Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN & SOP

CHATETER CARE
Mata kuliah sistem perkemihan

DISUSUN OLEH :

Kelompok :4

Kelas :B
1. Yeny martasari (201501085)
2. Rizka faradila (201501066)
3. Septi nur khasanah (201501048)
4. Indah khofifatul A. (201501064)
5. Irwinda dyah N (201501084)
6. Anggie natasya L. (201501047)
7. Endang hestiani (201501083)
8. Mirna dian K. (201501058)
9. Rajib ali M. (201501068)
10. Rahmanda P. (201501073)
11. Riski Ardiyansah (201501070)

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO 2015/2016

i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan LAPORAN
PENDAHULUAN yang berjudul “CHATETER CARE” tepat waktu.
Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan laporan pendahuluan ini, tidak lain
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan jiwa. Tidak lupa ucapan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
1. Ibu Ika Ainur, Skep Ns, Mkes selaku dosen pembimbing mata kuliah kesehatan jiwa 2
yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.
2. Pihak perpustakaan yang meminjamkan buku-buku untuk bahan penyusunan laporan
pendahuluan ini
3. Orang tua yang memberi motivasi dalam penyusunan laporan pendahuluan ini sehingga
dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
4. Teman-teman senasib seperjuangan yang telah memberi dukungan baik secara moril dan
materiil.
Harapan penulis semoga laporan pendahuluan ini dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak yang memerlukannya pada masa yang akan datang serta untuk penyusunan
laporan pendahuluan yang selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,
sekiranya para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga isi
laporan pendahuluan ini dapat lebih sempurna.

Mojokerto, 25 Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.Latar Belakang....................................................................................... 1
B.Tujuan..................................................................................................... 1

BAB II PERAWATAN KATETER URINE PERMANEN........................ 2


A.Pengertian konsep dasar perawatan kateter Urine.................................. 2
B.Jenis-Jenis Kateter Urine........................................................................ 2
C.Indikasi Pemasangan Kateter.................................................................. 3
D.Kontra Indikasi Pemasangan Kateter..................................................... 3
E.Persiapan, Tempat dan Alat.................................................................... 3
F.Perawatan................................................................................................ 4
G.Perawatan Kateter................................................................................... 7
H.Evaluasi dan Dokumentasi..................................................................... 8
I.Pengkajian Ulang..................................................................................... 9

BAB IV PENUTUP........................................................................................ 15
A.Kesimpulan............................................................................................. 15
B.Saran-Saran............................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi alvi
(berhubungan dengan defekasi)dan kebutuhan eliminasi urine (berhubungan
dengan berkemih) dalam memenuhi kebutuhan eliminasi sangat diperlukan
pengawasan terhadap masalah yang berhubungan dengan gangguan kebutuhan
eliminasi, seperti obstipasi, inkontinersia, retensi, urine, dan aktivitas sehari-hari.
Untuk memenuhi kebutuhan eliminasi, ada beberapa prosedur
keperawatan yang dapat dilakukan. Diantaranya pemenuhan kebutuhan eliminasi
alvi dengan pispot, tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan eliminasi alvi secara mandiri di kamar kecil,
dilakukan dengan menggunakan pispot.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui perawatan gambaran hateter urine
b. Untuk mengetahui gambaran tentang cara mengugunakan pispot dan pot
urinal
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar kateter urine
b. Mengetahui persiapan pemasangan kateter urine
c. Mengetahui prosedur perawatan kateter urine
d. Mempraktekkan cara perawatan kateter urine
e. Evaluasi dan dokumentasi menggunakan pispot

1
BAB II
PEMBAHASAN

KATETER URIN
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM URINARIA

Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur dengan masing-masing


fungsinya. Struktur ini bekerja selaras untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit
dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air,
elektrolit dan non elektrolit serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga
mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing.
Selain fungsi regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekkresi renin, bentuk aktif vitamin D dan
eritropoetin. (Hall, 2003 ; Price and Wilson, 1995) Struktur yang membangun sistem urinaria
terdiri dari:
TINJAUAN PUSTAKA

1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. Urethra

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan
ke bawah oleh hati. Kutup atasnya terletak setinggi kosta keduabelas, sedangkan kutup atas
ginjal kiri terletak setinggi kosta sebelas.

2
Ginjal terdiri dari komponen-komponen di bawah ini:
Kapsul ginjal yaitu lapisan jaringan ikat yang kuat mengelilingi ginjal
Korteks ginjal, terletak dibawah kapsul ginjal dan terdiri dari tubulus ginjal sebagai sistem
filtrasi.

3
Nefron Nefron merupakan unit fungsional ginjal . Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron
yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi sama, dengan demikian pekerjaan ginjal
dapat dianggap sebagai jumlah total dari fungsi semua nefron tersebut. Setiap nefron tersusun
dari kapsula bowman yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle dan tubulus kontortus distal yang berlanjut sebagai duktus pengumpul.
Struktur inilah yang membuang sisa hasil metabolisme dari darah dan membentuk urin untuk
dikeluarkan. Tiga fungsi utama nefron dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Mengontrol cairan tubuh melalui proses sekresi dan reabsorbsi cairan.
2. Ikut mengatur pH darah.
3. Membuang sisa metabolisme darah.

Medula ginjal
Medula ginjal terbagi-bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid, tampak bercorak
karena tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Piramid-piramid
tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolom bertini.

Papila ginjal
Papila (apeks) dari tiap piramid membentuk duktus papilaris Bellini yang terbentuk
dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul. Kaliks Setiap duktus papilaris
masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti cawan yang disebut
kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu membentuk kaliks mayor yang selanjutnya
bersatu menjadi pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan reservoir utama sistem pengumpul
ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih. Kedua ureter merupakan
saluran yang panjangnya 10-12 inci, terbentang dari ginjal sampai kandung kemih. Fungsi
satu-satunya adalah menyalurkan kemih ke kandung kemih. Urin mengalir melalui ureter
4
karena adanya gerakan peristaltik ureter. Sebuah membrane yang terletak pada sambungan
ureter dan kandung kemih berfungsi sebagai katup untuk mencegah aliran balik urin. Kandung
kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang simfisis pubis.
Kandung kemih mempunyai tiga muara: dua muara ureter dan satu muara uretra. Dua fungsi
kandung kemih adalah : (1) sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum meninggalkan tubuh
dan (2) dibantu oleh uretra, kandung kemih berfungsi mendorong kemih keluar tubuh.
Kandung kemih dapat menampung sampai dengan 1000 ml urin. Ketika mencapai 250 ml urin
dalam kandung kemih, pesan berkemih terkirim melalui corda spinal, sehingga seseorang
merasakan ingin berkemih. Pengeluaran urin dikontrol oleh spingter interna dan eksterna.
Urethra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai
keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 1,5 inci mulai dari dinding anterior vagina dan keluar
diantara klitoris dan ostium vagina. Pada pria panjangnya sekitar 8 inci, melewati prostate
sampai glands penis. Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius. (Hall, 2003 ; Price
and Wilson, 1995)

5
KARAKTERISTIK URIN NORMAL DAN ABNORMAL
1. Karakteristik urin normal
95 % terdiri dari air
Urin berisi produk akhir metabolisme protein, seperti urea, asam urat dan kreatinin.
Membuang mineral yang diambil dari makanan yang sudah tidak dibutuhkan seperti
natrium, kalium, calsium, sulfat, dan fosfat.
Berisi toksin
Berisi hormon
Pigmen kuning dari berasal dari bilirubin
2. Karakteristik urin abnormal

Albumin / protein : merupakan indikasi adanya penyakit pada ginjal, infeksi atau trauma.
Glukosa : dapat menjadi indikasi adanya diabetes mellitus, syok atau cedera kepala.
Eritrosit : sebagai indikasi adanya infeksi, kanker/ tumor, penyakit ginjal
Leukosit : sebagai indikasi infeksi traktus urinaria
Benda keton : sebagai indikasi adanya diabetes mellitus, kelaparan/ dehidrasi atau kondisi
lain dimana terjadi katabolisme lemak dengan cepat.
Nilai pH urin : nilai abnormal mengindikasikan gout, batu traktus urinaria, infeksi
Bilirubin : Mengindikasikan gangguan fungsi hepar, obstruksi traktus biliaris, hepatitis.
Nilai berat jenis urin : nilai abnormal mengindikasikan adanya penyakit ginjal,
ketidakseimbangan elektrolit, gangguan fungsi hati dan luka bakar. (Hall, 2005)

6
Definisi
Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dipasang pada bagian tubuh
manusia untuk mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin dari kandung kemih (No
name, 2005) Jenis-jenis kateter urin Jenis-jenis kateter urin yang dikenal antara lain:

KATETER URIN

1. Kateter Nelathon/ kateter straight/ kateter sementara adalah kateter urin yang berguna untuk
mengeluarkan urin sementara atau sesaat. Kateter jenis ini mempunyai bermacam-macam
ukuran, semakin besar ukurannya semakin besar diameternya. Pemasangan melalui uretra.

2. Kateter balon/kateter Folley, Kateter Indwelling/ Kateter Tetap adalah kateter yang
digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem tertutup dan bebas hama, dapat digunakan
untuk waktu lebih lama ( 5 hari). Kateter ini terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai
cabang dua atau tiga dan terdapat satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara untuk
mengamankan/ menahan ujung kateter dalam kandung kemih. Kateter dengan dua cabang, satu
cabang untuk memasukkan spuit, cabang lainnya digunakan untuk mengalirkan urin dari
kandung kemih dan dapat disambung dengan tabung tertutup dari kantung urin, sedangkan
kateter dengan tiga cabang, kedua cabang mempunyai fungsi sama dengan kateter diatas,
sementara cabang ketiga berfungsi untuk disambungkan ke irigasi,sehingga cairan irigasi dapat
masuk ke kandung kemih,tercampur dengan urin,kemudian akan keluar lagi. Pemasangan
kateter jenis ini bisa melalui uretra atau suprapubik.

3. kateter suprapubik dengan bungkus silver alloy,merupakan kateter paling baru yang
dibungkus dengan perak bagian luar maupun bagian dalamnya. Perak mengandung
antimikroba yang efektif,tetapi karena penggunaan perak sebagai terapi antimikroba belum
sistematik,maka penggunaan jenis kateter inipun masih urologi dalam kamar operasi sebagai
tindakan bedah minor.

7
UKURAN KATETER
Wanita dewasa Kateter no 14/16
Laki-laki dewasa Kateter no 18/20
Anak-anak Kateter no 8/10

WANITA LAKI-LAKI
Panjang uretra 3.7-6 cm 14-20 cm
Kateter yang masuk 5-7.5 cm 15-22.5 cm
Yang diberi jelly 3-4 cm 5-5.75 cm

TUJUAN DILAKUKAN KATETERISASI ADALAH:

1. Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan kandung kemih, terutama


pada pasien yang mengalami penyakit akut, akan operasi, sakit hebat, terbatas pergerakannya
atau pasien dengan penurunan kesadaran.
2. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong, penyembuhan luka, pengobatan beberapa
infeksi dan operasi suatu organ dari sistem urin dimana kandung kemih tidak boleh tegang
sehingga menekan unsur lain.

8
3. Menjaga agar pasien dengan keluhan inkontinensia urin ( urin terkumpul di kandung kemih
karena tidak dapat dikeluarkan) tetap kering bagian perineumnya , sehingga kulit tetap utuh
dan tidak terinfeksi.
4. Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat.
5. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung kemih secara normal.

9
BAB III
PERAWATAN KATETER URINE PERMANEN

A. Pengertian konsep dasar perawatan kateter Urine


Kateter adalah sebuah alat berbentuk pipa yang dimasukkan dalam
kandung kemih dengan maksud mengeluarkan air kemih dari tempat
tersebut. Kateterisasi adalah memasukkan kateter kedalam kandung kemih
melalui uretra.

B. Jenis-Jenis Kateter Urine


1. Macam-macam kateter menurut cara pemakaiannya, yaitu:
- Pemakaian sementara
- Pemakaian menetap
2. Macam-macam kateter menurut bentuknya yaitu :
- Kolley kateter (kateter yang mempunyai balon pada ujungnya)
- Kateter Pezzer (kateter seperti malecot, hanya kecil)
- Kateter Aliquet (kateter yang ujungnya melingkar)
- Kateter Melecot (kateter yang seperti kembang)
- Kateter Thiemanu (seperti kateter nelaton, hanya ujungnya lebih kecil
dan keras).

10
C. Indikasi Pemasangan Kateter
Kateterisasi dilakukan pada pasien
1. Yang akan melakukan retensi rnine
2. Yang akan diperiksa urinenya
3. Yang akan melakukan foto rongent
4. Yang terkena inkontenensia urine
5. Yang akan menjalani operasi/pembedahan.

D. Kontra Indikasi Pemasangan Kateter


1. Adanya penyakit infeksi pada daerah vulva
2. Infeksi; uretra
3. Batu yang menutup uretra.
4. Kanker Badder, Uretra.

E. Persiapan, Tempat dan Alat


1. Persiapan
Pasien diberitahukan dan dipersiapkan dalam sikap Dorsal Recumbent.
2. Perawat
a) Perawat memberi salam pada saat memasuki ruangan pasien, dan
memberitahukan tindakan yang akan dilakukan.
b) Memasang sampiran atau tutup jendela dan pintu, apabila pasien
mempunyai ruangan sendiri.

11
c) Pakaian pasien dikeataskan pasang perlak dan alasnya dibawah
bokong pasien.
d) Perawat mencuci tangan saat akan melakukan kateterisasi.
e) Letakkan bengkok dekat bokong pasien
f) Tutup bak steril dibuka, ambil sarung tangan dengan korentang dan
memakainya jika menggunakan pinset, pakai sarung tangan sebelah
kiri, dan pinset sebelah kanan.
3. Tempat
a) Ruang khusus; tidak memerlukan sampiran atau tirai
b) Ruang pasien tersendiri; memerlukan, sampiran atau tirai
(kemungkinan pasien merasa malu).
4. Alat-alat
a) Kateter steril yang ukurannya telah disesuaikan dengan pasien.
b) Kapas sublimat steril dalam tempatnya
c) Kain kasa bila perlu.
5. Hal-hal yang harus diperhatikan
a) Pengawasan terhadap pasien dengan kateter permanen
b) Pastikan tidak terjadi oubstruksi pada tube atau selang kateter
c) Pastikan letak kantung urine lebih rendah dari kantung kemih pasien
d) Pastikan selang kateter terpasang dengan baik dan tertutup
e) Observasi aliran urine setiap 3 jam mencatat warna dan bau
f) Pastikan kateter terfiksasi dengan benar dan observasi kulit dan
sekitarnya
g) Laporkan tanda-tanda iritasi atau keluhan tidak nyaman, dan
perubahan kateter atau jumlah drainase.

12
Perawatan kateter dapat dilakukan:
 Saat perawatan rutin di pagi hari
 Sebagai bagian dari perawatan perineum
 Sebagai prosedur terpisah.

6. Prosedur Perawatan Kateter Untuk Wanita


a) Lakukan tindakan aural prosedur
b) Ingatlah untuk mencuci tangan, mengidentifikasi pasien dan member
privasi.
c) Siapkan peralatan yang diperlukan
 Sarung tangan sekali pakai
 Pelindung tempat tidur (perlak)
 Selimut mandi
 Kantong plastic untuk mandi
 Peralatan-peralatan kateter harian
 Larutkan antiseptic
 Lidi kapas steril
 Plaster
d) Pastikan bahwa penghalang tempat tidur disisi berlawanan sudah
terpasang dengan aman berposisi terlentang pada pasien, kaki dibuka
dan lutut menekuk, jika diizinkan.
e) Selimut pasien dengan selimut mandi dan lipat selimut tempat tidur
sampai ke kaki tempat tidur.
f) Minta pasien untuk mengangkat pinggulnya, letakkan pelindung
tempat tidur (perlak ) di bawah pasien.
g) Atur letak selimut mandi sehingga hanya bagian genital saja yang
terbuka
h) Atur peralatan kateter dan kantong plastik diatas meja overbed, buka
peralatan tersebut
i) Pakai sarung tangan dan pasang tirai

13
j) Buka labra
 Gunakan lidi kapas garu yang dicelupkan ke dalam larutan
antiseptik, usap dari depan ke belakang
k) Lepas sarung tangan dan buang ke dalam kantong plastik
l) Periksa kateter untuk memastikan bahwa sudah diplaster dengan tepat
plaster kembali dan atur kekencangannya bila perlu
m) Periksa untuk memastikan bahwa selang telah dirapatkan ketempat
tidur, dan gantung lurus ke bawah kantong drainase.
n) Rapikan kembali seprai dan selimut dan angkat selimut
F. Perawatan
Setelah katater terpasang, meatus urinaritas harus tetap bersih dan
bebas dari sekret. Daerah sekitar meatus dicuci setiap hari dengan larutan
yang diizinkan oleh fasilitas anda di beberapa tempat, prosedur ini dilakukan
setiap giliran dinas.

a) Lipat selimut mandi dan tinggalkan di kamar untuk digunakan


kembali.
b) Ingatlah untuk mencuci tangan setelah melakukan prosedur
perawatan kateter. Laporkan penyelesaian tugas dan mendokumentasi
waktu, tanggal, perawatan kateter, larutan antiseptik yang digunakan
dan reaksi pasien.

2. Prosedur Perawatan Kateter Untuk Pria


a) Lakukan semua tindakan awal prosedur.
b) Ingatlah untuk mencuci tangan, mengidentifikasi pasien dan member
privasi
c) Siapkan peralatan yang diperlukan
 Sarung tangan sekali pakai
 Pelindung tempat tidur (perlak)
 Selimut mandi
 Kantong plastik untuk mandi
 Peralatan-peralatan kateter harian
 Larutkan antiseptik
 Lidi kapas steril
14
 Plaster

15
d) Pastikan bahwa penghalang tempat tidur disisi berlawanan sudah
terpasang dengan aman berposisi terlentang pada pasien, kaki dibuka
dan lutut menekuk, jika diizinkan
e) Selimut pasien dengan selimut mandi dan lipat selimut tempat tidur
sampai ke kaki tempat tidur
f) Minta pasien untuk mengangkat pinggulnya, letakkan pelindung
tempat tidur (perlak) di bawah pasien
g) Atur letak selimut mandi sehingga hanya bagian genital saja yang
terbuka
h) Atur peralatan kateter dan kantong plastik diatas meja overbed, buka
peralatan tersebut
i) Pakai sarung tangan dan pasang tirai
j) Pegang penis dengan lembut dan tarik kulit luarnya ke belakang, jika
pasien tidak disirkum sisi
k) Lepas sarung tangan dan buang ke dalam kantong plastik
l) Periksa kateter untuk memastikan bahwa sudah diplaster dengan
tepat, plaster kembali dan atur kekencangannya bila perlu
m) Periksa untuk memastikan bahwa selang telah dirapatkan ketempat
tidur, dan gantung lurus ke bawah kantong drainase.
n) Rapikan kembali seprai dan selimut dan angkat selimut mandi
o) Lipat selimut mandi dan tinggalkan di kamar untuk digunakan
kembali.
p) Ingatlah untuk mencuci tangan setelah melakukan prosedur
perawatan kateter. Laporkan penyelesaian tugas dan mendokumentasi
waktu, tanggal, perawatan kateter, larutan antiseptik yang digunakan
dan reaksi pasien.

G. Perawatan Kateter
a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan prosedur tindakan
b) Upayakan agar klep pada sistem drainase tidak menyentuh pemrukaan
yang terkontaminasi

16
c) Jangan membuka titik-titik penghubung pada sistem drainase untuk
mengambil spesimen urine
d) Apabila sambungan selang drainase terputus, jangan menyentuh bagian
ujung kateter atau selang, bersihkan ujung selang dan keteter dengan
larutan anti mikroba sebelum menyambung kembali
e) Pastikan bahwa setiap klien memiliki wadah terpisah untuk mengukur
urine guna mencegah kontaminasi silang
f) Cegah pengumpulan urine di dalam selang dan refluk urine kedalam
kandung kemih.
 Hindari meninggikan kantung drainase melebihi ketinggian kandung
kemih klien
 Apabila perlu meninggikan kantung selama memindahkan klien ke
tempat tidur atau ke sebuah kursi roda, mula-mula klien selang atau
kosongkan isi seleng ke dalam kantung drainase
 Hindari lekukan selang yang besar, terbentang di atas tempat tidur
 Alirkan drainase urine dari selang ke kantung keluarkan semua urine
dari selang ke dalam kantung drainase.
g) Hindari menekuk atau mengklaim selang dalarn jangka waktu lama
h) Kosongkan kantung drainase sekurang-kurangnya setiap 8 jam. Apabila
tercatat bahwa keluaran urine banyak, kosongkan kantung dengan lebih
sering.
i) Lepaskan kateter segera setelah kondisi medis memungkinkan.
j) Plaster atau fiksasi kateter dengan benar untuk klien.
k) Lakukan praktik higiene rutin berdasarkan kebijakan lembaga dan setelah
defekasi atau inkontinensia urine.

H. Evaluasi dan Dokumentasi


a. Evaluasi
1. Inswelling catheter masuk secara benar, straight catheter masuk dan
dilepas tanpa menimbulkan rasa sakit
2. Klien merasa nyaman
3. Palpasi kandung kemih bila klien masih merasa tidak nyaman
b. Dokumentasi

17
1. Catat waktu perawatan luka, kondisi luka, cara perawatan
I. Pengkajian Ulang
a. Pengkajian
1. Kaji klien
2. Tentukan kateter yang akan digunakan
b. Perencanaan
1. Mencuci tangan
2. Persiapan alat
c. Implementasi
1. Persiapan klien, pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan
2. Dengan menggunakan sarung tangan bersih, cuci area genital-
perineal dengan air hangat dan sabun. Keringkan
3. Buka sarung tangan bersih
4. Pasang perlak/pengalas di bawah bokong klien
5. Atur pencahayaan. Dekatkan lampu sorot kearah klien (jika
diperlukan)
6. Buka set steril. Ciptakan area steril
7. Buka set kateter dengan hati-hati dan singkirkan kemasan plastic luar
8. Gunakan sarung tangan steril
9. Cek balon pada kateter dengan cara memasukkan cairan
menggunakan spuit sebanyak 2-3 cc. Jika kondisi balon baik,
keluarkan kembali cairan tersebut
10. Isi spuit dengan aqua steril sebanyak 10 – 30 cc (sesuai petunjuk pada
kemasan kateter)
11. Pasang laken bolong, sehingga hanya area perineal saja yang terlihat
12. Lakukan vulva hygiene
13. Ambil kateter dan berikan jelly diujung kateter dengan
mempertahankan teknik steril
14. Dekatkan bengkok ke bawah perineum klien
15. Masukkan kateter dengan bantuan pinset sampai urin mengalir

18
16. Ketika urin mengalir, pindahkan tangan yang tidak dominant dari
labia atau dari penis ke kateter, 2 cm dari meatus untuk menahan
kateter agar tidak terdorong ke luar
17. Tangan dominan menghubungkan ujung kateter ke urin bag
18. Pada inswelling catheter, isi balon dengan aqua steril yang sudah
dipersiapkan, kemudian tarik kateter kira-kira 2,5 cm untuk
memastikan apakah kateter sudah terfiksasi dengan baik
19. Lepaskan sarung tangan steril
20. Plester kateter (pria ke abdomen bag. bawah, wanita kearah paha)
21. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
22. Bereskan alat
23. Cuci tangan

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kateterisasi dapat ditakukan pada penderita yang akan dilakukan :
- Retansi urine
- Pemeriksaan urine steril
- Foto didaerah kantung kemih
- Inkontinensia urine
- Operasi/pembedahan
2. Penindakan kateterisasi juga dapat menimbulkan komplikasi dan infeksi.
3. Dalam penindakan kateterisasi, kita harus dengan ketat memperhatikan
masalah sterilisasi.
4. Tujuan melaksanakan kateterisasi adalah
a. Tujuan Umum
- Untuk mengetahui perawatan gambaran hateter urine
- Untuk mengetahui gambaran tentang cara mengugunakan pispot dan
pot urinal
b. Tujuan Khusus
- Mengetahui konsep dasar kateter urine
- Mengetahui persiapan pemasangan kateter urine
- Mengetahui prosedur perawatan kateter urine
- Mempraktekkan cara perawatan kateter urine
- Evaluasi dan dokumentasi menggunakan pispot

20
B. Saran-Saran

1. Sewaktu akan melaksanakan kateterisasi, kita harus memakai teknik aseptic.


2. Agar pada saat melakukan kateterisasi, tidak satupun cara/prosedur tindakan
diabaikan atau ditiadakan sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
3. Agar konsep sterilisasi benar-benar dijaga, sehingga tidak terjadi komplikasi
dan infeksi.
4. Sebelum melakukan kateterisasi, kita harus terlebih dahulu mengetahui
manfaat, tujuan dan resiko apa yang akan ditimbulkan oleh penindakan ini.
5. Tetap melakukan pengawasan terhadap pasien dengan kateter permanen, dan
memastikan jika sewaktu-waktu terjadi komplikasi dan infeksi.

xxi
DAFTAR PUSTAKA

Dalam Praktik. (ed.1). Jakarta; Buku Kedokteran egc.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Iqbal Wahid, dkk (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikkasi

Www.google.com

22

Anda mungkin juga menyukai