STRATIGRAFI
STRATIGRAFI
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari
hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut
studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan
batuan.
Menurut North American Stratigrafi Code (1983) ada tiga macam prinsip dari korelasi:
1. Lithokorelasi, yang menghubungkan unit yang sama lithologi dan posisi stratigrafinya.
Korelasi dapat dipandang sebagai suatu yang langsung (direct)(formal) ataupun tidak
langsung (indirect) (informal) (B.R.Shaw,1982). Korelasi langsung adalah korelasi yang tidak
dapat dipungkiri secara fisik dan tegas. Pelacakan secara fisik dari kemenerusan unit stratigrafi
adalah hanya metode yang tepat untuk menunjukkan persesuaian dari sebuah unit dalam suatu
lokal dengan unit itu di lokal lain. Korelasi tidak langsung dapat menjadi tidak dipungkiri oleh
metode numerik seperti contoh pembandingan secara visual dari instrumen well logs, rekaman
pembalikan polaritas,atau kumpulan fosil; meskipun demikian, seperti pembandingan
mempunyai perbedaan derajat reabilitas dan tidak pernah secara keseluruhan tegas (tidak
meragukan).
Tabel Hubungan dari Korelasi Langsung, Korelasi Tidak Langsung dan Matching
Pelacakan kemenerusan secara langsung dari sebuah unit lithostratografi dari suatu local
ke local lain adalah satunya metode korelasi yang dapat menetapkan kesamaan dari sebuah unit
tanpa keraguan. Metode korelasi ini dapat digunakan hanya jika lapisan secara menerus atau
mendekati menerus tersingkap. Jika singkapan dari lapisan tersela oleh daerah yang luas yang
tertutup tanah dan vegetasi lebat, atau lapisan terhenti oleh erosi, atau dipotong lembah yang
besar, atau tersesarkan, penelusuran secara fisik pada lapisan menjadi tidak mungkin. Dalam
keadaan itu, teknik korelasi lainnya (tidak langsung) harus digunakan (Boggs, 1987).
Pelacakan lateral secara langsung dari unit startigrafi dapat menjadi tidak berhasil
diselesaikan dalam sebuah area yang sangat besar dikarenakan oleh ketidak menerusan
singkapan. Geologist bekerja pada suatu area harus mempercayai korelasi unit lithostratigrafi
dengan metode yang meliputi matching lapisan dari suatu area ke lainya dengan dasar kesamaan
lithologi dan posisi stratigrafi (Boggs, 1987).
Persamaan litologi dapat tidak dipungkiri atas dasar suatu macam properties batuan.
Meliputi gross lithology (batupasir,serpih, atau batugamping, sebagi contoh), warna, kelompok
mineral berat atau kelompok mineral khusus, struktur sedimen utama seperti perlapisan dan
laminasi silang-siur, dan ketebalan rata-rata, dan karakteristik pelapukan. Lebih banyak macam
properties yang dapat dipakai untuk menetapakan sebuah kesuaian antar strata maka semakin
kuat kemungkinan menuju sebuah kesesuaian yang benar (Boggs, 1987).
Penyesuaian lapisan dengan dasar lithologi merupakan tidak sebuah garansi atas
kebenaran dari korelasi. Lapisan dengan karakteristik litologi yang sangat sama dapat terbentuk
dalam lingkungan pengendapan yang sama dengan luas dipisahkan dalam waktu (time) atau
tempat (space) (Boggs, 1987).
Selain atas dasar kesamaan litologi, Individual formasi dapat dikorelasikan juga oleh
posisi dalam sikuennya (Boggs, 1987).
Log adalah suatu terminologi yang secara original mengacu pada hubungan nilai dengan
kedalaman, yang diambil dari pengamatan kembali (mudlog). Sekarang itu diambil sebagai suatu
pernyataan untuk semua pengukuran kedalam lubang sumur (Mastoadji, 2007).
1. Penentuan lithologi
2. Korelasi stratigrafi
4. Penentuan porositas
Syarat untuk dapat dilakukannya korelasi well logs antara lain adalah :
1. Deepest
2. Thickest
Pada sikeun sand-shale yang tebal, itu mungkin menjadi petunjuk kecil dari bentuk kurva
untuk zona batuan untuk korelasi zona. Regional dip superimposed pada cross section sumur
akan membantu. Unit pasir yang individual mungkin akan tidak menerus sepanjang lintasan,
tetapi garis korelasi memberikan petunjuk tentang possible time sikuen stratigrafi (Crain, 2008).
Korelasi Batupasir
Sequence Boundary (SB) merupakan batas atas dan bawah satuan sikuen stratigrafi
adalah bidang ketidak selarasan atau bidang-bidang keselarasan padanannya (Sandi Stratigrafi
Indonesia, 1996).
Maximum flooding surface teridentifikasi oleh adanya maximum landward onlap dari
lapiasan marine pada batas basin dan mencerminkan kenaikan maksimum secara relatif dari sea
level (Armentout, 1991).
Gambar Kandidat Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding Surface (MSF)
(Possamentier & Allen 1999)
Untuk sikeun stratigrafi, biasanya dipakai Sequence Boundary (SB) dan Maximum
Flooding Surface (MSF) untuk korelasi. Hal ini dikarenakan pelamparan SB dan MSF yang luas.
Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding Surface (MFS) ini menandakan suatu proses
perubahan muka air laut yang terjadi secara global. Sehingga Sequence Boundary (SB) dan
Maximum Flooding Surface (MFS) ini sering digunakan untuk korelasi antar sumur. Dari data
Well logs, adanya Sequence Boundary (SB) biasanya ditandai dengan adanya perubahan secara
tiba-tiba dari Coarsening Upward menjadi Fineing Upward atau sebalikknya. Sedangkan
Maximum Flooding Surface (MFS) dari data log ditunjukkan dari adanya akumulasi shale yang
banyak, dan MSF merupakan amplitude dari log yang daerah shale.
Gambar Stratigraphic correlation of CSDP well Yaxcopoil-1 and PEMEX wells of the
northern Yucatan Peninsula. Mesozoic are based on lithology, correlative fossil zones, and
electric-log characteristics. (modified from Ward et al. 1995).
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Prinsip dari analisa stratigrafi untuk mengetahui lingkungan pengendapan.
Lingkungan pengendapan akan berhubungan dengan bahan galian yg bernilai ekonomis, ex :
minyak bumi, batu bara, bijih2 logam dsb.
Definisi tentang lingkungan pengendapan :
a. Krumbein & Sless (1963)
Suatu kompleks dari sifat fisik, kimia dan biologis dimana sedimen tersebut diendapkan.
b. Potter (1967)
Suatu tempat yg ditegaskan oleh sejumlah sifat fisik, kimia dan beberapa varietasnya yg akan
dibatasi dengan adanya suatu satuan geomorfik dalam ukuran dan bentuk tertentu.
c. Selley (1970)
Suatu bagian di permukaan bumi dimana sifat-sifat fisik, kimia dan biologis berpengaruh
terhadap proses pengendapan, dan kondisi ini dapat dibedakan dengan kondisi tempat sekitarnya.
Kesimpulan : Lingkungan pengendapan adalah suatu tempat pengendapan yang dipengaruhi oleh
sifat fisik, kimia dan biologis dimana sedimen tersebut diendapkan.
Berdasarkan konsep Uniformitarisme : “ The Present is The Key to The Past “, selamanya tidak
selalu benar, karena lingkungan pengendapan purba berbeda dgn lingkungan pengendapan saat
ini :
a. Rekonstruksi endapan purba sering dilakukan dengan interpretasi, sehingga belum tentu
dianggap benar.
b. Data-data dari endapan purba hanya bersifat interpretasi secara global, sehingga data-data
belum spesifik.
c. Interpretasi lapangan untuk endapan saat ini lebih spesifik dan telah dilakukan secara
kontinyu, sehingga data lebih akurat dan up to date.
Analisa endapan saat ini dilakukan berdasarkan analisa genesanya (genetic unit) atau proses
pembentukan batuan :
a. Rekonstruksi didasarkan pd sayatan litologi, dgn memperhatikan setiap jengkal perubahan /
kelainan litologi.
b. Rekonstruksi didasarkan pengelompokkan strata dengan mempunyai ciri-ciri genesa yg sama.
c. Penyebaran satuan yg sama genesanya ditentukan oleh proses yg terjadi dimana lingkungan
sedimen tsb terbentuk.
d. Pengamatan sayatan litologis utk melihat kelainan litologis yg mencerminkan kapan suatu
proses atau rangkaian proses tsb mempengaruhi sedimentasi dan kapan rangkaian tersebut
berhenti mempengaruhi sedimentasi.
e. Satuan genetik hampir selalu berukuran lebih kecil dibandingkan dengan formasi.
Ciri-Ciri Beberapa Lingkungan Pengendapan :
1. Endapan alluvial ciri-cirinya:
a. Transportasi berlangsung pada energi yang tinggi atau energi maksimum, bila
dibandingkan dengan energi lain, maka sortasinya sangat jelek.
b. Materialnya mempunyai pengendapan yang relatif dekat dengan sumbernya, maka abrasi
relatif kecil.
c. Material yang terbentuk mempunyai sortasi jelek maka porositasnya tinggi.
d. Sebagian fragmennya masih mempunyai warna asli.
e. Biasanya ikatan antar butir tidak kuat sehingga sangat porous, maka biasanya kaya
kandungan air.
f. Ketebalannya tidak seragam yaitu menebal ke arah bukit, sebab endapan kipas alluvial ini
berada di kaki bukit.