa batas tegas dengan kulit yang normal.
- Ruam kulit
Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mutlak diperlukan pengetahuan
tentang ruam kulit atau ilmu yang mempelajari lesi kulit. Ruam kulit dapat
berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Kadang-kadang perubahan
ini dapat dipengaruhi oleh keadaan dari luar, misalnya trauma garkan dan
pengobatan yang diberikan., sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi.
Perawat perlu menguasai pengetahuan tentang ruam primer atau ruam
sekunder untuk digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan pengkajian
serta membuat diagnosis penyakit kulit secara klinis.
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula,
papula, plak, nodula, vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor.
Ruam sekunder adalah kelainan berbentuk skuama, krusta, fisura, erosion,
ekskoriasio, ulkus, dan parut.
Tabel 1.1 bentuk-bentuk ruam primer
Gambaran Keterangan
Makula Macula adalah kelainan kulit yang sama
tinggi dengan permukaan kulit, warna
berubah dan berbatas jelas, contoh :
meladonema, petekie.
Papula
Papula adalah kelainan kulit yang lebih
tinggi dari permukaan kulit, padat,
berbatas jelas, ukuran kurang dari 1 cm.
Plak contoh : dermatitis, kutil.
Plak adalah kelainan kulit yang

9
melingkar, menonjol, lesi menonjol
lebih dari 1 cm. contoh : Fugoides
Nodula mikosis terlokalisasi, neurodermatitis.
Nodula adalah kelainan kulit yang lebih
tinggi dari permukaan kulit, padat
Vesikula berbatas jelas, ukurannya lebih dari 1
cm. contoh ; epitelioma.
Vesikula adalah gelembung berisi
cairan, berukuran kurang ari 1 cm.
Bula contoh ; cacar air, dermatitis kontak.

Pustule Bula adalah sama dengan vesikula, tapi


ukurannya lebih dari 1 cm, contoh ; luka
Urtika bakar.
Postula adalah sama dengan vesikula
tapi berisi nanah, contoh ; scabies.
Urtika adalah kelainan kulit yang lebih
Tumor tinggi dari permukaan kulit, edema,
warna merah jambu, bentuknya
bermacam-macam. Contoh ; gigitan
serangga.
Tumor adalah kelainan kulit yang
menonjol, ukurannya lebih besar dari
0,5 cm.

10
Tabel 1.2 Bentuk-bentuk ruam sekunder
Gambaran Keterangan
Skuama Skuama adlah jaringan mati dari
lapisan tanduk yang terlepas, sebagian
kulit menyerupai sisik. Contoh :
ketombe, psoriasis.
Krusta Krusta adalah kumpulan eksudat atau
sekret diatas kulit. Contoh : impetigo,
dermatitis terinfeksi.
Fisura Fisura adlah epidermis yang retak,
hingga dermis yerlihat, biasanya nyeri.
Contoh : sifilis konginetal, kaki atlet.
Erosio Erosion adalah kulit yang bagian
epidermisnya bagian atas terkelupas,
contoh : abrasi.
Eksrosio Eksrosio adalah kulit yang
epidermisnya terkelupas, lebih dalam
Ulkus dari pada erosion.
Ulkus adalah kulit (epidermis dan
dermis) terlepas karena destruksi
penyakit. Pelepasan ini dapat sampai
Parut kejaringan subkutan atau lebih dalam.
Parut adalah jaringan ikat yang
kemudian terbentuk menggantikan
jaringan lebih dalam yang telah hilang.
Contoh : keloid

11
Pemeriksaan kulit yang harus dilakukan
1. Lakukan pemeriksaan kulit secara menyeluruh, periksa tekstur, elastisitas, warna
dan turgor kulit.
2. Jika terdapat lesi, amati jenis lesi, lokasi, distribusi, ukuran, dan bagaimana
permukaan serta tepi lesi.
3. Periksa bagaimana permukaan kulit yang ada disekitar lesi. Apakah ada
kemerahan? Jika ada apakah local atau menyeluruh?
4. Amati apakah timbul lesi akibat garukan klien.
5. Apakah ada perubahan temperature pada daerah lesi baik panas maupun dingin?
6. Jika terdapat sekret pada daerah lesi, perhatikan karekteristik, warna, viskositas,
maupun jumlahnya.
7. Apabila diperlukan data penunjang, konsultasikan untuk melakukan pemeriksaan
kulit lain sesuai dengan ketentuan dan catat hasilnya

Data objektif yang mungkin ditemukan


1. Terjadi perubahan warna kulit, turgor, elastisitas, kelembapan, kebersihan, dan
bau.
2. Terdapat lesi primer misalnya macula, papula, vesikula, pustule, bula, nodula,
atau urtikaria.
3. Terdapat lesi sekunder, misalnya krusta, skuama/sisik, fisura, erosi, atau lkus.
4. Ditemukannya tanda-tanda radang (rubor/kemerahan, dolor/nyeri, kalor/panas,
tumor/benjolan dan fungsieolesa/perubahan bentuk).
5. Dari pemeriksaan penunjang (kultur kulit, biopsy, uji alergi atau pemeriksaan
darah) didapatkan kelainan.
Keluhan :
1. Mengeluh kulit gatal, nyeri, kemerahan, berminyak, kering, kasar, tidak rata,
terkelupas, lepuh, panas, dingin, perubahan warna kulit dan timbul borok.
2. Adanya riwayat alergi, kontak dengan bahan-bahan tertentu (kosmetik, sabun,
obat, tanaman, bahan kimia)
3. Riwayat keluarga atau tetangga dengan penyakit kulit.
4. Adanya perubahan pola kebiasaan sehari-hari.
5. Ditemukan data psikologis yang berkaitan dengan masalah kulit (rasa malu,

12
dikucilkan orang lain, harga diri rendah, takut tidak sembuh, dan cemas).

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalh
integument adalah :
1. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan jaringan,
gangguan kekebalan tubuh, atau infeksi.
2. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan,
terbukanya ujung-ujung saraf kulit, atau tidak adekuatnya pengetahuan
tentang pelaksanaan nyeri.
3. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan anatomi kulit
atau bentuk tubuh.
4. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan penyakit yang tidak
teratasi dengan mudah.
5. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan kulit,
atau potensial keganasan.
6. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tidak adanya perlindungan kulit.
7. Defesiensi pengetahuan tentang factor penyebab timbulnya lesi, cara
pengobatan, dan perawatan diri.
8. Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri
pada kulit.
9. Isolasi sosial yang berhubungan dengan penolakan dari oranglain karena
perubahan bentuk kulit.
10. Potensial kecacatan sekunder yang berhubungan dengan hilangnya
sensasi rasa/anastesi, kurangnya pengetahuan tentang perawatn diri.
C. Rencana Keperawatan
Tujuan yang harus dicapai pada klien dengan masalah kulit dapat ditentukan
berdasarkan tujuan jangka pendek atau jangka panjang. Tujuan keperawatan
secara umum adalah sebagai berikut.
1. Kulit menjadi normal kembali.

13
2. Berkurangnya rasa nyeri atau gatal
3. Terlindungnya kulit dari trauma.
4. Tidak terjadi infeksi
5. Konsep diri positif
6. Tidak terjadi penularan
7. Kebutuhan istirahat tidur dapat terpenuhi.
Pendidikan kesehatan untuk pengkajian kulit secara mandiri
1. Periksa kulit anda minimal setiap bulan.
2. Pada area yang tidak dapat dijangkau, minta bantuan keluarga atau teman dekat.
3. Hal yang harus diamati dari kulit adalah adanya perubahan warna, peningkatan
diameter lesi, perubahan bentuk lesi, pembengkakan/kemerahan pada daerah
sekitar lesi, rasa gatal atau perubahan sensasi, pengelupasan, bau tidak sedap,
luka atau perubahan lain pada kulit
4. Ingat, apakah anda pernah kontak dengan bahan/zat alergen.
5. Jika ada perubahan, segera konsultasikan ke dokter atau ke tempat pelayanan
kesehatan.

Dalam pengobatan penyakit kulit cukup banyak digunakan obat-obat topical.


Macam dan jenis-jenis obat topical ini banyak sekali, diantaranya saleb dan bedak,
minyak, gel, krem, solusi, atau astringen. Perawat perlu mempelajari sifat dan
jenis, obat-obat topical ini karena dalam proses perawatan kulit, perawat banyak
memegang peranan, baik pada tahap promotif, preventif, kuratif, maupun pada
tahap rehabilitative. Pada penggunaan obat-obatan topical, jagan oleskan obat
terlalu tebal karena dapat menyebabkan iritasi bahan kimia dan akan menghambat
proses penyembuhan. Di samping itu, obat jadi banyak terbuang.
Sediaan topical umumnya terdiri dari dua bahan pokok, yaitu:
1. Bahan aktif, bahan ini umumnya berasal berbagai golongan obat, antara lain
golongan antibiotic, kortikostiroid, analgesi, dan lain-lain.
2. Bahan dasar, adalah suatu bahan yang berfungsi sebagai :
a. Pemberi bentuk, menentukan bentuk dari sediaan yang akan dibuat.
b. Distributor, membawa bahan aktif baik untuk diratakan atau
dipenetralisasikan ke dalam kulit.

14
c. Pengawet, mempertahankan khasiat bahan aktof yang lebih lama.
Dibawah ini akan dijelaskan karekteristik dari beberapa bahan topical.
1. Salep ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar vaselin atau lanonin.
Fungsi vaselin adalah sebagai bahan dasar pembentuk salepdan mendistribusikan
bahan aktif dipermkaan kulit dan memasukkannya kedalam kulit. Contohnya,
salep kemisitin, bahan aktifnya berasal dari dari golongan antibiotic, yaitu
kloramfenikol yang dicampur dengan bahan dasar vaselin.
2. Krim ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar emulsi. Contohnya,
krim hidrokortison 2%, bahan aktifnya dari steroid yang dicampur dengan bahan
dasar emulsi (emulgade cream)
3. Bedak ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar talcum atau talek.
Misalnya, talcum asidum borikum yang biasa dikenal dengan boortalek, bahan
aktifnya asidum borikum yang dicampur dengan bahan dasar dasar talcum.
Talcum asidum salisikum adalah bahan aktif asidum salisikum (asam salisilat)
yang dicampur dengan talk sehingga menjadi sediaan bedak yang lebih dikenal
dengan nama salisil. Talcum atau talk itu sendiri merupakan bedak dengan sifat
kimia netral/tidak aktif. Pada saat memberi bedak, keringkan dahulu lesi untuk
menghindari terjadinya kerak, dan jangan memberi bedak pada lesi yang basah
dan kotor.
4. Gel ialah bahan dasar yang banyak dipakai untuk dicampur dengan bebagai bahan
aktif atau hanya untuk pelicin. Gel ini mudah diabsorbsi dan cepat kering serta
tidak lengket. Harus digunakan secara hati-hati, karena ada beberapa gel yang
menggunakan bahan dasar alcohol sehingga jika diberikan pada area yang
sensitive / abrasi dapat menyebabkan rasa terbakar.
5. Solusio ialah satu sediaan topical dengan bahan dasar “air”. Jenis obat ini banyak
digunakan untuk kompres basah pada kulit atau mandi, tergantung pada luas dan
lokasi kelainan kulit.
Dalam melakukan perawatn kulit, prinsip umum yang perlu diperhatikan meliputi
kondisi kulit, obat topical, dan cara pemberiannya. Disamping itu, pengobatan
topical harus dengan mempertimbangkan stadium, luas, kedalaman, dan lokalisasi
penyakit.

15
Stadium, pada stadium akut jenis lesi eritema, edema, papul, vesikel, erosi, atau
ekskoriaio, dapat digunakan obat cair (solusio) untuk kompres atau mandi,
bergantung pada luas dan lokasinya. Pemberian bahan aktif perlu dperhatikan,
makin akut penyakitnya makin ringan konsentrasi obat yang digunakan.
Pada stadium subakut ketika eritema dan edema sudah berkurang, erosi dan
ekskoriasi sudah menjadi krusta, dapat digunakan bahan dasar/vesikulum
berbentuk krim atau pasta. Pada stadium kronis biasanya kulit menebal
(hyperkeratosis) sehingga perlu dibentuk salep atau gel.
Luas atau distribusi. Luas permukaan tubuh yang terkena perlu pertimbangan
dalam pemilihan obat topical yang akan digunakan. Bila sangat luas, dapat
digunakan bedak, bedak kocok, mandi rendam, atau krim sesuai dengan
stadiumnya. Sedangkan pada lokasi yang terbatas penggunaan jenis obat lebih
leluasa kecuali pada daerah tertentu.
Kedalaman lesi. Kedalaman lesi perlu menjadi bahan pertimbangan untuk
pemilihan bahan dasar obat topical. Untuk lesi yang dalam atau tebal, misalnya
dermatitis kronis atau psoriasis, bahan dasar yang sesuai adalah salep karena
penetrasinya dalam. Pada lesi yang inflamasinya dangkal, bahan dasar yang sesuai
adalah bedak atau bedak kocok.
Lokasi lesi. Lokasi lesi perlu diperhatikan, terutama di daerah wajah, skrotum,
atau bagian kulit yang tipis, bagian kulit yang tebal (palmo-plantar), atau daerah
berambut. Pada daerah yang kaya vaskularisasi, selain memperhatikan
konsentrasi, bahan aktif yang digunakan juga harus berbahan dasar krim.
Sedangkan salep dapat digunakan dengan peryimbangan tertentu. Demikian pula
pada daerah berambut, solusio atau krim lebih mudah diberikan dan dibersihkan.
Untuk daerah yang memeiliki kulit yang tebal sebaliknya digunakan salep agar
obat dapat berpenetrasi lebih baik.

16
I. GANGGUAN INTEGUMEN AKIBAT INFEKSI VIRUS

A. HARPES ZOSTER
Radang kulit akut dengan sifat khas yaitu terdapat vesikel yang tersusun
berkelompok sepanjang persarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan
biasanya unilateral.
Diperkirakan kurang lebih terdapat 1,3-5 penderita per 1000 orang/tahun. Lebih
dari 2/3 penderita berusia >50 tahun dan <10% usia dibawah 20 tahun. Penyebab
herpes zoster adalah virus varisela zoster,virus ini masuk kedalam tubuh melalui
lesi pada kulit, mukosa saluran napas atas, dan orofaring. Virus ini berkembang
biak serta menyebar keberbagai organ, terutama kekulit dan lapisan mukosa,
selanjutnya masuk keujung saraf sensoris, dan menuju ganglion saraf tepi dan
kornu posterior. Saat virus masuk pertama kali kedalam tubuh disebut infeksi
primer yang kemudian menimbulkan vesikel. Pertahanan tubuh dan kekebalan
tubuh yang menurun dapat menjadi faktor utama penyebab virus aktif.
Faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya herpes zoster adalah (hal33)
1. Penurunan imunitas tubuh
2. Pemakaian kortikosteroid
3. Radio terapi
4. Obat-obat imunosupresif
5. Stres emosi
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
- Biodata
Cantumkan semua identitas klien: umur,jenis kelamin
1. Keluhan utama
Alasan yang sering membawa klien penderita herpes datang berobat ke
rumah sakit atau berobat ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain
adalah nyeri pada daerah terdapatnya vesikel berkelompok.

17
2. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengeluh sudah beberapa hari demam dan timbul rasa
gatal/nyeri pada dermatom yang terserang,klien juga mengeluh nyeri kepala dan
badan terasa lelah.Pada daerah yang terserang mula-mula timbul papula atau
plakat berbentuk urtika,setelah 1-2 hari timbul gerombolan vesikula.
3. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya keluarga atau teman dekat ada yang menderita penyakit herpes
zoster,atau klien klien pernah kontak dengan penderita varisela atau herpes zoster.
4. Riwayat psikososial
Perlu dikaji bagaimana konsep diri klien terutama tentang gambaran/citra
diri dan harga diri
5. Kebutuhan sehari-hari
Dengan adanya rasa nyeri,klien akan mengalami gangguan tidur/istirahat
dan juga aktivitas.Perlu juga dikaji tentang kebersihan diri klien dan cara
perawatan diri,apakah alat-alat mandi/pakaian bercampur dengan orang lain
6. Pemeriksaan fisik
Pada klien dengan herpes zoster jarang ditemukan gangguan kesadaran
keculi jika sudah terjadi komplikasi infeksi lain.Tingkatan nyeri yang dirasakan
oleh klien bersifat individual sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri
dengan skala nyeri.Apabila nyeri terasa hebat tanda-tanda vital cenderung akan
meningkat.pada inspeksi kulit ditemukan adanya vesikel berkelompok sesuai
dengan alur dermatom.vesikel ini berisi cairan jernih yang kemudian menjadi
keruh (berwarna abu-abu),dapat menjadi pustula dan krusta.Kadang ditemukan
vesikel berisi nanah dan darah yang disebut herpes zoster hemoragik.Apabila yang
terserang adalah ganglion kranialis,dapat ditemukan adanya kelainan
motorik.Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas,misalnya
kelainan pada wajah karena gangguan pada nerous trigeminus,nerous fasialis,dan
oligus.
7. Pemeriksaan laboratorium
Sitologi (64% zanck smear positif ) adanya sel raksasa yang multilokuler
dan sel-sel okantolitik.

18
8. Penatalaksanaan
Terapi pada kasus herpes zoster bergantung pada tingkat
keparahannya.Terapi sistemik umumnya bersifat sistomatik,untuk nyerinya
diberikan analgesik.Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik
asiklovir.Herpes zoster sangat cocok dengan obat asiklovir yang diminum.Dengan
cepat obat akan menghentikan munculnya lepuhan kecil,memperkecil
ukurannya,mengurangi rasa gatal,dan membunuh virus yang ada pada cairan
lepuhan.Sebaiknya diberikan dalam 24-27 jam setelah terbentuknya lepuhan.
Akupuntur dan obat oles juga bisa membantu pengobatan
DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1: Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan respon
peradangan
Hasil yang diharapkan:
1. Lesi mulai pulih,integritas jaringan kembali normal.dan area bebas dari
infeksi lanjut
2. Kulit bersih dan area sekitar bebas dari edema
Rencana tindakan:
1. Kaji kembali tentang lesi,bentuk,ukuran,jenis,dan distribusi lesi.
2. Anjurkan klien untuk banyak istirahat
3. Pertahankan integritas jaringankulit dengan jalan mempertahankan
kebersihan dan kekeringan kulit.
4. Laksanakan perawatan kulit setiap hari.Untuk mencegah pecahnya
vesikel sehingga tidak terjadi infeksi sekunder,diberikan bedak salisil
2% bila erosis dapat diberikan kompres terbuka.
5. Pertahankan kebersihan dan kenyamanan tempat tidur
6. Jika terjadi ulserasi,kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian
salep antibiotik

Dx 2: Perubahan kenyamanan yang berhubungan dengan erupsi dermal


dan pruritus
Hasil yang diharapkan:

19
1. Klien mengatakan nyeri dan ketidaknyamanan berkurang dalam batas
yang dapat ditoleransi
2. Menampakkan ketenangan,ekspresi muka relaks
3. Kebutuhan istirahat tidur/istirahat terpenuhi
Rencana tindakan:
1. Kaji lebih lanjut intensitas nyeri dengan menggunakan skala/peringkat
nyeri
2. Jelaskan penyebab nyeri dan pruritus
3. Bantu dan ajarkan penanganan terhadap nyeri,penggunaan teknik
imajinasi,teknik relaksasi,dan lainnya.
4. Tingkatkan aktivitas distraksi
5. Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
6. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi:
a. Analgesik untuk pereda/penawar rasa sakit
b. Larutan kalamin untuk mengurangi rasa gatal
c. Steroid untuk mengurangi serangan neuralgia

B. HERPES SIMPLEKS
Herpes simpleks adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa,
bersifat kronis dan residif, disebabkan oleh virus herpes simpleks/herpes virus
hominis (FK Unair,1993). Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA.
Herpes simpleks ada 2 tipe:
1. Herpes simpleks I, mengenai bibir, mulut, hidung,dan pipi. Diperoleh
dari kontak dekat dengan anggota keluarga atau teman yang terinfeksi,
melalui ciuman, sentuhan, atau memakai pakaian/handuk bersama,dan
tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
2. Herpes simpleks tipe II, menginfeksi daerah genital dan didahului oleh
hubungan seksual. Akan tetapi,sesuai dengan perkembangan pola
hubungan seksual, kasus ini dapat timbul tanpa harus melalui hubungan
seksual.

20
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata
Dapat terjadi pada remaja dan dewasa muda.jenis kelamin dapat
terjadi pada pria dan wanita.Pekerjaan berisiko tinggi pada penjaja
seks komersil.
2. Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ketempat
pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
3. Riwayat penyakit sekarang
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.Pada
beberapa kasus,timbul lesi/vesikel berkelompok pada penderita yang
mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan suhu
tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun
psikis.Penderita merasakan nyeri hebat,terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang luas.
4. Riwayat penyakit dahulu
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami
penyakit herpes simpleks atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
5. Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
6. Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit,terutama yang lesinya berada pada
bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang,biasanya mengalami
gangguan konsep diri.Hal itu meliputi perubahan citra tubuh,ideal
diri,harga diri,penampilan peran,atau identitas diri.Reaksi yang
mungkin timbul adalah:
a. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh
b. Menarik diri dari kontak sosial
c. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang

21
7. Kebiasaan sehari-hari
Dengan adanya nyeri,kebiasaan sehari-hari klien juga dapat
mengalami gangguan,terutama untuk istirahat/tidur dan
aktivitas.Terjadi gangguan buang air besar dan buang air kecil pada
penderita herpes genitalia
8. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas lokasi timbulnya
lesi,dan daya tahan tubuh klien.Pada kondisi awal/saat proses
peradangan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan
perubahan tanda-tanda vital.Pada pengkajian kulit ditemukan adanya
vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,edema disekitar lesi,dan
dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.Perhatikan mukosa
mulut,hidung,dan penglihatan klien.Pada pemeriksaan genitalia
pria,daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis,batang
penis,uretra,dan anus.pada wanita daerah yang perlu diperhatikan
adalah labia minora dan mayora,klitoris,intratus vaginal,dan
serviks.Jika timbul lesi catat jenis,bentuk,ukuran/luas,warna,dan
keadaan lesi.Palpasi kelenjar limfe regional,periksa adanya
pembesaran.Pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar
limfe regional.
9. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan hasil uji tzank positif
DIAGNOSIS DAN INTERVENSI
Dx 1:nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi jaringan
Hasil yang diharapkan:
1. Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
2. Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode
untuk mengontrol nyeri secara benar.
3. Klien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri

22
Rencana keperawatan
1. Kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri
2. Kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman nyeri
3. Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responnya
terhadap nyeri,akui adanya nyeri,dengarkan dan perhatikan klien saat
mengungkapkan nyeri,sampaikan bahwa mengkaji nyerinya
bertujuan untuk lebih memahaminya.
4. Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atau
tindakannya
5. Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang
penyebab rasa nyeri
6. Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi
distraksi,relaksasi dan imajinasi,dan ajarkan teknik/metode yang
dipilih.
7. Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
8. Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesik
9. Pantau tanda-tanda vital
10. Kaji kembali respon klien terhadap tindakan penurunan rasa
sakit/nyeri
Dx 2: Gangguan citra tubuh/gambaran diri berhubungan dengan
perubahan penampilan,sekunder akibat penyakit herpes simpleks.
Hasil yang diharapkan:
1. Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas
penampilannya
2. Menunjukkan keinginan kemampuan untuk melakukan perawatan
diri
3. Melakukan pola-pola penanggulangan baru

23
Rencana keperawatan:
1. Ciptakan hubungan saling percaya antara klien dan perawat
2. Dorong klien untuk menyatakan perasaannya,terutama tentang ia
merasakan,berpikir,atau memandang dirinya
3. Jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang
dirinya,penatalaksanaan,atau perawatan dirinya
4. Hindari mengkritik
5. Jaga privasi dan lingkungan individu
6. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan diperjelas informasi
yang telah diberikan
7. Tingkatkan interaksi sosial
a. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
b. Hindari sikap untuk selalu melindungi,tetapi terbatas pada
permintaan individu
8. dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan
9. beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain
10. lakukan diskusi tentang pentingnya mengkomunikasikan penilaian
klien dan pentingnya sistem daya dukungan bagi mereka.
11. dorong klien untuk berbagi rasa masalah,kekhawatiran,dan
persepsinya.
Dx 3: Resiko penularan infeksi yang berhubungan dengan pemajanan
melalui kontak (langsung,tidak langsung,droplet)
Hasil yang diharapkan :
1. Klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak lagi menularkan
infeksi
2. Klien dapat menjelaskan penularan penyakit
Rencana keperawatan
1. Jelaskan tentang penyakit herpes simpleks,penyebab,cara
penularan,dan akibat yang ditimbulkan
2. Anjurkan klien untuk menghentikan kegiatan hubungan seksual
selama sakit dan jika perlu menggunakan kondom

24
3. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual
dengan satu orang (satu sama lain saling setia) dan pasangan yang
tidak terinfeksi (hubungan seks yang sehat)
4. Lakukan tindakan pencegahan yang sesuai:
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah ke semua klien atau kontak
dengan spesimen
b. Gunakan sarung tangan setiap kali melakukan kontak langsung
dengan klien
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memisahkan alat-alat mandi
klien,dan tidak menggunakannya bersama (handuk,pakaian,baju
dalam,dll)
d. Kurangi transfer patogen dengan cara mengisolasi klien selama
sakit (karena penyakit ini disebabkan oleh virus yang dapat
menular melalui udara)

II. GANGGUAN INTEGUMEN AKIBAT INFEKSI BAKTERI (KUSTA)


Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan
masalah yang sangat kompleks,tidak hanya dari segi medis (mis.penyakit atau
kecacatan fisik ), tetapi juga meluas sampai masalah sosial dan ekonomi. Di
samping itu, ada stigma negatife dari masyarakat yang mengatakan penyakit
kusta adalah penyakit yang menakutkan, bahkan ada beberapa masyarakat yang
mengaggap penyakit ini adalah penyakit kutukan. Ini karena dampak yang di
timbulkan dari penyakit tersebut cukup parah, yaitu adanya
deformitas/kecacatan yang menyebabkan perubahan bentuk tubuh.
Kusta adalah penyakit infeksi kronis. Penyebabnya adalah mycobacterium
leprae ,yang intraseluler obligat (Djuanda,1999). Kusta adalah penyakit kronis
mycobacterium leprae,yang primer menyerang saraf tepi, dan sekunder
menyerang kulit, otot saluran pernapasan bagian atas, mata, dan testis. (RSUD
Dr.Soetomo 1994).

25
Timbulnya penyakit kusta adalah pada seorang tidak mudah sehingga tidak
perlu di takuti.hal ini bergantung pada beberapa factor,antara lain.
a. Patogenitas kuman penyebab,
b. Cara penularan
c. Higiene dan sanitasi
d. Varian genetic yang berhubungan dengan kerentanan
e. Sumber penularan
f. Daya tahan tubuh
Tanda pasti kusta :
1. Kulit dengan bercak putih atau kemerahan dengan mati rasa
2. Penebalan pada saraf tepidi sertai kelainan fungsinya berupa mati rasa
dan kelemahan pada otot tangan ,kaki,dan mata.
3. Adanya kuman tahan asampada pemeriksaan kerokan kulit TBA positif.

Ridley dan jopling (1960), dalam buku ilmu penyakit kulit dan kelamin
,fakultas keddoteran UI memperkenalkan istilah determina spectrum pada
penyakit kusta yang terdiri atas berbagai tipe atau bentuk,yaitu;
TT: tuberkoloid polar ,merupakan bentuk yang stabil tidak mungkin
berubah
Ti :tuberkoloid indefinite
BT: Mid borderline lepromatus
BL: Borderline leproumatus
Li:Lepromatosa indifinit
LL: lepramatosa polar, bentu yang stabil

Menurut WHO ,kusta dibagi menjadi multibasiler dan pausibasiler:


1. Multibasiler (MB) berarti mengandung banyak basil. Tipenya adanya
BB,BL,dan LL.
2. Pausibasiler (PB) berarti mengandung sedikit basil.tipenya adalah
TT,BT,dan I.
Tuberkoloid polar (TT) terjadi pada penderita dengan resistensi tubuh
cuckup tinggi.tipe TT adalah bentuk yang stabil. Gambaran

26
histopologisnya menunjukan granuloma epitetoloid dengan banyak sel
limfosit dan sel raksasa ,zona epidermal yang bebas ,erosi epidermis
karena gangguan pada saraf kulit yang sering disertai penebalan serabut
saraf . karena resistensi tubuh cukup tinggi ,maka infiltrasi kuman akan
terbatas dan lesi yang muncul terlokalisasi di bawah kulit dengan gejala:
1. Hipopigmentasi karena sratum basal yang mengandung pigmen rusak
2. Hipo atau anastesi karena ujung ujung saraf rusak
3. Batastegas karena kerusakan terbatas (marwali Harahap,1990)
Jenis pengobatan yang di berikan pada penerita kusta adalah :
a. Tipe pausbasiler (PB).
b. Tipe mulitibasiler (MB)

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat psikososial
7. Kebiasaan sehari hari
8. Pemeriksaan fisik
a. Uji kulit
b. Uji keringat
c. Uji lepromin
9. Pemeriksaan penunjang

27
DIAGNOSIS DAN INTERVENSI
Dx 1: Kemungkinan cedera yang berhubungan dengan anestesia atau
hilang rasa akibat neuritis.
Hasil yang diharapkan:
1. Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan
risiko cedera pada dirinya.
2. Klien dapat menjelaskan tujuan tindakan keamanan untuk mencegah
cedera.
Rencana keperawatan:
1. Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab ansietas atau
hilang rasa serta akibat yang ditimbulkannya.
2. Kaji faktor-faktor penyebab atau pendukung terjadinya cedera.
3. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor penyebab jika mungkin.
4. Ajari cara-cara pencegahan.
a. Gunakan selalu alas kaki
b. Jika merokok, gunakan pipa rokok dan jangan merokok sambil
tiduran.
c. Kaji suhu air mandi, jika mandi menggunakan air panas, dengan
termometer air mandi.
d. Gunakan pelindung tangan saat mengangkat barang dari kompor.
e. Jangan gunakan baju panjang ketika sedang memasak.
f. Hati-hati dan waspada selalu jika beraktivas di dapur.
5. Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan di rumah.

Dx 2: Penatalaksanaan aturan terapeutik: ketidakefektifan, yang


berhubungan dengan rumitnya program pengobatan.

28
Hasil yang diharapkan:
1. Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang perilaku sehat
yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhannya, serta
mencegah kekambuhan atau komplikasi yang ditimbulkan.
2. Klien/keluarga dapat menjelaskan proses terjadinya penyakit, penyebab
dan faktor yang mendukung gejala, dan perturan untuk mengontrol
penyakit.
Rencana Keperawatan:
1. Identifikasi faktor penyebab ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik .
a. Kurang percaya.
b. Kurang pengetahuan.
c. Kurangnya sumber-sumber pendukung.
2. Bina hubungan saling percaya dengan klien/keluarga.
3. Jelaskan tentang penyebab penyakit, proses penyakit, dan risiko yang
terjadi jika tidak diobati.
4. Beri penyuluhan tentang perawatan penderita kusta sebelum
pengobatan, selama pengobatan, dan setelah pengobatan.
a. Perlunya pengobatan yang teratur
b. Cara makan obat
c. Lama pengobatan
d. Hal-hal yang dapat timbul selama pengobatan, antara lain efek
samping obat dan reaksi yang ditimbulkan.
e. Perawatan luka di rumah.
f. Pentingnya gizi/nutrisi.
g. Perubahan gaya hidup/aktivitas.

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem integument Kulit merupakan jaringan pembuluh darah,
saraf, dan kelenjar yang tidak terujung, semuanya memiliki potensi untuk
terserang penyakit. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira
15% dari berat badan.
B. Saran
Seorang perawat sebaiknya mempelajari lebih lanjut bagaimana
cara untuk menjaga sistem integument kulit dan sistem imune tubuh agar
memiliki potensi yang lebih baik

30
DAFTAR PUSTAKA

Sriyono,dkk.2005. Ilmu Pengetahuan Alam Biologi. Jakarta : Sunda Kelapa

Pustaka.Suripto.1994. Diktat Kuliah Struktur Hewan. Bandung :

ITBSyamsuri,istamar.dkk.2007.Ipa Biologi. Semarang: Erlangga.

Suripto.1990. Diktat Struktur Hewan. Jurusan Biologi ITB. Bandung.Istamar

syamsuri,dkk. 2007. Ipa Biologi. Malang : Erlangga.

31

Anda mungkin juga menyukai