Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM ALKALIMETRI

Dosen Pengampu: Nur Patria, S.Si Apt.,M.Si.

Mata Kuliah Pengantar Laboratorium Medik

Disusun oleh:

KELOMPOK 10
1. Farahdila Zulva M. (P1337434119010)
2. Rinda Dini O. (P1337434119019)
3. Millenia Almira (P1337434119021)
4. Diva Afifah Nurul Z. (P1337434119030)
5. Martasya Faiza (P1337434119040)
6. Dzakiyyatul M. (P1337434119046)

D3 Analis Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Jl.Wolter Monginsidi No.155 Pedurungan Tengah, Kec. Pedurungan, Kota Semarang,

Jawa Tengah, Kode Pos: 50192


A. Tujuan
1. Mengetahui konsentrasi NaOH standar.
2. Mengetahui konsentrasi (kadar) CH3COOH.

B. Prinsip
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan
sesudah titrasi. Larutan asam yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia
(erlenmeyer), dengan mengukur volumnya terlebih dulu dengan memakai pipet
gondok. Untuk mengamati titik ekuivalen dipakai indikator yang perubahan warnanya
di sekitar titik ekuivalen. Saat terjadi perubahan warna itu disebut titik akhir (Syukri,
S. 1999).

C. Dasar Teori
Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan penting
1. Asam
Asam secara paling sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan
dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-
satunya ion positif. Sebenarnya ion hidrogen (proton) tak ada dalam larutan air.
Setiap proton bergabung dengan satu molekul air dengan cara berkoordinasi
dengan sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen dari air, dan terbentuk
ion-ion hidronium :

H+ + H2O → H3O+

2. Basa
Basa secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila
dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil
sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida logam yang larut, seperti
natrium hidroksida atau kalium hidroksida hampir sempurna berdisosiasi dalam
larutan air yang encer :

NaOH Na+ + OH-

KOH K+ + OH-

Karena itu basa-basa ini adalah basa kuat. Di lain pihak larutan air amonia,
merupakan suatu basa lemah. Bila dilarutkan dalam air, amonia membentuk
amonium hidroksida, yang berdisosiasi menjadi ion amonium dan ion hidroksida :

NH3 + H2O NH4+ + OH-

Karena itu, basa kuat merupakan elektrolit kuat, sedang basa lemah
merupakan elektrolit lemah. Tetapi tak ada pembagian yang tajam antara golongan-
golongan ini, dan sama halnya dengan asam, adalah mungkin untuk menyatakan
kekuatan basa secara kuantitatif.
3. Garam
Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses-proses semacam ini
disebut netralisasi. Definisi ini adalah benar, dalam artian, bahwa jika sejumlah
asam dan basa murni ekuivalen dicampur, dan larutannya diuapkan, suatu zat
kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-ciri khas suatu asam maupun basa.
Zat-zat ini dinamakan garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu (G. Shevla, 1985).
Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam
atau basa. Caranya dengan menambahkan setetes demi setetes larutan basa kepada
larutan asam. Setiap basa yang diteteskan bereaksi dengan asam, dan penetesan
dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan mol OH-. Pada saat itu larutan
bersifat netral dan disebut titik ekuivalen. Cara seperti ini disebut titrasi, yaitu
analisis dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi tepat
sama dengan larutan lain. Analisis ini disebut juga analisis volumetri, karena yang
diukur adalah volume larutan basa yang terpakai dengan volume tertentu larutan
asam (Syukri, S. 1999).
Berikut syarat-syarat yang diperlukan agar titrasi yang dilakukan berhasil:
a. Konsentrasi titran harus diketahui. Larutan seperti ini disebut larutan standar.
b. Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.
c. Titik stoikhiometri atau ekivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan
perubahan warna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunakan.
Titik pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
d. Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahui
setepat mungkin (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005)
Bila suatu indikator pH kita pergunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi,
maka:
a. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan
titrat agar tidak terjadi kesalahan titrasi.
b. Perubahan warna itu harus terjadi dengan mendadak, agar tidak ada keragu-
raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan.
Titrasi asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan atau basa
diantaranya:

Asam kuat dan basa kuat

Reaksi untuk titrasi asam kuat-basa kuat adalah

H+ (c) + OH- (c) H2O

Untuk menghitung [H+] pada titik tertentu dalam titrasi, kita harus menentukan
jumlah H+ yang tetap tinggal pada titik tersebut dibagi dengan volume total larutan.

𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
(Hardjono. 2005)
Asam kuat dan basa lemah

Meskipun istilah penetralan lazim digunakan untuk reaksi apa saja antara asam
dengan basa, tak selalu akan dihasilkan larutan yang benar-benar netral. Memang
larutan netral hanya diperoleh bila asam dan basa itu sama kuatnya. Pada hakekatnya
titrasi basa lemah dengan asam kuat dapat dipahami seperti cara kerja sebelumnya.
Yang perlu diperhatikan adalah tentang komponen utama dalam larutan dan kemudian
memutuskan apakah reaksi terjadi menuju sempurna (Keenan, dkk. 1984).

Asam lemah dan basa kuat

Reaksi dalam larutan air dari asam lemah seperti asam asetat, HC2H3O2, dengan
basa kuat NaOH dapat dinyatakan oleh persamaan berikut:

Pemaparan HC2H3O2 + NaOH NaC2H3O2 + H2O

lama

Pemaparan HC2H3O2 + Na+ + OH- Na+ + C2H3O2- + H2O

baru

Larutan natrium asetat yang dihasilkan agak bersifat basa, karena ion asetat berfungsi
sebagai basa dalam larutan air (Keenan, dkk. 1984).

Asam lemah dan basa lemah

Sebagai contoh akhir dari penetralan, perhatikan reaksi dalam larutan air dari asam
asetat yang lemah itu dengan basa lemah amonia. Larutan amonium asetat, yang
dihasilkan, praktis netral. Ini karena kuat asam ion NH4+ tepat diimbangi oleh basa
kuat dari ion C2H3O2-.Sebagai ringkasan, reaksi asam dan basa yang sama
kekuatannya, akan menghasilkan larutan netral. Asam dan basa yang bereaksi dapat
keduanya kuat maupun keduanya lemah.

Indikator Asam Basa


Indikator asam basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya
berubah. Misalnya biru bromtimol (bb); dalam larutan asam ia berwarna kuning,
tetapi dalam lingkungan basa warnanya biru. Warna dalam keadaan asam dinamakan
warna asam dari indikator (kuning untuk bb), sedang warna yang ditunjukkan dalam
keadaan basa disebut warna basa.

Perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator


mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna
pada range pH yang berbeda (Khopkar. 2003)

Kebanyakan indikator asam basa adalah molekul kompleks yang bersifat asam
lemah dan sering disingkat dengan HIn. Mereka memberikan satu warna berbeda bila
proton lepas (Hardjono Sastrohamidjojo. 2005)
Contoh : Fenolftalein, indikator yang lazim dipakai, tak berwarna dalam bentuk Hin-
nya dan berwarna pink dalam bentuk In, atau basa. Struktur Fenolftalein, sering
disingkat PP, adalah sebagai berikut :

HO OH HO O-

C
C H+ +
O
C
CO2-
O

tak berwarna merah

PP basa konjugat PP

dalam bentuk asam (HIn) dalam bentuk basa (In-)

D. Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Buret 1. CH3COOH Sampel B
2. Statif 2. NaOH
3. Erlenmeyer 3. Aquadest
4. Pipet tetes 4. Indikator PP
5. Pipet gondok 10,0 ml
6. Corong
7. Beker glass
8. Gelas ukur
9. Push ball

E. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Membilas peralatan menggunakan aquadest.
3. Memasukan NaOH 0,1047 N ke dalam biuret.
4. Mengukur dengan seksama 10 ml larutan CH3COOH (kuantitatif)
memasukkannya ke dalam erlenmeyer.
5. Menambahkan 30 ML aquades.
6. Menambahkan 3 tetes indikator PP 1%.
7. Menitrasi dengan larutan NaOH standar 0,1 N sampai didapat warna merah
muda yang konstan selama 0,5 sampai 1 menit.
8. Melakukan dua kali titrasi dengan langkah yang sama sesuai dengan yang diatas
agar hasil yang didapat akurat.
9. Menghitung kadar CH3COOH.
10. Membersihkan peralatan yang digunakan.
11. Meletakan peralatan sesuai tempatnya.
12. Membersihkan meja praktikum.

F. Data Pengamatan
Sampel B
Kelompok Volume rata-rata titrasi Kadar
2 8,50 ml 0,62 % w/v
4 8,15 ml 0,59 % w/v
6 8,20 ml 0,60 % w/v
8 8,10 ml 0,59 % w/v
10 8,15 ml 0,59 % w/v
Rata-rata 8,22 ml 0,59 % w/v

G. Perhitungan
Data titrasi
1. (0,00—8,10) = 8,10 ml
2. (0,00—8,20) = 8,20 ml

Rata-rata: 8,15 ml

60,05
(𝑁 ×𝑉)𝑁𝑎𝑂𝐻 × ×100 %
1
%w/v CH3COOH =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×1000

60,05
(0,1212 ×8,15 )× × 100 %
1
=
10 ×1000

= 0,59316189 % w/v
= 0,59 % w/v

H. Pembahasan
Pada praktikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi atau
kadarnya adalah senyawa asam lemah yaitu asam asetat (CH3COOH). Pada saat
pembuatan sample dilakukan di dalam lemari asam, hal ini bertujuan agar CH3COOH
tidak terkontaminasi dengan udara atau bahan-bahan yang lainnya. Pada saat
pengambilan asam asetat di lakukan dengan menggunakan pipet gondok, sebanyak 10
mL. Pada saat memasukkan asam asetat kedalam labu ukur, sebaiknya gelas ukur di
cuci dengan aquades agar kandungan asam asetat yang masih menempel ikut serta
masuk kedalam labu ukur, kemudian hasil bilasannya di masukkan kedalam labu
ukur.
Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar pertumpahan
larutan baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang terpakai dapat diketahui
dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam oksalat yang dititrasi
dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih
dahulu dengan memakai pipet. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator
yang warnanya disekitar titik ekivalen. Pada praktikum kemarin kami menggunkan
indicator Fenophtalein yang akan berubah warna menjadi pink pada saat telah
tercapainya titik ekivalen, namun pada saat praktikum, perubahan warna yang terjadi
adalah pink keunguan karena titik ekivalennya telah terlampaui. Data titrasi yang
diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalen Seperti yang telah diketahui
sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik
pada reaksi dimana asam oksalat dan natrium hidroksida keduanya setara, yaitu
dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan
dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes
indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam
buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian
dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya
perubahan warna indikator phenolptalein . Titik pada titrasi dimana phenolptalein
warnanya berubah menjadi warna merah jambu, karena indikator ini dapat berubah
warna dalam keadaan basa, yaitu diantara PH 8-10 , fenomena ini disebut dengan
disebut titik akhir titrasi. Volume NaOH yang terpakai dicatat dan percobaan ini
dilakukan dua kali lagi, data yang telah terkumpul digunakan untuk menentukan kadar
NaOH dalam satuan Normalitas.
Pembakuan pun telah selesai dilakukan, langkah terakhir adalah menentukan
kadar Asam asetat yang menjadi sampelnya. Untuk perhitungan kadar dari asam
asetat digunakan rumus:
𝑀𝑅
(𝑁 ×𝑉)𝑁𝑎𝑂𝐻 × ×100 %
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
Kadar =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×1000
Adapun untuk reaksi phenophtalein dan NaOH adalah sebagai berikut:
NaOH + C20H14O4 + H2C2O4 → NaOHC20H14O4H2C2O4 46 NaOH + C20H14O4 →
46 Na + 20 H2CO2 + 10 H2O
Fenoftalein memiliki rumus molekul C20H14O4. Fenolftalein berupa serbuk
putih kuning yang tidak berbau. Titik leleh fenolftalein berkisar antara 258 oC sampai
262oC. Fenolftalein hampir tidak larut dalam air, sedikit larut dalam kloroform, dan
larut dalam alkohol, dietil eter, larutan alkali encer, dan larutan panas alkali karbonat
(Report On Carcinogens, 2002). Fenolftalein termasuk indikator asam-basa golongan
ftalein. Fenolftalein merupakan senyawa yang memiliki gugus fenol, sehingga bersifat
sebagai asam lemah (Sukarta, 1999). Fenolftalein berwarna merah dalam kondisi basa
akibat struktur ion resonansinya. Fenolftalein kembali menjadi tidak berwarna dalam
penambahan basa pekat yang berlebih karena perubahan strukturnya menjadi
karbinol.

I. Simpulan
Titrasi alkalimetri pada percobaan ini adalah untuk mengukur kadar
konsentrasi CH3COOH (asam lemah) dengan NaOH sebagai basa kuat. Reaksi
netralisasi dapat diamati dengan baik ketika terjadi perubahan warna dari bening
menjadi pink dengan menggunakan indikator phenophtalein sebagai indikatornya.
Reaksi netralisasinya adalah : CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O. Dan pada
praktikum alkalimetri ini dapat diketahui % kadar b/v dari asam asetat (CH3COOH)
dengan melakukan perhitungan, dan diketahui hasilnya yaitu 0,59 % (b/v).

J. Referensi
https://www.academia.edu/20693969/Laporan_Prakttikum_Alkalimetri

K. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai