Ekstraksi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengambil gigi dari soketnya
dengan berbagai alasan yang bervariasi. Pada prinsipnya ekstraksi gigi anak dan gigi dewasa
adalah sama, tetapi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekstraksi
gigi anak, yaitu:
a) Anak-anak memiliki rongga mulut kecil sehingga menyulitkan kita dalam melakukan
ekstraksi karena pandangan kita kurang karena rongga mulut yang kecil tersebut.
b) Dalam melakukan ekstraksi gigi anak kita harus hati-hati karena adanya benih gigi
permanen yang masih terpendam.
c) Ekstraksi premature pada anak dapat menyebabkan perubahan lengkung gigi dan
mengakibatkan maloklusi bila tidak menggunakan space maintainer.
INDIKASI
Dalam pertimbangan ekstraksi gigi sulung, harus selalu ditekankan bahwa umur bukanlah
kriteria untuk menentukan apakah gigi sulung harus diekstraksi atau tidak. Oklusi,
perkembangan lengkung rahang, ukuran gigi, jumlah akar, termasuk resorpsi akar pada gigi
sulung, tingkat perkembangan dari gigi suksesor dan gigi tetangga, serta ada atau tidaknya
infeksi merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kapan dan
bagaimana gigi sulung harus diekstraksi. Dalam mempertimbangkan perawatan konservatif
untuk gigi sulung dengan infeksi pulpa atau jaringan periapikal, kondisi sistemik pasien juga
sama pentingnya dengan kondisi local gigi. Jika kita tidak menghilangkan infeksi pada gigi
dan daerah sekitarnya, prosedur konservatif akan berbahaya pada pasien dengan demam
reumatik dan penyakit yang mengikutinya, seperti rheumatic heart disease.
Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas, indikasi ekstraksi untuk gigi sulung adalah
sebagai berikut:
a) Jika gigi mengalami karies yang tidak dapat direstorasi; jika karies telah mencapai
bifurkasi atau jika sulit untuk membentuk margin gingiva.
b) Jika terjadi infeksi pada daerah periapikal dan interradikular.
c) Pada kasus abses dentoalveolar akut dengan selulitis.
d) Jika gigi sulung bertabrakan dengan erupsi normal gigi permanen suksesornya.
e) Gigi sulung yang sudah waktunya tanggal
f) Untuk keperluan orthodonti
g) Pada kasus gigi supernumerer
h) Pada kasus gigi tidak tumbuh
KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi untuk ekstraksi gigi anak pada dasarnya sama dengan kontraindikasi untuk
gigi dewasa.
1. Infeksi akut stomatitis atau herpetic stomatitis, serta lesi lain yang hampir sama
dengan lesi-lesi tersebut harus dihilangkan sebelum ekstraksi dilakukan.
Pengecualian pada abses dentoalveolar dengan selulitis, yang membutuhkan untuk
diesktraksi segera.
2. Blood dyscrasias atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya
perdarahan dan infeksi setelah pencabutan. Pencabutan dilakukan setelah konsultasi
dengan hematologist.
3. Pada penderita penyakit akut atau kronik rheumatic heart disease, congetial heart
disease, dan penyakit ginjal yang memerlukan antibiotic profilaksis. Profilaksis harus
dilakukan sebelum melakukan ekstraksi. Regimen untuk profilaksis dapat dilihat di
lampiran.
4. Perisementosis akut, abses dentoalveolar dan selulitis harus diobati terlebih dahulu
dan jika diindikasikan harus dengan terapi preoperative dan postoperative.
5. Infeksi akut sistemik karena resistensi tubuh yang rendah dan dapat menyebabkan
kemungkinan infeksi sekunder.
6. Keganasan. Trauma pada ekstraksi cenderung mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan dan penyebaran tumor.
7. Gigi dengan tulang yang menjalani perawatan radiasi. Pada banyak kasus, tulang
dengan infeksi diikuti dengan ekstraksi setelah terapi antibiotik, karena avaskularitas
akibat radiasi. Infeksi tulang ini akan diikuti oleh osteomyelitis yang sangat
menyakitkan dan tidak dapat dikontrol kecuali oleh reseksi yang luas pada tulang
yang diradiasi.
8. Diabetes mellitus. Konsultasi dengan dokter yang merawat pasien sangat diperlukan
karena pada pasien ini penyembuhan lukanya agak sukar.
PERSIAPAN PRA-EKTRAKSI
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan pra-ekstraksi ini ada 2, yaitu:
1. Persiapan orang tua
Dokter gigi harus meminta persetujuan orang tua (parental consent) sebelum melakukan
tindakan. Sebagai contoh, bila ada gigi sulung dengan karies luas yang tidak dapat dilakukan
restorasi maka kemungkinan untuk dilakukan ekstraksi harus dikonsultasikan dengan orang
tua sebelum perawatan dilakukan. Instruksikan kepada orang tua untuk tidak memberitahu
apa yang akan dilakukan oleh dokter gigi pada anak, dokter gigi atau perawat yang akan
memberitahu anak tersebut mengenai tindakan yang akan dilakukan. Orang tua mempunyai
niat yang baik untuk membantu namun pemilihan kata yang digunakan bisa tidak tepat dan
orang tua pasien secara tidak hati-hati dapat membuat anak menjadi takut jika mereka
memilih untuk memberitahukan sendiri apa yang akan dilakukan oleh dokter gigi daripada
dokter gigi atau perawat yang melakukan.
2. Persiapan pasien
Hal ini tergantung pada usia ketika anak perlu atau tidak diberi informasi mengenai giginya
akan dicabut oleh dokter gigi. Dokter gigi harus mempersiapkan jawaban ketika anak
bertanya tentang perawatan yang akan dilakukan dan efek kesakitan yang akan timbul.
Pemilihan kata-kata untuk penggunaan armamentarium dan local anestesi harus
diperhatikan. Penting untuk anak mengerti perbedaan antara tekanan dan nyeri. Pada poin
ini anak harus ditanya dengan baik mengenai keberhasilan anastesi yang dilakukan oleh
dokter gigi dan dokter gigi harus yakin bahwa anastesi telah berhasil berdasarkan penjelasan
anak sehingga tidak menimbulkan nyeri pada anak.
TEKNIK EKSTRAKSI
Instrumen ekstraksi untuk gigi sulung
Beberapa dokter gigi memilih menggunakan instrumen bedah untuk anak-anak seperti
instrument yang digunakan pada dewasa. Bagaimanapun juga, banyak dokter gigi anak dan
oral and maxilofacial surgeons lebih memilih tang ekstraksi anak-anak yang lebih kecil seperti
no.150S dan 151S, karena beberapa sebab :
1. Ukuran tang nya yang lebih kecil lebih memudahkan untuk masuk dalam kavitas oral
dari pasien anak-anak.
2. Tang ekstraksi yang lebih kecil lebih mudah disembunyikan dalam tangan operator.
3. Bentuk paruh dari tang yang lebih dapat beradaptasi dengan bentuk anatomi gigi
sulung.
TEKNIK ANASTESI
1. ANASTESI TOPIKAL (SURFACE ANASTHESIA)
Anestesi topikal digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat insersi jarum ke
membran mukosa. Selain itu, interaksi operator dengan anak untuk mengalihkan perhatian
mereka dan meningkatkan sugestibilitas mereka terhadap kecemasan dapat mengurangi
kekurangan dari anestesi topical. Anastesi topical efektif pada permukaan jaringan
(kedalaman 2-3 mm).
Bahan anastesi topikal yang dipakai dapat dibagi sebagai berikut :
1. Menurut bentuknya : Cairan, salep, gel
2. Menurut penggunaannya : Spray, dioleskan, ditempelkan
3. Menurut bahan obatnya : Chlor Etil, Xylestesin Ointment, Xylocain Oitment, Xylocain Spray
4. Anastesi topikal benzokain (masa kerja cepat) dibuat dengan konsentrasi > 20 %, lidokain
tersedia dalam bentuk cairan atau salep > 5 % dan dalam bentuk spray dengan konsentrasi >
10%.
Cara melakukan anastesi topikal adalah :
1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topical.
2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik
(tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif. Pada
waktu ini, operator harus segera mempersiapkan untuk dilakukan injeksi. Waktu
aplikasi yang direkomendasikan ± 5 menit. Hal ini penting bahwa anestesi topical
membutuhkan waktu yang cukup untuk bekerja karena untuk kebanyakan anak,
hal ini merupakan pengalaman pertama untuk teknik intraoral pain-control
2. LOCAL ANASTHESIA
Persiapan pemberian lokal anestesi
1. Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari orang tua
(Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien anak.
2. Anak bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan ± 2 jam
3. Penjelasan lokal anastesi tergantung usia pasien anak, teknik penanganan tingkah
laku anak yang dapat dilakukan, misalnya TSD, / modelling.
4. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja. Letakkan
pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan digunakan. Jangan
mengisi jarum suntik didepan pasien, dapat menyebabkan rasa takut dan cemas.
5. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan
jarum (disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh dibohongi. Instrumen dapat
diperlihatkan pada anak (kiri).
6. Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara sebagai
berikut:
a. Memakai jarum yang kecil dan tajam
b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih
dahulu.. Misalnya dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
c. Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan jarum
d. Deposit anastetikum perlahan, deposit yang cepat cenderung menambah
rasa sakit. Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan dianastesi, operator dapat
menyuntikkan anastesi awal, kemudian merubah arah jarum menjadi posisi
yang lebih horizontal, bertahap memajukan jarum dan mendeposit
anastetikum.
e. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat
membantu pengurangan rasa sakit.
f. Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada palatal).
Gunanya untuk membantu menghasilkan derajat anastesi yang maksimum dan
mengurangi rasa sakit ketika jarum ditusukan.
7. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah,
juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
8. Waktu untuk menentukan anastesi berjalan ± 5 menit dan dijelaskan sebelumnya
kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti mati rasa, bengkak,
kebas, kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar anak tidak takut, tidak kaget, tidak
bingung atau merasa aneh. Pencabutan sebaiknya dilakukan setelah 5 menit. Jika
tanda parastesi tidak terjadi, anastesi kemungkinan gagal sehingga harus diulang
kembali.
9. Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya xylocaine 2 %
dan epinephrine 1 : 100.000.
BAHAN ANASTESI (ANASTETIKUM)
Sejumlah anastetikum yang ada dapat bekerja 10 menit – 6 jam, dikenal dengan bahan Long
Acting. Namun anastesi lokal dengan masa kerja panjang (seperti bupivakain) tidak
direkomendasikan untuk pasien anak terutama dengan gangguan mental. Hal ini berkaitan
dengan masa kerja yang panjang karena dapat menambah resiko injuri pada jaringan lunak.
Bahan yang sering digunakan sebagai anastetikum adalah lidocaine dan epinephrine
(adrenaline). Lidocaine 2 % dan epinephrine 1 : 80.000 merupakan pilihan utama (kecuali
bila ada alergi). Anastetikum tanpa adrenalin kurang efektif dibandingkan dengan adrenalin.
Epinephrin dapat menurunkan perdarahan pada regio injeksi.
Contoh bahan anastetikum :
1. Lidocaine HCl 2 % dengan epinephrine 1 : 100.000
2. Mepivacaine HCl 2 % dengan levanordefrin 1 : 20.000.
3. Prilocaine HCl 4 % dengan epinephrine 1 : 200.000
Hal yang penting bagi drg ketika akan menganastesi pasien anak adalah dosis. Dosis yang
diperkenankan adalah berdasarkan berat badan anak (tabel).
TEKNIK ANASTESI
1. TEKNIK INFILTRASI LOKAL
Teknik anestesi infiltrasi lokal merupakan teknik dengan mendepositkan larutan anestesi
lokal di sekitar ujung-ujung saraf terminal sehingga efek anestesi hanya terbatas pada
tempat difusi cairan anestesi tepat pada area yang akan dilakukan instrumentasi. Teknik ini
sering dilakukan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah. Daya
penetrasinya pada anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu
kompak. Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi :
1. Keringkan mukosa dan aplikasikan bahan topikal anastesi selama 2 menit
2. Bersihkan kelebihan bahan topikal anastesi
3. Tarik mukosa
4. Untuk mengalihkan perhatian anak, drg dapat menekan bibir dengan tekanan ringan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sehingga mukosa yang akan disuntik terlihat.
5. Masukkan jarum, jika menyentuh tulang tarik jarum keluar sedikit
6. Aspirasi
7. Suntikan bahan anastetikum 0,5 – 1,0 cc secara perlahan (15-30 detik)
SPACE REGAINER
1. Definisi
Peranti cekat atau lepasan yang berfungsi mengembalikan ruang yang menyempit /
hilang akibat adanya gigi yang tanggal prematur dan tipping gigi - gigi sekitarnya.
2. Tujuan
Mencegah terjadinya rotasi gigi geligi di sekitar gigi yang premature loss
Pada maksila, mencegah terjadinya relasi molar / caninus kelas II karena
pergerakan gigi geligi ke mesial akibat adanya premature loss di anterior
Pada mandibula, mencegah terjadinya relasi molar / caninus kelas III karena
pergerakan gigi geligi ke distal akibat adanya premature loss di posterior
3. Indikasi
4. Kontraindikasi
Pada kasus kekurangan tempat sangat banyak, dengan impaksi atau banyak gigi
permanen yang belum erupsi
Pada kasus yang membutuhkan analisis komprehensif serta kasus - kasus yang
membutuhkan pemakaian peranti cekat
5. Jenis Peranti
a. Intraoral appliances
Slingshot type
Gaya ringan dan terus menerus, didapatkan dari tegangan antara 2 karet
elastis yang diganti setiap hari saat peranti di luar mulut.
Lebih diindikasikan pada pasien yang kurang kooperatif, namun lebih sulit
dibersihkan sehingga meningkatkan risiko karies pasien tersebut.
Lingual arch dengan loop U yang diaktivasi sedikit setiap 2 minggu sekali.
Waktu perawatan sekitar 3-6 bulan untuk pergerakan sebesar 2 mm dalam 1
kuadran.
Jaffe’s Appliance
Gerber’s Appliance
Dibuat secara direct pada pasien, dengan molar band dan loop U, serta
penggunaan open coil spring di sisi bukal dan lingual. Menggunakan wire 0,7
mm, ukuran pegas lebih panjang daripada lebar space, sehingga ketika dipasang
pegas dalam keadaan teraktivasi.
King Appliance
Digunakan pada kasus yang tidak hanya menggerakkan molar secara horizontal tetapi
juga membutuhkan kontrol posisi molar secara vertikal
kali
- Bila cara ini dalam waktu 1-2 minggu tidak berhasil --- dipakai cara lain
Bite Plane akrilik dari C bawah kanan sampai C bawah kiri. Plane dibuat curam
sehingga mulut lebih sering terbuka. Dalam waktu 1-2 minggu hasil akan
terlihat
Band dari logam yang disoldir. Dibuat band pada gigi anterior atas. Band
berbentuk strip disoldir pada bagian lingual dari band kemudian dibengkokan
ke arah labial dan disoldir pada sisi labial, sehingga membentuk bite plane.
Band disemen pada gigi.
Space Kontrol
Definisi
Space kontrol : untuk kelebihan tempat = 3 mm, space kontrol bukan alat, yakni dengan cara
mencetak (kontrol) pasien setiap 3 bulan sekali sampai didapatkan space < 3 mm kemudian
dibuatkan SM atau sampai gigi permanentnya erupsi
Daftar Pustaka :