Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rut Katika A.

Nadeak
NPM : A1D017082
Prodi : Pendidikan Biologi
Matkul : Pancasila

1. Apa perbedaan dakwah luar negeri dengan Indonesia?


 Dakwah di Indonesia
Dakwah adalah kewajiban yang harus diemban bagi setiap muslim. Hal ini
dipertegas dengan firman Allah surah al-Nahl 125 yang menunjukkan kewajiban dakwah.
Ayat tersebut ditujukan untuk umat Islam secara keseluruhan. Faktanya, dakwah
hendaknya diformat untuk bisa menghadapi tantangan zaman. Hal ini menunjukkan
bahwa dakwah tak hanya digunakan untuk merehabilitasi dampak kemunkaran saja,
namun juga dijadikan sebagai determinasi dalam mengendalikan perkembangan zaman.
Dengan demikian, maka seorang da’i hendaknya memperhatikan lima ciri dan esensi
perkembangan zaman dalam pelaksanaan dakwah, yakni pertama, terjadinya proses
transfer nilai yang intensif dan ekstensif; kedua, terjadinya transfer teknologi yang masif
dengan berbagai akibatnya; ketiga, terjadinya mobilitas dan kegiatan umat manusia yang
tinggi dan padat; keempat, terjadinya kecenderungan budaya global kontemporer yakni
kehidupan yang materialistis, hedonistis maupun pengingkaran terhadap nilai-nilai
agaman; dan kelima, terjadinya krisis sosok keteladanan bagi bangsa karena kurang
amanahnya figur.
Dakwah Islam pada hakikat adalah membawa perubahan; perubahan dari yang
tidak beriman menjadi beriman, dari yang beriman menjadi lebih beriman (taqwa), dari
yang tidak baik menjadi lebih baik, dan dari yang baik menjadi lebih baik. Untuk
mencapai maksud itulah, pendekatan yang membuat orang sadar akan keberagaman dan
menentukan pilihannya dengan tanpa paksaan bisa menjadi satu solusi untuk kehidupan
yang lebih baik bagi semua.

 Dakwah di Luar Negeri


1. Dakwah Interkultural di Melbourne, Victoria
Dari total populasi 5 juta jiwa yang menetap di Melbourne, sekitar 100.000
diantaranya adalah muslim; yang sebagian besar berlatar belakang Bosnia, Turki,
Arab dan Albania. Masjid yang dikenal sebagai Masjid pertama di wilayah
Victoria adalah AAIS (Albanian Australian Islamic Society) atau Masjid
komunitas Albania yang terletak di 765 Drummond St Nth Carlton VIC 3054.
Masjid ini lebih terfokus untuk pelayanan ibadah atau shalat. Sedangkan Masjid
yang lebih luas dengan ragam kegiatan yang cukup dikenal di Melbourne adalah
Masjid Coburg atau Masjid Fatih yang dibangun di tahun 1976. Masjid ini
membuka diri terhadap muslim ataupun non-muslim untuk bisa lebih mengenal
Islam lebih dekat.
Mayoritas muslim Australia bermukim di Melbourne dan umumnya mereka
tinggal berkelompok dengan komunitasnya. Karenanya tak heran bila kemudian
peningkatan pemahaman keIslaman lebih banyak dikelola oleh komunitas yang
bersangkutan. Masingmasing komunitas memiliki masjidnya masing-masing,
walau tidak menutup kemungkinan komunitas lain untuk bisa datang berkunjung.
Kegiatan yang dilakukan pun disesuaikan dengan kebutuhan muslim
komunitasnya masing-masing.

2. Dakwah Interkultural di Canberra, ACT (Australia Capital Territory)


Canberra adalah ibukota negara Australia dengan luas area 2400 km2 dengan
populasi penduduk sekitar 350.000 jiwa, dimana sekitar 4.300 jiwanya adalah
muslim. Canberra terletak di sisi tenggara, 650km dari Melbourne dan 300km dari
Sydney. Masjid yang terkenal di Canberra adalah Masjid Canberra yang terletak
di Yarralumla. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini pula menjadi pusat
pendidikan bagi generasi muda muslim yang dikenal dengan nama Canberra
Islamic School. Minimnya komunitas Muslim di Canberra, membuat komunitas
yang ada sangat erat satu dengan lainnya, mengesampingkan perbedaan etnik dan
budaya yang melatarbelakanginya. Hal inilah yang membuat komunitas muslim
bersatu dalam beragam kegiatan yang diadakan Canberra Islamic Centre (CIC).

3. Dakwah Interkultural di Sydney, NSW (New South Wales)


Sydney adalah kota tertua dan merupakan ibukota dari Negara bagian NSW
(New South Wales). Kota ini terkenal dengan multikulturnya. Dari 6,4 juta jiwa
penduduk Sydney, kurang lebih 169.000nya adalah muslim. Karenanya, mencari
makanan halal bukanlah hal yang sulit di Sydney. Selain itu, secara keseluruhan,
terdapat 167 tempat ibadah muslim di kota bagian NSW; 82 diantaranya hanya
dibuka saat salat lima waktu dan shalat jum’at yakni masjid yang dianggap
permanen; sedang 85 lainnya hanya dibuka untuk beberapa hal, seperti hanya
untuk shalat lima waktu saja, namun tidak menyediakan layanan shalat jum’at,
untuk shalat jum’at saja ataupun sedang dalam pembangunan. Umumnya semua
masjid ini dikelola oleh relawan. Masjid pun mengelola finansial yang didapatkan
dari sedekah, zakat fitrah, zakat harta dan kurban bekerja sama dengan lembaga
kemanusiaan. Efektifitas fungsi masjid banyak di tentukan oleh pengelola.
Semakin aktif kinerja pengelola, semakin beragam kegiatan dan pelayanan yang
ditawarkan pada jamaah. Dalam beberapa kasus dimana masjid tidak memiliki
pengelola yang jelas, maka tempat tersebut hanyalah menjadi tempat untuk
melakukan shalat lima waktu saja; tanpa ada aktivitas lain melengkapi.

2. Mengapa dakwah disebut mengedepankan kedamaian?


Dakwah, menurut Syekh Ali Mahfudz (2008: 4), merupakan penentu dari suatu
agama. Bahkan menurutnya, dakwah itu adalah sebagai simbol keberadaan agama. ia
menegaskan, “orang yang berfikir secara utuh, pastilah ia akan menyakini bahwa dakwah
merupakan penentu eksistensi agama. Adanya suatu aturan, pola pemikiran (mazhab)
yang berdiri kokoh, dikarenakan dakwah. Namun, Kusrin Zulida Mohd dkk (2013: 1-18)
berpandangan bahwa kerja dakwah yang dibutuhkan saat ini adalah strategi yang
multilevel, mengingat perbedaan-perbedaan dan keragaman yang muncul dari
pengamalan dakwah tersebut, disamping itu tetap mengedepankan dakwah yang adil dan
damai.
Aktualisasi sistem dakwah dalam sebuah lembaga Islam ataupun ormas dewasa ini
disertai dengan serangkaian masalah yang kompleks. Salah satunya adalah ketika
perubahan sosio-kultural semakin kompleks yang berarti masalah kemanusiaan semakin
meluas, dakwah Islam dihadapkan dengan keharusan memberikan jawaban yang jelas
yang menyangkut kepentingan manusia dalam pelbagai segi kehidupan. Penataan
lembaga dakwah dimulai kembali, perumusan pesan ditinjau kembali, penanganan
masalah secara kongkrit harus dikedepankan, secara keseluruhan sistem dakwah harus
ditinjau kembali baik efektifitas, efesiensi maupun jangkauan penanganan masalah yang
dihadapi. Karena tanpa upaya yang berkesinambungan dalam pemikiran sistem dakwah,
Islam semakin tidak mengakar dalam sistem sosial, budaya. Kedamaian, kemakmuran,
keadilan yang diajukan Islam semakin menjauh dari kenyataan. Demikian juga berarti
masalah kemanusiaan yang paling fundamental ditunda pemecahannya secara tuntas
(Amrullah Achmad: 1983,16).
3. Ada berapa macam Islam dan apa maksud Islam jalan tengah?

Di Indonesia sangat banyak sekali aliran islam atau organisasi islam yang tumbuh
membesar. Berikut adalah 5 contoh aliran atau organisasi islam di Indonesia yang besar
dan tidak bernilai sesat.

1. Jam’iyatul Chair
Jam’iyatul Choir adalah salah satu nama aliran islam moderen di Indonesia yang
berdiri di tahun 1901 M. Aliran ini adalah hasil dari perluasan pemikiran Muhammad
Abduh melalui salah satu media majalah islam yang masuk di Jakarta dari Mesir.
Aliran ini memiliki anggota yang berasal dari keturunan bangsa Arab yang
berdomisili di Indonesia. Dalam hal ini, Jam’iyatul Chair melakukan proses dakwah
yang menekankan pada pembelajaran Bahasa Arab, Pemahaman Islam, Pendidikan
Agama, dan juga persatuan dan ukhuwah islam.

2. Al Irsyad
Al irsyad adalah salah satu organisasi yang sudah berdiri di Inonesia sejak tahun
1914. Al-Irsyad adalah pecahan organisasi Jam’iyatul Choir yang akhirnya berdiri
sendiri berbentuk organisasi baru. Secara umum, garis perkembangan islam di
Indonesia berasal dari perkembangan organisasi yang sama. Namun, karena adanya
perbedaan pandangan, pemikiran, atau bahkan fiqih maka pecahlah mereka dengan
didirikannya berbagai organisasi yang baru.

3. Sarikat Islam
Sarikat islam adalah bentukan dari HOS Tjokroaminoto. Pada awalnya Sarikat
islam berbentuk Sarikat Dagang Islam yang menitik beratkan pada program ekonomi
para pedagang muslim. Lama kelamaan HOS Tjokoroaminoto mengembangkan
Sarekat Dagang Islam yang menjadi Sarikat Islam karena sudah masuk kepada ranah
politik dan islam. Pada perkembangannya, sarikat islam menjadi terpecah juga
menjadi SI Merah dan SI Putih. SI Merah memiliki kecondongan pada nilai-nilai
islam komunis atau sosialis. SI Putih memegang teguh pada islam yang lebih puritan.

4. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi atau aliran islam besar yang ada di
Indonesia. Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan yang berada di
Jogyakarta. Muhammadiyah menitik beratkan program dan visinya pada masalah
pendidikan dan regenerasi muslim yang lebih cerdas dan mampu mengembangkan
islam secara lebih intelektual. Karya besar Muhammadiyah dapat dilihat bahwa
Muhammadiyah memiliki banyak sekali Sekolah, Kampus, Majelis Taklim dan media
pendidikan lainnya yang bisa diikuti oleh umat islam. Untuk itu, hingga kini
Muhammadiyah masih menjadi gerakan islam terbesar di Indonesia.

5. Nahdatul Ulama
Nahdatul Ulama adalah organisasi yang lama dan juga cukup besar yang ada
di Indonesia. Nahdatul ulama adalah sebagai gerakan dari kebangkitan para ulama dan
pemikir islam yang kemudian bangkit untuk melawan penjajahan. Nahdatul ulama
meniitik beratkan dakwahnya kepada masalah keislaman yang benar-benar bersumber
dari Al-Quran dan Sunnah. NU juga mendirikan berbagai lembaga pendidikan
khususnya pesantren untuk melakukan kaderisasi ulama di dalamnya. Di bidang-
bidang lainnya NU juga berperan cukup banyak seperti di bidang ekonomi mendirikan
BMT, dakwah islamiah di seluruh kalangan, dan lain sebagainya.

Sejumlah Profesor Program Studi Islam dari berbagai universitas dan para imam
di Jerman mengagumi perkembangan agama Islam di Indonesia. Kesan tersebut mereka
ungkapkan saat berdialog. Prof. Azyumardi membeberkan karakter Islam Indonesia,
yang pada prinsipnya merupakan implementasi dari Islam Wasatiyah atau Islam Jalan
Tengah. Dalam beberapa tahun terakhir konsep ini lebih popular dikenal sebagai "Islam
Nusantara Berkemajuan”.
"Berbeda dengan beberapa kondisi di negara lain, agama sering menjadi faktor pemicu
konflik. Namun di Indonesia Islam justru menjadi faktor pemersatu bangsa Indonesia,"
ungkap Prof. Azyumardi.

Agama pemersatu bangsa


Dia menegaskan bahwa semangat persaudaraan Islam mampu menyatukan tidak kurang
dari 714 etnis yang tersebar di seluruh Indonesia. Lebih lanjut Prof Azyumardi pun
menjelaskan bahwa lahirnya beberapa organisasi berbasis agama Islam, terutama
Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah dengan cabang-cabangnya yang tersebar di
berbagai daerah di Indonesia, terbukti mampu menjadi perekat bangsa.
Menurutnya pengaruh budaya lokal membuat Islam berkembang baik dan dapat diterima
oleh masyarakat Indonesia secara umum. Bahkan hal tersebut juga menyebabkan
penganutnya lebih taat. "Kita bisa lihat indikasinya. Salah satu penelitian menyebutkan,
persentase laki-laki Muslim yang rutin sholat Jumat di Indonesia jauh lebih banyak
ketimbang negara-negara Timur Tengah”, jawab Prof Azyumardi. Begitu pun pada saat
bulan Ramadhan. Muslim di Indonesia lebih serius menjalankan ibadah Ramadan dari
pada Muslim di Timur Tengah.

Kekaguman dunia internasional


Pertemuan selama kurang lebih tiga jam di Aula KBRI Berlin tersebut dihadiri Prof. Dr.
Christine Schirmacher (Bonn University) , Prof. Dr. Fritz Schulze (George – August
University), Prof. Dr. Patric Franke (Bamberg University), Dr. Roman Seidel (Humbolt
University), dan Dr. Harald Versen (Philipps University).
Sementara itu, pada kesempatan berbeda, kekaguman akan Islam Nusantara
Berkemajuan juga diungkapkan oleh imam dan tokoh agama Islam di Berlin, Jerman.
Selama lawatan empat hari di Jerman, Prof. Azyumardi juga memperkenalkan konsep
Islam Nusantara Berkemajuan Indonesia kepada 26 imam dan pemimpin kelompok-
kelompok agama Islam di Berlin. Para imam dan ulama tersebut berasal dari etnis dan
aliran Islam yang berbeda. Ada dari Turki, India, Pakistan, Ukraina, Brunei, Malaysia,
Maroko, dan Mesir.

Anda mungkin juga menyukai