Anda di halaman 1dari 6

dalam ekonomi digital, Adrian Suherman bersama beberapa mitra merintis PT

Visionet Internasional (OVO). Untuk menggali perkembangan dan strategi


bisnis OVO ke depan, Bisnis mewawancarai Presiden Direktur OVO Adrian
Suherman. Berikut kutipannya:

Bisakah Anda jelaskan mengenai ide awal pendirian OVO?

Proyek OVO dimulai sekitar 2,5 tahun lalu, tetapi kami baru efektif beroperasi
pada 8 bulan terakhir. Mengenai ide awal pendirian, saat itu saya bersama
kolega melihat ada banyak masyarakat Indonesia yang ingin berpartisipasi
dalam ekonomi digital.

Dengan adanya ekonomi digital, opportunity jadi lebih luas, khususnya untuk
para merchant. Mereka melihat, sebelumnya hanya bisa berjualan pada radius
beberapa kilometer dari tempatnya. Namun, dengan adanya digital mereka
bisa jualan ke seluruh Indonesia.

Kami juga melihat sekitar 2 sampai 3 tahun lalu sedang tren e-commerce.
Banyak sekali pedagang mulai dari UMKM, segmen menengah, sampai yang
besar ingin berpartisipasi, tetapi mereka tidak tahu bagaimana caranya.

Jadi, mereka tidak bisa ikut dalam ekonomi digital. Kami cari tahu kendala
mereka masuk transaksi digital apa? Salah satu kendala terbesar adalah
pembayaran.

Apa yang Anda tawarkan untuk mengatasi kendala itu?

Seperti kita ketahui, Indonesia sangat cash base society. Sekitar 90% transaksi
masih menggunakan cash, sekitar 9% menggunakan kartu, dan masih kecil
sekali yang menggunakan Internet atau smartphone.

Dengan situasi seperti ini, saya melihat ada kesempatan untuk membangun
ekosistem terbuka yang memungkinkan siapapun yang mau bergabung itu
bisa. Di dalam ekosistem, kami menyediakan platform pembayaran melalui
cara-cara online.

Ekosistem yang kami buat juga sangat fleksibel untuk mengatasi kendala soal
payment di Indonesia. Tidak hanya untuk online payment, tetapi juga
dimungkinkan untuk offline payment.

Adanya penggabungan antara kebutuhan pembayaran, perkembangan digital


di Indonesia yang semakin berkembang, serta tingginya penetrasi pengguna
smartphone di Indonesia itulah yang menjadi ide awal kami untuk mendirikan
OVO.

Bagaimana strategi pengembangan bisnis yang dijalankan ketika awal berdiri?

Pada awal memulai bisnis ini, kami butuh mitra strategis. Akhirnya, kami
bekerja sama dengan Lippo Group, karena kami lihat ritel ekosistemnya Lippo
Group kuat. Melalui kerja sama itu, kami menggandeng dulu merchant yang
ada di dalam ekosistemnya Lippo Group untuk masuk ke dalam platform.

Begitu platform dari merchant sudah mulai bergulir, kami langsung buka
peluang ke berbagai merchant. Sebenarnya, pada awal juga kami terbuka,
tidak ada konsep eksklusif yang artinya semuanya bisa bergabung.

Di mana posisi OVO dalam Lippo Group?

OVO itu sebenarnya independent company, dan kami punya manajemen yang
terpisah. Shareholder kami juga tidak hanya Lippo. Dari luar melihatnya
ownership kami Lippo. Sebenarnya tidak juga karena kami ada beberapa
shareholder juga.

Setelah 8 bulan beroperasi, bagaimana perkembangannya sejauh ini?

Perkembangan sebenarnya lebih dari yang kami harapkan. Pada awalnya


kami tidak tahu penerimaan masyarakat akan seperti apa, karena masalah
kepercayaan. Dengan adanya mobile payment ini, artinya orang harus
mempercayakan untuk menyimpan uangnya di platform kami.

Masyarakat juga punya perhatian terkait dengan masalah keamanan. Ternyata


setelah kami luncurkan, sambutannya lebih dari yang kami harapkan.
Sekarang yang sudah mengunduh aplikasi kami sudah lebih dari 10 juta
pengguna.

Kami juga sudah bekerja sama dengan lebih dari 30.000 merchant, dan
masyarakat bisa bertransaksi melalui OVO di sekitar 404 pusat perbelanjaan.
Tidak hanya di Pulau Jawa, tetapi sudah menyebar ke kawasan timur
Indonesia.

Seberapa besar nilai transaksinya saat ini?

Dari sisi transaksi, berdasarkan volume amount, saya bisa bilang kami adalah
the largest payment company di Indonesia. Volume transaksinya terus
berkembang pesat, per bulan bisa mencapai ratusan miliar, hampir mencapai
Rp1 triliun.

Kalau kami lihat, para pengguna itu transaksinya cukup besar, tidak hanya
untuk transaksi online, tetapi juga transaksi offline misalnya untuk pembelian
elektronik.

Apakah sebagian besar merchant mitra OVO merupakan milik Lippo Group?

Tidak. Sebagian besar mitra yang bekerja sama dengan kami justru di luar
Lippo Group. Dari 404 pusat perbelanjaan yang bekerja sama dengan kami,
yang dari Lippo hanya sekitar 60—70 mal.

Bagaimana Anda memosisikan OVO sebagai sebuah aplikasi yang


menawarkan beragam fitur seperti e-payment, transaksi offline, dan transaksi
lainnya?

Kami mau memosisikan OVO sebagai primary wallet para pengguna. Goal
kami adalah OVO menjadi wallet online bagi masyarakat Indonesia. Mulai dari
pengguna bangun tidur, hingga mau tidur lagi end-to-end selalu menggunakan
OVO.

Ketika akan beraktivitas biasanya masyarakat akan menggunakan


transportasi, baik kendaraan sendiri maupun yang memakai transportasi
publik. Bagi yang pakai kendaraan sendiri, untuk pembayaran tol dalam
beberapa bulan ke depan OVO bisa digunakan untuk membayar tol.

Kami juga sudah menjalin kemitraan dengan Grab, kami menjadi wallet-nya
Grab. Ketika makan siang, pengguna juga bisa bertransaksi menggunakan OVO
di sejumlah restoran. Selain itu, belanja kebutuhan sehari-hari pengguna juga
bisa bertransaksi di sejumlah supermarket yang menjadi mitra kami.

Bagaimana detail skema kerja sama antara OVO dan Grab?

Dengan GrabPay kami kerja sama secara komersial dalam jangka pendek.
Artinya bahwa pembayaran lewat aplikasi Grab itu melalui OVO. Kami sudah
buat yang namanya single wallet, atau unified wallet. Dalam waktu dekat ini
kami akan luncurkan unified wallet yang bisa dipakai di aplikasi OVO, dan
wallet yang sama juga dipakai di aplikasinya Grab.
Jadi misalnya, pengguna top up saldo ke aplikasi OVO, uang itu muncul juga di
aplikasi Grab. Uangnya yang mengelola adalah OVO. Dana yang ada di aplikasi
itu dikelola oleh OVO, karena kami sebagai payment service provider (PSP).

Apa nilai lebih yang ditawarkan OVO kepada merchant?

Pertama, dengan menggunakan aplikasi OVO kendala-kendala peritel seperti


penanganan uang tunai hingga uang pecahan kecil untuk kembalian, dan
ancaman uang palsu bisa diatasi.

Kedua, kami buatkan sistem rekonsiliasinya dengan cepat. Begitu ada


transaksi, pada hari yang sama uangnya bisa langsung masuk, sehingga cash
flow-nya lancar.

Sebenarnya, yang paling menguntungkan bagi merchant ialah jumlah


pengguna kami yang mencapai 10 juta, ditambah dengan Grab, kami punya
pengguna yang banyak sekali. Banyaknya pengguna itu mendatangkan traffic
yang bisa mendorong penjualan.

Dengan penambahan jumlah merchant, apakah transaksi pada tahun ini bisa
meningkat signifikan?

To be honest kami agak susah menyebut target angkanya, karena


perkembangannya terlalu cepat. Menurut saya, transaksi itu adalah hasilnya.

Untuk bisa mencapai transaksi, fokus kami adalah membuat merchant masuk
ke dalam ekosistem kami. Dari sisi konsumen, kami juga buat sistemnya lebih
mudah agar volume transaksi terus naik.

Menurut Anda apa tantangan terbesar bagi industri digital payment sejauh
ini?

Kompetisi kami sekarang nomor satu justru dari cash, karena 90%
masyarakat di Indonesia masih memilih bertransaksi menggunakan cash.
Proposisi nilai kami kepada para pengguna adalah bagaimana kami membuat
agar bertransaksi di OVO bisa senyaman mungkin, dan lebih gampang dari
cash.

Itu memang tidak gampang, karena cash lebih gampang. Itu adalah tantangan
kami untuk membuat transaksi jadi lebih mudah dan nyaman seperti halnya
bertransaksi menggunakan cash.
Bagaimana Anda melihat persaingan pada digital payment sejauh ini?

Dari sisi pelaku usaha, yang saya coba dorong adalah kami bekerja sama
bareng. Jangan saingan deh, karena ekosistem kami masih kecil. Buat apa kita
taruh infrastruktur bertumpuk-tumpuk, malah lebih mahal biayanya.

Berkompetisi boleh saja, tetapi kenapa dari sisi infrastruktur kita tidak buat
bareng-bareng saja?

Apa mimpi besar Anda terhadap OVO?

Mimpi besarnya adalah menjadi The number one payment and only self
services di Indonesia. Apa maksudnya? Pertama, menjadi primary wallet atau
online wallet agar di manapun dan kapanpun setiap orang bisa gunakan
aplikasi OVO.

Kedua, sisi financial services ini kami ingin kembangkan. Jadi, kami bisa
memberikan financial services product ke pelanggan-pelanggan kami.

Adakah rencana OVO memperluas pasar di luar Pulau Jawa?

Pasti kami akan terus memperluas pasar di luar Jawa. Kami melihat potensi
pertumbuhan di luar Jawa besar sekali. Ekonomi Indonesia yang bergantung
ke Jawa, dan Jakarta khususnya, semakin sedikit.

Artinya, ekonomi di luar Jawa pertumbuhannya lebih kencang dibandingkan


dengan pertumbuhan di Jawa. Dengan pertumbuhan yang semakin kencang,
kebutuhan orang untuk financial services product akan meningkat. Kami juga
banyak menempatkan tim kami di luar Jawa.

BI akan melakukan standardisasi QR code, bagaimana tanggapan Anda?

Rencana kebijakan itu bagus, karena kalau setiap merchant harus


menyediakan stiker QR code yang berbeda-beda untuk setiap perusahaan
sulit juga. Dengan adanya standardisasi akan mempermudah semua.

Apakah berbagai regulasi sejauh ini sudah mendukung industri digital


payment lebih berkembang?

Saya melihat pemerintah dan regulator di Indonesia sudah progresif. Mereka


melihat bahwa program cashless society itu memang perlu didukung.
Dalam menyusun peraturan, mereka juga mendengarkan masukan dari
industri. Jadi, dibutuhkan kerja sama untuk sama-sama menghasilkan ide-ide
untuk mendorong pertumbuhan industri ini.

Saya lihat peraturan yang ada sekarang ini sudah oke. Jadi, hal-hal yang paling
penting itu yang diatur. Artinya, tidak semuanya diatur, pelaku industri diberi
keleluasaan untuk membedakan produknya.

Bagaimana terhadap anggapan fintech bisa mengancam perbankan?

Sebenarnya kita bisa saling melengkapi, karena fintech bukan bank, dan kami
juga tidak mau menjadi bank. Untuk penyimpan dananya juga sudah diatur
oleh BI.

Menurut saya itu perlu, karena dana ini adalah dana masyarakat. Kami juga
tidak mau pemain fintech memakai dananya untuk kepentingan lain-lain,
sehingga dana masyarakat hilang. Artinya, partnership antara fintech dan
bank itu justru perlu diperkuat.

Anda mungkin juga menyukai