Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN

GASTRITIS AKUT+ANEMIA+PSMBA PADA Ny “N”

DI RUANG RAWAT INTERNIST RSUD CUT

NYAK DHIEN MEULABOH KABUPATEN

ACEH BARAT 2019

DISUSUN OLEH

WIWIK RUDIANA, S Kep

NIM:18901025

STIKES MEDIKA SEURAMO BARAT

2019
A. DEFINISI

Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang
berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah
inflamasi dari mukosa lambung.

Gastritis adalah segala radang mukosa lambung. Gastritis merupakan suatu keadaan
peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau
local.

Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu
proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi
dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis
bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut
merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat
mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Peradangan ini
mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya
kelainan pada bagian tersebut.

B. KLASIFIKASI

Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)

1. Gastritis akut

Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan mukosa
menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar yaitu :

a. Gastritis eksogen akut, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar,


seperti bahan kimia. Misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid,
mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung).

b. Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan


badan.
2. Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory. Gastritis kronik dikelompokkan lagi
dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu
menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung
dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi
antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B lebih
lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus
pada dinding lambung.

C. ETIOLOGI

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :

a. Gastritis Akut Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung), makanan, bahan kimia misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein
lada, steroid dan digitalis.

b. Gastritis Kronik Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui,


biasanya disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung Helicobacter
pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
peminum alkohol, dan merokok.
D. PATOFISIOLOGI
1. Gastritis akut

Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug
seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid
(AINS) seperti aspirin, ibuproven dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung.

Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah
lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau
pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritisdan peptic ulcer. Pemberian
aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga
kemampuan faktor defensif terganggu.

Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat (bahan
pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan
merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu
sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih
sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung. Kemudian stress psikologis maupun
fisiologis yang lama dapat menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma
menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung mengakibatkan
peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa.
Mukosa tidak mampu lagi menahan asam berlebih menyebabkan edema lalu rusak

2. Gastritis Kronik

Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai
gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atropi dan
infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa
dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai
gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum
panas atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi usus
kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis
ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini
dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga
asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan demikian baik asam lambung
maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan
mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun
demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa
menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons
kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorphmati dan mengeluarkan senyawa
perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk
menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori.
Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial
dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan
tukak lambung akan terbentuk.

E. MANIFESTASI KLINIS

a. Gastritis Akut
 Anoreksia
 Mual
 Muntah
 Nyeri epigastrum
 Perdarahan saluran cerna pada hematemasis melena, tanda lebih lanjut
yaitu anemia.

b. Gastritis Kronik

Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai keluhan. Namun pada
gastritis tipe B, pasien biasanya mengeluh :

 Nyeri ulu hati


 Anorexia
 Nausea
 Anemia
 Pemeriksaan Penunjang
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996, seperti di
bawah ini :

 Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia akibat


perdarahan.
 Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis kronik
yang berat.
 Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan mukosa
lambung.
 Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan mukosa
lambung.
 Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan asam
lambung
 Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapatH. Pylori dalam darah. Hasil
tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang
terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
 Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori
dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya
infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
 Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung
puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa
perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang
selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock
hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin
B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa,
penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.

H. PENATALAKSANAAN

Pengobatan gastritis meliputi :

 Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.


 Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
 Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain
(Soeparman,1999)

Pada gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis dan non medis),
yaitu sebagai berikut:

 Gastritis Akut
 Intruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
 Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
 Bila gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
 Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastrofestinal.
 Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
 Untuk menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
 Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
 Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk
yang encer atau cuka yang di encerkan.
 Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.

 Gastritis Kronik
 Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan
sedikit tapi lebih sering.
 Mengurangi stress
 H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan
gram bismuth (pepto-bismol).
I. PROGNOSIS

Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya


komplikasi, dan pengobatannya. Umumnya prognosis gastritis adalah baik,
namun dapat terjadi berulang bila pola hidup tidak berubah.
ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

I. Pengkajian
A. Anamnesa

a. Identitas

Anamnesa meliputi nama, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, alamat,


suku/bangsa, agama, tingkat pendidikan (bagi orang yang tingkat pendidikan
rendah/minim mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan
menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai
sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta
memperparah penyakit ini)

b. Riwayat sakit dan kesehatan

 Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah.
 Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari
gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara
mendadak atau bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi
masalah tersebut.
 Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan
dengan penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat
pemakaian obat.

c. Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS) Keadaan umum: tampak


kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan di kwadran epigastrik.

 B1 (breath) : takhipnea
 B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
 B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
 B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
 B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak
toleran terhadap makanan pedas.
 B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
II. . Fokus Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat

Gejala : kelemahan, kelelahan

Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)

b. Sirkulasi

Gejala : kelemahan, berkeringat

Tanda : Hipotensi (termasuk postural), Takikardia, disritmia (hipovolemia /


hipoksemia), nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat / perlahan
(vasokonstriksi), warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah), kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)

c. Integritas ego

Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak
berdaya.

Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat, perhatian


menyempit, gemetar, suara gemetar.

d. Eliminasi

Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan


gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya luka
peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses.

Tanda : nyeri tekan abdomen, distensil, bunyi usus : sering hiperaktif selama
perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan, karakteristik feses : diare, darah warna
gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk
(steatorea), konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida),
haluaran urine : menurun, pekat.

e. Makanan / Cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal), masalah menelan:
cegukan, nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah

Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah, membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).

f. Neurosensi

Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.

Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur,
disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume
sirkulasi / oksigenasi).

g. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-
samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri
epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster). Nyeri epigastrum kiri
sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan
bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus
duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis). Faktor pencetus :
makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin,
antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.

Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.

h. Keamanan

Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA

Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan


sirosis / hipertensi portal)

i. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid. NSAID menyebabkan perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat
diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak berhubungan (misal :
trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang
lama misal : sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999,
hal: 455).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat


dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
b. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake
asupan gizi (mual, muntah).
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, nyeri.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan mual, muntah, nyeri

C. INTERVENSI

 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat


dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).

Tujuan

Kebutuhan cairan terpenuhi.

Kriteria Hasil :

Tanda vital dalam batas normal, turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
produksi urine output seimbang, muntah darah dan berak darah berhenti.

Rencana Tindakan :

 Catat karakteristik muntah dan/ atau drainase.

Rasional : Membantu dalam membedakan distress gaster. Darah merah cerah


menandakan adanya atau perdarahan arterial akut, mungkin karena ulkus
gaster; darah merah gelap mungkin darah lama (tertahan dalam usus) atau
perdarahan vena dari varises.

 Awasi tanda vital; bandingkan dengan hasil normal klien/sebelumnya. Ukur


TD dengan posisi duduk, berbaring, berdiri bila mungkin .

Rasional : Hipotensi postural menunjukkan penurunan volume sirkulasi.

 Catat respons fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya


perubahan mental, kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea,
peningkatan suhu.

Rasional : Memburuknya gejala dapat menunjukkan berlanjutnya perdarahan


atau tidak adekuatnya penggantian cairan.

 Awasi masukan dan haluaran dan hubungkan dengan perubahan berat badan.
Ukur kehilangan darah/ cairan melalui muntah dan defekasi.

Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan.

 Pertahankan tirah baring; mencegah muntah dan tegangan pada saat


defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat tanpa
gangguan. Hilangkan rangsangan berbahaya.

Rasional : Aktivitas/ muntah meningkatkan tekanan intra-abdominal dan


dapat mencetuskan perdarahan lanjut.

 Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.

Rasional : Mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida dimana dapat


menyebabkan komplikasi paru serius.

 Kolaborasi pemberian cairan/darah sesuai indikasi.

Rasional : Penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan


lamanya perdarahan (akut/kronis).

 Berikan obat antibiotik sesuai indikasi.


 Rasional : Mungkin digunakan bila infeksi penyebab gastritis kronis.
 Awasi pemeriksaan laboratorium; misalnya Hb/ Ht
Rasional: Alat untuk menentukan kebutuhan penggantian darah dan
mengawasi keefektifan terapi.

 Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.

Tujuan:

Nyeri terkontrol.

Kriteria Hasil:

Klien menyatakan nyerinya hilang dan tampak rileks, TTV


stabil,TD=140/90 mmHg, N=80x/i, RR= 20x/i, T= 36-37oC, skala nyeri 0-1.

Rencana Tindakan:

 Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).

Rasional: Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri klien sebelumnya dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi
perdarahan dan terjadinya komplikasi.

 Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.

Rasional : Membantu dalam membuat diagnose dan kebutuhan terapi.

 Anjurkan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk klien.

Rasional : Makanan mempunyai efek penetralisir, juga mencegah distensi


dan haluaran gastrin.

 Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.

Rasional : Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam


antara individu.

 .Bantu latihan rentang gerak aktif/ aktif.

Rasional: Menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri/


ketidaknyamanan.

 Kolaborasi pemberian obat analgesik sesuai indikasi.

Rasional : Mengobati nyeri yang muncul.


 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan anoreksia.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil :

Klien tidak mual lagi, klien menghabiskan porsi makanan, peningkatan HB,
peningkatan BB mencapai berat badan ideal, conjungtiva tidak eremis.

Rencana tindakan :

 Kaji status nutrisi dan factor-faktor penyebab kurangnya intake nutrisi.

Rasional : untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dari keadaan


pasien. Dan perubahan yang terjadi.

 Anjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : mencegah perangsangan yang mendadak pada lambung

 Hindari makanan yang keras dan merangsang peningkatan asam lambung


seperti pedas, asam, kopi, alcohol dan lain-lain.

Rasional : untuk menghindari kerja lambung yang berat dan meminimalkan


Iritasi pada lambung.

 Timbang berat badan setiap hari

Rasional : untuk mengetahui perkembangan berat badan.

 Kolaborasi dalam pemberian obat penurun sekresi lambung

Rasional : untuk mencegah mual, dan muntah.


 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, nyeri.

Tujuan :

Ansietas berkurang / hilang.

Kriteria Hasil :

Menunjukkan rasa rileks serta melaporkan rasa ansietas hilang atau


berkurang.

Rencana Tindakan :

 Awasi respon fisiologis, misalnya takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala


dan sensasi kesemutan.

Rasional : Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi
dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik/ status syok.

 Catat petunjuk perilaku seperti gelisah, kurang kontak mata dan perilaku
melawan.
Rasional : Indikator derajat takut yang dialami klien.
 Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.

Rasional : Membantu klien menerima perasaan dan memberikan kesempatan


untuk memperjelas konsep.

 Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan keterampilan koping.

 Dorong orang terdekat tinggal dengan klien. Berespons terhadap tanda


panggilan dengan cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan tepat.

Rasional : Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan


menjadi seorang diri
 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang proses penyakit,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakitnya.

Tujuan :

Pengetahuan klien tentang perawatan di rumah bertambah setelah diberikan


pendidikan kesehatan tentang hematemesis melena.

Kriteria Hasil :

Klien menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya sendiri (bila tahu)


dan penggunaan tindakan pengobatan.

Rencana Tindakan :

 Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga tentang penyakit


yang diderita.

Rasional : Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi


dan memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan
sesuai kebutuhan.

 Diskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan kesehatan.

Rasional : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja


sama dengan klien.

 Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita, cara pengobatan dan
perawatan di rumah serta pencegahan kekambuhan penyakit.

Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan


informasi/ keputusan tentang masa depan dan kontrol masalah kesehatan.

 Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam


pendidikan kesehatan.

Rasional : Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk lebih


memahami tentang penyakitnya.

 Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan kesehatan.


Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien setelah diberi
pendidikan kesehatan.

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh

Tujuan :

Klien dapat melakukan aktifitas yang di inginkan

Kriteria hasil :

Berpartisipasi pada aktivitas yang di inginkan, memenuhi perawatan diri


sendiri, mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Intervensi :

 Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien
menggunakan vasodilator, diuretik dan penyekat beta.

Rasional : hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilasi), perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung.

 Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,


dispnea berkeringat dan pucat.

Rasional : penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan


volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera
frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan
kelemahan.

 Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.

Rasional : dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada


kelebihan aktivitas.

 Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)

Rasional : peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja


jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi
jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali.
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan mual, nyeri epigastrium

Tujuan :

Setelah dilakukan intervensi diharapkan istirahat dan tidur terpenuhi.

Kriteria hasil :

Klien dapat tidur sesuai kebutuhannya, klien tidak terlihat lesu dan lemah,
tidak terlihat lingkaran hitam pada palpebra inferior dan superior.

Rencana tindakan :

 Kaji tingkat kebutuhan istirahat tidur


Rasional : untuk mengetahui tingkat gangguan kebutuhan istirahat Tidur
 Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Rasional : dengan posisi yang mendukung dapat memberikan rasa nyaman
 Diskusikan dengan pasien tentang pola dan kebiasaan pada saat akan tidur.
Rasional : dengan menggunakan kebiasaan yang sama walaupun dengan
lingkungan yang berbeda diharapkan klien dapat tidur seperti biasa.
 Ganti laken dan pakaian klien setiap hari.
Rasional : agar klien merasa nyaman dan tidak gerah pada saat tidur.
 Ciptakan lingkungan yang terang dan nyaman.
Rasional : dengan lingkungan terang diharapkan klien tidur dengan nyenyak.
 Berikan obat sesuai dengan indikasi.

Rasional : mengurangi nyeri yang klien rasakan.


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,

EGC, Jakarta

Dikutip dari hhttps://akperla.blogspot.com/2009/08/konsep-gastritis.

Dikutip dari https://khaidirfadlisirait.blogspot.com/2012/10/askep-gastritis.html

Dikutip dari https://gudangardhy.blogspot.com/2016/12/laporan-pendahuluan-lp-

konsep-dasar.html
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DS: Iritasi Mukosa Gangguan Rasa Nyaman;Nyeri


Lambung
 Os Mengtakan area epigastrium terasa nyeri,
penuh ,panas seperti terbakar

 Os mengatakan tidak nyaman dengan kondisi


sakitnya

DO:

 Skala nyeri:5

 Tamn

 TTV:

o TD: 140 mmhg

o RR: 20X/m

o Pulse: 88x/m

o Temp: 38 c

 Os tampak meringis menahan sakit

 Os tampak gelisah

2 DS: Mual & Anoreksia. Perubahan Nutrisi Kurang


 Selera makan menurun dan mengaku hanya Dari Kebutuhan Tubuh
berani minum air putih saja karena takut
perutnya sakit lagi

 Os merasa mual

 Os merasa pusing dan hoyong

DO:
 Keadaan umum lemah

 Konjungtiva anemis

 Mucosa bibir kering

 Porsi makanan tidak habis

 Hb 7
 Tampak pucat dan mengantuk

 Os menolak makananan yang diberikan oleh


rumah sakit

3 DS: Kurangnya Kurang Pengetahuan


 Keluarga mengeluh tidak mengerti Informasi Tentang Proses Penyakit,
tentang penyakit ibunya
 keluarga merasa bingung dengan Tentang Prognosis, Dan Kebutuhan
prosedur pengobatan yang akan Penyakitnya Pengobatan
dijalani oleh ibu nya
 keluarga mengatakan kurang
mendapatkan informasi dari pihak
rumah sakit
 keluarga menyatakan kurang puas karena
minimnya informasi yang di dapat
DO:

 keluarga aktif bertanya mengenai


prosedur pengobatan
 os selalu minta pulang
 os minta ivfd nya segera di aff
 os tampak gelisah
Nama mahasiswa : Wiwik Rudiana Nama Klien :Ny Naimah
Ruangan : Ruang Internis Umur :79 tahun
Tgl pengkajian : 05-08-2019 Jenis Kelamin : laki-laki
No RM : 32-01-77

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1 Gangguan Rasa Nyeri terkontrol.  Catat keluhan nyeri, termasuk
Nyaman;Nyeri
Kriteria Hasil: lokasi, lamanya, intensitas (skala
Os menyatakan 0-10).
nyerinya hilang dan  Kaji ulang faktor yang
tampak rileks, TTV meningkatkan atau menurunkan
stabil nyeri.
skala nyeri 0-1.  Monitor TTV
 Ajarkan tekhnik relaksasi. .
 Identifikasi dan batasi makanan
yang menimbulkan
ketidaknyamanan..
 Kolaborasi pemberian obat
analgesik sesuai indikasi.
2 Perubahan Kebutuhan nutrisi  Kaji status nutrisi dan factor-faktor
nutrisi kurang terpenuhi penyebab kurangnya intake nutrisi
Kriteria hasil
dari kebutuhan  Anjurkan os makan dalam porsi
Os tidak mual lagi,
tubuh kecil tapi sering.
klien menghabiskan
 Berikan edukasi mengenai
porsi makanan,
pentingnya gizi seimbang dan
peningkatan HB,
peningkatan BB asupan nutrisi

mencapai berat badan  Hindari makanan yang keras dan


ideal, conjungtiva merangsang peningkatan asam
tidak eremis. lambung seperti pedas, asam, kopi,
alcohol dan lain-lain.
 Timbang berat badan setiap hari
 Kolaborasi dengan doter dan unit
laboratorium mengenai transfusi
darah
 Kolaborasi dalam pemberian obat
penurun sekresi lambung
3 Kurang  Pengetahuan os  Kaji sejauh mana
Pengetahuan tentang perawatan ketidakmengertian os dan keluarga
Tentang Proses di rumah tentang penyakit yang diderita.
Penyakit, bertambah setelah  Diskusikan dengan os untuk
Prognosis, Dan diberikan melakukan pendidikan kesehatan.
Kebutuhan pendidikan  Berikan penjelasan tentang
Pengobatan kesehatan tentang penyakit yang os derita, cara
konsep dasar pengobatan dan perawatan di
gastritis rumah serta pencegahan
Kriteria Hasil : kekambuhan penyakit.
Os menyatakan  Berikan kesempampatan os dan
pemahaman keluarga untuk berpartisipasi aktif
penyebab dalam pendidikan kesehatan.
perdarahannya  Berikan evaluasi terhadap
sendiri (bila tahu) keefektifan pendidikan kesehatan.
dan penggunaan 
tindakan
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai