Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT DENGAN LUKA BAKAR

DOSEN PEMBIMBING : Ns. APRIANI, S.Kep, M.Kes

MATA KULIAH : KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 1

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. Agda Shanya
2. Diera Lita Sabiva
3. Eka Fitri Puji Astuti
4. Havitri Handayani
5. Monica Dwi Agustina
6. Rizky Fara Anisya
7. Selvi Widayanti
8. Tri Arif Wahyudi
9. Yongki Anggara

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SITI KHADIJAH PALEMBANG
T.A. 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan yang


telah melebihkan manusia dengan ilmu dan amal atas semesta alam. Shalawat dan
salam kita persembahkan kepada penghulu kita nabi Muhammad SAW. Yaitu
petunjuk jalan yang paling terpercaya, juga bagi seluruh keluarg dan sahabat
beliau sekalian yang merupakan penerang bagi orang-orang yang bermata hati.

Dengan izin dari Allah SWT makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan
Luka Bakar. Saya ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat 1. Yang telah membimbing kami selama proses
belajar. Makalah yang disusun ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi tugas
yang diberikan dosen pembimbing pada mata kuliah ini.

Penulis mohon kritik dan saran atas makalah yang telah kami susun ini
karena sebagai manusia kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam penulisan atau usunan kata dari makalah ini. Semoga makalah yang disusun
ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi tim penulis sendiri.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 4

A. Latar Belakang .......................................................................................... 4


B. Tujuan ....................................................................................................... 4

BAB II KONSEP TEORI ................................................................................... 6

A. Definisi ...................................................................................................... 6
B. Gejala dan tanda ........................................................................................ 6
C. Klasifikasi ................................................................................................. 7
D. Etiologic .................................................................................................... 9
E. Patofisiologi .............................................................................................. 10
F. Komplikasi ................................................................................................ 12
G. Penatalaksanaan ........................................................................................ 13
H. Prognosis ................................................................................................... 13

BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................. 15

A. Pengkajian ................................................................................................ 15

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 28

A. Kesimpulan ............................................................................................... 28
B. Saran .......................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penanganan dan perawatan luka bakar sampai saat ini masih memerlukan
perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan bagi kita, karena
sampai saat ini angka morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi. Di Amerika
dilaporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah
kematian sekitar 5-6 ribu kematian/tahun. Di indonesia sampai saat ini belum ada
laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian
yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan
angka kematian 37,38%. Di unit Luka bakar RSU Dr. Soetomo surabaya jumlah
kasus yang dirawat selama satu tahun (Januari 2000 sampai Desember 2000)
sebanyak 106 kasus atau 48,4% dari seluruh penderita bedah plastik yang dirawat
yaitu sebanyak 219, jumlah kematian akibat luka bakar sebanyak 28 penderita
atau sekitar 26,41% dari seluruh penderita luka bakar yang dirawat, kematian
umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar
yang disertai cedera pada saluran nafas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama
perawatan (Noer, 2006).

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu menyusun dan menjelaskan asuhan keperawatan kritis klien


pada luka bakar dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan khusus

 Mengetahui definisi luka bakar.


 Mengetahui etiologi luka bakar.
 Mengetahui patofisologi dan efek patofisiologi luka bakar
 Mengetahui fase, kedalaman, luas dan berat ringanya luka bakar

4
 Mengetahui penatalaksanaan luka bakar
 Mengetahui rencana asuhan keperawatan kritis pada klien dengan luka
bakar.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KONSEP TEORI
A. DEFINISI

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Musliha, 2010).

Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
(Kusumaningrum, 2008).

Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik,
bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka
ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif (Precise, 2011)

B. GEJALA DAN TANDA

Karakteristik luka bakar bergantung pada kedalamannya. Luka bakar superfisial


menyebabkan nyeri selama dua atau tiga hari, yang dilanjutkan dengan
pengelupasan kulit selama beberapa hari berikutnya.

Individu yang menderita luka bakar berat mungkin menunjukkan perasaan tidak
nyaman atau mengeluhkan adanya tekanan dibandingkan nyeri. Luka bakar yang
mengenai seluruh lapisan kulit mungkin sepenuhnya tidak sensitif terhadap
sentuhan ringan atau tusukan.

Luka bakar superfisial biasanya berwarna merah, sedangkan luka bakar berat bisa
berwarna merah muda, putih atau hitam. Luka bakar di sekitar mulut atau rambut
yang terbakar di dalam hidung bisa mengindikasikan terjadinya luka bakar di
saluran napas, tetapi temuan ini sifatnya tidak pasti. Tanda-tanda yang lebih
mengkhawatirkan meliputi: sesak napas, serak, dan stridor atau mengi. Rasa gatal

6
umum dialami selama proses penyembuhan, serta terjadi pada 90% orang dewasa
dan hampir semua anak. Mati rasa atau kesemutan masih dapat dirasakan dalam
waktu yang lama setelah cedera listrik. Luka bakar juga bisa menyebabkan
gangguan emosional dan psikologis.

C. KLASIFIKASI LUKA BAKAR

1. Berdasarkan penyebab:

1. Luka bakar karena api


2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik
5. Luka bakar karena radiasi
6. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:

a. Luka bakar derajat I

Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut.

b. Luka bakar derajat II

Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau
pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena
ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:

1). Derajat II dangkal (superficial)

Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh
dalam waktu 10-14 hari.

2). Derajat II dalam (deep)

7
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi
lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.

c. Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak,
tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih
rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis
dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka

a. Luka bakar ringan (minor)

1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa


2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan kaki dan perineum).

b. Luka bakar sedang (moderate burn)

1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat
II kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa
> 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.

c. Luka bakar berat (major burn)

1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di


atas usia 50 tahun

8
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada
butir pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.

D. ETIOLOGI

Menurut Rahayuningsih (2012), etiologi luka bakar antara lain :

 Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)

Luka bakar thermal disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan
api, cairan panas dan bahan padat (solid).

 Luka bakar bahan kimia (Chemical burn)

Luka bakar kimia disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam
atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. luka bakar kimia
dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan
dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia
diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

 Luka bakar sengatan listrik (Electrical burn)

Lewatnya tenaga listrik bervoltase tinggi melalui jaringan menyebabkan


perubahannya menjadi tenaga panas, ia menimbulkan luka bakar yang tidak hanya
mengenai kulit dan jaringan sub kutis, tetapi juga semua jaringan pada jalur alur
listrik tersebut. Luka bakar listrik biasanya disebabkan oleh kontak dengan

9
sumber tenaga bervoltase tinggi. Anggota gerak merupakan kontak yang terlazim,
dengan tangan dan lengan yang lebih sering cedera daripada tungkai dan kaki.
Kontak sering menyebabkan gangguan jantung dan atau pernafasan, dan resusitasi
kardiopulmonal sering diperlukan pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Luka
pada daerah masuknya arus listrik biasanya gosong dan tampak cekung.

 Luka bakar radiasi (Radiasi injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injury ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri
atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terpapar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan
salah satu tipe luka bakar radiasi.

E. PATOFISIOLOGI

Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m2 pada anak
baru lahir sampai 2 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan
suhu tinggi. Pembuluh kapiler dibawahnya, area sekitar dan area yang jauh
sekalipun akan rusak dan menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah
kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi oedema dan bula
yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar akan
mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan.

Kedua penyebab diatas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan


intravaskuler. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme
kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih
dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala yang khas, seperti
gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi
setelah delapan jam.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permebilitas meninggi.
Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

10
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi diwajah, dapat
terjadi kerusaakan mukosa jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnoe,
stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon
monoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin sehingga hemoglobin tidak lagi
mampu mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan yaitu lemas, binggung, pusing,
mual dan muntah.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi
serta penyerapan kembali cairan dari ruang intertisial ke pembuluh darah yang
ditandai dengan meningkatnya diuresis.

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kuman gram positif yang
berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tapi kemudian dapat terjadi infasi
kuman gram negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan
eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam
invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau
pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng
yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.

Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang
mudah lepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang infasive ditandai dengan
keropeng yang kering dengan perubahan jaringan keropeng yang mula-mula sehat
menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi
derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di
jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga


keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena
eksudasi, metabolisme tinggi, dan mudah terjadi infeksi. Penguapan berlebihan
dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan
tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet.
Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan

11
menurun. Kecatatan akibat luka bakar inisangat hebat, terutama bila mengenai
wajah. Penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat akibat cacat tersebut,
sampai bisa menimbulkan gangguan jiwa yang disebut schizophrenia postburn.
(Sjamsuhidajat, dkk, 2010)

12
F. KOMPLIKASI

1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal

2. Sindrom kompartemen

Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas


kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam
kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan
bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi iskemia.

3. Adult Respiratory Distress Syndrome

Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan


pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.

4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling

Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus


paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause.
Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif
(hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces,
regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda
ulkus curling.

5. Syok sirkulasi

terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang


terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran
urine, perubahan pada tekanan darah, curah jantung, tekanan cena sentral dan
peningkatan frekuensi denyut nadi.

6. Gagal ginjal akut

13
Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan
yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.

G. PENATALAKSANAAN

Tindakan resusitasi dimulai dengan menilai dan menstabilkan jalan napas,


pernapasan, serta sirkulasi penderita. Jika dicurigai terjadi cedera inhalasi,
mungkin diperlukan intubasi awal. Penanganan ini kemudian diikuti dengan
penanganan luka bakar itu sendiri. Seseorang dengan luka bakar yang luas dapat
dibungkus menggunakan kain seprei bersih sampai tiba di rumah sakit.Karena
luka bakar mudah terkena infeksi, suntikan booster tetanus harus diberikan bila
pasien tersebut belum mendapatkan imunisasi tetanus ini dalam jangka lima tahun
terakhir.Di Amerika Serikat, 95% dari penderita luka bakar yang masuk ke unit
gawat darurat dirawat dan diperbolehkan pulang, sementara 5% memerlukan
perawatan di rumah sakit. Pada luka bakar berat, pemberian asupan makanan dini
sangat penting. Oksigenasi hiperbarik mungkin dapat beguna sebagai tambahan
dari penanganan secara tradisional.

H. PROGNOSIS

Progonosisnya lebih buruk bagi orang dengan luka bakar luas, orang yang berusia
tua, dan wanita. Terjadinya cedera karena menghirup asap, cedera signifikan lain
seperti patah tulang panjang, dan penyakit penyerta yang bersifat serius (misalnya
penyakit jantung, diabetes, penyakit psikiatrik, dan keinginan untuk bunuh diri)
juga mempengaruhi prognosis. Rata-rata, dari pasien yang dirawat inap di pusat
perawatan luka bakar di Amerika Serikat, 4% meninggal, dengan hasil perawatan
untuk tiap orang bergantung pada tingkat keparahan cedera luka bakar.
Contohnya, tingkat mortalitas penderita rawat inap dengan luka bakar kurang dari
10% LPB adalah sebesar kurang dari 1%, sementara penderita rawat inap dengan
luka bakar 90% LPB memiliki tingkat mortalitas 85%.Di Afghanistan, orang
dengan luka bakar lebih dari 60% LPB jarang dapat bertahan hidup. Skor Baux
secara historis sudah digunakan untuk menentukan prognosis luka bakar berat;
namun, dengan perbaikan dalam teknik perawatan, data ini tidak lagi begitu

14
akurat. Skor tersebut ditentukan dengan menambahkan ukuran luka bakar (%
LPB) pada usia penderita, yang dulunya lebih kurang sama dengan risiko
kematian.

15
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Klien Nn. T datang dari IGD keruang Melati pukul 10.00 WIB dengan keluhan
tubuh terkena api kompor dari perut ke kepala, sadar, perih, nafsu makan
berkurang, lemah, Tekanan darah : 110/70 mmHg, Suhu : 37,30C , Nadi : 84
kali/menit, Pernafasan : 18 kali/menit.

1. Identitas Klien

Nama : Nn. T

Umur : 24 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Status : Kawin

No. Register : 62614

Diagnosa Medis : Combustio

Dokter Penanggungjawab : dr. H. Chamid T, SpB

Bangsal / Kamar No. : Melati / II

16
2. Identitas Penanggungjawab

Nama : Tn. S

Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Hub. Dengan pasien : Suami

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SLTP

Agama : Islam

Alamat : Limpung - Batang

3. pemeriksaan primer

Data subjektif

a) Keluhan Utama

Klien datang ke IGD dengan keluhan tubuh terkena api kompor di perut.

b) Riwayat Penyakit Dahulu

Menurut keterangan klien dan keluarga, klien belum pernah mengalami sakit
seperti ini dan belum pernah diopname di Rumah Sakit.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien datang dari IGD keruang Melati pukul 10.00 WIB dengan keluhan tubuh
terkena api kompor dari perut ke kepala, sadar, perih, nafsu makan berkurang,
lemah, Tekanan darah : 110/70 mmHg, Suhu : 37,30C , Nadi : 84 kali/menit,
Pernafasan : 18 kali/menit.

17
d) Riwayat Pengobatan keluarga bila sakit

Klien dan keluarga biasa memeriksakan diri ke Puskesmas bila sakit. Anggota
keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular

e) Pengobatan yang Sedang Dijalani

Klien sedang menjalani rawat inap di ruang Melati RSUD Kalisari Kabupaten
Batang dengan diagnosa Combustio.

f) Allergi

Klien tidak mempunyai riwayat allergi terhadap obat-obatan maupun makanan.

Data objektif

a. Airway maintenance

1) Pasien bernafas spontan

2) Kesadaran : CM

3) Bicara jelas

4) Irama nafas teratur

b. Breathing

1) RR : 24 x/menit, spontan

2) Cappilary refill normal

3) Warna kulit kemerahan (bagian luka bakar)

4) Pengembangan dada dan diafragma simetris

c. Cirkulation

N : 108 x/menit, S : 36,6°C

d. disability

18
1. GCS :15

E:4, M:5, V:6

2. Pupil : tidak ada ikterik, kunjungtiva normal

e. exposure

terdapat luka bakar di perut

D. Pemeriksaan sekunder

1. Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi

Muka : Lesu

Rambut : Bersih, hitam tidak rontok

Hidung : Tidak ada polip dan epitaksis

Mata : Tidak ada ikterik, konjungtiva normal

Dada : Simetris, gerakan dada normal

Perut : Terdapat lepuhan luka bakar

Kulit : Bersih, terdapat luka, turgor jelek

Kuku : Bersih, pendek

Ekstrimitas Atas : Baik, terpasang infus sebelah kiri

Ekstrimitas bawah : Baik, tidak ada odem dan Varises

b) Palpasi

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Abdomen : Nyeri pada kulit perut

19
Ekstrimitas : Hangat, nadi 84 X/menit, irama jelas dan teratur

c) Perkusi

Dada : Tidak ada krepitasi

Perut : Tidak kembung

d) Auskultasi

Dada : Bunyi jantung normal

Abdomen : Peristaltik baik

2. TTV

Tekanan darah : 110/70 mmHg,

Suhu : 37,30C ,

Nadi : 84 kali/menit,

RR : 18 kali/menit.

3. Pemeriksaan penunjang

4. Terapi obat

- Infus NaCl 32 tetes/menit

- Injeksi Ampicillin 1gr/8 jam

- Injeksi Cimetidin 1 gr/8 jam

- Injeksi Orasic 100 gr/12 jam

- Injeksi Gentamicyn 80 ge/12 jam

20
E. ANALISA DATA

No DATA PROBLEM ETIOLOGI

1. DS: Klien mengatakan sakit bila Risiko kurangnya Perpindahan cairan


bergerak. volume cairan dari intravaskuler
DO DO: Odem pada daerah luka tubuh. ke dalam rongga
bakar ( perut ), terpasang infus intestinal.
NaCl 32 tts/mnt.

2. DS: Klien mengatakan nyeri Nyeri Kerusakan ujung –


pada daerah luka bakar. ujung saraf kulit
DO: DO: Klien menyeringai akibat luka bakar.
kesakitan, oedema pada daerah
luka bakar.

3. DS: Klien mengatakan cemas Kerusakan Hilangnya lapisan


terhadap penyakitnya. integritas jaringan kulit sekunder
DO: DO: terdapat luka bakar di terhadap luka
daerah perut, luka masih basah, bakar.
terdapat bula pada luka tersebut.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Risiko kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan Perpindahan


cairan dari intravaskuler ke dalam rongga intestinal.
 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan ujung – ujung saraf kulit akibat
luka bakar.
 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan Hilangnya lapisan kulit
sekunder terhadap luka bakar.

21
G. INTERVENSI KEPERAWATAN

RENCANA
No DIAGNOSA KEP TUJUAN TINDAKAN TTD

1. Risiko kurangnya volume Kekurangan volume 1. - berikan cairan


cairan tubuh berhubungan cairan dapat diatasi oral
dengan Perpindahan setelah dikakukan 2.–berikan
cairan dari intravaskuler tindakan penggantian
ke dalam rongga keperawatan selama nasogastrik sesuai
intestinal, ditandai dengan 3x24 jqm, dengan output 50-100cc
: criteria : per jam
DS : Klien mengatakan - Volume cairan 3.dorong keluarga
sakit bila bergerak. kembali normal. untuk membantu
DO : Odem pada daerah - Tidak ada oedema pasien makan
luka bakar ( perut ), 4.kolaborasi
terpasang infus NaCl 32 pemberian cairan
tts/mnt. IV
5. Anjurkan untuk
minum 8 gelas
per hari.

2. Gangguan rasa nyaman Klien dapat 1.-Lakukan


nyeri berhubungan dengan mengan massase.
kerusakan ujung – ujung tisipasi rasa nyeri 2.- ajarkan nafas
saraf kulit akibat luka setelah dilakukan dalam.
bakar, ditandai dengan : tindakan 3.- lakukan
DS: Klien mengatakan keperawatan distraksi relaksasi
nyeri pada daerah luka dengan criteria : 4.-Kolaborasi
bakar. - nyeri hilang atau dengan dokter
DO: Klien menyeringai berkurang. untuk pemberian
kesakitan, oedema pada - Klien merasa analgetik.

22
daerah luka bakar. tenang. 5. Tingkatkan
istirahat
6. Berikan
informasi tentang
nyeri

3. Kerusakan integritas Infeksi dapat .-anjurkan pasien


jaringan berhubungan dicegah setelah untuk
dengan Hilangnya lapisan dilakukan tindakan menggunakan
pelindung kulit sekunder keperawatan selama pakaian longgar.
terhadap luka bakar 1x24 jam dengan -jaga agar kulit
ditandai dengan : criteria : tetap bersih dan
DS: Klien mengatakan - Infeksi tidak kering.
cemas terhadap ada. -ooleskan lotion
penyakitnya. - perfusi jaringan pada daerah luka.
DO: terdapat luka baker di normal. 5.-Observasi luka
daerah perut ke kepala, - Tidak ada :
luka masih basah, terdapat perluasan luka 6.Pemberian
bula pada luka tersebut. karena infeksi. antibiotic.
- menunjukan 7.-
terjadinya proses Memberitahukan
penyembuhan luka. pada keluarga
- Terbentuk tentang perawatan
jaringan granulasi. lanjut di rumah.
- kolaborasi
dengan ahli gizi
pemberian diit
TKTP

23
KONSEP ASKEP SECARA TEORI

Pengkajian

 Aktifitas/istirahat:

Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.

 Sirkulasi:

Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).

 Integritas ego:

Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.

Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.

 Eliminasi:

Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

 Makanan/cairan:

24
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.

 Neurosensori:

Gejala: area batas; kesemutan.

Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam


(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal;
kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

 Nyeri/kenyamanan:

Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.

 Pernafasan:

Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera


inhalasi).

Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan


menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.

Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar
mulut dan atau lingkar nasal.

25
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.

Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;
ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam
setelah cedera.

Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif),
luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar
termal sehubungan dengan pakaian terbakar.

Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik


sehubungan dengan syok listrik).

 Pemeriksaan diagnostik:

LED: mengkaji hemokonsentrasi.

Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini


terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.

 Diagnosa Keperawatan

Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan Diagnosa Tambahan
selama menderita luka bakar (common and additional). Diagnosis yang lazim
terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang menderila luka bakar lebih
dari 25 % Total Body Surface Area

1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan permiabilitas


kapiler.
2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit
dan kehilangan volume plasma dari pembuluh darah.

26
3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak
Output dan edema.
4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas
(Respiratory Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan
nafas dan pneumoni.
5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung
syaraf pada kulit yang rusak.
6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.
7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan peningkatan rata-rata metabolisme.
9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan
kontraktur.
10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan
perubahan penampilan fisik

27
BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan


kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi.

Luka bakar dapat terjadi pada seriap orang dengan berbagai factor
penyebab seperti panas, sengatan listrik, zat kimia maupun radiasi. Penderita luka
bakar memerlukan penanganan yang serius secara holistic/menyeluruh dari
berbagai aspek dan disiplin ilmu. Pada penderita luka bakar yang luas dan dalam
memerlukan perawatan luka bakar yang lama dan mahal serta mempunyai efek
resiko kematian yang tinggi.

B. SARAN

Demikian makalah ini kami buat semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca dan penulis.

28
DAFTAR PUSTAKA

Borley R.Neil dan Grase A.Pierce.2007.At a glance ilmu bedah. Edisi 3.


Jakarta:Erlangga

Dewi,yulia Ratna Sintia.2013.luka bakar:konsep umum dan investigasi berbasis


klinis luka Antemortem dan post-mortem. Fakultas kedokteran Universitas
Udayana

Gurnida,Dida dan Melisa Lilisari.2011.dukungan nutrisi pada penderita luka


bakar.Bandung

29

Anda mungkin juga menyukai