Anda di halaman 1dari 19

EKSTRAKSI PADA ANAK

Ekstraksi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengambil gigi dari soketnya
dengan berbagai alasan yang bervariasi. Pada prinsipnya ekstraksi gigi anak dan gigi dewasa
adalah sama, tetapi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekstraksi
gigi anak, yaitu:
a) Anak-anak memiliki rongga mulut kecil sehingga menyulitkan kita dalam melakukan
ekstraksi karena pandangan kita kurang karena rongga mulut yang kecil tersebut.
b) Dalam melakukan ekstraksi gigi anak kita harus hati-hati karena adanya benih gigi
permanen yang masih terpendam.
c) Ekstraksi premature pada anak dapat menyebabkan perubahan lengkung gigi dan
mengakibatkan maloklusi bila tidak menggunakan space maintainer.

INDIKASI
Dalam pertimbangan ekstraksi gigi sulung, harus selalu ditekankan bahwa umur bukanlah
kriteria untuk menentukan apakah gigi sulung harus diekstraksi atau tidak. Oklusi,
perkembangan lengkung rahang, ukuran gigi, jumlah akar, termasuk resorpsi akar pada gigi
sulung, tingkat perkembangan dari gigi suksesor dan gigi tetangga, serta ada atau tidaknya
infeksi merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kapan dan
bagaimana gigi sulung harus diekstraksi. Dalam mempertimbangkan perawatan konservatif
untuk gigi sulung dengan infeksi pulpa atau jaringan periapikal, kondisi sistemik pasien juga
sama pentingnya dengan kondisi local gigi. Jika kita tidak menghilangkan infeksi pada gigi
dan daerah sekitarnya, prosedur konservatif akan berbahaya pada pasien dengan demam
reumatik dan penyakit yang mengikutinya, seperti rheumatic heart disease.
Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, indikasi ekstraksi untuk gigi sulung adalah
sebagai berikut:
a) Jika gigi mengalami karies yang tidak dapat direstorasi; jika karies telah mencapai
bifurkasi atau jika sulit untuk membentuk margin gingiva.
b) Jika terjadi infeksi pada daerah periapikal dan interradikular.
c) Pada kasus abses dentoalveolar akut dengan selulitis.
d) Jika gigi sulung bertabrakan dengan erupsi normal gigi permanen suksesornya.
e) Gigi sulung yang sudah waktunya tanggal
f) Untuk keperluan orthodonti
g) Pada kasus gigi supernumerer
h) Pada kasus gigi tidak tumbuh

KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi untuk ekstraksi gigi anak pada dasarnya sama dengan kontraindikasi untuk
gigi dewasa.
1. Infeksi akut stomatitis atau herpetic stomatitis, serta lesi lain yang hampir sama
dengan lesi-lesi tersebut harus dihilangkan sebelum ekstraksi dilakukan.
Pengecualian pada abses dentoalveolar dengan selulitis, yang membutuhkan untuk
diesktraksi segera.
2. Blood dyscrasias atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan infeksi setelah pencabutan. Pencabutan dilakukan setelah konsultasi
dengan hematologist.
3. Pada penderita penyakit akut atau kronik rheumatic heart disease, congetial heart
disease, dan penyakit ginjal yang memerlukan antibiotic profilaksis. Profilaksis harus
dilakukan sebelum melakukan ekstraksi. Regimen untuk profilaksis dapat dilihat di
lampiran.
4. Perisementosis akut, abses dentoalveolar dan selulitis harus diobati terlebih dahulu
dan jika diindikasikan harus dengan terapi preoperative dan postoperative.
5. Infeksi akut sistemik karena resistensi tubuh yang rendah dan dapat menyebabkan
kemungkinan infeksi sekunder.
6. Keganasan. Trauma pada ekstraksi cenderung mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan dan penyebaran tumor.
7. Gigi dengan tulang yang menjalani perawatan radiasi. Pada banyak kasus, tulang
dengan infeksi diikuti dengan ekstraksi setelah terapi antibiotik, karena avaskularitas
akibat radiasi. Infeksi tulang ini akan diikuti oleh osteomyelitis yang sangat
menyakitkan dan tidak dapat dikontrol kecuali oleh reseksi yang luas pada tulang
yang diradiasi.
8. Diabetes mellitus. Konsultasi dengan dokter yang merawat pasien sangat diperlukan
karena pada pasien ini penyembuhan lukanya agak sukar.

PERSIAPAN PRA-EKTRAKSI
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan pra-ekstraksi ini ada 2, yaitu:
1. Persiapan orang tua
Dokter gigi harus meminta persetujuan orang tua (parental consent) sebelum melakukan
tindakan. Sebagai contoh, bila ada gigi sulung dengan karies luas yang tidak dapat dilakukan
restorasi maka kemungkinan untuk dilakukan ekstraksi harus dikonsultasikan dengan orang
tua sebelum perawatan dilakukan. Instruksikan kepada orang tua untuk tidak memberitahu
apa yang akan dilakukan oleh dokter gigi pada anak, dokter gigi atau perawat yang akan
memberitahu anak tersebut mengenai tindakan yang akan dilakukan. Orang tua mempunyai
niat yang baik untuk membantu namun pemilihan kata yang digunakan bisa tidak tepat dan
orang tua pasien secara tidak hati-hati dapat membuat anak menjadi takut jika mereka
memilih untuk memberitahukan sendiri apa yang akan dilakukan oleh dokter gigi daripada
dokter gigi atau perawat yang melakukan.
2. Persiapan pasien
Hal ini tergantung pada usia ketika anak perlu atau tidak diberi informasi mengenai giginya
akan dicabut oleh dokter gigi. Dokter gigi harus mempersiapkan jawaban ketika anak
bertanya tentang perawatan yang akan dilakukan dan efek kesakitan yang akan timbul.
Pemilihan kata-kata untuk penggunaan armamentarium dan local anestesi harus
diperhatikan. Penting untuk anak mengerti perbedaan antara tekanan dan nyeri. Pada poin
ini anak harus ditanya dengan baik mengenai keberhasilan anastesi yang dilakukan oleh
dokter gigi dan dokter gigi harus yakin bahwa anastesi telah berhasil berdasarkan penjelasan
anak sehingga tidak menimbulkan nyeri pada anak.
TEKNIK EKSTRAKSI
Instrumen ekstraksi untuk gigi sulung
Beberapa dokter gigi memilih menggunakan instrumen bedah untuk anak-anak seperti
instrument yang digunakan pada dewasa. Bagaimanapun juga, banyak dokter gigi anak dan
oral and maxilofacial surgeons lebih memilih tang ekstraksi anak-anak yang lebih kecil seperti
no.150S dan 151S, karena beberapa sebab :
1. Ukuran tang nya yang lebih kecil lebih memudahkan untuk masuk dalam kavitas oral
dari pasien anak-anak.
2. Tang ekstraksi yang lebih kecil lebih mudah disembunyikan dalam tangan operator.
3. Bentuk paruh dari tang yang lebih dapat beradaptasi dengan bentuk anatomi gigi
sulung.

Tata Cara Pencabutan Gigi Sulung


1. Posisi Operator
Dengan pengenalan sistem “four handed dentistry”, operator harus melakukan ekstraksi
dalam posisi duduk, setelah mengambil posisi yang benar tergantung pada kuadran mana
dia bekerja.
Kuadran kanan dan kiri maksila serta kuadran kiri mandibula (Regio V, VI, VII) : Operator
berada pada posisi di depan sampai ke samping pasien (arah jam 7 sampai arah jam 9).
Kuadran kanan mandibula (Regio VIII) : operator pada posisi di belakang sampai di samping
pasien (arah jam 9 sampai jam 11)
2. Teknik Pencabutan gigi
Arah gaya dasar untuk ekstraksi gigi sulung:
6 gigi anterior maksila dan mandibula : tekanan ke arah labial dengan rotasi ke arah mesial
dan keluar ke arah labial.
Molar maksila dan mandibula: penekanan ke arah lingual, kemudian ke arah bukal dengan
penekanan yang lebih kuat ke arah bukal kemudian keluar ke arah bukal.
Gigi Anterior Maksilla:
Bagian melintang dari akar gigi ini membulat. Gaya pertama diberikan ke arah apikal
kemudian tekanan ringan ke arah lingual. Tekanan yang sedikit ini melebarkan tulang gingival
bagian lingual. Gaya berikutnya adalah gerakan berlawanan arah jarum jam yang
melonggarkan gigi dengan gerakan yang melepaskan. Kemudian, diteruskan dengan gaya ke
arah labial, yang akan melepaskan gigi dari soketnya. Gigi anterior maksilla memiliki akar
tunggal yang cenderung conical. Hal ini menyebabkan gigi cenderung memiliki resiko fraktur
rendah dan mendukung gerakan rotasi. Tang A no 1 digunakan untuk ekstraksi gigi anterior
maksilla.
Gigi Anterior Mandibula :
Bagian melintang dari akar gigi ini adalah oval. Setelah gaya inisial pada apikal gigi, arah gaya
berikutnya adalah ke arah labial dalam satu gerakan. Setelah gigi terasa longgar dari
soketnya, gerakan berlawanan arah jarum jam mengeluarkan gigi dari soketnya. Gigi anterior
mandibula memiliki akar tunggal. Hal ini menyebabkan seorang dokter gigi harus berhati-
hati dalam menggerakkan tang agar jangan sampai mengganggu gigi yang berdekatan karena
akan mudah sekali menjadi untuk menjadi goyang. Hal ini juga menyebabkan dokter gigi
dapat menggunakan gerakan rotasi dan sedikit gerakan ke arah labial dan lingual dapat
melepaskan gigi dari soketnya.
Gigi Molar sulung Maksilla :
Karena akar palatal melengkung, gerakan untuk pencabutan gigi diarahkan ke palatal dengan
tekanan ringan. Tekanan ringan diaplikasikan dengan tujuan agar tidak sampai mematahkan
akar palatal yang melengkung. Kemudian diteruskan dalam satu gaya ke arah bukal, gigi
menjadi longgar dan gerakan berlawanan arah jarum jam mengeluarkan gigi dari soketnya.
Gigi molar maksilla berbeda dengan gigi permanen. Ketinggian konturnya lebih dekat ke
cementoenamel junction dan akarnya lebih divergen dan diameternya lebih kecil. Karena
struktur akar melemah saat erupsi gigi permanen, sering terjadi fraktur akar saat
pencabutan gigi maksilla. Hal lain yang harus diperhatikan adalah hubungan antara molar
sulung dengan mahkota premolar yang akan tumbuh. Apabila akar mengelilingi mahkota
premolar, bukan mustahil premolar ikut tercabut bersama molar sulung. Setelah perlekatan
epithelial dipisahkan, elevator 301 lurus digunakan untuk luksasi gigi dan ekstraksi
diselesaikan dengan tang universal maksilla no 150S.
Gigi Molar sulung Mandibula :
Potongan melintang dari akar gigi ini adalah datar dalam arah mesiodistal dan berbentuk
lonjong. Gerakan rotasi merupakan kontra indikasi. Gaya inisial pertama adalah tekanan
ringan ke arah lingual, semudian diteruskan dalam satu gaya ke bukal sampai gigi melonggar
dari soketnya. Setelah itu, gerakan rotasi berlawanan arah jarum jam mengeluarkan gigi dari
soketnya.
Pada pencabutan gigi molar mandibula, dokter gigi harus memberikan support oleh tangan
yang tidak melakukan ekstraksi pada mandibula pasien supaya tidak terjadi cedera sendi
temporo mandibular. Setelah luxasi dengan elevator lurus no 301, tang no 151S digunakan
untuk mengekstraksi gigi

A. KOMPLIKASI PASCA PENCABUTAN


1. Fraktur Akar
Untuk menghindari terjadinya fraktur tulang akar gigi sulung, perlu teknik yang baik dan
hati-hati waktu melakukan pencabutan.
Cara mengatasinya :
Kalau terlihat, sedapat mungkin dikeluarkan dengan tang khusus untuk radiks atau bein dan
harus dikerjakan dengan hati-hati dan sebaiknya segera dikeluarkan sebelum gigi tetapnya
erupsi, karena dikwatirkan sisa akar tersebut akan terjepit diantara gigi-gigi tetap.
Kalau tidak terlihat/ragu-ragu, sebaiknya dibuat ronsen foto dahulu untuk melihat posisi sisa
akar terhadap benih gigi tetapnya. Dari ronsen foto bila ternyata jauh dari benih gigi tetap,
dapat diambil segera dengan pedoman ronsen foto tersebut. Tetapi bila dekat benih yang
mungkin pada waktu pengambilan dapat mengenai benih gigi permanen maka sisa akar gigi
sulung tersebut dapat ditinggalkan, tetapi selalu dilakukan pengawasan berkala (observasi)
terhadap sisa akar tersebut secara klinis dan radiografis.
2. Terjadinya trauma pada benih gigi tetap.
Kemungkinan benih gigi permanen ikut tercabut atau berubah tempat/posisi. Untuk
menghindari kemungkinan ini perlu teknik pencabutan yang baik dan hati-hati dan harus
diingat posisi benih gigi tetapnya. Penanggulangan :
Benih gigi permanen yang ikut tercabut dapat dikembalikan ke tempatnya, kemudian
mukosa (gingiva) dilakukan penjahitan sehingga soket bekas gigi sulungnya tertutup. Benih
gigi yang berubah posisi dilakukan observasi atau kalau mungkin dilakukan reposisi.
3. Dry Socket
Komplikasi ini jarang terjadi karena vaskularisasi pada anak cukup baik, bila terjadi di bawah
umur 10 tahun mungkin ada gangguan sistemik seperti pada penderita anemia, defisiensi
vitamin, gangguan nutrisi atau terdapat infeksi.
4. Perdarahan
Hal ini mungkin terjadi bila anak menderita penyakit darah atau kemungkinan ada sisa akar
atau tulang yang menyebabkan iritasi terhadap jaringan.

TEKNIK ANASTESI
1. ANASTESI TOPIKAL (SURFACE ANASTHESIA)
Anestesi topikal digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat insersi jarum ke
membran mukosa. Selain itu, interaksi operator dengan anak untuk mengalihkan perhatian
mereka dan meningkatkan sugestibilitas mereka terhadap kecemasan dapat mengurangi
kekurangan dari anestesi topical. Anastesi topical efektif pada permukaan jaringan
(kedalaman 2-3 mm).
Bahan anastesi topikal yang dipakai dapat dibagi sebagai berikut :
1. Menurut bentuknya : Cairan, salep, gel
2. Menurut penggunaannya : Spray, dioleskan, ditempelkan
3. Menurut bahan obatnya : Chlor Etil, Xylestesin Ointment, Xylocain Oitment, Xylocain Spray
4. Anastesi topikal benzokain (masa kerja cepat) dibuat dengan konsentrasi > 20 %, lidokain
tersedia dalam bentuk cairan atau salep > 5 % dan dalam bentuk spray dengan konsentrasi >
10%.
Cara melakukan anastesi topikal adalah :
1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topical.
2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik
(tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif. Pada
waktu ini, operator harus segera mempersiapkan untuk dilakukan injeksi. Waktu
aplikasi yang direkomendasikan ± 5 menit. Hal ini penting bahwa anestesi topical
membutuhkan waktu yang cukup untuk bekerja karena untuk kebanyakan anak,
hal ini merupakan pengalaman pertama untuk teknik intraoral pain-control
2. LOCAL ANASTHESIA
Persiapan pemberian lokal anestesi
1. Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari orang tua
(Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien anak.
2. Anak bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan ± 2 jam
3. Penjelasan lokal anastesi tergantung usia pasien anak, teknik penanganan tingkah
laku anak yang dapat dilakukan, misalnya TSD, / modelling.
4. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja. Letakkan
pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan digunakan. Jangan
mengisi jarum suntik didepan pasien, dapat menyebabkan rasa takut dan cemas.
5. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan
jarum (disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh dibohongi. Instrumen dapat
diperlihatkan pada anak (kiri).
6. Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara sebagai
berikut:
a. Memakai jarum yang kecil dan tajam
b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih
dahulu.. Misalnya dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
c. Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan jarum
d. Deposit anastetikum perlahan, deposit yang cepat cenderung menambah
rasa sakit. Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan dianastesi, operator dapat
menyuntikkan anastesi awal, kemudian merubah arah jarum menjadi posisi
yang lebih horizontal, bertahap memajukan jarum dan mendeposit
anastetikum.
e. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat
membantu pengurangan rasa sakit.
f. Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada palatal).
Gunanya untuk membantu menghasilkan derajat anastesi yang maksimum dan
mengurangi rasa sakit ketika jarum ditusukan.
7. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah,
juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
8. Waktu untuk menentukan anastesi berjalan ± 5 menit dan dijelaskan sebelumnya
kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti mati rasa, bengkak,
kebas, kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar anak tidak takut, tidak kaget, tidak
bingung atau merasa aneh. Pencabutan sebaiknya dilakukan setelah 5 menit. Jika
tanda parastesi tidak terjadi, anastesi kemungkinan gagal sehingga harus diulang
kembali.
9. Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya xylocaine 2 %
dan epinephrine 1 : 100.000.
BAHAN ANASTESI (ANASTETIKUM)
Sejumlah anastetikum yang ada dapat bekerja 10 menit – 6 jam, dikenal dengan bahan Long
Acting. Namun anastesi lokal dengan masa kerja panjang (seperti bupivakain) tidak
direkomendasikan untuk pasien anak terutama dengan gangguan mental. Hal ini berkaitan
dengan masa kerja yang panjang karena dapat menambah resiko injuri pada jaringan lunak.
Bahan yang sering digunakan sebagai anastetikum adalah lidocaine dan epinephrine
(adrenaline). Lidocaine 2 % dan epinephrine 1 : 80.000 merupakan pilihan utama (kecuali
bila ada alergi). Anastetikum tanpa adrenalin kurang efektif dibandingkan dengan adrenalin.
Epinephrin dapat menurunkan perdarahan pada regio injeksi.
Contoh bahan anastetikum :
1. Lidocaine HCl 2 % dengan epinephrine 1 : 100.000
2. Mepivacaine HCl 2 % dengan levanordefrin 1 : 20.000.
3. Prilocaine HCl 4 % dengan epinephrine 1 : 200.000
Hal yang penting bagi drg ketika akan menganastesi pasien anak adalah dosis. Dosis yang
diperkenankan adalah berdasarkan berat badan anak (tabel).

Tabel 1 : Dosis anastesi lokal maksimum yang direkomendasikan


Dosis
%
Nama maksimum
Nama Obat Anastesi Vasokontriksi Lama Bekerja
Dagang yang
Lokal
dianjurkan
Epinephrine Pulpa: 60 mnt
Lidokain Xylocaine 2 4,4 mg/kg
1 : 100.000 Jar. Lunak: 3-5 jam
Pulpa: 20-40 mnt
Mepivakain Carbocaine 3 - 4,4 mg/kg
Jar. Lunak: 2-3 jam
Citanest Epinephrine Pulpa: 60-90 mnt
Prilokain 4 6,0 mg/kg
Forte 1 : 200.000 Jar. Lunak: 3-8 jam
Marcaine Epinephrine Pulpa: 90-180 mnt
Bupivakain 0,5 1,3 mg/kg
HCl 1 : 200.000 Jar. Lunak: 4-9 jam

Pemilihan syringe dan jarum


Pemilihan jarum harus disesuaikan dengan kedalaman anastesi yang akan dilakukan. Jarum
suntik pada kedokteran gigi tersedia dalam 3 ukuran (sesuai standar American Dental
Association = ADA); panjang (32 mm), pendek (20 mm, dan superpendek (10 mm).
Petunjuk :
1. Dalam pelaksanaan anastesi lokal pada gigi, dokter gigi harus menggunakan syringe
sesuai standar ADA.
2. Jarum pendek dapat digunakan untuk beberapa injeksi pada jaringan lunak yang
tipis, jarum panjang digunakan untuk injeksi yang lebih dalam.
3. Jarum cenderung tidak dipenetrasikan lebih dalam untuk mencegah patahnya jarum.
4. Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relative pendek,
dipasangkan pada syringe. Gunakan jarum sekali pakai (disposable) untuk menjamin
ketajaman dan sterilisasinya. Penggunaan jarum berulang dapat sebagai transfer
penyakit.
5. Citojet dapat digunakan untuk injeksi intraligamen

TEKNIK ANASTESI
1. TEKNIK INFILTRASI LOKAL
Teknik anestesi infiltrasi lokal merupakan teknik dengan mendepositkan larutan anestesi
lokal di sekitar ujung-ujung saraf terminal sehingga efek anestesi hanya terbatas pada
tempat difusi cairan anestesi tepat pada area yang akan dilakukan instrumentasi. Teknik ini
sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Daya
penetrasinya pada anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu
kompak. Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi :
1. Keringkan mukosa dan aplikasikan bahan topikal anastesi selama 2 menit
2. Bersihkan kelebihan bahan topikal anastesi
3. Tarik mukosa
4. Untuk mengalihkan perhatian anak, drg dapat menekan bibir dengan tekanan ringan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sehingga mukosa yang akan disuntik terlihat.
5. Masukkan jarum, jika menyentuh tulang tarik jarum keluar sedikit
6. Aspirasi
7. Suntikan bahan anastetikum 0,5 – 1,0 cc secara perlahan (15-30 detik)

Teknik Infiltrasi Labial pada Area Gigi Anterior Maksila


Regio anterior maksila dipersarafi oleh cabang nervus alveolar anteriosuperior maksila.
a. Tarik jaringan untuk menentukan tempat injeksi
b. Bevel jarum dihadapkan parallel terhadap tulang
c. Masukkan jarum berukuran 30-gauge atau 10 mm pada mucobuccal fold, pada anak
dibuat lebih dekat ke margin gingiva dibandingkan pasien dewasa dan anastetikum
dideposit dekat ke tulang alveolar menuju apeks gigi
d. Masukkan jarum sesuai kedalaman apeks akar, pada gigi sulung kedalaman jarum
lebih dangkal dibandingkan dengan gigi permanen
e. Bevel jarum harus mengarah pada tulang periosteum, lalu aspirasi
f. Injeksikan cairan anestesi lokal perlahan

Teknik Anestesi Infiltrasi Bukal Maksila / Mandibula


Persarafan pada gigi molar sulung dan permanen berasal dari nervus alveolar superior
posterior dan nervus alveolar superior media mempersarafi akar mesiobukal dari gigi molar
sulung dan tetap, serta gigi premolar. Teknik anestesi ini menggunakan tahap 1- 6 yang
dijelaskan pada teknik anestesi infiltrasi, dengan jarum yang digunakan berukuran 27-gauge.
Bukal infiltrasi 0,5 – 1,0 cc cukup untuk menganastesi jaringan lunak sekitar gigi yang akan
dicabut.
ANESTESI BLOK
Anestesi blok : Hilangnya rasa sakit pada suatu daerah tertentu karena pemberian anestesi
pada pusat saraf.
Indikasi :
1. Pencabutan gigi molar sulung yang akarnya belum teresorpsi
2. Pencabutan molar permanen

TEKNIK BLOK ANASTESI RAHANG ATAS


NASOPALATINE NERVE BLOCK
Blok nervus nasopalatine akan menganastesi bagian palatal dari enam gigi anterior. Teknik
ini dapat menimbulkan sakit dan biasanya tidak digunakan untuk anak-anak. Jalan untuk
insersi jarum sepanjang papilla insisiva, posterior dari insisiv sentral. Jarum diposisikan
menghadap keatas kedalam insisiv canal.

PALATINUS MAJUS NERVE BLOCK (GREATER ANTERIOR PALATINE NERVE BLOCK)


Teknik injeksi palatinus majus nerve block dapat menganastesi mucoperiosteum palatal dari
tuberositas sampai dengan regio caninus dan dari midline gingival crest daerah yang
dilakukan injeksi. Teknik ini digunakan bersamaan dengan injeksi pada nervus alveolaris
superior media dan posterior sebelum dilakukan pembedahan. Dua pertiga posterior palatal
diinervasi oleh nervus ini. Pada anak-anak dengan hanya gigi sulung, injeksi dilakukan sekitar
10 mm dari area posterior distal molar kedua sulung.

TEKNIK BLOK ANASTESI RAHANG BAWAH


Teknik :
1. Bidang oklusi rahang bawah disejajarkan dengan lantai.
2. Telunjuk letakkan pada permukaan oklusal gigi molar supaya menyentuh sudut
oklusal.
3. Kuku menghadap ke lidah, temukan trigonum retromolar, kemudian kuku sandarkan
pada linea oblique interna
4. Tusukan jarum di dekat ujung jari, tabung suntik terletak antara m1 dan m2 pada sisi
yang berlawanan.
5. Bila sudah menyentuh tulang, tarik sedikit, tabung disejajarkan bidang oklusal sisi
yang akan dianestesi. Keluarkan obat anestesi kurang lebih 0,5 cc untuk
menganestesi N. Lingualis. Kemudian tabung suntik kembalikan pada posisi semula,
terletak antara gigi C dan M1. Arahkan ke bawah bidang oklusi, mencapai foramen
mandibula. Bila sudah menyentuh tulang, aspirasi lalu dikeluarkan 1 cc untuk
menganestesi N. alveolaris inferior.
6. Untuk menganestesi bagian bukal, dilakukan anestesi infiltrasi, yaitu 0,5 cc untuk
menganestesi N.buksinatorius. Efek anestesi terlihat setelah lima menit, dengan
teranestesinya daerah mukosa pipi, anterior lidah dan bibir pada sisi yang dianestesi.
SPACE MAINTAINER
Gigi sulung memiliki peranan yang penting bagi anak, gigi sulung berfungsi untuk
membantu proses pencernaan, pengucapan dan estetika. Selain itu, gigi sulung juga
mempunyai fungsi istimewa, yaitu sebagai pedoman penentu atau petunjuk gigi permanen
agar kelak tumbuhpada tempatnya dan menjaga pertumbuhan lengkung rahang. Tanggal
prematur pada gigi sulung dapat disebakan oleh adanya karies gigi ataupun karena
pencabutan. Beberapa faktor yag menyebabkan premature loss gigi sulung, antara lain:
 Karies, penyebab yang paling utama gigi tanggal sebelum waktunya pada gigi molar
sulung.
 Ekstraksi molar susu yang terkena karies dapat kehilangan mahkota sebagian atau
seluruhnya
 Resorbsi terlalu dini dari akar gigi geligi yang sebelumnya belum tanggal dapat
terjadidalam hal adanya gigi berjejal resorbsi terlalu dini dapat ditemukan pada gigi
depan atas dan bawah
Kehilangan premature gigi dapat menyebabkan perubahan panjang lengkung gigi,
gangguan artikulasi pada pengucapan huruf konsonan, gangguan fungsi pengunyahan,
estetis dan bicara, perkembangan kebiasaan buruk, dan masalah psikologis. Kehilangan
premature gigi kaninus atau gigi molar sulung dapat mengakibatkan pergeseran ke mesial
atau distal dari gigi-gigi sebelahnya.
 Perubahan panjang lengkung gigi. Kehilangan panjang lengkung disebabkan oleh
pergeseran gigi yang dapat mengakibatkan kehilangan keseimbangan struktural dan
efisiensi fungsional. Tanggal premature gigi sulung mengakibatkan gigi tetangganya
bergeser ke ruang kosong sehingga menghalangi erupsi gigi permanen yang akan
menggantikannya. Besar dan kecepatan pergeseran gigi berhubungan langsung
dengan derajat crowding pada lengkung gigi. Pada lengkung yang tidak crowding
mungkin terdapat sedikit pergerakan, tetapi pada lengkung yang crowding gigi
sekitarnya dengan cepat bergerak ke arah ruang yang terjadi akibat premature loss.
 Gangguan artikulasi pada pengucapan huruf konsonanSelama ini telah dipusatkan
perhatian tentang efek premature loss terhadap perkembangan bicara. Khususnya
artikulasi pengucapan suara konsonan s, z, f, v. Hal iniumumnya terjadi pada
kehilangan gigi posterior.
 Perkembangan kebiasaan buruk. Premature loss gigi sulung baik di regio anterior
maupun posterior sangat memungkinkan terjadinya pergerakan lidah ke tempat
ruangan yang kosong. Kebiasaan buruk yang terus menerus ini dapat menyebabkan
malposisi pada gigi pengganti tergantung pada banyaknya tekanan dari lidah. Untuk
macam kebiasaan buruk, akan dijelaskan kemudian.
 Trauma psikologis. Premature loss gigi sulung, khusunya gigi anterior sering menjadi
penyebab yang sangatmemalukan pada anak, terutama pada perempuan. Trauma
psikologis terjadi tanpa disengajaakibat sikap dan kata-kata yang tidak baik dari
teman-teman atau sanak saudara.
Oleh karena itu, keberadaan gigi sulung harus bisa dipertahankan pada kondisi sehat.
Jika situasi yang ada menyulitkan upaya mempertahankan gigisulung, misalnya ada penyakit
gigi yang parah, maka pada beberapa kasus, gigi susu dapat dibiarkan tanggal tanpa
menimbulkan efek yang buruk terhadap perkembangan oklusal. Pada kasus yang lain,
tanggalnya gigi sulung dapat berakibat buruk pada terhadap perkembangan oklusal. Oleh
karena itu perlu dipertimbangkan untuk mempertahankan gigi atau memasang space
maintainer. Kehilangan gigi sulung dan kegagalan untuk menjaga ruang tersebut selama
masa pertumbuhan dan perkembangan akan mempengaruhi oklusi normal pada gigi
permanennya. Karena itu, penggunaan space maintainer diharapkan dapat
mempertahankan ruang bekas pencabutan sehingga calon gigi yang akan tumbuh di tempat
tersebut dapat tumbuh dengan benar.
Space maintener adalah suatu alat yang diaplikasikan secara intraoral yang digunakan
untuk mempertahankan lengkung, sehingga setelah tanggal premature gigi sulung dapat
memungkinkan gigi permanent pengganti erupsi pada lengkung yang benar sehingga dicapai
oklusi yang normal. Tujuan pemakaian space maintener :
1. Mencegah terjadinya maloklusi
2. Untuk melakukan perawatan maloklusi ringan tanpa mengirim ke orthodontist
3. Mempertahankan atau memlihara space akibat tanggal premature gigi sulung.
Macam space maintener :
1. lepasan
2. cekat atau semi cekat dengan band dan loop atau crown dan loop
3. fungsional atau non fungsional (dapat dipakai untuk mengunyah atau tidak)
4. aktif space maintener (space regainer)
- aktif fixed space maintener
- aktif removable space maintener
5. kombinasi
Indikasi Space Maintener secara umum :
a) Tanggal premature gigi sulung
b) Benih gigi pengganti harus lengkap
c) Cukup tempat untuk gigi pengganti
d) Belum terjadi maloklusi
e) Pada keadaan dimana bila dibiarkan akan menyebabkan maloklusi baru, misalnya
kebiasaan jelek
f) Bila penderita tanpa space maintener dapat mengakibatkan trauma psikis, misalnya
kehilangan gigi anterior.
Beberapa hal yang tidak diindikasikan Space maintener :
 Tidak terdapat tulang alveolar yang menutup mahkota gigi tetap yang akan erupsi
 Kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen
 Ruangan yang berlebihan untuk gigi tetapnya erupsi
 Kekurangan ruang yang sangat banyak sehingga memerlukan tindakan pencabutan
danperawatan orthodonti.
 Gigi permanen penggantinya tidak ada
 space kontrol : untuk kelebihan tempat = 3 mm, space kontrol bukan alat, yakni
dengan cara mencetak (kontrol) pasien setiap 3 bulan sekali sampai didapatkan space
< 3 mm kemudian dibuatkan SM atau sampai gigi permanentnya erupsi
SPACE MAINTAINER LEPASAN
Pemilihan space maintener Lepasan
a) Indikasi : yang telah disebutkan diatas
b) Kontraindikasi: alergi resin, pasien tidak kooperatif, sehingga sering dilepas
c) Keuntungan :
 konstruksinya mudah
 mudah dibersihkan
 gigi mudah dibersihkan
 dapat dibuat fungsional
 estetik baik
 dapat menstimulasi erupsi gigi permanen
 karies mudah dikontrol
 mudah mencarikan tempat untuk gigi yang akan erupsi
 dapat menahan lidah pada tempatnya
 dapat dikombinasikan dengan alat lain
d) Kerugian :
1. dapat / mudah hilang, patah, oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan orang
tua
2. dapat menghambat pertumbuhan rahang ke lateral (apabila klamer terlalu kuat)
3. dapat mengiritasi jaringan lunak
e) Konstruksi :
Terdiri dari plat akrilik dengan kombinasi kawat retensi missal :
- Busur Labial di RA , sehingga gigi anterior tidah bergerak kedepan,
- Diletakkan jauh dari ginggiva
- Kawat oklusal tidak kontak dengan gigi antagonis, melalui puncak C atau
embrasure antara I2 dan C atau distal C.
- Tidak menekan interdental papil
- Untuk RB, busur labial tidak mutlak
- oklusal rest, menahan alat supaya tidak menekan kebawah
- interproximal spurs atau loop (pada bukal embrasure )
- klamer adam, supaya pertumbuhan tidak terganggu
- klamer wrap around / half Jackson
- klamer Jackson

Gambar: Contoh desain SM dengan gigi artificial


 Klamer retensi pada molar, dapat mempengaruhi hubungan bukolingual dengan
gigi antagonis:
1. Relasi molar end-to-end : SM pada RA
Pada RA dipasang tanpa klamer supaya molar RA dapat bergerak ke bukal
oleh karena adanya pertumbuhan rahang yang normal dan tekanan dari plat
acrylic pada palatinal
2. Relasi molar end-to-end : SM pada RB
Harus dipasang klamer pada RB sehingga molar bawah ditahan, Molar atas
dapat tumbuh dengan normal. Apabila tidak dipasang klamer akan bisa
menyebabkan gigitan silang.
 Pergerakan dari gigi geligi :
Perawatan preventive ortodontik mengikutsertakan pergerakan gigi yaitu
dengan pemakaian alat Aktif Space Maintener atau Space Regainer.

SPACE MAINTAINER CEKAT


Ada beberapa macam jenis space maintainer cekat yang sering digunakan dalam klinik,
yaitu:
1. Band-loop space maintainer, dirancang untuk mempertahankan ruang dari
tanggalnyagigi dalam satu kuadran.
2. Crown-loop space maintainer, digunakan pada kasus:
a. Gigi abutment bagian posterior mengalami karies yang luas dan memerlukan
restorasi mahkota.
b. Gigi abutment pernah mendapatkan perawatan pulpa yang mana dalam
kasus mahkotaperlu dilindungi secara menyeluruh.
3. Distal Shoe space maintainer, digunakan apabila molar dua sulung hilang sebelum
erupsimolar satu permanen untuk menuntun erupsi molar pertama permanen ke
posisi yangnormal dalam lengkung rahang.
4. Lingual Arch, digunakan apabila kehilangan banyak gigi pada lengkung RA ataupun
RB, terutama jika insisivus permanen RB terlihat crowded.

SPACE REGAINER

1. Definisi

Peranti cekat atau lepasan yang berfungsi mengembalikan ruang yang menyempit /
hilang akibat adanya gigi yang tanggal prematur dan tipping gigi - gigi sekitarnya.

2. Tujuan

 Mencegah terjadinya rotasi gigi geligi di sekitar gigi yang premature loss
 Pada maksila, mencegah terjadinya relasi molar / caninus kelas II karena
pergerakan gigi geligi ke mesial akibat adanya premature loss di anterior

 Pada mandibula, mencegah terjadinya relasi molar / caninus kelas III karena
pergerakan gigi geligi ke distal akibat adanya premature loss di posterior

 Mengembalikan jumlah lebar ruang yang diperlukan untuk gigi permanen

3. Indikasi

 Premature loss of single tooth

 Menegakkan gigi yang mesial drifting

 Space closure karena adanya gigi yang tanggal prematur

 Kekurangan tempat 3-4 mm

4. Kontraindikasi

 Pada kasus kelebihan tempat, misalnya karena diastema

 Pada kasus kekurangan tempat sangat banyak, dengan impaksi atau banyak gigi
permanen yang belum erupsi

 Pada kasus yang membutuhkan analisis komprehensif serta kasus - kasus yang
membutuhkan pemakaian peranti cekat

5. Jenis Peranti

a. Intraoral appliances

Terdapat macam - macam peranti space regainer yaitu :

 Removable Space regainer

Membutuhkan kekooperatifan pasien karena pasien harus rutin memakai-


melepas peranti tersebut, namun lebih mudah dibersihkan.

 Helical coil and loops


Terdapat dua jenis yaitu single dan double loop. Peranti ini memiliki gaya
ringan tetapi terus menerus. Peranti ini dapat menggerakkan gigi hingga 3-4 mm,
dan perlu disesuaikan setiap 2 minggu sekali.

 Split saddle type

Disebut juga Split Acrylic Dumbbell spring, diindikasikan untuk kebutuhan


ruang kecil (1-2mm), menggunakan wire 0,025, dan perlu disesuaikan 2 kali
dalam 1 bulan.

 Jack Screw Type

Diaktivasi dengan membuka sekrup 1/4 putaran sebanyak 2 kali dalam 1


hari, selama beberapa hari hingga tidak bisa dibuka lagi, kemudian tetap
dilanjutkan membuka sekrup 1/4 putaran setiap 2-3 hari hingga mendapatkan
besar space yang dibutuhkan

 Slingshot type

Gaya ringan dan terus menerus, didapatkan dari tegangan antara 2 karet
elastis yang diganti setiap hari saat peranti di luar mulut.

 Removable Molar distalizer

Gaya dari kompresi Ni-Ti open coil spring


 Fixed Space Regainer

Lebih diindikasikan pada pasien yang kurang kooperatif, namun lebih sulit
dibersihkan sehingga meningkatkan risiko karies pasien tersebut.

 Hotz Lingual Arch

Lingual arch dengan loop U yang diaktivasi sedikit setiap 2 minggu sekali.
Waktu perawatan sekitar 3-6 bulan untuk pergerakan sebesar 2 mm dalam 1
kuadran.

 Jaffe’s Appliance

Menggunakan bukal dan lingual sliding arch

 Gerber’s Appliance

Dibuat secara direct pada pasien, dengan molar band dan loop U, serta
penggunaan open coil spring di sisi bukal dan lingual. Menggunakan wire 0,7
mm, ukuran pegas lebih panjang daripada lebar space, sehingga ketika dipasang
pegas dalam keadaan teraktivasi.

 King Appliance

Menggunakan open coil spring, untuk menggerakkan gigi sebanyak kurang


lebih 1mm setiap bulan

 Lip Bumper Appliance

Menggunakan tekanan ringan dari bibir bawah untuk menggerakkan molar


bawah ke distal

 Unilateral spring space regainer


b. Extraoral appliances

Digunakan pada kasus yang tidak hanya menggerakkan molar secara horizontal tetapi
juga membutuhkan kontrol posisi molar secara vertikal

 High pull headgear

 Low pull headgear

Space Regainer ada 2 tipe :


 Aktif fixed SR
 Aktif Removable SR
1. Aktif fixed SR
Kekurangan tempat dari P2 tetapi ada ruangan antara P1 dan C serta M1 bergerak ke
mesial
a) Cara :
- Band dipasang pada M1
- Tube disoldir pada bukal dan lingual dari band
- Dibentuk kawat berbentuk huruf U, ujung bebas dimasukkan pada tube, pada
lengkungan dibuat lekukan sebagai tempat kontak distal P1
- Spring coil dimasukan pada kawat kemudian kawat dimasukkan pada tube
- Band dan kawat serta compressed spring disemen pada gigi molar
b) Cara pemasangan band :
1) Rahang Bawah
o dipakai band adaptor dengan sisi yang bergerigi diletakkan dibagian
oklusal sebelah bukal dari tepi band
o tongue blade diletakkan diatas band adaptor kemudian penderita disuruh
menggigit
2) Rahang Atas
o band diletakkan pada bagian bukal dan lingual
2. Aktif Removable SR
a) Kekurangan tempat
- Dipakai kawat berbentuk U yang dibengkokan sesuai dengan alveolar ridge
antara P1 dan M1
- Ujung kawat bagian mesial ditanam pada plat akrilik sebelah lingual ujung
distal bebas dan terletak pada permukaan mesial M 1, cara menggerakkan gigi
dengan cara mengaktifkan kawat.
- Kawat retensi pada molar sisi lainnya, bisa dipakai klamer modifikasi tipe
crozat
- mengaktifkan kawat 3 minggu sekali.
b) Erupsi sebagian dan kekurangan tempat
- Dipakai separating wire sebelah mesial dan distal
c) Perawatan gigitan terbalik posterior
- Pasang band pada gigi molar atas dan bawah
- Pasang kait M RA pada palatinal, dengan ujung menghadap cervical
- Pasang kait pada bukal M RB dengan ujung menghadap ke cervical dan
disemen pada gigi
- Pasang elastic pada kait dan dihubungkan
- Setelah bebrapa saat gigi RA bergerak ke bukal dan gigi RB bergerak ke lingual
d) Perawatan gigitan terbalik anterior
 Kasus ini dibedakan antara Klas I tipe 3 dan Klas III
 Tongue Blade sebagai alat pengungkit. Insisiv Pertama RA masih dalam taraf
pertumbuhan
cara :
- Tongue blade ditekan dengan tangan ke bawah, ujung lain diletakkan antara I 1

atas dan bawah


- Diulang kira-kira 20x sebelum makan dan penderita menghitung sampai 5 tiap

kali
- Bila cara ini dalam waktu 1-2 minggu tidak berhasil --- dipakai cara lain
 Bite Plane akrilik dari C bawah kanan sampai C bawah kiri. Plane dibuat curam
sehingga mulut lebih sering terbuka. Dalam waktu 1-2 minggu hasil akan
terlihat
 Band dari logam yang disoldir. Dibuat band pada gigi anterior atas. Band
berbentuk strip disoldir pada bagian lingual dari band kemudian dibengkokan
ke arah labial dan disoldir pada sisi labial, sehingga membentuk bite plane.
Band disemen pada gigi.

Space Kontrol
Definisi
Space kontrol : untuk kelebihan tempat = 3 mm, space kontrol bukan alat, yakni dengan cara
mencetak (kontrol) pasien setiap 3 bulan sekali sampai didapatkan space < 3 mm kemudian
dibuatkan SM atau sampai gigi permanentnya erupsi
Daftar Pustaka :

Chandak, Pratiksha.dkk. 2015. Space Regainers in Pediatric Dentistry. IDMJAD Vol. 1.


halaman 1-5

Anda mungkin juga menyukai