Seiring meningkatnya tingkat perekonomian masyarakat, seiring juga dengan meningkatnya permintaan jasa transportasi udara, maka permintaan akan penyedia jasa katering makanan untuk maskapai penerbangan juga meningkat. Menurut Novinka (2009) jasa katering yang melayani maskapai penerbangan secara umum dikenal dengan inflight catering. Istilah katering ini biasanya digunakan untuk menjelaskan keseluruhan proses kegiatan memasak, dimulai dari persiapan bahan makanan, pengolahan, hingga penyajian. PT. Aerofood ACS Yogyakarta merupakan salah satu inflight catering yang terkenal dan salah satu penyedia jasa layanan makanan untuk penerbangan terbesar di Indonesia. Industri jasa katering maskapai penerbangan ini bertujuan untuk menyediakan beberapa pilihan menu makanan dan minuman kepada maskapai penerbangan untuk dikonsumsi oleh penumpang maskapai selama jadwal penerbangan. Produk makanan dan minuman disiapkan dan diolah di dapur khusus yang kemudian akan dipindahkan ke bandara udara untuk selanjutnya dimuat ke pesawat. Semua makanan dan peralatan diberangkatkan tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal penerbangan maskapai tersebut. Masalah yang harus dihindari oleh industri jasa katering adalah keterlambatan jadwal penerbangan yang disebabkan oleh masalah katering.
2.2 Proses Produksi
Sebelum menerapkan tahapan proses produksi, PT Aerofood ACS Indonesia terlebih dahulu melakukan perencanaan produksi secara konsisten sesuai dengan spesifikasi yang diajukan oleh pelanggan. Perencanaan produksi tersebut diantaranya adalah sasaran mutu, keamanan dan persyaratan produk, proses dokumentasi, verifikasi, inspeksi dan uji produk, serta data yang diperlukan untuk memberikan bukti atas kesesuaian produk. Proses produksi yang diterapkan oleh PT Aerofood ACS Indonesia dilakukan melalui beberapa tahapan, dari proses penerimaan bahan baku (receiving), penyimpanan bahan baku (storage), Pengolahan (cold kitchen, hot kitchen, bakery dan pastry), hold dishing, penyusunan menu pada tempat perbekalan (meal try set up), penyimpanan akhir (final holding), hingga transportasi atau distribusi produk. Tahapan produksi ini dilakukan sedemikian rupa sesuai tahapan untuk menjaga kelancaran proses dan kualitas serta keamanan produk yang dihasilkan. Pengaturan dilakukan dengan membedakan ruang proses produksi berdasarkan alur proses dan bahan baku yang digunakan untuk menjaga keamanan produk dan mencegah kemungkinan terjadinya kontaminasi silang selama proses produksi. Pada proses produksi, bahan baku makanan mentah akan diproses oleh industri pengolahan makanan menjadi makanan setengah jadi (intermediate food stuffs) atau makanan jadi (edible product) (Marriot, 2009). 2.2.1 Penerimaan Bahan Baku (Receiving) Receiving merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan penerimaan bahan makanan yang dikirimkan oleh vendor. Receiving berguna untuk memastikan bahwa tidak ada kecurangan antara penerima barang dengan engirim barang dari pihak pemasok. Petugas Receiving harus memiliki dokumen Standar Spesifikasi untuk memastikan bahwa produk yang diterima dari segi kualitas, jenis, bentuk, ukuran telah benar (Alhamdi,2019).
2.2.2 Penyimpanan Bahan Baku (Storage)
Penyimpanan bahan baku atau produk jadi sangatlah penting khususnya industri skala besar. Karena dalam prosesnya, industri skala besar selalu berproduksi dalam jumlah banyak. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan pasokan bahan, atau menjaga stabilitas jumlah produksi diperlukan suatu penyimpanan. Volume bahan pakan yang disimpan berbeda-beda, semakin besar volume, teknologi penyimpanan semakin rumit. Bentuk bahan yang disimpan pun ada yang berupa bahan baku ataupun produk jadi. Jenis penyimpanan juga terdiri dari dua jenis, yakni jenis penyimpanan diam/ statis dan jenis penyimpanan bergerak, misalnya impor bahan pakan dengan kapal laut. Teknik penyimpanan harus diperhatikan dengan baik karena kerusakan atau kehilangan dapat terjadi selama proses penyimpanan (Widyanari,2016).
2.2.3 Proses Pengolahan (Cooking)
Mengolah makanan adalah mengubah bahan mentah dengan menggunakan teknik pemanasan tertentu hingga menjadi makanan matang. Pengolahan makanan dilakukan untuk menambah cita rasa makanan, membunuh kuman yang ada di bahan makanan, meringankan kerja organ pencernaan, menambah nilai gizi, serta mempercantik tampilan makanan. Departemen kitchen dibagi menjadi beberapa sub departemen, yaitu fruits and vegetables, fish room, butcher, poultry, hot kitchen, cold kitchen, bakery dan pastry. Setiap bahan, baik yang sudah diolah maupun yang belum diolah wajib diberi label yang berisi nama produk, waktu produksi dan tanggal produksi (Widyanari,2016). Hot kitchen merupakan tempat pengolahan bahan baku menjadi makanan yang siap dikonsumsi. Makanan yang diolah harus sesuai dengan standard dan permintaan menu penerbangan yang sudah disepakati sebelumnya. Hot kitchen sendiri dibagi menjadi 3 bagian, yaitu hot first class, hot Asia dan hot Eropa. Sedangkan cold kitchen terfokus pada buah-buahan dan salad. Tugas utama bagian cold kitchen adalah penataan buah dan salad. Pemotongan buah disesuaikan dengan spesifikasi pihak penerbangan. Pengemasan buah dan salad menggunakan bowl yang sudah disediakan oleh pihak penerbangan masing- masing. Setelah itu, buah dan salad dapat disimpan dalam chiller dengan suhu 0- 5°C. Terakhir Bakery and pastry merupakan tempat produksi kue kering, roti isi, roti manis, muffin, dan tempat produksi roll cake, pudding, pie, tart, dan chocolate (Kuan, 2019). 2.2.4 Pengemasan Kemasan atau packaging adalah suatu wadah yang menempati suatu barang agar aman, menarik, mempunyai daya pikat dari seorang yang ingin membeli suatu produk. Dapat juga menjadi media komunikasi antara produsen dengan calon konsumen, sehingga didalam desain kemasan tercantum informasi- informasi yang harus diketahui oleh calon konsumen, agar calon konsumen merasa tidak asing dengan produk yang di kemas. Kemasan atau packaging adalah ilmu, seni dan teknologi yang bertujuan untuk melindungi sebuah produk saat akan dikirim, disimpan atau dijajakan atau bisa juga suatu proses produksi yang bertujuan untuk mengemas. Mengemas adalah merancang desain dan memproduksi wadah atau pembungkus produk (Mukhtar dan Nurif, 2015).
2.2.5 Proses Penyimpanan dan Penanganan
Jika penerimaan barang tersebut tidak ada masalah dan telah sesuai maka akan masuk ke tahap penyimpanan barang (Final Holding). Penyimpanan bahan makanan yang baik perlu diperhatikan sistemnya dan prosedur penyimpananya. Dalam penyimpan bahan-bahan makanan harus sesuai dengan tipe bahan dan suhu yang diperlukan agar tidak cepat rusak. Dalam penyimpanan juga dikenal dengan istilah MTSU. MTSU (Meal Tray Set Up) merupakan tempat setting dalam menyajikan makanan sesuai dengan porsi dan spesifikasi menu yang disajikan untuk maskapai penerbangan. (Kharisma,2019).
2.2.6 Proses Pendistribusian (Delivery)
Pada proses pendistribusian makanan dilakukan oleh bagian transportasi yang bertugas untuk mengantar makanan yang telah ditata. Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, harga, tempat dan saat yang dibutuhkan). Ada beberapa fungsi oendistribusian antara lain : Pengangkutan, Penjualan, Pembelian, Penyimpanan dan Pembakuan standar kulaitas barang (Kuan, 2019). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Produksi
Proses produksi pada PT Aerofood ACS Denpasar dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu dimulai dari proses penerimaan bahan baku awal (receiving), penyimpanan bahan baku (storage), proses pengolahan (cooking), pengemasan (dishing, portioning, tray set up), penanganan/penyimpanan akhir (handling), dan proses pendistribusian (delivery) ke pesawat. Tahapan ini dilakukan secara berurutan yang bertujuan untuk mencegah kontaminasi silang (cross contamination) dan juga untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan untuk konsumen.
4.1.1 Penerimaan Bahan Baku (Receiving)
Penerimaan bahan baku merupakan langkah awal dari beberapa tahapan proses produksi pada suatu perusahaan yang bertujuan untuk menentukan kualitas bahan baku yang nantinya akan menghasilkan produk. Alur penerimaan bahan baku pada PT Aerofood ACS adalah awalnya bahan datang melalui purchasing requesting dari departemen store dan departemen kitchen yang kemudian diajukan ke departemen purchasing. Dari departemen purchasing ini dibuatkan purchasing order untuk distributor, kemudian barang dari distributor akan datang sesuai jadwal yang sudah ditentukan seperti buah dan sayur akan datang setiap hari untuk menjaga kesegaran, sedangkan produk daging, ayam, telur dalam seminggu akan datang 3-4 kali saja. Pada proses penerimaan ini staff yang bertugas meliputi cost control, store, dan quality control. Seorang staf cost control bertugas mencatat jumlah bahan yang diterima yang kemudian dicocokkan dengan nota order lalu menandatanganinya. Seorang staf Quality Control (QC) bertugas memeriksa kualitas bahan baku yang datang sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan oleh PT Aerofood ACS, apabila ada bahan baku yang tidak memenuhi persyaratan kualitas, maka seorang QC berhak tidak menerima bahan baku tersebut. Seorang staf store bertugas memberi label pada bahan baku yang datang sesuai dengan tanggal kedatangan, tanggal kadaluarsa, nama pemasok, dan merk barang. Selanjutnya dilakukan penyimpanan bahan baku yang telah diperiksa kualitasnya dan lolos dalam pemeriksaan oleh QC. Pada ruang receiving ini terdapat alat-alat yang diperlukan untuk mengetahui standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan seperti timbangan, penggaris, dan beberapa SOP parameter bahan baku yang akan diterima. Dalam jadwal penerimaan bahan baku, semuanya memiliki waktu yang sama untuk tiap jenis bahan. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya yang sama.
4.1.2 Penyimpanan Bahan Baku (Storage)
Bahan yang telah sesuai standar kualitas yang ditetapkan dan diberi label akan disimpan di store. Store ini merupakan ruang penyimpanan sementara barang produksi dan beberapa bahan baku produksi. Store dari PT Aerofood ACS Indonesia ini terbagi menjadi 2 jenis storage, yaitu cold storage dan dry storage yang memiliki fungsi ruangan yang berbeda. Cold storage adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus dengan kondisi suhu tertentu dan akan digunakan untuk menyimpan berbagai macam produk dengan tujuan untuk mempertahankan kesegarannya. Cold storage ini dibangun mengikuti dengan luas bangunan yang ada di lokasi. .Pada cold storage dibagi lagi menjadi dua bagian ruangan yang juga memiliki fungsi yang berbeda, yaitu frozen storage yang memiliki suhu (-34) – (-18)0C yang digunakan untuk menyimpan bahan baku beku jenis daging, ayam, dan juga frozen dough untuk adonan bakery, ruangan yang kedua disebut chiller storage yang memiliki suhu 5- 80C yang digunakan untuk menyimpan bahan baku sementara jenis ikan, sayuran, jus, dan yoghurt, juga minuman kemasan, telur, dan susu, serta bumbu-bumbu kemasan lainnya dengan disusun dalam rak-rak. Bagian store ini menerapkan sistem prosedur, salah satunya adalah FIFO (First In First Out) dimana barang yang masuk ke dalam ruang penyimpanan akan terlebih dahulu digunakan untuk bahan baku produksi sehingga tercapai kualitas produk yang terbaik. Dan juga terdapat aturan stok minimal dimana store harus selalu memiliki persediaan barang sampai batas waktu tertentu. Barang yang datang dapat digunakan 10 hari setelah batas penggunaan, jadi masih ada persediaan barang untuk 10 hari setelah batas waktu yang telah ditentukan. Dry storage merupakan gudang untuk menyimpan bahan makanan dalam kemasan, makanan dalam kaleng, plastik, kardus, botol, atau bahan makanan kering lainnya. Dry storage biasanya dipertahankan pada suhu antara 18°C-38°C (50°F-70°F). Hal ini bertujuan agar gudang terhindar dari serangan hama dan serangga.
4.1.3 Prose Pengolahan (Cooking)
Pada proses pengolahan bahan baku ada di departemen kitchen yang dibagi menjadi beberapa bagian pengolahan, yaitu hot kitchen, cold kitchen, bakery, dan pastry. Pada pengolahan sayur, sayur yang telah diterima dari bagian receiving kemudian dibawa ke bagian pre-cut vegetable, pada ruangan ini digunakan suhu 160C dan untuk mencuci, mengupas, dan memotong sayuran. Setelah dipotong kemudian diolah di bagian hot kitchen atau cold kitchen. Hot kitchen adalah dapur utama di mana maincourse, soup, sauce, dan proses masak-memasak terjad. Sedangkan cold kitchen adalah tempat di mana Appetizer, Sauce, Dressing, Salad, dan segala jenis makanan pembuka di buat. Pastry dan bakery adalah tempat membuat roti dan kue sekaligus makanan penutup, seperti Fruit Slice, Cake, Butter Cake, Sponge Cake, dan sebagainya. Jika bahan tidak diolah, dapat disimpan di chiller dan diberikan label. Batas maksimal penyimpanan seperti sayur ini adalah 3 hari, yang bertujuan agar bahan yang akan digunakan masih segar dan terjamin kualitasnya. Pada pengolahan buah, buah yang diterima dari receiving bisa langsung dibawa ke cold kitchen. Pada area ini digunakan untuk memotong buah sesuai dengan spesifikasi atau standar yang telah ditentukan oleh PT Aerofood ACS Yogyakarta. Suhu di ruangan ini 15-200C dengan lama proses tidak lebih dari 45 menit agar tetap menjaga kesegaran dari buah. Apabila buah tidak langsung digunakan maka buah tersebut kemudian disimpan di chiller dengan suhu 5-80C dan batas waktu maksimal penggunaan adalah 3 hari. Butcher room and fish room merupakan area yang digunakan untuk proses pencairan daging dan ikan beku, prosesnya meliputi pencucian, pemotongan daging dan ikan sebelum diolah pada bagian hot kitchen. Proses pencairan (thawing) dilakukan dengan cara memasukkan daging beku atau ikan yang beku ke dalam air yang didiamkan minimal 1 jam. Selanjutnya bahan-bahan yang telah dipotong kemudian dibawa ke bagian hot kitchen untuk diolah sesuai dengan menu pesanan pada hari itu. Setelah makanan diolah, disajikan atau disimpan ke dalam ruangan chiller yang memiliki suhu 5-8°C maksimal selama 3 hari dengan diberikan label tanggal pembuatan. Bagian bakery dan pastry dikhususkan untuk produksi kue kering, roti isi, roti manis, dll. Roti yang diproduksi ini juga harus disesuaikan oleh spesifikasi pemesanan oleh pihak pemesan. Pemesanan bakery dan pastry ini akan disajikan untuk maskapai penerbangan maupun pemesanan yang dilakukan oleh travel.
4.1.4 Prose Pengemasan (dishing, portioning, tray set up)
Proses pengemasan ini dilakukan untuk beberapa tujuan, diantaranya untuk melindungi produk dari kontaminasi mikroorganisme, menjaga produk agar tetap bersih, mempermudah penyimpanan, maupun mempermudah konsumen untuk mengonsumsi produk tersebut, serta memberikan informasi mengenai produk tersebut sebagai branding dari suatu perusahaan. Pada PT Aerofood ACS Denpasar melakukan proses pengemasan dibagian yang sama yaitu MTSU, karena setelah dikemas akan langsung disusun ke dalam tray. Bahan-bahan yang dikemas meliputi roti, makanan ringan, makanan utama, dan alat-alat makan. Kemudian setelah dikemas, selalu diberikan label tanggal kadaluarsa yang ditentukan tiga hari setelah tanggal produksi. Kemasan yang biasanya digunakan untuk mengemas makanan utama kelas ekonomi dapat berupa mangkuk atau piring berbahan alumunium yang kemudian ditutup dengan alumunium foil sehingga tetap terjaga kualitasnya. Penataan makanan dan pengemasan ini dilakukan maksimal 45 menit dengan suhu kurang lebih dari 150C. Sedangkan untuk makanan utama kelas bisnis ditata ke dalam piring keramik yang kemudian ditutup dengan alumunium foil yang dapat menimbulkan kesan yang lebih berkelas. Sedangkan untuk produk kue dan roti akan dikemas dengan plastik polyprophylene (PP) yang sudah dicetak bersama dengan logo Garuda Indonesia untuk maskapai penerbangan tersebut. Untuk produk buah dan salad akan ditata ke dalam mangkuk keramik kecil yang kemudian ditutup dengan plastic wrap. Setelah diolah, maka makanan siap dikemas di bagian hot dishing. Makanan dikemas sesuai dengan spesifikasi menu yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan pergantian menu penerbangan yang berlaku (tata letak bagian makanan pada kemasan dan berat). Penataan makanan yang akan dikemas harus sesuai dengan permintaan maskapai dimana ada contoh gambar menu yang telah ditentukan. Makanan dikemas sesuai dengan peralatan penerbangan yang bersangkutan kemudian ditutup dengan aluminium foil dan diberi label jenis makanan serta hari pembuatan. Penataan makanan tidak boleh lebih dari 45 menit dan suhu makanan ≤ 15°C (CCP-5). 4.1.5 Proses Penyimpanan dan Penanganan (Handling) Produk yang telah sesuai standar kualitas yang ditetapkan dan diberi label akan disimpan di storage. Pada Final holding room, produk yang sudah siap untuk dilakukan penanganan dan distribusi akan ditata ke dalam troli yang berisi tray dan disimpan dalam Final Holding Room sesuai Food Temperature at Dispatch dan sesuai dengan batas kritis CCP-2 untuk menjamin produk tetap segar dan aman dikonsumsi. Setelah itu ditangani oleh bagian handling untuk persiapan dibawa ke bandara. Produk yang disimpan di holding room tidak boleh lebih dari satu hari, sehingga diterapkan pula sistem FIFO (First In First Out), agar tetap menjaga kualitas produk dan mencegah dari produk yang kadaluarsa. Setelah produk ditata, maka produk selanjutnya akan ditangani oleh bagian final holding. Jika sudah sesuai maka dilakukan serah terima dari MTSU (Meal Tray Set Up) ke final holding dan diberi label dan siap dibawa bagian transportasi untuk dikirim ke bandara, jika tidak sesuai maka akan dikembalikan ke MTSU (Meal Tray Set Up) untuk dilengkapi sesuai pemesanan. Pada bagian Handling
4.1.6 Proses Pendistribusian (Delivery)
Pada proses pendistribusian makanan dilakukan oleh bagian transportasi yang bertugas untuk mengantar makanan yang telah ditata dan dimasukkan ke troli menggunakan High Lift Truck (HLT) untuk diantar sampai ke bandara. Agar suhu tetap terjaga tetap sesuai, pada bagian atas troli akan diberikan dry ice. Ketika sudah sampai di bandara, troli-troli tersebut dimasukkan ke dalam pesawat sesuai dengan batas kritis Food Temperature Onboard Aircraft, agar tetap terjamin keamanan produknya. Untuk keberangkatan pesawat dari bandara, produk harus sudah sampai 30 menit sebelum jadwal keberangkatan. Untuk pesawat yang transit, produk harus sudah sampai di bandara 15 menit sebelum kedatangan DAFTAR PUSTAKA
Alhamdi, R. 2019. Cost Control for Restaurant (Pengendalian Biaya untuk
Restoran). Puslitabmas. Batam. Kharisma, A.D.M., 2019. Katering Penerbangan dan Keamanan Pangan: Penerapan Hazard Analysis dan Critical Control Point di PT. Aerofood ACS Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 11(1):17-25. Kuan, D. 2019. Red Hot Kitchen. Avery. New York Marriot, N. 2009. Principles of Food Sanitation Fifth Edition. Springer Science and Bussiness Media, Inc. New York Mukhtar S dan Nurif M.2015. Peranan Packaging Dalam Meningkatkan Hasil Produksi Terhadap Konsumen. Jurnal Sosial Humaniora. 8(2) :181-191. Novinka. 2009. Kajian Manajemen Persediaan Perusahaan Jasa Boga Maskapai Penerbangan (Inflight Catering Service) Kasus PT. Aerowisata Catering Service Jakarta. Institut Pertanian Bogor. Bogor Widyanari, A. 2016. Foodpreneur. Bentang Pustaka. Bandung