Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING DAN REINFORCING

TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI


DI PUSKESMAS BAGAN BATU KECAMATAN BAGAN
SINEMBAH KABUPATEN ROKAN HILIR

RENI AGUSTINA HARAHAP

Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Email : reniharahap.agustina77@gmail.com

ABSTRACT

Immunization is one of the preventive measures to prevent the disease by giving


immunity to be performed continuously and thorough, and conducted according to standars
so as to provide protection of health and break the chain of transmission. The results of this
study showed that the variables thet influence the provision of Hepatitis B immunization is
attitude, facilities , the role of health workers and the support of community leaders.
Suggested to the Health Center Bagan Batu to socialize and improve their knowledge in
terms of public health through health promotion efforts in the form of social support, namely
improving the quality of health promotion efforts in the form of social support, namely
improving the quality of health education and the provision of media sorces of health
information about the spread of immunization will be able to reach the right target mothers
located in the village of Rokan Hilir regencies.

Keywords: Predisposing, Enabling and Reinforcing, Hepatitis B Immunization

PENDAHULUAN kesehatan anak dan pada awal kehidupan


anak belum mempunyai kekebalan sendiri.
Imunisasi merupakan salah satu upaya
preventif untuk mencegah penyakit Resiko penyakit kronis pada penderita
melalui pemberian kekebalan tubuh yang hepatitis B jauh lebih besar bila infeksi
harus dilaksanakan secara terus-menerus terjadi mulai dari awal kehidupan
dan menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai dibandingkan dengan infeksi terjadi pada
standar sehingga mampu memberikan usia dewasa. Infeksi penyakit hepatitis B
perlindungan kesehatan dan memutuskan pada masa bayi mempunyai resiko untuk
mata rantai penularan.. Imunisasi selalu menjadi kronis sekitar 90% dan sebanyak
dikaitkan dengan angka kesakitan dan 25-30% diantaranya akan berkembang
kematian pada bayi. Hal ini dikarenakan menjadi sirosis hepatis atau primer
pemberian imunisasi adalah sebagai upaya carcinoma hepatocelluler (Depkes RI,
untuk meningkatkan daya tahan tubuh 2002).
terhadap berbagai penyakit. Pentingnya
imunisasi didasarkan pada pemikiran Pada dasarnya masalah imunisasi
bahwa pencegahan penyakit merupakan tidak luput dari perhitungan untung rugi,
upaya terpenting dalam pemeliharaan dengan imunisasi orang pasti dapat

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 79


mencapai keuntungan bukan kerugian. sedang sampai tinggi untuk terjadinya
Anak yang mendapatkan imunisasi jarang infeksi virus Hepatitis B.
menderita penyakit parah. Pertumbuhan
berjalan secara wajar. Kemungkinan besar, Dari data Direktorat Jendral
ada penyakit yang menunggu giliran untuk Pemberantasan Penyakit Menular dan
dimusnahkan yakni penyakit Hepatitis B Penyehatan Lingkungan Depkes (2005),
salah satu penyakit serius dan merupakan tercatat cakupan imunisasi Hepatitis B di
masalah kesehatan masyarakat, khususnya Indonesia yaitu: Hepatitis B1 98,3%,
bagi negara-negara berkembang. Infeksi Hepatitis B2 82,2%, dan Hepatitis B3
penyakit ini dapat menimbulkan berbagai sebesar 79,4%. Satu dari cakupan ini yaitu
macam manifestasi klinis mulai dari Hepatitis B3 masih bernilai cakupan di
pengidap penyakit (carrier) tanpa gejala bawah standar minimal yaitu 80%. Angka
atau dengan gejala, sampai dengan timbul ini juga harus diantisipasi agar standar
tanda-tanda hepatitis virus, sirosis, dan minimal yang diharapkan akan dapat
bahkan dapat menyebabkan timbulnya dicapai.
karsinoma hepatoseluler (Achmadi, 2006). Penelitian Supriadi (2001)
Wening S, dkk (2008), menyatakan menunjukkan bahwa ibu yang tidak
bahwa Hepatitis telah menjadi masalah mendapatkan kunjungan neonatal dini
global. Saat ini diperkirakan 400 juta mempunyai risiko 3,45 kali status
orang didunia terinfeksi Hepatitis B imunisasi Hepatitis B tidak sedini
kronis, bahkan sekitar 1 juta orang mungkin pada bayi yang mendapat
meninggal setiap tahun karena penyakit imunisasi Hepatitis B dibandingkan
tersebut.Sekitar 350 juta penduduk dunia dengan ibu yang mendapatkan kunjungan
terinfeksi Hepatitis B dan diperkirakan 1 neonatal dini (95%CI : 1,95 - 6,10) setelah
juta orang meninggal setiap tahunnya dikontrol oleh variabel pemeriksaan
akibat komplikasi Hepatitis B. Kasus kehamilan, tempat melahirkan, penolong
Hepatitis B cukup banyak di Indonesia. persalinan, penge tahuan ibu tentang
Sekitar 11 juta penduduk Indonesia imunisasi Hepatitis B dan sikap ibu
mengidap penyakit Hepatitis B. Di Jakarta tentang imunisasi Hepatitis B.
ada sebuah asumsi bahwa 1 dari 20 orang Profil Dinas Kesehatan Provinsi Riau
mengidap Hepatitis B. (2007), menyebutkan bahwa prevalensi
Misnadiarly (2007) dan Sudoyo, kejadian infeksi VHB (virus Hepatitis B)
dkk (2006) memperkirakan 4 - 40 juta di Provinsi Riau saat ini sebesar 0,8%, tiga
penduduk Indonesia mempunyai kabupaten mempunyai prevalensi di atas
kemungkinan mengidap Hepatitis (semua angka provinsi, yaitu Kampar (2,3%),
tipe), dan Hepatitis B menduduki urutan Rokan Hilir (1,4%) dan Kuantan Singingi
pertama dalam hal jumlah penderita dan (1,3%). Keadaan ini membutuhkan
penyebarannya. Prevalensi Hepatitis B di perhatian khusus dari semua pihak karena
Indonesia sangat bervariasi berkisar 2,5% penyakit Hepatitis B merupakan penyakit
di Banjarmasin sampai 25,61% di Kupang, menular, yang setiap saat dapat menular
sehingga Indonesia termasuk ke dalam pada anggota keluarga yang lain, jika di
kelompok negara dengan endemisitas dalam sebuah keluarga ada yang terserang
penyakit Hepatitis B. Disamping itu

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 80


prognosis penyakit Hepatitis B sangat terhadap berbagai penyakit yang
jelek, apabila tidak segera ditangani. berbahaya. Banyak penyakit berbahaya
Sering penderita datang dalam kondisi yang dapat dicegah dengan pemberian
stadium lanjut, sehingga dapat imunisasi sehingga imunisasi menjadi
menyebabkan kematian bagi penderitanya. salah satu bagian terpenting pada tahun
pertama bayi anda. Memberi imunisasi
Untuk Kabupaten Rokan Hilir, bayi tepat pada waktunya adalah faktor
tercatat pula prevalensi kejadian infeksi yang sangat penting untuk menentukan
VHB (virus Hepatitis B) sebesar 47,7% keberhasilan imunisasi dan kesehatan bayi.
(Subdin. P2P Dinkes. Kab. Rokan Hilir).
Angka ini menunjukkan bahwa cakupan Kendala utama untuk keberhasilan
imunisasi Hepatitis B masih sangat rendah imunisasi bayi dan anak dalam sistem
dari standar minimal yng ditetapkan 80%. perawatan kesehatan yaitu rendahnya
Hal ini memerlukan suatu strategi yang kesadaran yang berhubungan dengan
kompleks bagi pengambil kebijakan untuk tingkat pengetahuan dan tidak adanya
mengatasi rendahnya target cakupan itu. kebutuhan masyarakat pada imunisasi.
Adapun strategi yang telah atau sedang Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu
dilakukan untuk meningkatkan mutu dan juga hal yang penting, karena penggunaan
keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat
masyarakat berkaitan dengan rendahnya dengan perilaku dan kepercayaan ibu
cakupan imunisasi Hepatitis B adalah tentang kesehatan dan mempengaruhi
berupa upaya peningkatan cakupan status imunisasi (Arif, 2009).
imunisasi hapatitis B melalui program
pengembangan imunisasi pada masyarakat Hasil penelitian Syamsuddin (2007)
di Kabupaten Rokan Hilir. menunjukkan bahwa respon ibu balita
terhadap program imunisasi masih relatif
Menurut pendapat Notoatmodjo yang rendah, dan hal ini disebabkan oleh karena
menyebutkan bahwa sebelum seseorang masih adanya kepercayaan masyarakat
mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia yang melarang bayi keluar rumah sebelum
harus tahu terlebih dahulu apa arti atau berusia 1 bulan, adanya sikap keengganan
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau ibu bayi untuk mengimunisasi karena takut
keluarganya Demikian juga dengan orang resiko sakit pada anak, jarak rumah dengan
tua yang tahu arti dan manfaat imunisasi tempat pelayananan imunisasi yang jauh,
maka mereka tidak akan takut membawa dan keterbatasan penghasilan keluarga,
anaknya untuk mendapatkan imunisasi serta kurang tetapnya jadwal imunisasi
sehingga tujuan imunisasi dapat tercapai yang dilaksanakan pada posyandu. Ketiga
(Notoatmodjo, 2003). pernyataan tersebut merupakan refleksi
dari beberapa asumsi faktor predisposing,
Menurut Surinah, (2008), orang tua enabling dan reinforcing terhadap
yang bijaksana akan selalu memberi perilaku. Faktor-faktor itu berpengaruh
prioritas utama untuk melindungi dan terhadap pencapaian suatu program
memberikan kesehatan yang terbaik bagi kesehatan, seperti perilaku tidak proaktif
anaknya. Hal ini dapat diwujudkan dengan untuk memelihara dan meningkatkan
memberikan imunisasi sejak bayi lahir, kesehatan, mencegah resiko penyakit, serta
yang akan memberikan perlindungan

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 81


berpartisipasi aktif dalam gerakan PERMASALAHAN
kesehatan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas,
Penelitian Suandi (2001), dapat dirumuskan permasalahan penelitian
menunjukkan bahwa penolong persalinan yaitu bagaimana pengaruh faktor
berpengaruh terhadap kontak pertama predisposing (pengetahuan, sikap dan
imunisasi Hepatitis B bayi yaitu ibu yang kepercayaan), enabling (pelayanan
persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan, transportasi, jarak, dan biaya)
kesehatan bayinya mempunyai peluang 3,3 dan reinforcing (peran petugas kesehatan
kali lebih besar untuk mendapatkan HB- dan dukungan tokoh masyarakat) terhadap
1nya pada usia dini dibanding bayi dan ibu perilaku ibu dalam pemberian imunisasi
yang persalinannya ditolong oleh bukan Hepatitis B pada bayi di Puskesmas Bagan
tenaga kesehatan. Sinembah Kabupaten Rokan Hilir.

Berdasarkan survei pendahuluan yang TUJUAN PENELITIAN


penulis lakukan secara wawancara
langsung terhadap beberapa ibu yang Untuk mengetahui dan menganalisis
mempunyai bayi di Kabupaten Rokan Hilir pengaruh faktor predisposing
tersebut menyatakan belum mengerti (pengetahuan, sikap dan kepercayaan),
tentang pentingnya imunisasi Hepatitis B. enabling (pelayanan kesehatan,
Selain itu banyak faktor yang berhubungan transportasi, jarak, dan biaya) dan
dengan imunisasi Hepatitis B antara lain reinforcing (peran petugas kesehatan dan
tersedianya sarana, tenaga, dana, dukungan tokoh masyarakat) terhadap
jangkauan pelayanan, penyuluhan, perilaku ibu dalam pemberian imunisasi
pengetahuan masyarakat, sosial budaya Hepatitis B pada bayi di Puskesmas Bagan
dan sebagainya. Faktor- faktor yang Sinembah Kabupaten Rokan Hilir.
berhubungan dengan pencapaian MANFAAT PENELITIAN
iumunisasi Hepatitis B tersebut,
Kepercayaan dan prilaku kesehatan juga Diharapkan penelitian ini sebagai
hal penting, karena penggunaan sarana masukan bagi Puskesmas dan Dinas
kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan Kesehatan Kabupaten Rokan Hilir untuk
prilaku dan kepercayaan ibu tentang meningkatkan cakupan imunisasi Hepatitis
kesehatan dan mempengaruhi status B di Kabupaten Rokan Hilir, sebagai
imunisasi. masukan bagi Dinas Kesehatan Provinsi
dalam rangka meningkatkan cakupan
Berdasarkan seluruh uraian di atas, program imunisasi Hepatitis B di
maka di Kabupaten Rokan Hilir perlu Kabupaten Rokan Hilir, sebagai bahan
dilakukan suatu penelitian tentang masukan bagi peneliti lain yang ingin
pengaruh faktor predisposing, enabling melakukan penelitian lanjutan tentang
dan reinforcing terhadap perilaku ibu imunisasi Hepatitis B.
dalam pemberian imunisasi hepatits B
pada bayi dengan harapan program ini METODE PENELITIAN
akan dapat berjalan susuai dengan target
Jenis penelitian ini merupakan
indikator kesehatan dan menyentuh
penelitian survey menggunakan desain
seluruh lapisan masyarakat.

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 82


sekat silang (Cross Sectional Study) pada hati yang disebabkan oleh Virus
dengan pengukuran sesaat, di mana subyek Hepatitis B (VHB). Penyakit ini bisa
yang diamati hanya sesaat atau satu kali. menjadi kronis atau akut dan dapat pula
Untuk memperoleh informasi tentang menyebabkan radang hati, gagal hati,
variabel independen dan variabel sirosis hati, kanker hati, dan kematian.
dependen, pengukuran dilakukan bersama-
sama pada saat penelitian. Vaksin adalah suatu produk biologik
yang terbuat dari kuman (bakteri maupun
Teknik pengambilan sampel yang virus), komponen kuman atau racun
disebut sebagai responden dalam kuman yang telah dilemahkan atau
penelitian ini adalah keseluruhan populasi dimatikan, atau tiruan kuman dan berguna
(total sampling) Penentuan sampel pada untuk untuk merangsang pembentukan
penelitian ini adalah dengan seluruh kekebalan tubuh seseorang (Achmadi,
anggota populasi diangkat menjadi sampel 2006). Tindakan yang dengan sengaja
berjumlah 96 orang. memberikan paparan pada suatu antigen
berasal dari suatu patogen disebut dengan
Pengu,pulan data terdiri dari data vaksinasi (Ranuh, 2005).
primer dan data skunder. Data primer
didapat langsung dari responden dengan Etiologi Hepatitis B
menggunakan pedoman wawancara
(kuesioner). Untuk data sekunder di dapat Menurut National Institutes of Health
dari data yang ada di Puskesmas (PKM) (2006) etiologi Hepatitis B adalah virus
Bagan Batu, meliputi data tentang jumlah dan disebut dengan Hepatitis B Virus.
bayi/balita, jumlah posyandu, cakupan Misnadiarly (2007) menguraikan VHB
imunisasi hepatitis b dan data-data terbungkus serta mengandung genoma
penunjang lainnya. DNA melingkar. Virus ini merusak fungsi
lever dan sambil merusak terus
TINJAUAN PUSTAKA berkembang biak dalam sel-sel hati
(hepatocytes) Akibat serangan itu sistem
Imunisasi adalah suatu cara untuk kekebalan tubuh kemudian memberi reaksi
menimbulkan/meningkatkan kekebalan dan melawan. Kalau tubuh berhasil
seseorang secara aktif terhadap suatu melawan maka virus akan terbasmi habis,
penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar tetapi jika gagal virus akan tetap tinggal
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit dan menyebabkan Hepatitis B kronis
atau sakit ringan (Depkes, 2005). dimana pasien sendiri menjadi karier atau
Menurut Wening S, dkk (2008), pembawa virus seumur hidupnya
Hepatitis B merupakan tipe hepatitis yang (Misnadiarly, 2007).
berbahaya. Penyakit ini lebih sering Efektivitas dan lama proteksi vaksin
menular dibandingkan hepatitis jenis
Hepatitis B
lainnya. Hepatitis B menular kontak darah
atau cairan tubuh yang mengandung virus Vaksin yang akan digunakan harus
hepatitis B (VHB). betul-betul efektif dan harus ditinjau
secara terus menerus. Suatu persyaratan
Menurut Ling dan Lam (2007) sehingga vaksin dapat dinyatakan efektif
Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 83


bila dapat merangsang timbulnya imunitas dikombinasikan dalam suatu preparat
yang tepat, stabil dalam penyimpanan, dan tunggal dan merupakan sub unit virus yang
mempunyai imunitas yang cukup. mengandung HbsAg murni dan bersifat
Efektivitas vaksin untuk mencegah infeksi non infectious. Sehingga dengan adanya
VHB adalah lebih dari 95%, dimana vaksin ini pemberian imunisasi menjadi
memori sistem imun menetap minimal lebih sederhana, dan menghasilkan tingkat
sampai dengan 12 tahun pasca imunisasi cakupan yang setara antara HB dan DPT
(Wahab, 2002). (Depkes, 2004).

Sasaran pemberian imunisasi Hepatitis Jadwal Pemberian imunisasi Hepatitis


B B

Menurut Ranuh (2005), sasaran Jadwal pemberian imunisasi Hepatitis


pemberian vaksin Hepatitis B adalah B pada dasarnya sangat fleksibel sehingga
semua bayi baru lahir tanpa memandang tersedia beberapa pilihan untuk
status VHB ibu, individu yang karena menyatukan dalam program imunisasi
pekerjaannya beresiko tertular VHB, terpadu. Imunisasi Hepatitis B diberikan
karyawan di lembaga perawatan cacat minimal 3 kali dan pertama diberikan
mental, pasien hemodialisis, pasien segera setelah lahir. Jadwal yang
koagulopati yang membutuhkan transfusi dianjurkan adalah usia 0, 1, dan 6 bulan
berulang, individu yang serumah pengidap karena respons antibodi pada usia itu
VHB atau kontak akibat hubungan sangat optimal (Ranuh, 2005).
seksual, Drug users, Homosexual, dan
heterosexuals. Transmisi Hepatitis B

VHB menular melalui kontak dengan


Vaksin pilihan untuk memproteksi
cairan tubuh. Manusia merupakan
infeksi virus Hepatitis B
satusatunya host (pejamu) dari virus ini.
Dalam pelaksanaan pemberian Darah dan cairan tubuh yang lain
imunisasi hapatitis B, pemilihan vaksin merupakan faktor penting untuk media
Hepatitis B saat ini memiliki 2 pilihan penularan. Trasmisi atau perjalanan
yaitu vaksin Hepatitis B dan DPT/HB alamaiah VHB hingga terinfeksi pada
Kombo. Vaksin VHB merupakan vaksin manusia terjadi melalui 4 cara penularan
virus recombinan yang telah yaitu perinatal, horizontal, kontak seksual,
diinaktivasikan dan bersifat non- dan parenteral (WHO, 2002).
infectious, yang berasal dari HbsAg yang
dihasilkan dalam sel ragi (Hansanule Transmisi perinatal merupakan
polymorpha) menggunakan teknologi transmisi virus Hepatitis B dari ibu ke bayi
DNA rekombinan. Vaksin ini berindikasi selama periode perinatal. Transmisi ini
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap paling penting dalam prevalensi daerah
infeksi yang disebabkan oleh virus endemis tinggi khususnya di Cina dan
Hepatitis B (Depkes, 2005). Asia Tenggara (Yamada, 2003).

Vaksin DPT/HB Kombo merupakan Transmisi horizontal yaitu transmisi


vaksin DPT dan Hepatitis B yang dari orang ke orang, yang dikenal terjadi
pada daerah yang endemik tinggi yakni di

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 84


Afrika Sub-Sahara. Transmisi ini terjadi dimana 2 – 7% dari populasi itu dengan
pada anak-anak yang berusia 4 – 6 tahun Hepatitis B surface Antigen (HbsAg)
yang menyebar melalui kontak fisik yang positif, sedangkan resiko yang mengalami
dekat atau dalam keluarga (Yamada, infeksi seumur hidup sebesar 20 – 60%
2003). pada semua kelompok umur. Untuk
prevalensi rendah hanya sebesar 12% dari
Transmisi kontak seksual merupakan populasi dunia yang berada pada daerah
sumber penularan utama di dunia prevalensi rendah VHB dan kurang dari
khususnya pada daerah-daerah endemis 2% dari populasi itu dengan HBsAg
rendah seperti Amerika. Perilaku positif. Negara-negara yang ke dalam
homoseksual dalam jangka 5 tahun akan prevalensi rendah tersebut seperti Amerika
beresiko tinggi untuk terinfeksi Hepatitis. Utara, Canada, Mexico, Eropa Barat,
Prevalensi infeksi virus Hepatitis B Australia, dan New Zealand (Populasi
Maori), dan yang mengalami resiko infeksi
Yatim (2007) menguraikan prevalensi seumur hidup hanya kurang dari 20%.
infeksi virus Hepatitis B kedalam 3 Kebanyakan infeksi VHB dalam daerah ini
tingkatan, yaitu negara dengan prevalensi terjadi pada orang dewasa mencakup para
VHB Tinggi (HbsAg lebih dari 8%), pemakai obat jarum suntik, kaum
negara dengan prevalensi VHB sedang homoseks, dan keluarga yang kontak
(HbsAg 2 – 7%), dan negara dengan dengan pembawa karier VHB.
prevalensi VHB rendah (Hbs Ag <2%).
Kelompok resiko tinggi tertular
Menurut Andre (2004), negara-negara Hepatitis B
yang termasuk ke dalam prevalensi VHB
tinggi adalah: Afrika sub-Sahara, Misnadiarly (2007) dalam bukunya
penduduk asli Mediterania Timur, Asia menyebutkan kelompok resiko tinggi
Tenggara ( walaupun Singapura, Taiwan mudah tertularnya virus hapatitis B,
dan Malaysia dengan cepat menjadi daerah meliputi:
prevalensi kategori rendah/sedang sebagai 1. Anak kecil ditempat perawatan anak
hasil vaksinasi), Amerika Selatan, Islands yang tinggal di lingkungan epidemis.
Pasific (tidak termasuk Jepang), dan
masyarakat Inuit Canada. Jumlah 2. Seseorang yang tinggal serumah atau
persentase populasi VHB yang tergolong berhubungan seksual dengan
prevalensi tinggi mencapai 45% penduduk, penderita resiko tertular penyakit
dimana 8% dari populasi itu dengan hepatits B.
Hepatitis B Surface Antigen (HbsAg)
positif. 3. Pekerja kesehatan.

Resiko infeksi VHB seumur hidup 4. Pasien cuci darah.


mencapai lebih dari 60%. Untuk negara- 5. Pengguna narkoba dengan jarum
negara prevalensi sedang seperti: Eropa suntik.
Timur, Jepang, Asia Barat-Daya, Israel,
Amerika Selatan Amazon. Prevalensi 6. Mereka yang menggunakan peralatan
sedang ini diperkirakan sekitar 43%, kesehatan bersama seperti pasien
dokter gigi dan lain-lain.
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 85
7. Orang yang ikut akupunktur atau tato terjadi rasa lemas, sakit kepala, rasa takut
yang menggunakan jarum tidak steril. cahaya, sakit menelan, batuk, dan pilek.

8. Mereka yang tinggal atau sering Gejala Hepatitis B sangat mirip


bepergian ke daerah endemis dengan flu, dimana 1 sampai 2 minggu
Hepatitis B. kemudian barulah timbul kuning pada
seluruh badan penderita. Saat ini biasanya
9. Mereka yang berganti pasangan, oleh penderita sudah pergi berobat karena
karena ketidaktahuan kondisi merasa ada kelainan pada tubuhnya yang
kesehatan pasangan. berwarna kuning. Warna kuning ini diikuti
10. Kaum homoseksual. oleh perubahan fungsi hati (biasanya
meningkat) pada pemeriksaan
Masa Inkubasi Hepatitis B laboratorium. Fungsi hati biasanya
digambarkan oleh kenaikan SGOT dan
Masa inkubasi VHB ini biasanya 45 –
SGPT. Satu sampai lima hari sebelum
180 hari dengan batasan 60 – 90 hari,
badan kuning, keluhan kencing seperti teh
dimana setelah 2 minggu infeksi virus
pekat dan warna buang air besar yang
Hepatitis B terjangkit, HBsAg dalam darah
pucat seperti diliputi lemak juga dirasakan
penderita sudah mulai dapat dideteksi.
oleh penderita.
Perubahan dalam tubuh penderita akibat
infeksi virus Hepatitis B terus Pada saat badan kuning, biasanya
berkembang. Dari infeksi akut berubah diikuti pula dengan oleh pembesaran hati
menjadi kronis, sesuai dengan umur dan diikuti oleh rasa sakit bila ditekan di
penderita. Makin tua umur, makin besar bagian perut kanan atas. Setelah gejala
kemungkinan menjadi kronis kemudian tersebut akan timbul fase resolusi yang
berlanjut menjadi pengkerutan jaringan biasanya berada dalam rentang waktu 2 –
hati yang disebut dengan sirosis. Bila umur 12 minggu. Pada fase ini, badan kuning
masih berlanjut keadaan itu akan berubah dan ukuran hati berangsur kembali normal.
menjadi karsinoma hepatoseluler (Yatim, Demikian juga dengan kenaikan fungsi
2007). hati dari hasil pemeriksaan laboratorium
akan berangsur-angsur mencapai normal
Manifestasi Klinik Hepatitis B
kembali.
Infeksi Hepatitis B yang akut akan
Hepatitis B akut tidak ada komplikasi,
terjadi dalam waktu 30 sampai 180 hari
akan mengalami resolusi lengkap berkisar
setelah virus memasuki tubuh. Pengaruh
3 sampai dengan 4 bulan. Bila fungsi hati
infeksi Hepatitis B banyak kasus yang
ini tidak mencapai normal dalam waktu 6
tidak menunjukkan gejala klinis yang
bulan atau lebih, maka inilah yang
khas. Namun, pada sebagian orang akan
dikatakan dengan Hepatitis B kronis (Zain,
menunjukkan gejala klinis yang klasik
2006).
seperti dimulai dengan gejala prodromal
atau gejala pertama yang dirasakan oleh Pencegahan Hepatitis B
pasien adalah demam tidak terlalu tinggi,
rasa tidak selera makan, mual, dan kadang- Menurut Ranuh (2005), secara garis
kadang muntah. Gejala lain juga akan besar upaya pencegahannya terdiri dari

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 86


pencegahan umum dan pencegahan secara Masalah dalam Pengembangan
khusus. Secara umum, selain uji tapis Program Imunisasi
donor darah, upaya pencegahan umum
mencakup sterilisasi instrumen kesehatan, Dalam Pedoman Pekan Imunisasi
alat dialisis individual, membuang jarum Nasional (2005) menguraikan bahwa
disposible ke tempat khusus, dan masalah pengambangan Program
pemakaian sarung tangan oleh tenaga Imunisasi Nasional saat ini adalah belum
medis. Mencakup juga penyuluhan perihal meratanya angka cakupan imunisasi
sek yang aman, penggunaan jarum suntik sampai 80%, termasuk imunisasi Hepatitis
disposible, mencegah kontak mikrolesi B pada semua bayi di 100%
(pemakaian sikat gigi, sisir), munutup desa/kelurahan yang ada di Indonesia.
luka. Selain itu, idealnya skrining ibu Fenomena seperti ini memerlukan kajian
hamil (trismister ke-1 dan ke-3, terutama untuk menemukan strategi yang tepat
ibu resiko tinggi) dan skrining populasi sebagai upaya pemecahan masalah.
resiko tinggi (lahir di daerah hiperendemis Konsep Perilaku Kesehatan
dan belum pernah imunisasi, homo-
heteroseksual, pasangan seks ganda, Perilaku manusia merupakan hasil
tenaga medis, pasien dialisis, keluarga dari pada segala macam pengalaman serta
pasien yang terinfeksi dengan VHB, interaksi manusia dengan lingkungannya
kontak seksual dengan pasien VHB). yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,
sikap dan tindakan (Sarwono, 2004).
Pencegahan secara khusus meliputi
imunisasi VHB secara pasif dan aktif. Perilaku adalah aksi dari individu
Imunisasi pasif adalah dengan terhadap reaksi hubungan dengan
memberikan Hepatitis B immune globulins lingkungannya. Semua makhluk hidup
(HBIg) dalam waktu singkat segera mempunyai perilaku, maka yang dimaksud
memberikan proteksi meskipun hanya dengan perilaku manusia adalah tindakan
jangka pendek (3 – 6 bulan). HBIg hanya atau aktivitas manusia seperti berbicara,
diberikan pada kondisi pasca paparan menangis, tertawa, bekerja dan lain
(needle stick injury, kontak seksual, bayi sebagainya ( Machfoedz dan Suryani,
dari ibu VHB, terciprat darah ke mukosa 2006).
atau mata). Sebaiknya HBIg diberikan
Perilaku kesehatan adalah segala
bersama vaksin VHB sehingga proteksinya
bentuk pengalaman dan interaksi individu
berlangsung lama. Imunisasi aktif adalah
dengan lingkungannya, khususnya yang
dengan melaksanakan program imunisasi
menyangkut pengetahuan, dan sikap
universal bagi bayi baru lahir yakni
tentang kesehatan, serta tindakannya yang
dengan memberikan vaksin VHB
berhubungan dengan kesehatan (Sarwono,
rekombinan yang tersedia. Vaksin ini
2004).
terdiri dari tiga seri dan bila diberikan
sesuai anjuran akan menyebabkan Klasifikasi Perilaku Kesehatan
terbentuknya respons protektif yang
akhirnya akan berhasil menurunkan Notoatmodjo (2003), menjelaskan
prevalensi infeksi VHB. bahwa perilaku kesehatan itu merupakan
respons seseorang (organisme) terhadap

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 87


rangsangan stimulus atau objek yang seseorang pada saat menderita
berkaitan dengan sakit dan penyakit, penyakit dan atau kecelakaan dalam
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan mencari pengobatan.
minuman serta lingkungan. Perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 3. Perilaku Kesehatan Lingkungan
kelompok, sebagai berikut: Bagaimana seseorang merespons
1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan lingkungan baik lingkungan fisik,
(health maintenance) sosial budaya dan sebagainya,
sehingga lingkungan tersebut tidak
Perilaku atau upaya individu untuk mempengaruhi kesehatannya, keluarga
memelihara atau menjaga kesehatan agar dan masyarakat. Dengan perkataan lain
tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bagaimana seseorang mengelola
bilamana sakit. Perilaku pemeliharaan lingkungannya sehingga tidak
kesehatan terdiri dari 3 aspek yang menggangu kesehatannya sendiri,
meliputi: keluarga, atau masyarakatnya.

a. Perilaku pencegahan penyakit dan Domain perilaku


penyembuhan penyakit bila sakit serta
pemulihan kesehatan bilamana telah Perilaku merupakan bentuk respons
sembuh dari penyakit. atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang),
b. Perilaku peningkatan kesehatan, namun dalam memberikan respons sangat
apabila seseorang dalam keadaan tergantung pada karakteristik atau faktor-
sehat. Kesehatan itu sangat dinamis faktor lain dari orang yang bersangkutan.
dan relatif, dimana orang yang Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama
sehatpun perlu diupayakan supaya beberapa orang, namun respons tiap-
mencapai tingkat kesehatan yang tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang
seoptimal mungkin. membedakan respons terhadap stimulus
yang berbeda disebut determinan perilaku
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman (Notoatmodjo, 2007).
Makanan dan minuman dapat Faktor determinan perilaku itu
memelihara kesehatan seseorang, tetapi ditentukan atau dipengaruhi oleh perilaku
sebaliknya makanan akan dapat menjadi (individu, keluarga, kelompok atau
penyebab menurunnya kesehatan masyarakat) itu sendiri. Untuk
seseorang. Hal ini tergantung pada membedakan determinan perilaku,
perilaku orang terhadap makanan dan Notoatmodjo (2007) membaginya menjadi
minuman tersebut. 2 bagian yaitu:
2. Perilaku pencarian dan penggunaan 1. Determinan atau faktor internal, yakni
sistem atau fasilitas pelayanan karakteristik orang yang bersangkutan,
kesehatan atau sering disebut perilaku yang bersifat given atau bawaan,
pencarian pengobatan (health seeking misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat
behaviour). Perilaku ini adalah emosional, jenis kelamin dan
menyangkut upaya atau tindakan sebagainya.

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 88


2. Determinan atau faktor eksternal, ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor
yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, yaitu :
ekonomi, politik dan lain sebagainya.
Faktor lingkungan ini sering 1. Faktor – faktor predisposisi
merupakan faktor yang dominan yang (predisposing factors), yang terwujud
mewarnai perilaku seseorang. dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai
Berdasarkan pembagian domain
Bloom dan untuk kepentingan pendidikan 2. Faktor - faktor pendukung (enabling
praktis, Notoatmodjo (2005) factors), yang terwujud dalam
mengembangkan domain, ranah atau lingkungan fisik, tersedia atau tidak
kawasan perilaku itu menjadi 3 tingkat tersedianya fasilitas-fasilitas atau
yang terdiri dari: (1) pengetahuan peserta sarana-sarana kesehatan. Misalnya
didik terhadap materi pendidikan yang puskesmas, obat – obatan, alat – alat
diberikan (knowledge), (2) sikap atau kontrasepsi, jamban dan sebagainya
tanggapan peserta didik terhadap materi 3. Faktor-faktor pendorong (reinforching
pendidikan yang diberikan ( attitude), (3) factor), yang terwujud dalam sikap dan
praktek atau tindakan yang dilakukan oleh perilaku petugas kesehatan atau
peserta didik sehubungan dengan materi petugas lainnya yang merupakan
pendidikan yang diberikan (practice). kelompok referensi dari perilaku
Terbentuknya suatu perilaku baru, masyarakat.
terutama pada orang dewasa dimulai pada Dari uraian diatas dapat disimpulkan
domain kognitif, dalam arti subjek tahu bahwa perilaku seseorang atau masyarakat
terlebih dahulu terhadap stimulus yang tentang kesehatan ditentukan oleh
berupa materi atau objek di luarnya, pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
sehingga menimbulkan pengetahuan baru dan sebagainya dari orang atau masyarakat
pada subjek tersebut. Ini selanjutnya yang bersangkutan. Disamping itu
menimbulkan respons batin dalam bentuk ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku
sikap si subjek terhadap objek yang para petugas kesehatan juga mendukung
diketahui. Akhirnya rangsangan itu, yakni dan memperkuat terbentuknya perilaku.
objek yang telah diketahui dan disadari
sepenuhnya akan menimbulkan respon Seseorang yang tidak mau
lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan mengimunisasikan anaknya di posyandu
(action) terhadap atau sehubungan dengan dapat disebabkan karena orang tersebut
stimulus atau objek tadi. tidak atau belum mengetahui manfaat
imunisasi bagi anaknya (predisposing
Perubahan Perilaku factors). Atau barangkali juga karena
Menurut Teori Lawrence Green rumahnya jauh dari posyandu atau
(1980) perilaku manusia dalam hal puskesmas tempat mengimunisasikan
kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor anaknya (enabling factors). Sebab lain,
pokok yaitu faktor perilaku (behavior mungkin karena para petugas kesehatan
causes) dan faktor diluar perilaku (non- atau tokoh masyarakat lain disekitarnya
behavior causes). Perilaku itu sendiri

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 89


tidak pernah mengimunisasikan anaknya kesediaan untuk berubah (readiness to
(reinforcing factors) Notoatmodjo (2007). change) yang berbeda-beda. Setiap
orang di dalam masyarakat mempunyai
Bentuk perubahan perilaku sangat kesediaan untuk berubah yang berbeda-
bervariasi, sesuai dengan konsep yang beda meskipun kondisinya sama.
digunakan oleh para ahli dalam
pemahamannya terhadap perilaku.
Menurut WHO dalam Notoatmodjo
(2007), perubahan perilaku itu Faktor – Faktor yang berhubungan
dikelompokkan menjadi tiga: dengan pemberian imunisasi Hepatitis
B
a. Perubahan alamiah (Natural Change)
1. Faktor Predisposing (Predisposing
Perilaku manusia selalu berubah. Factor)
Sebagian perubahan itu disebabkan
karena kejadian alamiah. Apabila dalam Faktor ini mencakup pengetahuan dan
masyarakat sekitar terjadi suatu sikap masyarakat terhadap kesehatan.
perubahan lingkungan fisik atau sosial Tradisi kepercayaan masyarakat terhadap
budaya dan ekonomi, maka anggota- hal – hal yang berkaitan dengan kesehatan:
anggota masyarakat di dalamnya juga Pengetahuan
akan mengalami perubahan.
Menurut Rahman (2003),
b. Perubahan terencana (Planned Change) pengetahuan adalah hasil dari aktivitas
Ini terjadi karena direncanakan sendiri mengetahui, yakni tersingkapnya suatu
oleh subjek. Misalnya, Pak Anwar kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak
adalah perokok berat. Karena pada ada keraguan terhadapnya.
suatu saat ia terserang batuk sangat Notoatmodjo (2003) berpendapaat
mengganggu, maka ia memutuskan bahwa, Pengetahuan adalah merupakan
untuk mengurangi rokok sedikit demi hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang
sedikit, dan akhirnya ia berhenti melakukan penginderaan terhadap suatu
merokok sama sekali. objek tertentu yang mana penginderaan ini
c. Kesediaan untuk berubah (Readiness to terjadi melalui panca indera manusia yakni
Change) indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba yang sebagian
Apabila terjadi suatu inovasi atau besar pengetahuan manusia diperoleh
program-program pembangunan di melalui mata dan telinga.
dalam masyarakat, maka yang sering
terjadi adalah sebagian orang sangat Sikap (Attitude)
cepat untuk menerima inovasi atau Sikap merupakan reaksi atau respons
perubahan tersebut (berubah yang masih tertutup dari seseorang
perilakunya), dan sebagian orang lagi terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap
sangat lambat untuk menerima inovasi merupakan kesediaan untuk bertindak dan
atau perubahan tersebut. Hal ini bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
disebabkan setiap orang mempunyai secara nyata menunjukkan konotasi

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 90


adanya kesesuaian reaksi terhadap anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan
stimulus tertentu yang dalam kehidupan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat ibu tersebut mempunyai sikap positif
emosional terhadap stimulus sosial terhadap gizi anak.
(Notoatmodjo, 2007).

Newcomb dalam Notoatmodjo


(2007), menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk d) Bertanggung jawab (responsible)
bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap Bertanggung jawab atas segala
merupakan kesiapan untuk bereaksi sesuatu yang telah dipilihnya dengan
terhadap objek di lingkungan tertentu segala resiko merupakan sikap yang paling
sebagai suatu penghayatan terhadap objek. tinggi. Pengukuran sikap dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung.
Sikap mempunyai berbagai tingkatan Secara langsung, dapat ditanyakan
yakni: bagaimana pendapat atau pemyataan
a) Menerima (receiving) responden terhadap suatu obyek. Secara
tidak langsung dapat dilakukan dengan
Menerima diartikan bahwa orang pernyataan-pernyataan hipotesis,
(subjek mau dan memperhatikan stimulus kemudian dinyatakan pendapat responden.
yang diberikan objek). Misalnya sikap
orang terhadaap gizi dapat dilihat dari Sebagaimana, dikemukakan
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap Notoatmodjo (2003) yang mengutip
ceramah-ceramah tentang gizi. pendapat Walgito, menyatakan ciri-ciri
sikap yaitu :
b) Merespon (responding)
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir,
Memberikan jawaban apabila melainkan dibentuk atau dipelajari
ditanya, menger akan, dan menyelesaikan sepanjang perkembangan seseorang dalam
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi hubungan dengan obyeknya.
dari sikap. Apabila ada suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau menger akan b. Sikap dapat berubah-ubah karena
tugas yang diberikan, terlepas dari sikap itu dapat dipelajari dan karena itu
pekerjaan itu benar atau salah, adalah pula sikap dapat berubah-ubah pada orang-
berarti bahwa orang menerima ide orang bila terdapat keadaan-keadaan dan
tersebut. syarat-syarat tertentu yang mempermudah
sikap pada seseorang tersebut.
c) Menghargai (valuting)
Kepercayaan atau Keyakinan
Mengajak orang lain untuk merger
akan atau mendiskusikan suatu masalah Fishbein dan Azien (1975),
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. menyebutkan pengertian kepercayaan atau
Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu keyakinan dengan kata "belief', yang
yang lain (tetangganya, saudaranya, dan memiliki pengertian sebagai inti dari setiap
sebagainya) untuk pergi menimbangkan penlaku manusia. Aspek kepercayaan

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 91


tersebut merupakan acuan bagi seseorang Faktor-faktor sosial menurut Gibson
untuk menentukan persepsi terhadap (1996) berupa."Pola-Pola perilaku dari
sesuatu. objek. suatu kelompok suku, komunitas, dan
suatu komunitas yang lebih besar. Pola-
Keyakinan atau kepercayaan pola perilaku ini meliputi: peraturan-
merupakan sesuatu yang berhubungan peraturan, kepercayaan religi, dan standar-
dengan kekuatan yang lebih tinggi, standar moral dan etika".
keahlian dan kekuatan yang menciptakan
kehidupan. Aspek keyakinan atau Maslow yang dikutip dalam
kepercayaan dalam kehidupan manusia (Artkinson, 2004) bahwa "hasrat sosial dan
mengarahkan budaya hidup. perilaku status sosial menuntut interaksi dengan
normal, kebiasaan, nilai-nilai dan orang-orang lain agar dipuaskan, dan
penggunaan sumber daya di dalam suatu hasrat-hasrat ini segaris dengan kebutuhan
masyarakat akan menghasilkan pola hidup sosial Maslow dan komponen ekstemal
yang disebut kebudayaan dan selanjutnya dari klasifikasi penghargaan yang
kebudayaan mempunyai pengaruh yang diberikan lingkungan kepadanya".
dalam terhadap perilaku.
2. Faktor Pemungkin (Enabling
Keyakinan dan praktek spiritual Factor)
individu dihubungkan dengan semua aspek
kehidupan individu termasuk kesehatan Pelayanan Kesehatan
dan penyakit (Potter & Perry dalam Kadir, Menurut Depkes RI (2009) adalah
2004). Ketika tubuh sakit dan emosi setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
berada di luar kontrol, spiritualitas dan atau secara bersama-sama dalam suatu
keyakinan seseorang mungkin menjadi organisasi untuk memelihara dan
satumsatunya dukungan yang tersedia. meningkatkan kesehatan, mencegah dan
Hopson (2002) menyebutkan bahwa menyembuhkan penyakit serta
"seseorang yang memiliki kepercayaan memulihkan kesehatan perorangan,
pada diri merupakan tahap awal dari keluarga, kelompok dan atupun
pengidentifikasian pola pikir pada masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti
pembentukan persepsi, yang sesuai di atas, mudah dipahami bahwa bentuk dan
digunakan untuk beberapa kejadian dalam jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan
kehidupan". "Bagaimanapun juga, banyak macamnya. Karena kesemuanya
kepercayaan pada diri tidak selalu menjadi ini ditentukan oleh:
karakteristik dari suasana hati seseorang  Pengorganisasian pelayanan,
setelah mengalami kejadian positif seperti apakah dilaksanakan secara sendiri
melakukan suatu terapi langsung bisa saja atau secara bersama-sama dalam
sembuh secara spontan". "Dengan kejadian suatu organisasi.
yang sifatnya negatif tahap pengurangan
mungkin tidak tampak nyata dan individu  Ruang lingkup kegiatan, apakah
dapat berpindah dari tahap kesedihan ke hanya mencakup kegiatan
tahap tanpa menyadari adanya perubahan". pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, pemulihan

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 92


kesehatan atau kombinasi dari termasuk dalam unsur karakteristik
padanya. manusia antara lain: umur, jenis kelamin,
pendidikan, status perkawinan, status
Menurut Devi (2011) Kondisi sosial ekonomi,ras/etnik,dan
pelayanan kesehatan juga menunjang agama.Sedangkan dari segi tempat
derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan disebutkan penyebaran masalah kesehatan
kesehatan yang berkualitas sangatlah dipengaruhi oleh keadaan geografis,
dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan keadaan penduduk dan keadaan pelayanan
posyandu, puskesmas, rumah sakit dan kesehatan.Selanjutnya penyebaran masalah
pelayanan kesehatan lainnya untuk kesehatan menurut waktu dipenaguruhi
membantu dalam mendapatkan oleh kecepatan perjalanan penyakit dan
pengobatan dan perawatan kesehatan. lama terjangkitnya suatu penyakit. Begitu
Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar juga halnya dalam masalah status
yang memang banyak dibutuhkan imunisasi dasar bayi juga dipengaruhi oleh
masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber karakteristik ibu dan faktor tempat,dalam
daya manusia di bidang kesehatan juga hal ini adalah jarak rumah dengan
mesti ditingkatkan. puskesmas/tempat pelayanan kesehatan.
Transportasi Biaya
Secara umum definisi transportasi Menurut Supriyono (2000), biaya
adalah pemindahan manusia atau barang adalah pengorbanan ekonomis yang dibuat
dari satu tempat ke tempat lainnya dengan untuk memperoleh barang atau jasa.
menggunakan sebuah wahana yang
digerakkan oleh manusia atau mesin Menurut Noor,N.N (2000)
(Nasution, 2004). menyebutkan berbagai variabel sangat erat
hubungannya dengan status sosio ekonomi
Transportasi dapat dikatakan sebagai sehingga merupakan karakteristik. Status
sebuah kebutuhan turunan karena sosial ekonomi erat hubungannya dengan
transportasi timbul disebabkan adanya pendapatan keluarga.Pendapatan keluarga
maksud atau tujuan yang ingin dicapai yang memadai akan menunjang tumbuh
melalui transportasi. Misalnya pengiriman kembang anak, karena orang tua dapat
barang, berpergian, bekerja dan lain-lain. menyediakan semua kebutuhan anak baik
Konsep transportasi didasarkan yang primer maupun yang sekunder (Ali,
pada adanya perjalanan antara asal dan 2002).
tujuan. Perjalanan dilakukan melalui suatu
lintasan tertentu yang menghubungkan 3. Faktor Penguat (Reinforcing Factor )
asal dan tujuan, menggunakan alat angkut
atau kedaraan dengan kecepatan tertentu. Faktor ini meliputi faktor sikap dan
perilaku para petugas termasuk petugas
Jarak kesehatan dan perilaku tokoh masyarakat
(toma)yang berkaitan dengan kesehatan
Menurut Azwar,Azrul (1999) salah
satu faktor yang menentukan terjadinya Peran Petugas Kesehatan
masalah kesehatan di masyarakat adalah
ciri manusia atau karakteristik .Yang

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 93


Peran adalah seperangkat tingkah laku
yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam
suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh Gambar .Precede Model (L.Green)
keadaan sosial baik dari dalam maupun Dikutip Prof. Soekidjo Notoatmojo (2010)
dari luar dan bersifat stabil. Peran juga
sebagai bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seseorang pada situasi
Gambar di atas dapat dirumuskan
sosial tertentu (Mubarak W., 2009).
dalam bentuk rumus matematik sebagai
Dukungan Tokoh Mayarakat berikut :

Pembuatan peraturan tentang B = f (Pf, Ef, Rf)


berperilaku sehat juga harus dibarengi
Dimana :
dengan pembinaan untuk menumbuhkan
kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila B =Behavior (Perilaku)
upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya sebagai variabel terikat
bersifat jangka pendek. Pembinaan dapat
dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, f = Fungsi
dan masyarakat. Tokoh-tokoh masyarakat
Pf = Predisposing factors
sebagai role model harus diajak turut serta
dalam menyukseskan program-program Ef = Enabling factors
kesehatan. Rendahnya tingkat pengetahuan
ibu tentang imunisasi menjadikan ibu Rf = Reinforcing factors
kurang mengetahui gejala penyakiti ini. Menurut Teori Lawrence Green
Landasan Teori (1980) perilaku manusia dalam hal
kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor
Terkait dengan teori Precede Model pokok yaitu faktor perilaku (behavior
dari L. Green (1990) seperti yang dikutip causes) dan factor diluar perilaku (non-
oleh Notoatmodjo menyatakan bahwa behavior causes). Perilaku itu sendiri
perilaku ditunjukkan oleh seseorang ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor
(termasuk menentukan pilihan) adalah yaitu :
hasil proses dari faktor-fator fungsional
yang ditulis seperti perumusan teori 1. Faktor – faktor predisposisi
tersebut di bagian berikut ini: (predisposing factors), yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
PRECEDE MODEL (GREEN, 1990) keyakinan dan nilai-nilai

2. Faktor - faktor pendukung (enabling


Predisposing factors), yang terwujud dalam
Factors lingkungan fisik, tersedia atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau
Enabling Behavior sarana-sarana kesehatan. Misalnya
Factors puskesmas, obat – obatan, alat – alat
kontrasepsi, jamban dan sebagainya
Reinforcing
Factors Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 94
3. Faktor-faktor pendorong (reinforching masyarakat paling banyak menyatakan
factor), yang terwujud dalam sikap dan baik dan cukup sebanyak 29 orang
perilaku petugas kesehatan atau petugas (39.2%).
lainnya yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat Distribusi pemberian imunisasi
(Notoatmodjo; 2003). Hepatitis B pada bayi menunjukkan
pemberian imunisasi pada bayi paling
HASIL DAN PEMBAHASAN banyak dengan pemberian imunisasi
lengkap yaitu 47 rang (63.5%). Sedangkan
Karekteristik responden yaitu umur pemberian imunisasi pada bayi tidak
ibu, umur bayi, pendidikan ibu, pekerjaan lengkap sebanyak 27 orang (36.5%).
ibu, pekerjaan suami dan jumlah anak.
Distribusi umur ibu responden mayoritas Distribusi frekuensi jawaban
berumur 21 – 34 tahun yaitu 57 responden mengenai pengetahuan responden cara
(77.0%), mayoritas umur bayi 6 – 12 bulan untuk menimbulkan/meningkatkan
yaitu 74 bayi (100%), mayoritas ibu kekebalan seseorang secara aktif terhadap
berpendidikan menengah sebanyak 43 suatu penyakit paling banyak menyatakan
orang (58.1%), mayoritas pekerjaan tidak imunisasi yaitu 39 orang (52.7%).
responden yaitu ibu rumah tangga Responden tidak mengetahui Hepatitis B
sebanyak 49 orang (66.2%), sedangkan disebabkan oleh infeksi yang terjadi pada
mayoritas pekerjaan suami yaitu hati yaitu 41 orang (55.4%). Ibu tidak tahu
wiraswasta sebanyak 41 orang (55.4%) penyebab penyakit Hepatitis B disebabkan
dan responden yang memiliki jumlah anak oleh virus yitu 39 orang (52.7%).
mayoritasnya > 2 anak yaitu 71 orang Responden tidak mengetahui pemberian
(95.9%). imunisasi Heatitis B yaitu 41 orang
(55.4%). Responden mengetahui jadwal
Distribusi faktor prediposisi dalam pemberian imunisasi yaitu 41 orang
menunjukkan pengetahuan responden (55.4%). Responden tidak mengetahui
paling banyak menyatakan dengan sikap sasaran pemberian vaksin Hepatitis B yaitu
respnden yang positif sebanyak 51 orang 42 orang (56.8%). Responden mengetahui
(68.9%). Kepercayaan responden paling jarak waktu pemberian Hepatitis B dari
banyak menyatakan cukup percaya Hbo sampai Hb1 yaitu 44 orang (59.5%).
sebanyak 31 orang (41.9%). Responden mengetahui kelompok resiko
Distribusi faktor predisposisi tinggi mudah tertularnya virus Hepatitis B
menunjukkan pelayanan kesehatan paling yaitu 44 orang (59.5%). Responden
banyak menyatakan baik yaitu 36 orang mengetahui tempat pelayanan yang efektif
(48.6%). Paling banyak responden untuk pemberian imunisasi yaitu 45 orang
menyatakan tidak tersedianya fasilitas (60.8%).
kesehatan sebanyak 48 orang (64.9%). Distribusi frekuensi berdasarkan
Distribusi faktor predisposisi jawaban sikap responden diketahui bayi
menunjukkan peran petugas kesehatan divaksinasi Hepatitis B sejak lahir banyak
paling banyak berperan dengan cukup menyatakan setuju yaitu 29 rang (39.2%).
yaitu 32 orang (43.3%). Dukungan tokoh Bayi diberi imunisasi Hepatitis B minimal
tiga kali menyatakan setuju yaitu 24 orang

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 95


(32.4%). Responden tidak setuju saya berangkat kepelayanan kesehatan
membawa bayi diimunisasi meskipun (posyandu) yaitu 42 orang (56.8%).
jarak rumah dengan puskesmas jauh yaitu Responden membawa bayinya untuk
34 orang (45.9%). Responden sangat diimunisasi Hepatitis B dapat mudah
setuju membawa bayi diimunisasi dijangkau yaitu 46 orang (62.2%).
meskipun dikenakan biaya yaitu 27 orang Jarak/akses menuju puskesmas menjadi
(36.5%). Respnden mengajak teman kendala ibu untuk membawa bayinya
lainnya untuk membawa bayinya imunisasi yaitu 38 orang (51.4%). Suami
diimunisasi lain menyatakan sangat setuju saya bersedia membayar biaya imunisasi
yaitu 21 orang (28.4%). Responden tidak Hepatitis B yaitu 39 orang (52.7%).
setuju bayinya diberi imunisasi karena Responden setuju untuk membayar biaya
didalam kandungan vaksinasi Hepatitis B pemberian imunisasi di puskesmas yaitu
terdapat lemak babi yaitu 23 orang 41 orang (55.4%). Juru imunisasi
(31.1%). memungut biaya diluar ketentuan yang
sudah ditetapkan yaitu 42 orang (56.85).
Distribusi frekuensi berdasarkan
jawaban mengenai kepercayaan responden Distribusi berdasarkan jawaban
entang imunisasi sangat penting diberikan mengenai peran petugas kesehatan
kepada bayi yaitu 59 orang (79.9%). mengajak ibu untuk mengikuti program
Responden percaya pemberian imunisasi imunisasi Hepatitis B yaitu 42 orang
Hepatitis B berguna untuk mencegah (56.8%). Petugas kesehatan memberi
infeksi penyakit hati yaitu 50 orang penjelasan tentang manfaat imunisasi
(67.6%). Responden percaya percaya Hepatitis B yaitu 39 orang (52.7%).
imunisasi Hepatitis B tidak mempunyai Petugas kesehatan memberi penjelasan
efek samping yang berbahaya meskipun tentang dampak imunisasi Hepatitis B
diberikan sejak lahir yaitu 39 orang yaitu 52 orang (70.3%). Petugas kesehatan
(52.7%). Imunisasi Hepatitis B sebagai memberi penjelasan tentang pemberian
pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi dan pelaksanaan imunisasi Hepatitis B
yaitu 55 orang (74.3%). Responden yatu 56 orang (75.7%). Petugas kesehatan
percaya bahwa imunisasi Hepatitis B memberi penjelasan tentang jadwal
sangat diperlukan bayi yaitu 53 rang pelaksanaan imunisasi Hepatitis B yaitu 40
(71.6%). Responden tidak percaya vaksin orang (54.1%). Petugas kesehatan
Hepatitis B mengandung lemak babi yaitu memberitahu tempat pelayanan jika
46 orang (62.2%). mengalami masalah setelah dilakukan
pemberian imunisasi yaitu 37 orang
Distribusi frekuensi berdasarkan (50.0%). Juru imunisasi melayani ibu
jawaban mengenai fasilitas diketahui dengan ramah tamah yaitu 41 orang
responden membawa bayinya untuk (55.4%).
diimunisasi dengan menggunakan
angkutan umum yaitu 48 orang (64.9%). Distribusi berdasarkan jawaban
Suami saya mengantarkan saya untuk mengenai dukungan tokoh masyarakat
membawa bayinya diimunisasi yaitu 54 diketahui kader posyandu
orang (73.0%). Suami/keluarga bersedia mensosialisasikan pentingnya pemberian
mengerjakan pekerjaan rumah tangga saat imunisasi Hepatitis B kepada ibu melalui

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 96


kegiatan social yaitu 50 orang (67.6%). dengan kepercayaan paling banyak yaitu
Kader posyandu ikut mendampingi ibu cukup sebanyak 24 orang (85.7%)
dalam pemberian imunisasi Hepatitis B diantaranya dengan kategori pemberian
dan meminta dana kepada ibu karena imunisasi lengkap sedangkan yang tidak
sudah mendampinginya yaitu 43 orang mendapatkan imunisasi dengan tidak
(58.1%). Kader posyandu menganjurkan lengkap dengan kategori kurang yaitu 2
saya untuk membawa bayi melakukan orang (13.3%). Hasil analisa dengan uji
imunisasi Hepatitis B yaitu 43 orang chi-square diperoleh nilai probalitas (p=
(58.1%). Kepala desa melarang keluarga 0.54 > 0.05) artinya tidak terdapat
untuk membawa bayinya diimunisasi hubungan yang signifikan anatara
dikarenakan efek samping dari pemberian kepercayaan dengan pemberian imunisasi
imunisasi tersebut yaitu 50 orang (67.5%). Hepatitis B.
Respnden setuju bahwa kepala desa turut
juga mendukung pentingnya imunisasi Hubungan faktor pemungkin
Hepatitis B pada bayi yang baru lahir yaitu (enabling) terhadap pemberian imunisasi
44 orang (59.5%). menunjukkan bahwa dari 36 orang
responden menyatakan pelayanan
Hubungan faktor predisposisi kesehatan yaitu baik sebanyak 30 orang
(predisposing) terhadap pemberian (83.3%) dalam pemberian imunisasi
imunisasi Hepatitis B menunjukkan bahwa lengkap sedangkan yang tidak
dari 47 orang responden berpengetahuan mendapatkan imunisasi dengan lengkap
cukup sebanyak 36 orang (76.5%) dengan kategori kurang yaitu 1 orang
diantaranya dengan kategori imunisasi (6.7%). Hasil analisa dengan uji chi-
lengkap, sedangkan respnden square diperoleh nilai probalitas (p= 0.60
berpengetahuan baik sebanyak 4 orang > 0.05) artinya tidak terdapat hubungan
(26.7%) kategori pemberian imunisasi yang signifikan antara pelayanan
tidak lengkap. Hasil analisa dengan uji chi- kesehatan dengan pemberian imunisasi
square diperoleh nilai probalitas (p = 0.73 Hepatitis B. Berdasarkan fasilitas hasil
> 0.005) artinya tidak terdapat hubungan penelitian menunjukkan bahwa dari 48
yang signifikan antara pengetahuan orang responden menyatakan fasilitas
dengan pemberian imunisasi Hepatitis B. kesehatan paling banyak yaitu fasilitas
Berdasarkan sikap hasil penelitian yang tidak tersedia yaitu 46 orang (95.8%)
menunjukkan bahwa dari 51 orang dalam pemberian imunisasi lengkap
responden dengan sikap paling banyak sedangkan pemberian imunisasi lengkap
yaitu sikap yang positif yaitu 41 orang dengan fasilitas tidak tersedia yaitu 1
(80.3%) diantaranya dengan kategori orang (3.8%). Hasil analisa dengan uji chi-
pemberian imunisasi lengkap dengan sikap square diperoleh nilai probalitas (p= 0.001
yang negative. Hasil analisa dengan uji < 0.05) artinya terdapat hubungan yang
chi-square diperoleh nilai probalitas (p= signifikan antara fasilitas dengan
0.019 > 0.05) artinya terdapat hubungan pemberian imunisasi Hepatitis B.
yang signifikan antara sikap dengan
pemberian imunisasi Hepatitis B. Hubungan faktor penguat
Berdasarkan kepercayaan hasil penelitian (reinforcing) terhadap pemberian
menunjukkan bahwa 31 orang responden imunisasi menunjukkan bahwa dari 51

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 97


rang responden peran petugas kesehatan Variabel yang dipilih atau dianggap
paling banyak yaitu berperan kategori signifikan yaitu variabel yang
cukup sebanyak 37 orang (72.6%) dalam mempunyai nilai p kurang 0.025 (p <
pemberian imunisasi lengkap, sedangkan 4 0.025).
orang (19.1%) peran petugas kesehatan 3. Setelah diidentifikasi variabel yang
dengan kategori kurang dalam pemberian signifikan, selanjutnya dilakukan
imunisasi. Hasil analisa dengan uji chi- pengujian secara bersama – sama
square diperoleh nilai probalitas (p= 0.005 dengan metode enter untuk
< 0.05) artinya terdapat hubungan yang mengidentifikasi faktor yang
signifikan antara peran petugas kesehatan berpengaruh terhadap pemberian
dengan pemberian imunisasi Hepatitis B. imunisasi Hepatitis B dengan nilai p <
Berdasarkan dukungan tokoh masyarakat 0.05 dan dimasukkan dalam model
hasil penelitian menunjukkan bahwa dari persamaan regresi linear berganda.
44 orang responden dukungan tokoh Dalam penelitian ini terdapat 4
masyarakat paling banyak yaitu 30 orang variabel yang diduga berpengaruh
(76.9%) dalam pemberian imunisasi terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B
lengkap sedangkan 1 orang (7.7%) yaitu sikap, fasilitas, peran petugas
dukungan tokoh masyarakat dengan kesehatan dan dukungan tokoh
kategori kurang dalam pemberian masyarakat. Tahap selanjutnya keenam
imunisasi. Hasil analisa dengan uji chi- variabel ini dimasukkan sebagai kandidat
square dipeoleh nilai probalitas (p= 0.015 untuk dilakukan analisis multivariate.
< 0.05) artinya terdapat hubungan yang Analisis multivariate bertujuan untuk
signifikan antara dukungan tokoh mendapatkan model yang terbaik dalam
masyarakat dengan pemberian imunisasi menetukan variabel dominan yang
Hepatitis B. berpengaruh terhadap pemberian imunisasi
Hepatitis B. Dalam pemodelan ini semua
Analisis multivariate untuk melihat variabel yang memiliki nilai p > 0.25 akan
pengaruh variabel independen terhadap dikeluarkan secara bertahap (backward
dependen dan sekaligus melihat variabel selection). Setelah dikeluarkan variabel
paling dominan dari variabel independen dengan nilai p < 0.05 secara bertahap,
terhadap dependen dengan pertimbangan maka didapatkan 1 variabel yang akan
pada analisis bivariate (uji chi-square) masuk sebagai kandidat model yaitu
terdapat variabel. Yang mempunyai nilai fasilitas. Secara keseluruhan model ini
(p= 0.05), untuk mencari faktor dapat memprediksi besarnya pengaruh
predisposisi, pemungkin dan penguat fasilitas variabel yang sangat berpengaruh
terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B
dengan langkah – langkah : adalah fasilitas dengan nilai p= 0.00. Hasil
1. Melakukan analisa pada model penelitian ini memiliki persamaan regresi :
deskriptif pada setiap variabel dengan Y = 0.069 (konstanta) + 0.160 (sikap) +
tujuan menestimasi peranan variabel 0.666 (fasilitas) + 0.207 (peran petugas
masing – masing. kesehatan) + 0.081 (dukungan tkoh
2. Melakukan pemilihan variabel yang masyarakat).
potensial dimasukkan kedalam model. Berdasarkan persamaan ini dapat
diperkirakan fasilitas kesehatan paling

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 98


berpengaruh terhadap pemberian imunisasi anak usia sekolah 23 – 46% dan pada
Hepatitis B. Persamaan regresi Linear orang dewasa 3-10%.
Berganda tersebut memprediksikan paling
besar pengaruh fasilitas terhadap Mayoritas ibu berpendidikan
pemberian imunisasi Hepatitis B. menengah sebanyak 43 orang (58.1%).
Berdasarkan hasil uji regresi Linear Menunjukkan bahwa ibu mau membawa
Berganda 4 variabel (sikap, fasilitas, peran anaknya untuk mendapatkan imunisasi dan
tenaga kesehatan dan dukungan tokoh ibu mengerti tentang imunisasi. Peran
masyarakat) ternyata variabel yang paling seorang ibu pada program imunisasi
berpengaruh yaitu fasilitas dengan nilai p= sangatlah penting. Karenanya suatu
0.0001. pemahan tentang program ini amat
diperlukan untuk kalangan tersebut.
Responden dalam penelitian ini Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu
adalah seluruh ibu yang mempuyai bayi > terhadap imunisasi sangat dipengaruhi
6 – 12 bulan sebanyak 74 orang. Mayoritas oleh tingkat pendidikan ibu. Menurut
respnden berumur 21 – 34 tahun yaitu 57 Azwar (1996), merupakan satu faktor yang
orang (77.0%). Hasil penelitian mempengaruhi perilaku seseorang dapat
menunjukkan bahwa batasan – batasan mendewasakan seseorang serta berperilaku
usia dewasa dapat dikelompokkan yaitu baik, sehingga dapat memilih dan
masa dewasa berusia antara 19 – 25 tahun, membuat keputusan dengan lebih tepat.
kedewasaan dan masa tua > 25 tahun, jadi Slamet (1999) menyebutkan semakin
dalam penelitian ini ibu yang mempunyai tinggi tingkat pendidikan atau pengetahuan
bayi paling banyak berumur 21 – 34 tahun. seseorang maka semakin membutuhkan
Umur merupakan salah satu sifat pusat – pusat peayanan kesehatan sebagai
karakteristik tentang orang yang sangat tempat berobat bagi dirinya dan
utama. Umur mempunyai hubungan keluarganya. Dengan berpendidikan tinggi,
dengan tingkat keterpaparan, besarnya maka wawasan pengetahuan semakin
resiko serta sifat resistensi. Perbedaan bertambah dan semakin menyadari bahwa
pengalaman terhadap masalah begitu penting kesehatan bagi kehidupan
kesehatan/penyakit dan pengambil sehingga termotivasi untuk melakukan
keputusan dipengaruhi oleh umur individu kunjungan kepusat – pusat pelayanan
tersebut (Noor, N.N.2000). Beberapa studi kesehatan yang lebih baik.
menemukan bahwa usia ibu, ras,
pendidikan dan status social ekonomi Mayoritas pekerjaan responden yaitu
berhubungan dengan cakupan imunisasi ibu rumah tangga sebanyak 49 orang
dan opini orang tua tentang vaksin (66.2%). Hasil penelitian ini menunjukkan
berhubungan dengan status imunisasi anak bahwa ibu yang tidak bekerja cenderung
mereka (Ali, Muhammad,2002). membawa anaknya rutin untuk melakukan
imunisasi dan rendahnya tingkat ekonomi
Menurut Markum (1997) Hepatitis B yang dimiliki ibu ini dapat berpengaruh
dapat menyerang semua golongan umur. terhadap kemampuan responden dalam
Paling sering pada bayi dan anak (25- membawa anaknya untuk diimunisasi. Hal
45.9%) resiko untuk menjadi kronis, pada ini sesuai dengan pendapat Setia (2010)
bahwa tingkat ekonomi seseorang juga

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 99


saat ini dapat berpengaruh terhadap keluarga mempunyai hubungan keluarga
kemampuan seseorang dalam memiliki mempunya hubungan yang kuat terhadap
anak. kelengkapan imunisasi Hepatitis B pada
bayi. Menurut Green LW, perubahan
Jumlah anak mayoritasnya > 2 anak perilaku sebagai suatu konsep terjadi
yaitu 71 orang (95.9%). Semakin banyak secara terencana dan menetap melalui
jumlah anak, semakin besar kemungkinan kerangka perubahan dimensinya secara
seorang ibu tidak mengimunisasikan bertahap yaitu mulai dari perubahan
anaknya dengan lengkap di Kabupaten pengetahuan sebagai immediate impact,
Rokan Hilir. Hal ini disebabkan karena upaya mengubah sikap sebagai
tidak adanya waktu untuk membawa intermediate impact dan kemudian upaya
bayinya kepelayanan kesehatan mengubah tindakan sebagai long-tem
dikarenakan sibuk dalam mengurus rumah impact.
tangga. Pada umumnya jumlah anak yang
dimiliki mereka antara 3 anak sampai 6 Seluruh responden yang membawa
anak. Hasil penelitian ini tidak didukung ayinya untuk mendapatkan imunisasi
pernyataan Siswosudarmo bahwa sesuai Hepatitis B dengan sikap yang positif.
dengan Prgram Norma Keluarga Kecil Responden yang memiliki sikap yang
Bahagia Sejahtera (NKBS) menganjurkan negative adalah responden yang tidak
setiap pasangan keluarga hanya membawa bayinya untuk diimunisasi.
mempunyai dua anak saja (catur warga). Masih adanya sikap responden yang baik
terhadap imunisasi dapat dikarenakan oleh
Analisa Bivariat dilakukan dengan uji beberapa factor yang mempengaruhi, salah
Chi Square (X2) untuk menguji hubungan satunya adalah kepercayaan akan
variabel bebas dan variabel terikat pada imunisasi. Hal ini sesuai dengan
keenam variabel sikap, fasilitas, peran pernyataan Alport menjelaskan bahwa
petugas kesehatan dan dukungan tokoh sikap itu mempunyai konsep terhadap
masyarakat menunjukkan berhubungan suatu objek, kehidupan emosional atau
secara signifikan, sikap berhubungan evaluasi terhadap suatu objek,
dengan pemberian imunisasi Hepatitis B kecenderungan untuk bertindak.
pada bayi (pvalue = 0.01 <0.05) fasilitas Komponen ini secara bersama – sama
berhubungan dengan pemberian imunisasi membentuk sikap yang utuh.
Hepatitis B pada bayi (pvalue = 0.0005 <
0.05) dan dukungan tokoh masyarakat Seluruh responden yang membawa
berhubungan dengan pemberian imunisasi bayinya utuk diimunisasi mempunyai
Hepatitis B pada bayi (pvalue = 0.01 < sikap ibu percaya dalam imunisasi
0.05). dikarenakan pemberian imunisasi sangat
penting. Hal ini berarti ada hubungan yang
Sejalan dengan hasil penelitian Idwar bermakna antara kepercayaan dalam
(2000) yang menyimpulkan secara statistic pemberian imunisasi sangat penting. Hal
bahwa pengetahuan mempunyai hubungan ini berarti ada hubungan yang bermakna
yang bermakna dengan status imunisasi antara kepercayaan dalam pemberian
Hepatitis B 0 – 11 bulan. Ediyana (2005) imunisasi Hepatitis B. Hasil penelitian ini
dan Herawati (2007) juga menjelaskan berbeda dengan hasil survey yang
dalam penelitiannya bahwa pengetahuan

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 100


dilakukan Syamsuddin (2007) yang masyarakat. Dari hasil analisis multivariate
menyatakan dari hasil uji beda yang yang dilakukan didapat pula bahwa
dilakukan memperlihatkan adanya variable fasilitas adalah merupakan faktor
perbedaan yang signifikan antara yang palig berpengaruh dalam pemberian
kepercayaan dengan perilaku ibu dalam imunisasi Hepatitis B. Sejalan dengan
pemberian imunisasi. Perbedaan hasil penelitian Idwar (2001) juga menyebutkan
seperti yang dikemukakan ini dapat terjadi ada hubungan yang bermakna antara status
sesuai dengan pandangan Krech dalam imunisasi dengan jarak dekat
Sarwono (1997) yaitu kepercayaan dapat dibandingkan jarak jauh. Sedangkan untuk
tumbuh jika orang berulang – ulang jarak sedang dibandingkan dengan jarak
mendapat informasi. jauh tidak terlihat adanya hubungan yang
bermakna. Ibu akan mencari pelayanan
Tenaga kesehatan adalah seseorang kesehatan yang terdekat dengan rumahnya
yang bertanggung jawab dalam karena pertimbangan aktivitas lain yang
memberikan pelayan kesehatan kepada harus diselesaikan yang terpaksa ditunda.
individu, keluarga dan masyarakat. Tenaga
kesehatan berdasarkan pekerjaannya KESIMPULAN DAN SARAN
adalah tenaga medis dan tenaga paramedic
seperti tenaga keperawatan, tenaga KESIMPULAN
kebidanan, tenaga penunjang medis dan 1. Pemberian imunisasi Hepatitis B
lain sebaignya (Muninjaya, 2004). Sebagai lengkap sebanyak 47 bayi (63.5%).
pelaksana pelayanan kesehatan tenaga 2. Ada hubungan yang bermakna antara
kesehatan dapat berperan sebagai customer faktor predisposisi (sikap) dan faktor
(pemberi pelayan kepada masyarakat), pemungkin (fasilitas), faktor penguat
komunikator (memberikan informasi (peran petugas kesehatan, dukungan
kesehatan), motivator (memberikan tokoh masyarakat) dalam pemberian
motivasi atau dukungan), fasilitator imunisasi.
(memberikan fasilitas pelayanan 3. Fasilitas merupakan faktor yang paling
kesehatan) dan konselor (memberikan berpengaruh dalam pemberian
bantuan pasien dalam memecahkan imunisasi Hepatitis B.
masalah atau membuat keputusan). Sejalan
dengan pendapat Helmi (2008) dalam SARAN
penelitiannya menyebutkan ada hubungan
Sikap masyarakat hendaknya
antara factor internal (pengetahuan, tingkat
ditingkatkan dan hal ini dapat dilakukan
pendidikan) dan factor eksternal (peran
melalui upaya promosi kesehatan berupa
tenaga kesehatan) dengan perilaku ibu
social support, yakni peningkatan kualitas
dalam pemberian imunisasi Hepatitis B
penyuluhan kesehatan dan penyediaan
sedangkan factor internal (kepercayaan)
media sumber informasi kesehatan tentang
dan factor eksternal (pendapatan) sacara
imunisasi Hepatitis B yang penyebarannya
statistik tidak terdapat adanya hubungan.
akan mampu mencapai sasaran yang tepat
Hubungan yang memenuhi syarat ada yaitu ibu – ibu yang berada di Kabupaten
4 yaitu sikap, fasilitas, peran petugas Rokan Hilir. Pemerintah daerah dapat
kesehatan dan dukungan tokoh merencanakan pengembangan sarana

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 101


kesehatan dan mengaktifkan kembali _____, 2005. Pedoman Pelaksanaan
polindes, sehingga letaknya mudah Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Jakarta.
dijangkau atau diakses oleh masyarakat
Kabupaten Rokan Hilir, Diharapkan _____, 2005. Pedoman Penyelenggaraan
kepada petugas puskesmas lebih Imunisasi. Jakarta
meningkatkan pelatihan teknis, pembinaan _____, 2005. Pedoman Teknis Imunisasi
dan pengawasan serta supervise secara Tingkat Puskesmas, Jakarta : Ditjen
berkala terhadap petugas kesehatan yang PP&PL.
bertanggung jawab dibidang imunisasi
sehingga memungkinkan terjadinya _____2005. Cakupan Imunisasi Hepatitis
peningkatan pengetahuan dan B pada Bayi di Indonesia,htm from
keterampilan mereka dalam menumbuhkan http://bankdata.depkes.go.id/Profil/Indo04
peran serta masyarakat dan frekuensi - 40k - Cached.
pertemuan dan penyuluhan kesehatan
Dinkes, 2009. Profil Kesehatan Kabupaten
tentang imunisasi Hepatitis B dan petugas
Rokan Hilir, Riau.
kesehatan beserta kader juga diharuskan
untuk meninjau langsung kerumah ibu Misnadiarly, 2007. Mengenal,
yang memiliki bayi setelah diberikan Menanggulangi, Mencegah & Mengobati
imunisasi Hepatitis B di puskesmas. Hal Penyakit Hati (Liver), Jakarta : Pustaka
yang harus diperhatikan oleh tokoh Obor Populer.
masyarakat adalah tentang pelaksanaan
dan sosialisasi imnisasi Hepatitis B pada Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan
saat kegiatan – kegiatan pengajian dan Dan Prilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
pertemuan didesa sehingga program ini Cipta.
akan berjalan baik.
_____, 2005. Metodologi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Achmadi, U.F, 2006. Imunisasi Mengapa _____, 2005. Promosi Kesehatan Teori
Perlu. Cetakan I, Jakarta: Buku Kompas. dan Aplikasinya Departemen, Jakarta :
Rineka Cipta.
Bellamy. R and Freedman. A, 2005.
Imunization The Medicine Publishing _____, 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu
Company Ltd. Prilaku, Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Kesehatan R.I, 2004. Ranuh, I.G.N, 2005. Pedoman Imunisasi


Pedoman Pelaksanaan Imunisasi DPT/ di Indonesia, Edisi Kedua, Satgas
HB Kombo, Jakarta : Ditjen PP & PL. Imunisasi Ikatan Dokter Indonesia.

_____, 2004. Keputusan Menteri Riduan, (2002). Skala Pengukuran


Kesehatan Republik Indonesia Nomor Variabel – variabel Penelitian, Cetakan I,
1059/menkes/sk/ix/2004 Tentang Bandung, Aifabeta.
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi
Sarwono, Solita, 2004. Sosiologi
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 102


Aplikasinya, Edisi Ketiga, Yongyakarta :
Gadjah Mada University Press.

Sudoyo, A.W. dkk, 2006. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam, Jilid I, Jakarta ; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Syamsuddin HM, 2007. Survei Cakupan


Imunisasi Di Provinsi Tahun 2007,
Provinsi Sulawesi Tengah.

Valla, D.C, 2002, Easl Internasional


Consensus Conference on Hepatitis B,
Journal of Hepatology 38 (2003) 533-540
Geneva and Switzerland, from http:
www.elsevier.com/locate/jhep.

Wahab, A.S, 2002. Sistem Imun, Imunisasi


& Penyakit Imun, Cetakan I, Jakarta :
Widya Medika.

Yatim, Faisal, 2007. Macam – macam


Penyakit Menular & Pencegahannya, Jilid
I, Jakarta : Pustaka Obor Populer.

Zain, LH, 2006. Hepatitis B dan


Permasalahannya, Upacara Peringatan
Dies Natalis Ke – 54 Universitas Sumatera
Utara.

Ronald.HS,2011. Pedoman & Perawatan


Balita Agar Tumbuh Sehat dan Cerdas,
Bandung: CV Nuansa Aulia.

Lisnawati, Lilis, 2011. Generasi Sehat


Melalui Imunisasi, Jakarta : CV Trans Info
Media.

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 103

Anda mungkin juga menyukai