Anda di halaman 1dari 10

STRATIGRAFI

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari
hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut
studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun
absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan
batuan.

A. KORELASI UNIT STRATIGRAFI

Definisi dan Prinsip Korelasi

Korelasi ialah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan satuan-satuan


stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu (Sandi Startigrafi Indonesia, 1996).

Menurut North American Stratigrafi Code (1983) ada tiga macam prinsip dari korelasi:

1. Lithokorelasi, yang menghubungkan unit yang sama lithologi dan posisi stratigrafinya.

2. Biokorelasi, yang secara cepat menyamakan fosil dan posisi biostratigrafinya.

3. Kronokorelasi, yang secara cepat menyesuaikan umur dan posisi kronostratigrafi.

Korelasi dapat dipandang sebagai suatu yang langsung (direct)(formal) ataupun tidak
langsung (indirect) (informal) (B.R.Shaw,1982). Korelasi langsung adalah korelasi yang tidak
dapat dipungkiri secara fisik dan tegas. Pelacakan secara fisik dari kemenerusan unit stratigrafi
adalah hanya metode yang tepat untuk menunjukkan persesuaian dari sebuah unit dalam suatu
lokal dengan unit itu di lokal lain. Korelasi tidak langsung dapat menjadi tidak dipungkiri oleh
metode numerik seperti contoh pembandingan secara visual dari instrumen well logs, rekaman
pembalikan polaritas,atau kumpulan fosil; meskipun demikian, seperti pembandingan
mempunyai perbedaan derajat reabilitas dan tidak pernah secara keseluruhan tegas (tidak
meragukan).

Tabel Hubungan dari Korelasi Langsung, Korelasi Tidak Langsung dan Matching

Formal Physical tracing of stratigraphic unit


Arbitary Systematical
Correlation Monothetic Polythetic
Indirect Visual
Numeric Statistical
comparisons
Equivalence Equivalence
Matching Comparisons of nonstrtigraphic units
Lithokorelasi merupakan metode yang digunakan untuk korelasi strata (lapisan) dengan
dasar lithologi.

Pelacakan Kemenerusan Lateral dari Unit Litostratigrafi

Pelacakan kemenerusan secara langsung dari sebuah unit lithostratografi dari suatu local
ke local lain adalah satunya metode korelasi yang dapat menetapkan kesamaan dari sebuah unit
tanpa keraguan. Metode korelasi ini dapat digunakan hanya jika lapisan secara menerus atau
mendekati menerus tersingkap. Jika singkapan dari lapisan tersela oleh daerah yang luas yang
tertutup tanah dan vegetasi lebat, atau lapisan terhenti oleh erosi, atau dipotong lembah yang
besar, atau tersesarkan, penelusuran secara fisik pada lapisan menjadi tidak mungkin. Dalam
keadaan itu, teknik korelasi lainnya (tidak langsung) harus digunakan (Boggs, 1987).

Kesamaan Litologi dan Posisi Stratigrafi

Pelacakan lateral secara langsung dari unit startigrafi dapat menjadi tidak berhasil
diselesaikan dalam sebuah area yang sangat besar dikarenakan oleh ketidak menerusan
singkapan. Geologist bekerja pada suatu area harus mempercayai korelasi unit lithostratigrafi
dengan metode yang meliputi matching lapisan dari suatu area ke lainya dengan dasar kesamaan
lithologi dan posisi stratigrafi (Boggs, 1987).

Persamaan litologi dapat tidak dipungkiri atas dasar suatu macam properties batuan.
Meliputi gross lithology (batupasir,serpih, atau batugamping, sebagi contoh), warna, kelompok
mineral berat atau kelompok mineral khusus, struktur sedimen utama seperti perlapisan dan
laminasi silang-siur, dan ketebalan rata-rata, dan karakteristik pelapukan. Lebih banyak macam
properties yang dapat dipakai untuk menetapakan sebuah kesuaian antar strata maka semakin
kuat kemungkinan menuju sebuah kesesuaian yang benar (Boggs, 1987).

Penyesuaian lapisan dengan dasar lithologi merupakan tidak sebuah garansi atas
kebenaran dari korelasi. Lapisan dengan karakteristik litologi yang sangat sama dapat terbentuk
dalam lingkungan pengendapan yang sama dengan luas dipisahkan dalam waktu (time) atau
tempat (space) (Boggs, 1987).

Selain atas dasar kesamaan litologi, Individual formasi dapat dikorelasikan juga oleh
posisi dalam sikuennya (Boggs, 1987).

Korelasi dengan Instrumen Well Logs

Log adalah suatu terminologi yang secara original mengacu pada hubungan nilai dengan
kedalaman, yang diambil dari pengamatan kembali (mudlog). Sekarang itu diambil sebagai suatu
pernyataan untuk semua pengukuran kedalam lubang sumur (Mastoadji, 2007).

Secara prinsip pengunaan dari well logs adalah untuk:

1. Penentuan lithologi
2. Korelasi stratigrafi

3. Evaluasi fluida dalam formasi

4. Penentuan porositas

5. Korelasi dengan data seismik

6. Lokasi dari faults and fractures

7. Penentuan dip dari strata

Syarat untuk dapat dilakukannya korelasi well logs antara lain adalah :

1. Deepest

2. Thickest

3. Sedikit gangguan struktur (unfaulted)

4. Minimal ada 2 data well log pada daerah pengamatan

Pada sikeun sand-shale yang tebal, itu mungkin menjadi petunjuk kecil dari bentuk kurva
untuk zona batuan untuk korelasi zona. Regional dip superimposed pada cross section sumur
akan membantu. Unit pasir yang individual mungkin akan tidak menerus sepanjang lintasan,
tetapi garis korelasi memberikan petunjuk tentang possible time sikuen stratigrafi (Crain, 2008).
Korelasi Batupasir

Sequence Boundary (SB) merupakan batas atas dan bawah satuan sikuen stratigrafi
adalah bidang ketidak selarasan atau bidang-bidang keselarasan padanannya (Sandi Stratigrafi
Indonesia, 1996).

Maximum flooding surface teridentifikasi oleh adanya maximum landward onlap dari
lapiasan marine pada batas basin dan mencerminkan kenaikan maksimum secara relatif dari sea
level (Armentout, 1991).
Gambar Kandidat Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding Surface (MSF)
(Possamentier & Allen 1999)

Untuk sikeun stratigrafi, biasanya dipakai Sequence Boundary (SB) dan Maximum
Flooding Surface (MSF) untuk korelasi. Hal ini dikarenakan pelamparan SB dan MSF yang luas.
Sequence Boundary (SB) dan Maximum Flooding Surface (MFS) ini menandakan suatu proses
perubahan muka air laut yang terjadi secara global. Sehingga Sequence Boundary (SB) dan
Maximum Flooding Surface (MFS) ini sering digunakan untuk korelasi antar sumur. Dari data
Well logs, adanya Sequence Boundary (SB) biasanya ditandai dengan adanya perubahan secara
tiba-tiba dari Coarsening Upward menjadi Fineing Upward atau sebalikknya. Sedangkan
Maximum Flooding Surface (MFS) dari data log ditunjukkan dari adanya akumulasi shale yang
banyak, dan MSF merupakan amplitude dari log yang daerah shale.

Gambar Stratigraphic correlation of CSDP well Yaxcopoil-1 and PEMEX wells of the
northern Yucatan Peninsula. Mesozoic are based on lithology, correlative fossil zones, and
electric-log characteristics. (modified from Ward et al. 1995).
LINGKUNGAN PENGENDAPAN
Prinsip dari analisa stratigrafi untuk mengetahui lingkungan pengendapan.
Lingkungan pengendapan akan berhubungan dengan bahan galian yg bernilai ekonomis, ex :
minyak bumi, batu bara, bijih2 logam dsb.
Definisi tentang lingkungan pengendapan :
a. Krumbein & Sless (1963)
Suatu kompleks dari sifat fisik, kimia dan biologis dimana sedimen tersebut diendapkan.
b. Potter (1967)
Suatu tempat yg ditegaskan oleh sejumlah sifat fisik, kimia dan beberapa varietasnya yg akan
dibatasi dengan adanya suatu satuan geomorfik dalam ukuran dan bentuk tertentu.
c. Selley (1970)
Suatu bagian di permukaan bumi dimana sifat-sifat fisik, kimia dan biologis berpengaruh
terhadap proses pengendapan, dan kondisi ini dapat dibedakan dengan kondisi tempat sekitarnya.
Kesimpulan : Lingkungan pengendapan adalah suatu tempat pengendapan yang dipengaruhi oleh
sifat fisik, kimia dan biologis dimana sedimen tersebut diendapkan.

Berdasarkan konsep Uniformitarisme : “ The Present is The Key to The Past “, selamanya tidak
selalu benar, karena lingkungan pengendapan purba berbeda dgn lingkungan pengendapan saat
ini :
a. Rekonstruksi endapan purba sering dilakukan dengan interpretasi, sehingga belum tentu
dianggap benar.
b. Data-data dari endapan purba hanya bersifat interpretasi secara global, sehingga data-data
belum spesifik.
c. Interpretasi lapangan untuk endapan saat ini lebih spesifik dan telah dilakukan secara
kontinyu, sehingga data lebih akurat dan up to date.
Analisa endapan saat ini dilakukan berdasarkan analisa genesanya (genetic unit) atau proses
pembentukan batuan :
a. Rekonstruksi didasarkan pd sayatan litologi, dgn memperhatikan setiap jengkal perubahan /
kelainan litologi.
b. Rekonstruksi didasarkan pengelompokkan strata dengan mempunyai ciri-ciri genesa yg sama.
c. Penyebaran satuan yg sama genesanya ditentukan oleh proses yg terjadi dimana lingkungan
sedimen tsb terbentuk.
d. Pengamatan sayatan litologis utk melihat kelainan litologis yg mencerminkan kapan suatu
proses atau rangkaian proses tsb mempengaruhi sedimentasi dan kapan rangkaian tersebut
berhenti mempengaruhi sedimentasi.
e. Satuan genetik hampir selalu berukuran lebih kecil dibandingkan dengan formasi.
Ciri-Ciri Beberapa Lingkungan Pengendapan :
1. Endapan alluvial ciri-cirinya:
a. Transportasi berlangsung pada energi yang tinggi atau energi maksimum, bila
dibandingkan dengan energi lain, maka sortasinya sangat jelek.
b. Materialnya mempunyai pengendapan yang relatif dekat dengan sumbernya, maka abrasi
relatif kecil.
c. Material yang terbentuk mempunyai sortasi jelek maka porositasnya tinggi.
d. Sebagian fragmennya masih mempunyai warna asli.
e. Biasanya ikatan antar butir tidak kuat sehingga sangat porous, maka biasanya kaya
kandungan air.
f. Ketebalannya tidak seragam yaitu menebal ke arah bukit, sebab endapan kipas alluvial ini
berada di kaki bukit.

2. Endapan sungai yang teranyam (“Braded river”) cirinya:


a. Multi channel, maksudnya banyak dijumpai endapan yang arahnya memanjang sesuai alur
sungai purba.
b. Banyak dijumpai adanya perlapisan silang siur (“cross bedded”) dengan komposisi pasir
kasar dan sudut inklinasi kecil.
c. Alur-alurnya tida k begitu dalam, jadi endapan yang dihasilkan tidak begitu tebal.
d. Kemiringan cukup besar pada waktu terjadinya.
e. Pengendapan lateral lebih besar.

3. Endapan sungai yang telah bermeander cirinya:


a. “Single channel”, yaitu alurnya biasanya hanya satu.
b. Slope kecil
c. Erosi yang intensif ke arah lateral.
d. Adanya desa-desa yang mempunyai pola tertentu, misalnya melengkung-melengkung
(bekas danau tapal kuda atau “ex Bow Lake”).
e. Cross bedding dapat dijumpai dalam skala kecil.

4. Endapan delta, cirinya:


a. Endapan delta umumnya tebal, beberapa ratus sampai beberapa ribu meter.
b. Endapan delta banyak mengandung pasir yang berasal dari darat/terigen.
c. Umumnya mengandung sisipan batu bara, yang terjadi pada “deltaic plain”nya.
d. Secara umum makin ke atas makin mengkasar, terkecuali kalau kemudian diikuti dengan
shifting (perpindahan delta).
e. Porositas endaan delta relatif tinggi.
5. Endapan “Delta front”, ciri-cirinya:
a. Pengendapan kadang-kadang sub-aerial kadang sub-aqueous.
b. Variasi litologi, pasir, lanau, lempung dan kandungan organik sehingga dapat terbentuk
lignit atau batubara.
c. Biasanya dibagian permukaan telah mengalami erosi.
d. Jika dijumpai kemiringan yg kecil, maka arah kemiringan tsb ke arah laut.
e. Struktur sedimen yang mungkin dijumpai:
Silang siur, “current fill”, “graded bedding”, “ripple mark”.
f. Karena pengaruh gelombang sehingga sortasinya tidak baik.
g. Fauna dapat fauna darat dapat laut.

6. Endapan “Fore set” (bagian dari prodelta), ciri-cirinya:


a. Materialnya merupakan campuran material darat dan laut. Secara umum material ini agak
kasar jika dibandingkan “delta front”, sebab kedalaman tempat ini 15-20 m dimana pengaruh
ombak sangat besar.
b. Material yang diendapkan mempunyai kemiringan yang lebih besar sesuai dengan “initial
dip”, jika dibanding dengan “delta front”.
c. Komposisinya: lempung, pasir dan lanau.
d. Kadang-kadang bagian prodelta dijumpai batu gamping yang hal ini disebabkan influx
sedimen dari darat yang besar, sehingga menghambat pertumbuhan batu gamping.
e. Bagian ini mungkin sekali dijumpai konversi silika ataupun oksida besi.

7. Endapan “Prodelta clay”, ciri-cirinya:


a. Materialnya merupakan campuran material darat-laut.
b. “Marine clay” lebih banyak dibanding yang asal darat.
c. Sedimen ini mempunyai kemiringan yang sama dengan dasar pengendapannya.
d. Komposisi yang dominan lempung.
e. Fauna lautnya sudah melimpah.

TUJUAN ANALISA STRATIGRAFI DAN PENGGUNAAN MODEL


Dalam analisa stratigrafi hal yang penting adalah dengan menyederhanakan sesuatu yang
kompleks menjadi hal yang sederhana maka digunakan model.
Model adalah penyederhanaan ideal dari kelompok sesuatu yang digunakan untuk mencoba
mengerti (mempelajari) kondisi maupun proses alam yang kompleks.
Istilah-istilah yang sering digunakan dalam stratigrafi:
1. “Stratum”, yaitu kesatuan dari batuan yang berbeda dengan di atas dan di bawahnya. Stratum
satu dengan stratum lain dibatasi dengan bidang perlapisan atau ciri lain yang membedakannya.
2. “Stratotipe” atau perlapisan jenis, yaitu tipe perwujudan alamiah satuan-satuan stratigrafi yang
memberikan gambaran ciri umum dan batas-batas satuan stratigrafi.
Stratigrafi Gabungan, ialah satuan stratotipe yang dibentuk oleh kombinasi beberapa sayatan
komponen Hipostratotipe, ialah sayatan tambahan (stratotipe sekunder)untuk memperluas
keterangan pada stratotipe.
Lokasi tipe, ialah letak geografi semua stratotipe atau tempat mula-mula ditentukannya suatu
satuan stratigrafi.
3. “Horizon”, ialah suatu bidang (dalam praktek; lapisan tipis di muka bumi atau di bawahnya)
yang menghubungkan titik-titik kesamaan waktu.
4. Korelasi, ialah penghubungan titik-titik yang mempunyai kesamaan waktu.
5. Sebandingan, mempunyai arti yang lebih umum daripada korelasi, yaitu penghubungan antara
satuan-satuan stratigrafi tanpa mempertimbangkan kesamaan waktu.
6. “Fasies’, ialah aspek fisika, kimia dan biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Dua
tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fasies, kalau kedua
batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia dan biologinya.
7. “Litosome”, adalah masa batuan yang seragam yang dapat dibedakan dengan masa batuan
yang lain. Sehingga satuan litostratografi dapat terdiri dari litosome atau beberapa litososme.
8. Satuan morfostratigrafi, yaitu pengelompokan satuan batuan berdasarkan atas bentuk
permukaan (morfologi).
9. Arus turbid, yaitu arus yang terjadi akibat adanya suatu sedimen yang longsor secara tiba-tiba
dengan kecepatan tinggi.
10. “Flysch”, yaitu suatu urutan endapan yang tebal yang merupakan suatu perulangan dari
selang-seling antara pasir dan serpih.

Tujuan analisa stratigrafi


a. Rekonstruksi lingkungan pengendapan purba yang didapatkan dengan harapan lebih teliti.
b. Rekonstruksi paleogeografi yang lebih teliti.
c. Rekonstruksi sejarah geologinya lebih teliti.
d. Rekonstruksi pengendapan yang lebih teliti.
e. Penafsiran dari bagian-bagian sedimen yang prospektif mengandung mineral dan arah
penyebarannya.
Misalkan: dijumpai bijih timah, maka bijih ini ditafsirkan terjadi pada tanggal yang braded
(teranyam), dari pengertian tentang braded ini maka akan diketahui arah penyebarannya, yaitu
mengikuti alur sungai purba.

Langkah-langkah dalam analisa stratigrafi:


a. Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.
b. Membuat kolom litologi selengkap mungkin dari data yang didapat dan diadakan pencatatan.
c. Jika ingin menyusun peta, kelompokkan urutan menjadi satuan-satuan.
d. Interpretasikan proses-proses yang berlangsung selama pembentukkannya.
e. Dari struktur dan tekstur yang dijumpai dan digabungkan dengan data yang ada dapat untuk
menentukan lingkungan pengendapan.
f. Dengan mengetahui lingkungan pengendapan purba maka dapat dibatasi pengertian tentang
prospek dan tidaknya bahan galian ekonomis atau minyak bumi misalnya, dengan demikian tidak
membuang biaya dan tenaga paling tidak dapat mengurangi biaya eksplorasi

Anda mungkin juga menyukai