Anda di halaman 1dari 13

ek

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

POTENSI BISNIS USAHA JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA


Andi Asnudin *

Abstract
Construction services market in Indonesia is very potensial, where the invest activity is done by the
government and private sector every year. This potential is caused by demographic factor and
the number of population deserving the services.
Maximizing this potential service in Indonesia can be done with the evolvement of national
businessman competitively through transparent process, fair, and efficiency and affectivity
(economic) as well as law enforcement. Besides that, the capacity building for contractor, and
the affirmative action policy toward national businessmen.
The involvement of national construction services can create employment, increasing public
infrastructure services, and the national services construction can compete regional market,
domestic market, market overseas..

Key word: Construction, market, services

Abstrak
Pasar usaha jasa konstruksi di Indonesia sangat berpotensi, dimana kegiatan investasi yang
dilakukan oleh pemerintah dan sektor swasta setiap tahunnya meningkat. Hal ini, berkaitan juga
dengan cakupan wilayah dan jumlah masyarakat (publik) yang mesti mendapatkan pelayanan.
Pemanfaatan potensi usaha jasa konstruksi di Indonesia dapat dilakukan dengan pelibatan
pengusaha nasional secara kompetitif melalui proses yang transparan, adil, efisien dan efektif
(ekonomis), serta penegakan hukum. Selain itu, dibutuhkan peningkatan kemampuan (capacity
building) kontraktor, dan implementasi kebijakan yang berpihak pada pengusaha nasional.
Pelibatan usaha jasa konstruksi nasional diharapkan akan dapat menciptakan lapangan kerja,
peningkatan layanan infrastruktur publik, dan usaha jasa konstruksi nasional dapat bersaing pada
pangsa pasar regional, pasar domestik, dan pasar luar negeri.
Kata kunci: Pasar, Jasa, Konstruksi

1. Pendahuluan beragam dan pekerja yang tanpa


Bisnis usaha jasa konstruksi keterampilan (non skill)
merupakan usaha yang mempunyai Pangsa pasar bisnis usaha konstruksi
karakteristik tertentu dan unik, dimana dapat dibagi menjadi dua bagian,
memiliki batasan-batasan (constrain) berdasarkan kegunaan konstruksi
yang harus dipenuhi, yaitu (1) waktu tersebut dan kepemilikannya, yaitu
berkaitan dengan periode pelaksanaan (Asnudin A, 2004) :
proyek, (2) biaya berhubungan dengan (1) Proyek konstruksi digunakan untuk
anggaran proyek, dan (3) mutu kepentingan umum (public project),
berkaitan dengan spesifikasi, serta sistem pengadaan kontraktor
(4) keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan berdasarkan
bagi pekerja dan masyarakat di sekitar peraturan/perundangan yang
proyek. Selain itu, melibatkan banyak berlaku, seperti kebijakan
pihak yang memiliki disiplin ilmu yang pemerintah setempat (autonomy

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Potensi Bisnis Usaha Jasa Konstruksi di Indonesia
(Andi Asnudin)

regulation), kebijakan negara donor Beberapa cara yang mesti diketahui


(loan/hibah), dan program - oleh kontraktor sebagai penyedia jasa
program yang dikembangkan oleh konstruksi, antara lain (1) mendapatkan
organisasi non pemerintah (NGO). proyek, (2) mendapatkan keuntungan
(2) Pengadaan proyek konstruksi untuk dari pelaksanaan proyek tersebut, dan
kepentingan pribadi (private (3) menjaga keberlangsungan
project). Sebagai pemilik proyek perusahaannya.
(owner) mempunyai otoritas penuh Keberlangsungan usaha jasa
untuk menentukan kriteria yang konstruksi memerlukan pengelolaan
digunakan untuk pengadaan yang mempunyai orientasi
kontraktor, antara lain : Pemilik pengembangan usaha yang jelas
proyek (owner) bebas menentukan dengan memperhatikan kebutuhan
kontraktor dengan cara apapun, pasar, dan perkembangan sumber
bebas melakukan negosiasi dengan daya, serta kemajuan teknologi.
salah satu kontraktor dan dapat
membatasi kontraktor yang di
3. Layanan Jasa Konstruksi
undang / ditawarkan suatu
pekerjaan, pengumuman dapat Lingkup pasar jasa atau layanan
dilakukan secara terbuka jasa konstruksi dapat diklasifikasikan
(transparan) untuk mendapatkan berdasarkan bidangnya, yaitu sebagai
penawaran kontraktor yang berikut: (LPJKN, 2006).
kompetitif. (1) Bidang Arsitektur yang mencakup:
perumahan, bangunan
Pasar adalah tempat penjual
pergudangan dan industri,
yang ingin menukar barang atau jasa
bangunan komersial, fasilitas
dengan uang, dan pembeli yang ingin
olahraga dan rekreasi, pertamanan.
menukar uang dengan barang atau
(2) Bidang Sipil meliputi, jalan dan
jasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
jembatan, terowongan,
2001).
pelabuhan/dermaga, drainase,
Fungsi pasar untuk suatu
bendung/bendungan, irigasi.
organisasi, yaitu merupakan tempat
(3) Bidang Mekanikal dengan cakupan:
untuk memasarkan jasa atau produk,
instalasi ac dan ventilasi udara,
dan dimanfaatkan untuk memenuhi
perpipaan air, instalasi lift dan
kebutuhan-kebutuhan organisasi.
escalator, pertambangan dan
Pasar dalam artian di lingkup jasa
manufaktur, instalasi thermal,
konstruksi adalah suatu proses transaksi
konstruksi alat angkut, konstruksi
antara penyedia jasa dan pengguna
perpipaan minyak, fasilitas produksi,
jasa, dimana (1) penyedia jasa adalah
penyimpanan minyak dan gas, jasa
badan usaha atau orang perseorangan
penyedia alat konstruksi.
yang kegiatan usahanya menyediakan
(4) Bidang Elektrikal meliputi:
barang/layanan jasa, dan (2)
pembangkit tenaga listrik, jaringan
pengguna jasa adalah sebagai pemilik
transmisi tenaga, jaringan distribusi
pekerjaan yang bertanggungjawab
tenaga listrik, jaringan distribusi
atas pelaksanaan pengadaan
telekomunikasi, instalasi kontrol,
barang/jasa dalam lingkungan proyek
instalasi listrik.
tertentu.
(5) Bidang Tata Lingkungan mencakup:
perpipaan air, minyak dan gas jarak
2. Tujuan Usaha Jasa Konstruksi jauh, perpipaan gas dan air
Pendirian suatu badan usaha jasa lokal/perkotaan, pengolahan air
konstruksi mempunyai tujuan melakukan bersih, pekerjaan pengeboran air
kegiatan bisnis di bidang jasa konstruksi tanah.
dengan harapan dapat memperoleh
keuntungan.

229
Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240

Beberapa hasil penelitian yang sulit, (4) penegakan hukum yang


(Asnudin A, 2004; Tilaar & Asnudin A, lemah dan unsur KKN sering terjadi.
2007; Sundari Sri, 2008) menunjukkan
bahwa, pada umumnya penyedia jasa
konstruksi untuk skala kecil dan 4. Pasar Proyek Konstruksi
menengah mengerjakan paket proyek Pangsa pasar konstruksi baik dari
konstruksi pada bidang sipil, seperti sumber APBN/APBD, dan kegiatan
drainase, proyek jalan dan jembatan, investasi BUMN/BUMD, serta Swasta
irigasi. Sementara untuk bidang setiap tahunnya meningkat, pada tahun
mekanikal dan elektrikal persentase 2002 dengan anggaran Rp.88 triliun,
keterlibatan sangat kecil. Hal ini, sedangkan pada tahun 2003 meningkat
memberikan gambaran bahwa menjadi Rp.107 triliun, tahun 2004
rendahnya kapasitas sumber daya yang sejumlah 160 triliun sedangkan pada
dimiliki oleh penyedia jasa, seperti, tahun 2005 menjadi Rp.168 triliun dan
penguasaan teknologi, kemampuan tahun 2008 diperkirakan mencapai
teknis dan manajemen, serta Rp.170 triliun (gambar 1) . Apabila di
kemampuan finansial. Sebab untuk elaborasi per sektor, maka pasar jasa
bidang pekerjaan lain cenderung konstruksi adalah: sektor transportasi 42
membutuhkan penggunaan alat berat persen, sektor migas 3 persen, sektor
dan implementasi teknologi tinggi, serta energi listrik dan sektor sumber daya air
umumnya merupakan klasifikasi 23 persen, sektor air minum dan sanitasi
pekerjaan yang berisiko tinggi. Selain itu, 9 persen, sektor perumahan dan
permasalahan yang dihadapi oleh permukiman 21 persen, serta sektor
kontraktor yang kategori skala kecil telekomunikasi sebesar 2 persen (BPS,
pada proyek konstruksi , antara lain, (1) 2007).
distribusi proyek yang tidak merata, (2) Hasil penelitian yang dilakukan
desain dan metode konstruksi yang oleh Diar (2007) menunjukkan bahwa
tidak berbasis padat karya (labour pangsa pasar akan mengalami
based), sementara kontraktor peningkatan yang cukup signifikan
mempunyai keterbatasan peralatan, (3) karena kepercayaan sektor swasta
kemampuan finansial yang terbatas, mulai meningkat, gejolak harga minyak
sementara akses ke institusi keuangan mulai stabil, dan kebijakan-kebijakan
ekonomi cenderung stabil.

Gambar 1. Pangsa Pasar Konstruksi di Indonesia

230
Potensi Bisnis Usaha Jasa Konstruksi di Indonesia
(Andi Asnudin)

Pengerjaan proyek infrastruktur bahkan hanya berdasarkan intuisi dari


Indonesia hingga 2010 berada di para pemimpin perusahaan. Namun
peringkat dua dunia dengan nilai demikian, walaupun tidak melalui suatu
proyek US$120 milliar. Peringkat pertama proses perencanaan yang rinci dan
diduduki China dengan total bersifat informal, secara umum
pengerjaan proyek di atas US$200 milliar pendekatan strategi pemasaran yang
(Robert Mulyono Santoso, 2008), digunakan tidak berbeda antara satu
sehingga dapat diartikan bahwa pasar kontraktor dengan kontraktor yang lain
konstruksi di Indonesia sangat berpotensi (dalam hal ini kontraktor besar,
bagi penyedia jasa konstruksi di menengah dan kecil), yaitu
Indonesia, tetapi hasil penelitian yang menggunakan strategi pemilihan pasar
dilakukan oleh Asnudin A (2004) yang terdiri dari strategi segmentasi
menunjukkan bahwa, pada umumnya (segmentation), penetapan pasar
usaha jasa konstruksi dengan kategori sasaran (market targeting) dan
skala kecil dan skala menengah, hanya penempatan posisi (positioning) serta
mengerjakan satu paket kontrak untuk pengembangan strategi bauran
setiap tahun anggaran dan penelitian pemasaran (marketing mix) yang terdiri
yang dilakukan oleh Biemo W Soemardi atas strategi produk, strategi harga,
(2007) menunjukkan bahwa jumlah strategi saluran pemasaran, serta
proyek relatif belum dapat dikatakan strategi komunikasi dan promosi.
cukup besar jika dibandingkan dengan Bidang pemasaran ini memiliki
jumlah usaha di sektor konstruksi yang kontak paling besar dengan lingkungan
mencapai lebih dari 80.000 perusahaan, eksternal perusahaan. Tidak saja
sehingga dapat diartikan sebagai masih berfungsi untuk melihat peluang pasar,
terbatasnya pangsa pasar dan ketatnya namun secara keseluruhan bidang
persaingan di sektor jasa konstruksi pemasaran difungsikan untuk
nasional. Perusahaan konstruksi domestik memenangkan ketatnya persaingan
yang menguasai pasar konstruksi pasar. Sayangnya dalam banyak kasus
nasional masih didominasi oleh badan di industri konstruksi, kontraktor masih
usaha milik negara (BUMN). Mungkin kurang memberikan perhatian pada
terselip beberapa perusahaan swasta fungsi pemasaran ini (Pearce, 1992).
nasional yang mempunyai kemampuan Dalam studinya Pearce menyatakan
setara dengan pemain utama ini. bahwa kontraktor percaya bahwa
bagian terpenting dari suatu organisasi
5. Rencana Pemasaran adalah bagian produksi, sehingga
Para pelaku bisnis usaha jasa mereka lebih berorientasi pada produksi
konstruksi membutuhkan rencana dibandingkan dengan pemasaran.
pemasaran, Untuk keberlangsungan Mereka lebih melihat peluang-peluang
pengelolaan perusahaan jasa konstruksi yang dirasakan cocok dengan
di tengah persaingan di dunia usaha kemampuannya sebagai kontraktor,
jasa konstruksi semakin ketak. Rencana dibandingkan dengan beradaptasi
pemasaran yang dibuat mempunyai untuk keadaan saat ini dan peluang
keterkaitan dengan visi misi perusahaan pasar di masa depan.
dan beberapa faktor-faktor yang Sementara hasil studi Biemo W.S
berpengaruh, antara lain (1) orientasi (2007) menunjukkan bahwa ukuran
pasar, (2) lingkup pemasaran/ besarnya suatu organisasi perusahaan
segmentasi, (3) dan pengembangan (kualifikasi perusahaan) berkaitan erat
strategi . dengan bagaimana perusahaan
Hasil studi Biemo W.S (2007) tersebut menyusun rencana strategi
menunjukkan bahwa Sebagiaan besar perusahaan, khususnya rencana strategi
dari kontraktor kecil masih menjalankan pemasarannya. Perencanaan yang
pemasaran berdasarkan perencanaan- bersifat formal dan terinci hanya
perencanaan yang sifatnya umum atau dilaksanakan oleh perusahaan-

231
Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240

perusahaan besar (dalam hal ini dan ekonomi, serta (5) penegakan
kontraktor besar), sedang pada hukum.
perusahaan-perusahaan konstruksi yang
memiliki kualifikasi yang lebih kecil 6. Orientasi Pasar
(kontraktor menengah dan kecil) pada Peluang pasar untuk usaha jasa
umumnya hanya menyusun program konstruksi di Indonesia sangat besar,
pemasarannya secara informal, yang bersumber dari proyek pemerintah
sederhana dan sifatnya sangat umum. ataupun proyek swasta.
Perbedaan ini juga tercermin dari Sementara dari beberapa hasil
struktur organisasi, sumberdaya manusia penelitian (Asnudin A, 2004; Tilaar &
dan anggaran yang dialokasikan untuk Asnudin A, 2007; Sundari Sri, 2008)
pemasaran, di mana kontraktor kecil menunjukkan bahwa umumnya,
hampir tidak memasukan aspek kontraktor di Indonesia masih
manajemen pemasaran sebagai salah memfokuskan diri untuk bersaing
satu aspek bisnis mereka. Dari studi yang memperebutkan pangsa pasar jasa
dilakukan oleh Indramanik (2004) konstruksi yang dibiayai melalui dana
ditemukan bahwa rencana pemasaran Pemerintah (APBN/APBD) yang
perusahaan kontraktor cenderung jumlahnya tidak lebih dari 45 persen dari
disusun untuk jangka pendek (kurang total pangsa pasar jasa konstruksi.
dari dua tahun) dengan jumlah Pangsa pasar jasa konstruksi yang
anggaran pemasaran yang berfluktuatif dibiayai oleh dana investasi swasta
dan cenderung meningkat dalam yang jumlahnya lebih besar, khususnya
setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan investasi swasta asing, yang umumnya
bahwa kontraktor di Indonesia pada dinikmati oleh penyedia jasa konstruksi
umumnya belum mampu merumuskan asing. Padahal, beberapa keuntungan
rencana bisnis jangka panjang, dan yang dapat diperoleh dari proyek
masih terkendala dengan swasta, seperti (1) segi kuantitas sektor
ketidakpastian usaha di masa swasta lebih menjanjikan (jumlah
mendatang. proyek), (2) asas-asas perimbangan
Untuk rencana pemasaran usaha dalam kontrak yang adil, (3) proses
jasa pelaksana konstruksi dibutuhkan administrasi dan pembayaran yang
beberapa faktor pendukung, antara lain transparan, adil dan akuntabel, serta
(1) orientasi pasar yang akan dituju, (2) ekonomis, dan (4) memberikan ruang
kemudahan akses informasi, (3) untuk melakukan klaim.
kemampuan dan kapasitas sumber
daya yang dimiliki, (4) kestabilan politik

Tabel 1. Penerapan Jaminan


Jenis Jaminan Arab
Indonesia USA Inggeris Jepang
(bond) Saudi
Pelelangan Ada Ada - - Ada
Pelaksanaan Ada Ada Ada - Ada
Uang Muka Ada - Ada - ada
Pemeliharaan Ada - Ada - ada
Retensi Ada Ada Ada - Ada

232
Potensi Bisnis Usaha Jasa Konstruksi di Indonesia
(Andi Asnudin)

Kontraktor fokus pada proyek- kesulitan, serta faktor K3 (keselamatan


proyek pemerintah, menunjukkan dan kesehatan kerja), dan lokasi proyek,
bahwa (1) kurangnya kontraktor yang (2) kemampuan finansial berkaitan
mengarah ke specialist untuk suatu dengan proses pembayaran, (3) nilai
klasifikasi pekerjaan, (2) kemampuan kontrak mempengaruhi kontribusi buat
modal kerja yang kecil, dan (3) laba perusahaan, (4) persyaratan
penguasaan teknologi yang rendah, dalam penawaran, seperti jaminan,
serta (4) keterbatasan peralatan dan (5) waktu pemasukan penawaran, (5)
akses informasi yang rendah dan sistem karakteristik perusahaan, seperti
pemasaran yang lemah. Hasil studi yang kemampuan finansial, jumlah proyek
dilakukan oleh Biemo W Soemardi yang sementara dikerjakan, hubungan
(2007), bahwa kontraktor fokus ke dengan pemilik proyek (owner), dan
proyek pemerintah karena berbagai pengalaman dalam menangani proyek
alasan, yaitu terdapatnya kepastian sejenis di masa lalu.
anggaran pembangunan yang Untuk mendukung keterlibatan
tercantum dalam anggaran belanja usaha jasa konstruksi skala kecil pada
negara baik di tingkat pusat (APBN) berbagai sektor pasar konstruksi
maupun di tingkat daerah (APBD) setiap dibutuhkan, (1) peningkatan kompetensi
tahunnya yang dialokasikan untuk melalui program pemberdayaan dan
pembangunan fisik. peningkatan kapasitas (capacity
Menurut Biemo, WS (2007) pasar building) secara berkelanjutan
pemerintah dipandang sebagai pasar (sustainable), (2) mengarahkan ke
yang sangat berpotensi memberikan usaha jasa konstruksi yang spesifik
pemasukan bagi perusahaan. Selain itu, (specialist), dan (3) pelibatan sebagai
belum adanya sistem yang baku serta sub kontraktor pada proyek konstruksi
kurang terbukanya sistem pengadaan skala besar dengan pengembangan
barang dan jasa yang dilakukan oleh pola kemitraan, serta (4) kemudahan
klien swasta sampai saat ini memberi akses pada institusi keuangan dan
peluang terjadinya persaingan yang pemberlakuan tingkat suku bunga
tidak sehat di antara para kontraktor. rendah, (5) pencanangan paket
Keadaan tersebut, kadang kala pekerjaan yang berbasis padat karya
menyebabkan diperlukannya (labour based program) dan penerapan
pendekatan-pendekatan khusus teknologi sederhana (lihat: Asnudin,
(pendekatan secara informal maupun 2005).
formal) untuk dapat mengikuti
pelelangan atau memenangkan
7. Lingkup Pemasaran
proyek-proyek swasta tersebut tanpa
melalui suatu pelelangan dan tingkat Segmentasi pasar menurut
risiko sangat tinggi dalam hal regulasi pengadaan yang berlaku di
ketidakpastian pembayaran, terutama Indonesia, yang mengatur tentang
pada saat-saat akhir dari penyelesaian lingkup pekerjaan yang dapat
proyek, juga dinyatakan oleh kontraktor dilaksanakan penyedia jasa konstruksi
sebagai alasan untuk lebih memilih berdasarkan kualifikasi dan klasifikasi
pasar pemerintah sebagai pasar badan usaha yang dimiliki. Lingkup
sasarannya. pekerjaan tersebut, diatur berdasarkan
Hasil penelitian yang dilakukan pada tiga kriteria, yaitu (1) risiko, (2)
Dozzi et al (1996), Dulaimi ( 2002), dan teknologi dan (3) besaran biaya dan
lowe dan Parvar (2004), serta Yessi volume.
(2005), menunjukkan bahwa orientasi Kriteria risiko pada pekerjaan
kontraktor dalam memilih pasar pelaksana terdiri atas, (1) kriteria risiko
dipengaruhi beberapa faktor, yaitu (1) kecil mencakup pekerjaan yang
karakteristik proyek seperti nilai kontrak, pelaksanaannya tidak membahayakan
periode pelaksanaan, dan tingkat keselamatan umum dan harta benda,

233
Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240

(2) kriteria risiko sedang mencakup keterbatasan sumber daya (dana,


pekerjaan yang pelaksanaannya dapat tenaga kerja, keahlian, teknologi)
berisiko membahayakan keselamatan tampaknya menjadi kendala untuk
umum, harta benda, dan jiwa manusia, melayani semua segmen pasar yang
dan (3) kriteria risiko tinggi mencakup telah diidentifikasi sebelumnya, seperti,
pekerjaan yang pelaksanaannya paket pekerjaan dengan kriteria risiko
berisiko sangat membahayakan kecil, dan menggunakan teknologi
keselamatan umum, harta benda, jiwa sederhana dengan besaran biaya yang
manusia, dan lingkungan. telah diatur dalam regulasi pengadaan
Kriteria penggunaan teknologi yang ada di Indonesia.
pada pekerjaan pelaksana ditentukan
berdasarkan besaran biaya dan volume 8. Kemampuan Keuangan
pekerjaan, terdiri atas: (1) kriteria
teknologi sederhana mencakup Untuk mendorong keterlibatan
pekerjaan yang menggunakan alat usaha jasa konstruksi skala kecil dan
kerja sederhana dan tidak memerlukan menengah pada dunia usaha yang
tenaga ahli, (2) kriteria teknologi madya kompetitif dan bersaing secara luas
mencakup pekerjaan yang dibutuhkan kemampuan keuangan
menggunakan sedikit peralatan berat yang baik. Untuk itu, kebijakan dan
dan memerlukan sedikit tenaga ahli, komitmen dari pemerintah dan institusi
dan (3) kriteria teknologi tinggi terkait sangat diperlukan, seperti, (1)
mencakup pekerjaan yang akses permodalan yang mudah ke
menggunakan banyak peralatan berat institusi keuangan (1) pemberlakuan
dan banyak memerlukan tenaga ahli suku bunga yang rendah bagi usaha
dan tenaga terampil. kategori mikro/kecil dan menengah, (2)
Usaha jasa konstruksi skala kecil proses administrasi yang efektif dan
dan menengah, umumnya, ekonomis, dan (3) program-program
mendapatkan pekerjaan yang memiliki pembinaan yang berkelanjutan
kriteria risiko kecil, dan teknologi (sustainable program) tentang sistem
sederhana dengan besaran biaya yang pengelolaan keuangan bagi dunia
telah diatur dalam regulasi pengadaan usaha skala kecil dan menengah.
yang ada di Indonesia. Untuk Pada setiap pekerjaan konstruksi
mendukung pelibatan usaha jasa untuk penyedia jasa sangat
konstruksi dalam skala yang lebih luas membutuhkan modal awal yang cukup
dalam pasar jasa konstruksi dapat besar untuk biaya langsung proyek
dilakukan berbagai langkah-langkah maupun berbagai jaminan selalu
strategis, seperti (1) mengembangkan menyertai, seperti jaminan penawaran,
pola-pola kemitraan antara pelaku jasa jaminan uang muka, jaminan
konstruksi skala besar dan skala pelaksanaan, dan jaminan
menengah kecil, (2) desain konstruksi pemeliharaan. Hal itu, belum termasuk
yang berbasis program padat karya jaminan-jaminan yang cukup besar,
(labour based program), (3) seperti construction risk, Erection
pengembangan kapasitas sumber daya Insurance, dan jaminan-jaminan
bagi usaha jasa konstruksi skala kecil lainnya,"
dan menengah secara berkelanjutan,
(4) pola pengadaan jasa konstruksi yang 9. Uang Jaminan
berdasarkan asas yang ada pada Persyaratan uang jaminan atau
undang-undang tentang jasa konstruksi bank garansi dari bank merupakan
dan regulasi pengadaan yang berlaku salah satu faktor penyebab kegagalan
di Indonesia. pelaku konstruksi nasional karena belum
Usaha jasa pelaksana konstruksi skala adanya dukungan dan kebijakan dari
kecil dan menengah, umumnya memiliki pihak perbankan. Padahal dukungan
segmen pasar yang sedikit, karena perbankan menjadi syarat utama untuk

234
Potensi Bisnis Usaha Jasa Konstruksi di Indonesia
(Andi Asnudin)

memenangkan persaingan dunia sumber dana untuk perusahaan


konstruksi di luar negeri. Syarat ikut kontraktor tersebut.
tender di luar negeri harus ada bank Arus uang tunai (cash flow)
garansi dari bank-bank pelaksana. menunjukkan semua uang tunai yang
Akses keuangan yang mudah diterima dan dibayar sepanjang
dan ekonomis yang prosedur periode kontrak, seperti satu minggu,
administrasi efektif sangat dibutuhkan satu bulan atau satu tahun. Uang kas ini
oleh pelaku usaha jasa konstruksi, penting karena kontraktor mempunyai
terutama bagi penyedia jasa yang berbagai kewajiban yang harus
diklasifikasikan sebagai skala kecil dan dibayarkan secara tunai, seperti
menengah. Beberapa negara pembayaran terhadap tukang pada
memberlakukan kemudahan- akhir minggu, pembayaran material
kemudahan bagi dunia usaha yang tertentu, dan lain-lain.
diketegorikan skala kecil dan menengah Analisis cash flow membutuhkan
pada proses pelibatan di sektor jasa suatu peramalan agar dapat
konstruksi (tabel 1). menetapkan berapa banyak uang
tunai yang akan dibutuhkan pada
waktu tertentu pada masa yang akan
10. Pengendalian Biaya
datang, serta mencatat berapa banyak
Kontrol terhadap penggunaan biaya uang tunai yang dibelanjakan.
yang menjadi hal penting yaitu adalah Peramalan tersebut bermanfaat untuk
pengelolaan aliran masuk dan keluar mengetahui berapa banyak uang tunai
keuangan (cash flow) merupakan hal yang benar-benar dimiliki atau rencana
yang penting untuk diperhatikan. kebutuhan uang tunai pada suatu
waktu. Suatu bisnis dapat berjalan
10.1. Pengelolaan Cash Flow tanpa keuntungan pada suatu periode
Kontraktor harus dapat waktu, tetapi tidak dapat bertahan jika
merencanakan bisnis dengan baik agar tanpa uang tunai. Di dalam bisnis
dapat memperoleh jaminan profit atau konstruksi cash flow kebanyakan
keuntungan pada akhir proyek. Untuk tergantung pada kemajuan proyek-
mencapai hal tersebut diperlukan suatu proyek secara individu. Hal ini, akan
pertimbangan nilai waktu uang yang menyulitkan peramalan, khususnya
harus dibelanjakan dalam menganalisis untuk perusahaan kecil yang hanya
bisnis dan keuangan. Beberapa memperoleh proyek satu atau dua
kontraktor, terutama kontraktor skala dalam waktu yang bersamaan.
kecil dan menengah yang kurang
memahami hal ini, sehingga tidak dapat 10.2. Eskalasi harga
menjaga keberlangsungan bisnis. Untuk Eskalasi harga atau revisi kenaikan
itu, kontraktor harus mengembangkan nilai proyek, merupakan kebijakan yang
kemampuannya agar mampu sering diambil, bila terjadi estimasi nilai
mengatur bisnis dengan baik, terutama proyek dari pemilik proyek tidak sesuai
dalam manajemen keuangan. dengan kenaikan harga di lapangan.
Pembiayaan bisnis atau sumber Berbagai kerugian yang dihadapi
dana untuk suatu perusahaan penyedia jasa bila estimasi nilai proyek
kontraktor pada dasarnya terdiri atas: tidak tepat, seperti penyelesaian proyek
(1) modal milik sendiri (equity capital), tidak bisa diselesaikan tepat waktu.
(2) modal pinjaman (borrowed capital), Pasalnya, para kontraktor menunggu
(3) keuntungan yang tertahan (retained proses persetujuan eskalasi harga dari
profits) pemilik proyek/pengguna jasa,
Agar kontraktor dapat menjalankan sehingga kontraktor tidak
bisnisnya secara berkelanjutan mengharapkan terjadinya eskalasi
setidaknya kontraktor harus dapat harga, contoh kasus pada tahun 2006
menghitung dan memperkirakan pemerintah menyetujui eskalasi harga,

235
Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240

namun sebagian kontraktor memilih kualifikasi yang diwujudkan dalam


tidak mengambil eskalasi tersebut. bentuk sertifikat badan usaha.
Pasalnya, proses persetujuannya eskalasi Registrasi Badan Usaha, Sertifikasi
terlalu lama. Di sisi lain, kontraktor Tenaga Ahli adalah amanat yang
dituntut menyelesaikan pekerjaannya tertulis dalam Undang-Undang Jasa
tepat waktu (Asnudin A, 2005). Konstruksi serta Peraturan Pemerintah
No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan
11. Pelibatan Usaha Jasa Konstruksi Peran Masyarakat Jasa Konstruksi.
Nasional Keputusan Lembaga Pengembangan
Pelibatan usaha jasa konstruksi Jasa Konstruksi No. 11 Tahun 2006
nasional diharapkan: (1) adalah keputusan lembaga yang
berkembangnya usaha nasional dan tugasnya sebagai regulator dan
mampu menyerap tenaga kerja, (2) pengelola registrasi badan usaha dan
meningkatkan daya saing nasional, dan sertifikasi tenaga ahli.
(3) pelayanan pemerintah terhadap Teregistrasinya badan usaha jasa
publik menjadi lebih baik.. konstruksi serta para tenaga professional
Kontraktor skala kecil dan telah memiliki sertifikat paling tidak akan
menengah merupakan kualifikasi usaha mampu menjawab tantangan global,
yang mendominasi pada usaha jasa pasar global yang dihadapi usaha jasa
konstruksi (LPJKN, 2008). Kualifikasi kecil konstruksi saat ini (Iwan, N. 2007 dan
diharapkan mampu berkembang dan Sarwono,H. 2007). Sementara badan
bersaing secara luas yang lebih usaha telah melakukan registrasi pada
kompetitif. Untuk itu, dibutuhkan iklim Lembaga Pengembangan Jasa
kompetensi usaha yang sehat melalui Konstruksi sejak tahun 2004 sampai
proses yang tidak diskriminatif dan dengan awal tahun 2008, hanya sekitar
memberikan peluang yang sama 65 % dari jumlah badan usaha nasional
terhadap semua kontraktor. di Indonesia (LPJKN, 2008).
Beberapa aspek yang menjadi Menurut Asnudin A dan Tilaar,
faktor penting agar usaha jasa konstruksi (2007) proses registrasi yang telah
skala kecil dan menengah dapat survive dijalankan oleh Lembaga
dan bersaing secara luas, yaitu: (1) Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
registrasi dan sertifikasi badan usaha, (2) beberapa tahun terakhir ini dapat
kualifikasi dan klasifikasi, (3) iklim dikerjakan dengan baik, sehingga
kompetensi, (4) penjaminan mutu, (5) pekerjaan registrasi tahun 2007 dapat
risiko, (6) kebijakan dan komitmen. dilaksanakan, tetapi memerlukan
perbaikan pelayanan atau peningkatan
11.1. Registrasi dan sertifikasi mutu pelayanan agar lebih memberikan
kepuasan kepada stakeholder, dan
Pengertian dasar sertifikasi adalah
perbaikan sistem sehingga dapat
(1) tanda bukti pengakuan dalam
mengakomodir jumlah anggota yang
penetapan klasifikasi dan kualifikasi atas
demikian besar, serta melakukan
kompetensi dan kemampuan usaha di
recruitment tenaga kerja.
bidang jasa konstruksi baik yang
berbentuk orang perorangan atau
11.2. Kualifikasi dan Klasifikasi
badan usaha dan (2) tanda bukti
pengakuan atas kompetensi dan Definisi klasifikasi adalah bagian
kemampuan profesi keterampilan kerja kegiatan registrasi untuk menetapkan
orang perorangan di bidang jasa penggolongan usaha di bidang jasa
konstruksi menurut disiplin keilmuan dan konstruksi menurut bidang dan sub
keterampilan tertentu serta keahlian. bidang pekerjaan.
Pengertian registrasi adalah suatu Sementara kualifikasi adalah
kegiatan untuk menentukan kompetensi bagian kegiatan registrasi untuk
badan usaha sesuai klasifikasi dan menetapkan penggolongan usaha di
bidang jasa konstruksi menurut tingkat /

236
Potensi Bisnis Usaha Jasa Konstruksi di Indonesia
(Andi Asnudin)

kedalaman kompetensi dan negeri maupun di luar negeri terutama


kemampuan usaha. Menurut Smith tingkat regional. Menurut Biemo W
(1994) tujuan kualifikasi adalah untuk Sumardi (2007) kebijakan penerapan
menunjukkan (1) kemampuan finansial otonomi daerah pada tahun 2000,
perusahaan, (2) kompetensi sumber menyebabkan beralihnya pengelolaan
daya manusia, dan (3) reputasi proyek-proyek dari pusat ke daerah-
perusahaan. daerah. Konsumen yang tadinya
Sesuai data pada Badan terkonsentrasi di Jakarta akan terbagi
Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya bagi ke daerah-daerah potensial. Hal
Manusia Departemen Pekerjaan Umum ini, akan berpengaruh pada penerapan
(2005) bahwa peta badan usaha jasa strategi meraih pangsa pasar dari
konstruksi di Indonesia berjumlah sekitar masing-masing pelaku jasa konstruksi.
121.506 perusahaan kontraktor dan Selain otonomi daerah, saat ini
3.424 perusahaan konsultan. Sebaran kontraktor nasional juga dihadapkan
jumlah kontraktor tersebut terkonsentrasi dengan era globalisasi yang ditandai
di Indonesia Bagian Barat masing- dengan diberlakukannya Asean Free
masing 61,4 % untuk perusahaan Trade Area (AFTA) pada tahun 2003
kontraktor dan 69,6 % untuk perusahaan yang menyebabkan kontraktor-
konsultan. Sementara pada tahun 2007 kontraktor asing dapat dengan bebas
data kualifikasi usaha jasa pelaksana ikut bersaing memperebutkan proyek-
konstruksi di Indonesia sebesar 136.439 proyek pada pasar konstruksi di
perusahaan kontraktor, yang di Indonesia. Dengan masuknya
dominasi kualifikasi skala kecil 89,93 kontraktor-kontraktor asing tersebut, di
persen, kemudian pada tahun 2008 tengah belum pulihnya kondisi pasar
menjadi 484.116 kontraktor dengan industri konstruksi saat ini, tentunya akan
sebaran 87,08 persen merupakan menyebabkan semakin ketatnya
klasifikasi kecil (gred 1 s/d 3), ini persaingan di antara pelaku bisnis
menunjukkan bahwa setiap tahun konstruksi di Indonesia.
terjadi penambahan jumlah penyedia Berbagai permasalahan yang
jasa konstruksi dan trendnya timbul sejak diberlakukannya UU
memberikan gambaran bahwa dari sisi tentang otonomi daerah, dimana tiap
jumlah klasifikasi menengah sampai daerah melakukan interpretasi berbeda-
besar (gred 4 s/d 5) mengalami beda terhadap regulasi yang ada,
peningkatan berkisar 1 persen. seperti (1) mengeluarkan peraturan
daerah (PERDA) yang sifatnya
11.3. Iklim Kompetensi Usaha diskriminatif, dimana dianggap
Iklim kompetensi usaha yang melakukan proteksi sehingga hanya
dapat membuka peluang bagi pelaku menguntungkan sekelompok penyedia
pasar di sektor konstruksi sangat jasa, (2) proses administrasi yang
dipengaruhi oleh ekonomi makro panjang dengan biaya yang besar, dan
dengan pertumbuhan ekonomi nasional (3) berbagai peraturan yang tumpang
yang stabil, seperti peningkatan nilai tindih.
Produk Domestik Bruto (PDB) rakyat Dunia usaha yang sehat
Indonesia yang berarti suatu refleksi merupakan salah satu faktor yang
mulai pulihnya daya beli masyarakat sangat menentukan iklim kompetensi
yang pada akhirnya dapat antara kontraktor, untuk dapat menjadi
meningkatkan permintaan terhadap kompetitif dan bersaing secara luas,
produk-produk konstruksi. sehingga sangat dibutuhkan penataan
Di sisi lain perkembangan pasar kembali berbagai peraturan yang
industri konstruksi tidak saja hanya dianggap dapat menghambat
dipengaruhi oleh sektor ekonomi, akan kemajuan dunia usaha dan
tetapi juga dipengaruhi oleh mengeluarkan regulasi yang dapat
perkembangan politik baik di dalam melindungi usaha skala kecil, serta

237
Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240

mendorong terciptanya persaingan melaksanakan pekerjaannya dengan


yang sehat dan professional dalam baik (Rita, 2003).
proses pengadaan. Untuk mencapai mutu yang
diinginkan ada tiga hal perlu
11.4. Penjaminan Mutu diperhatikan, yaitu: (1) standar produk
Mutu adalah kemampuan untuk seperti spesifikasi pekerjaan yang telah
mengatur proyek dan menyediakan ditetapkan, (2) standar proses kerja
produk (barang atau jasa) sesuai seperti metode pelaksanaan yang
keinginan pengguna (user diterapkan, dan (3) standar sistem
requirements), pada saat yang tepat, seperti ISO 9000 (International Standard
sesuai anggaran yang tersedia, sedapat Organization) (Asnudin A, 2004).
mungkin dengan keuntungan (profit)
yang tinggi (Smith, 1995). Menurut 11.5. Resiko
Purnomo S (2007) adalah (1) kualitas Karakteristik proyek konstruksi
dapat dipandang sebagai kesesuaian yang memiliki sifat unik, yaitu melibatkan
produk dengan fungsi atau tujuan, (2) berbagai pihak dan batasan-batasan
sifat dan karakteristik produk atau jasa yang mesti dipenuhi, serta kemungkinan
yang memenuhi kebutuhan terjadinya risiko-risiko yang tidak pernah
pelanggan/pemakai, dan (3) dapat diperkirakan. Menurut Soeharto
menyerahkan barang/produk yang (2001) untuk menghadapi suatu risiko
tidak dikembalikan dan diserahkan proyek, dikenal suatu golden rule yaitu
pada pelanggan/pemakai yang jangan mengambil risiko bilamana, (1)
seharusnya, serta (4) kesesuaian dengan Organisasi yang bersangkutan tidak
spesifikasi dan standar yang berlaku. mampu menanggungnya (can not
Dalam perusahaan jasa konstruksi afford to lose), (2) Manfaat yang diraih
perlu dibangun budaya mutu agar lebih kecil dari risiko yang mungkin
perusahaan tersebut dapat survive timbul, (3) Masih tersedia sejumlah
dalam era globalisasi ini. Yang dimaksud alternatif, dan (4) Belum adanya
dengan budaya adalah tamadun, rencana kontijensi untuk mengatasinya.
peradaban, cara berkelakuan (berpikir) Risiko didefinisikan adalah akibat yang
dan akal budi (Anon., 1989). Sementara kurang menyenangkan (merugikan /
menurut Malinowski (1983) budaya membahayakan) dari suatu perbuatan
adalah peralatan, adat dari kelompok atau tindakan (balai pustaka, 2005).
sosial, buah pikiran manusia dan Dalam proyek engineering atau
kepercayaan atau dengan kata lain konstruksi, risiko umumnya diartikan
suatu cara hidup dimana manusia sebagai kemungkinan terjadinya
berada dalam keadaan yang lebih baik kerugian finansial. Untuk proyek skala
untuk mengatasi masalah nyata dan besar, Menurut Kristiawan (2006), risiko
tertentu yang dihadapinya semasa dapat terjadi akibat faktor, lokasi,
beradaptasi dengan lingkungan guna desain, ekonomi, dan politik, serta
memenuhi kebutuhannya. Menurut lingkungan.
Kunda (1992), Van Maanen dan Kunda
(1989), budaya adalah mekanisme sosial a. Risiko lokasi, seperti pembebasan
yang menuntun atau dapat dijadikan lahan, lokasi terletak di daerah
dasar untuk menggerakan anggota- bencana alam, kondisi geoteknis,
anggotanya supaya memahami, berfikir penemuan arkeologis (antik/fosil).
b. Risiko desain/konstruksi, seperti
dan merasakan berada jalan yang
betul dan benar. Jadi budaya kesalahan desain, masalah
merupakan suatu pola dan mekanisme constructability, produktivitas tenaga
sosial yang dijalankan oleh suatu kerja, kecelakaan kerja, kerusakan
organisasi untuk mengurus anggotanya material/peralatan, keterlambatan
dan dapat dijadikan dasar yang tegas c. Risiko ekonomi, seperti Inflasi, pajak,
untuk menggerakan anggotanya dalam fluktuasi harga komoditas,

238
Potensi Bisnis Usaha Jasa Konstruksi di Indonesia
(Andi Asnudin)

perubahan kurs mata uang, material Asnudin, Andi. 2006. “Keselamatan dan
“hilang dari pasaran” karena diserap Kesehatan Kerja”. Palu: UNTAD
booming konstruksi Press.
d. Risiko politik, seperti perubahan
Asnudin, Andi. 2006.”Klaim Jasa
kebijakan pemerintah, proyek
Konstruksi “Studi Kasus Sulawesi
ditentang oleh masyarakat, perang,
Tengah”. Jurnal SMARTEK.
embargo.
Vol.4.No.2. Mei 2006. Fakultas
e. Risiko lingkungan hidup, seperti
Teknik, Universitas Tadulako.
perlindungan terhadap fauna / flora
langka di sekitar lokasi proyek, Asnudin, Andi. 2007. ”K3 Pada
kontaminasi lingkungan akibat Penyelenggaraan Proyek
limbah, penurunan kualitas udara, Konstruksi”. Jurnal SMARTEK.
air, dan tanah dalam jangka Vol.5.No.1. Feb 2007 Fakultas
panjang. Teknik. Universitas Tadulako
Asnudin, Andi. 2008. ”Proses
12. Penutup Penyelesaian Perselisihan Pada
Potensi pasar jasa konstruksi di Indonesia Penyelenggaraan Konstruksi”.
dapat disimpulkan beberapa point, Jurnal Perdamaian. Vol.1.No.1.
yaitu : Feb 2008. Lembaga Penelitian
(1). Pasar usaha jasa konstruksi di Perdamain dan Pengelolaan
Indonesia sangat berpotensi, Konflik. Universitas Tadulako.
dimana kegiatan investasi yang Asril Ebab. 2006. “Analisis Risiko Pada
dilakukan oleh pemerintah dan Tahap Penawaran Proyek-Proyek
sektor swasta setiap tahunnya Konstruksi di Jabotabek”. Tesis.
meningkat. Universitas Indonesia.
(2). Investasi untuk pembangunan dan
pemeliharaan infrastruktur cukup W. Soemardi, Biemo. 2007. “Strategi
besar berdasarkan dengan Pemasaran : Suatu Tinjauan
cakupan wilayah dan jumlah Terhadap Perusahaan Kontraktor
masyarakat (publik) yang mesti Indonesia”. Fakultas Teknik Sipil
mendapatkan pelayanan. dan Lingkungan, Institut Teknologi
(3). Potensi pasar jasa konstruksi ini, Bandung.
dapat dimanfaatkan oleh usaha Diar, Iwan Nursyirwan. 2007.
jasa konstruksi nasional dengan (a) ”Pengembangan Pasar Jasa
mengembangkan kemampuan Konstruksi Melalui Ketersedia
kontraktor, (b) implementasi Informasi”. Disampaikan dalam
kebijakan dari berbagai aspek, seminar Nasional. LPJKD Jawa
yang berpihak (affirmative action) Barat, Bandung.
pada pelibatan jasa konstruksi
nasional. Dony Riswan, Muhamad Abduh. 2006
“Pengembangan Model Estimasi
13. Daftar Pustaka Biaya Parameter Pada Proyek
Pembangunan Gedung Negara”.
Asnudin, Andi. 2005. “Manajemen
Parametric Cost Estimation Model
Proyek”. Palu: UNTAD Press.
for State Buildings International
Asnudin, Andi. 2005.”Konsep Civil Engineering Conference.
Pengembangan Kontraktor Skala "Towards Sustainable Civil
Kecil”. Jurnal SMARTEK, Vol.3.No.4. Engineering Practice" Surabaya.
Nov 2005. Fakultas Teknik,
Edo. 2008. “Pemerintah Harus Tepat
Universitas Tadulako
Hitung Estimasi Nilai Proyek”. Situs,
Berita Indonesia

239
Jurnal SMARTek, Vol. 6, No. 4, Nopember 2008: 228 - 240

Gordon Smith. 2004. “Construction


Contracts”. Drafting to Avoid
Disputes.
Hardie Glann M. 1987. “ Construction
Estimating Techniques”. New York:
Prentice Hall.
Jamal F. Bahar. 2005.“Contracts Strategy
– Managing the Pre-Award
Phase”.
Jurnal Bahan Bangunan, Konstruksi dan
Interior. 2004. “ Membidik Peluang
Properti”. Jakarta: Tim Penerbitan
Jurnal.
Kristiawan. 2006. “Memilih Jenis
Kontrak”. Transferring Expert
Knowledge. Migas Indonesia.
Mark Tiggeman. 2005. “Contracts and
Their Preparation”.
Tilaar, TAM. 2003. ” Kepemimpinan
Professional Dalam Kompleksitas
Proyek Konstruksi”. Buletinkindo
No.001/1/5/2003.
Wahyu Wuryanti. 2005. “Kajian Indeks
Biaya Konstruksi Pekerjaan Beton
Bertulang Dan Baja Untuk
Konstruksi Bangunan Gedung”,
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman
Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen
Pekerjaan Umum.

240

Anda mungkin juga menyukai