Anda di halaman 1dari 7

MULTIMEDIA SEBAGAI PENYETARA STANDAR PENDIDIKAN

DI KOTA DAN DI DESA


Nurmala Dewi​1​ dan Vera Safitri​2

Abstrak

Permasalahan yang timbul seiring dengan diberla1kukannya Standar Nasional


Pendidikan adalah peningkatan mutu pendidikan yang hanya terpusat di kota- kota
besar saja. Hal itulah yang menyebabkan tidak setaranya hasil yang didapat oleh
siswa-siswi yang bersekolah di kota dan di desa. Hal yang bisa dilakukan untuk
mengatasi masalah tesebut adalah dengan memanfaatkan multimedia untuk
membantu menyetarakan hasil pendidikan yang didapat di kota dan didesa.
Misalnya dengan menggantikan fungsi laboratorium dengan memperlihatkan
animasi multimedia.

Kata Kunci: pendidikan, mutu pendidikan, multimedia, Standar Nasional Pendidikan,


ketidaksetaraan

Standar Nasional Pendidikan yang telah dirumuskan oleh Menteri Pendidikan Indonesia
sejatinya sangat cocok dengan tujuan pendidikan nasional yang tertera dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 “... mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia...”. Tetapi sayangnya, apa yang telah di rumuskan belum terlaksana dengan
baik. Pendidikan Indonesia tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Penyetaraan
Standar Nasional Pendidikan di desa dan di kota yang sejak dulu digencar-gencarkan akan
dilakukan sampai sekarangpun belum terlaksana dengan baik. Bagi kita yang selalu menyaksikan
siaran di televisi pasti tahu seberapa besar perbedaan yang terlihat antara sekolah- sekolah yang
berada di kota dan di desa. Di kota sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan Proses
Belajar Mengajar (PBM) sangat baik ditunjang lagi dengan tenaga pendidik yang profesional
serta semakin berkembangnya sekolah-sekolah berstandar internasional dan sekolah berbasis
Information and Communication Technology (ICT). ​Namun, lain halnya dengan potret

1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer UPI Bandung (
n.dewi@student.upi.edu​)
2​
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer UPI Bandung
(​vera.safitri@student.upi.edu​)
pendidikan di desa. Di desa tedapat begitu banyak kekurangan mulai dari sarana dan prasarana
sekolah yang tidak mendukung, tenaga pendidik yang tidak profesional, PBM yang berjalan
tidak sesuai harapan, dan lain-lain. Sedangkan pada saat Ujian Nasional, siswa-siswi yang di
desa dituntut agar bisa melewati ujian nasional dengan baik. Padahal PBM yang mereka lewati
tidak setara dengan yang di dapat oleh teman-teman mereka yang ada di kota. Ini merupakan
salah satu masalah bagi mereka. Semua masalah ini terjadi karena adanya ketidakmerataan
proses persebaran pendidikan di Indonesia, yang di kota semakin berkembang dan yang di
desapun semakin tertinggal.
Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, tentunya masalah itu sudah
bisa diatasi. Salah satunya dengan menggunakan bantuan multimedia sebagai penyetara Standar
Nasional Pendidikan. Multimedia ini akan membantu sekolah-sekolah yang mempunyai masalah
dalam pemenuhan Standar Nasional Pendidikan. Mulai dari multimedia sebagai pengganti
laboratorium sampai multimedia sebagai pembantu tenaga pendidik dalam menyampaikan
pelajaran. Multimedia juga menjadikan tenaga pendidik lebih kreatif dalam menciptakan suasana
belajar agar tidak monoton dan membuat siswa lebih termotivasi untuk belajar. Sehingga
tercapailah peran multimedia sebagai penyetara pendidikan antara di kota dan di desa.

A. Multimedia dalam Pendidikan

Pendidikan pada hakikatnya adalah salah satu cara yang digunakan manusia untuk
menggali potensi yang ada pada dirinya. Hal yang terpenting di dalam pendidikan adalah proses,
jika proses yang dijalani benar maka pada akhirnya akan tercapailah tujuan dari pendidikan itu.
Tujuan dari pendidikan adalah memberantas sifat ketidaktahuan, ketidakmampuan dalam
bersaing, kesalahan dalam penerjemahan keadaan dan lain-lain. Terkait dengan hal di atas
beberapa tokoh mengemukakan pendapatnya tentang pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara
(1889-1959) dalam Mulyasana (2012:3) ‘Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk
memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan batin), pikiran (​intellect​), dan jasmani anak-anak
selaras dengan alam dan masyarakatnya’. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh H. Horne
dalam Mulyasana (2012:3) pendidikan adalah ‘Proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih bagi manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas
dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional, dan
kemanusian dari manusia’. Pegertian pendidikan juga diungkapkan oleh GBHN dalam Ahmadi
dan Uhbiyati (2003:70) ‘Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup’. Amir Daien
Indrakusuma dalam bukunya ​“Pengantar Ilmu Pendidikan” juga menuturkan pendapatnya
tentang pendidikan. Menurutnya pendidikan ialah “Bantuan yang diberikan dengan sengaja
kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk mencapai tingakat dewasa”.
Dari keempat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang
dijalani oleh manusia untuk memberantas ketidaktahuan dan suatu tahapan yang dilewati untuk
menuju kedewasaan yang berlangsung seumur hidup.
Pendidikan adalah topik pembicaraan yang selalu dibicarakan di mana saja dan kapan
saja. Permasalahan tentang pendidikan selalu menjadi hal yang gencar dibicarakan. Semua
negara berlomba-lomba untuk memajukan pendidikan di negaranya, tidak terkecuali Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia tetapi
sayangnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia itu hanya terpusat di kota-kota besar saja.
Hal itulah yang menyebabkan tidak setaranya hasil yang didapat oleh siswa-siswi yang
bersekolah di kota dan di desa. Jika permasalahan itu tidak segera diselesaikan maka perbedaan
hasil dari proses pendidikan di kota dan di desa akan semakin jauh. Sebaiknya pemerintah harus
sesegera mungkin untuk mengatasi masalah tersebut dengan melengkapi sarana dan prasarana
yang ada di sekolah pedesaan. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan secepat mungkin. Maka
peranan teknologi di situasi ini sangat berarti. Teknologi yang dapat kita manfaatkan pada situasi
ini adalah teknologi multimedia.
Menurut Munir dan Halimah dalam Munir (2012:2) mengatakan bahwa ‘Multimedia
keterpaduan diantara berbagai media teks, gambar, video, dan animasi dalam satu media digital
yang mempunyai kemampuan untuk interaktif, umpan balik, dan informasi diperoleh dengan
cara yang nonlinier’. Pendapat lain yang serupa juga diungkapkan oleh Reddi dalam Munir
(2012:3) yang mengartikan multimedia sebagai ‘Suatu integrasi elemen beberapa media (audio,
video, grafik, teks, dan animasi, dan sebagainya) menjadi sebuah kesatuan yang energis dan
simbiosis yang memberikan hasil lebih menguntungkan bagi pengguna ketimbang elemen media
scara individual’. Hal yang tak jauh berbeda juga diungkapkan oleh Oblinger dalam Munir
(2012,2) Oblinger mendefenisikan multimedia sebagai ‘Penyatuan dua atau lebih media
komunikasi seperti teks, grafik, animasi, video, dan sebagainya’. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
multimedia adalah gabungan dari beberapa media (audio, video, grafik, teks, animasi, dan
lain-lain) yang digunakan sebagai penyampai informasi agar lebih menarik dan interaktif.
Selain itu menurut Warsita (2008:153) “Penggunaan media audio, TV, video, slide suara
dan buku yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran tertentu” juga dapat disebut sebagai multimedia. Sehingga dapatlah dikatakan
bahwa multimedia yang digunakan dalam PBM disebut sebagai multimedia pembelajaran.
Sebuah multimedia pembelajaran haruslah bersifat interaktif dan terprogram. Dengan kemajuan
teknologi saat ini khususnya teknologi komputer, tidaklah sulit bagi seseorang untuk membuat
sebuah multimedia pembelajaran ditambah lagi dewasa ini seorang guru telah dituntut untuk
menguasai teknologi. Multimedia pembelajaran dewasa ini juga bisa kita dapatkan dari internet
atau dari blog-blog seseorang.

B. Multimedia sebagai Penyetara Pendidikan di Desa dan di Kota

Pendidikan merupakan tanggung jawab kita semua, mulai dari pemerintah sampai ke
masyarakat berperan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia demi
tercapainya tujuan pendidikan Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 “.... mencerdaskan
kehidupan bangsa..”. Hasil yang di harapkan dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional adalah
kecerdasan bangsa yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional
Pendidikan menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 dalam Mulyasana (2012:3) adalah
‘Kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara
Republik Indonesia. Adapun Standar Nasional Pendidikan meliputi: Standar isi, Standar
kompetensi lulusan, Standar proses, Standar pendidik dan tenaga kependidikan, Standar
sarana dan prasarana, Standar pengelolaan, Standar pembiayaan , Standar penilaian.’

Dari delapan Standar Nasional Pendidikan di atas yang akan dibahas pada artikel ini hanya
dua standar saja, diantaranya standar pendidik dan tenaga kependidikan serta standar sarana dan
prasarana. Karena seperti yang kita ketahui permasalahan besar yang sering muncul disekolah
yang ada di desa adalah tidak terpenuhinya kedua standar pendidikan tersebut. Menurut
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 dalam Mulyasana (2012:5) ‘Standar Nasional
Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu’. Standar Nasional Pendidikan bertujuan
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai
dengan apa yang tercantum dalam UUD 1945 dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat. Tidak ada yang salah dengan makna, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional.
Tetapi di dalam pelaksanaannya selalu ada penghambat disebabkan oleh tidak adanya
penyetaraan pendidikan di kota dan di desa. Maka di sinilah peran multimedia sangat
dibutuhkan. Multimedia bisa membantu pemerintahan dalam memperbaiki standar pendidikan
yang ada di desa, multimedia bisa di integrasikan ke dalam PBM yang ada di sekolah. Berikut
penjelasan tentang fungsi multimedia sebagai penyetara kedua Standar Nasional Pendidikan
diatas adalah:

1. Penyetara Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 dalam Munir (2012:63) tentang pendidik
dan dosen,
‘Pendidik sebagai pekerjaan profesional harus memiliki prinsip-prinsip
profesional seperti yang tercantum pada pasal 7 ayat 1, yaitu: profesi pendidik dan
dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip
profesional sebagai berikut: (a) memiliki minat, bakat, panggilan jiwa dan
idealisme; (b) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugasnya; (c) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai
dengan bidang tugasnya; (d) memenuhi kode etik profesi; (e) memiliki hak dan
kewajiban dalam pelaksanaan tugas ...’

Kenyataan yang terlihat di desa prinsip-prinsip profesional seorang tenaga pendidik tidak
teraplikasi dengan baik. Pemandangan tenaga pendidik yang tidak memiliki kualifikasi
pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya adalah hal yang biasa.
Bukan menjadi pemandangan yang aneh jika banyak orang yang mengatakan bahwa menjadi
seorang guru adalah mudah. Jika seseorang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang mata
pelajaran yang akan diberikan, maka orang itu akan dapat mengajarkan mata pelajaran tersebut.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa setiap orang yang pandai maka dia bisa menjadi
seorang guru. Tetapi secara praktisnya tidak semua orang yang pandai mengajar bisa menjadi
guru, karena seorang guru haruslah memiliki minat, bakat, panggilan jiwa dan idealisme.
Masalah selanjutnya terletak banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang
kemampuannya, misalnya seorang pendidik yang merupakan lulusan dari fakultas perekonomian
menjadi guru pada mata pelajaran seni tari. Biasanya ini terjadi karena kurangnya tenaga
pendidik. Inilah yang menjadi awal dari permasalahannya. Materi yang disampaikan bisa jadi
tidak dapat dimengerti oleh siswa dan bisa jadi siswa tidak pernah diajarkan teknik menari
karena mungkin pendidik tersebut juga kurang memahami materi yang akan disampaikannya.
Tetapi masalah ini bisa teratasi dengan pemanfaatan multimedia dalam penyampaian materi dan
praktiknya. Pada saat PBM berlangsung video yang ditampilkan bisa melengkapi materi yang
telah disampaikan oleh guru.

2. Penyetara Standar Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tidak lengkap di sekolah akan mengganggu jalannya PBM.
Sekolah yang memenuhi standar sarana dan prasarana adalah sekolah yang mempunyai ruang
kelas yang baik, laboratorium IPA, laboratorium bahasa dan laboratorium komputer yang
dilengkapi dengan peralatan yang memadai. Biasanya pemandangan seperti itu terlihat di
sekolah-sekolah yang ada di kota. Sedangkan sekolah yang ada di desa masih belum memenuhi
standar sarana dan prasarana. Maka multimedia bisa menjadi solusinya. Misalnya mengatasi
kendala untuk sekolah yang tidak memiliki laboratorium dan peralatan praktikum, maka untuk
membuat siswa memahami materi tersebut dapat dimanfaatkan multimedia yang berisi
simulasi-simulasi dari sebuah praktikum. Multimedianya dapat berbentuk video animasi dan
video tersebut diperlihatkan kepada siswa pada saat pelajaran dikelas. Sehingga dengan melihat
multimedia tersebut, siswa dapat memahami walaupun tidak melakukan praktikum secara
langsung.
Menurut Tilaar (2006:135) standarisai pendidikan yang telah dibuat memiliki tujuan
utama yaitu “tidak membeda-bedakan antara peserta didik yang berbeda tingkat sosial
ekonominya, mempunyai kesempatan untuk mencapai standar yang sama”. Dari pendapat
tersebut dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa standarisasi pendidikan juga bertujuan untuk
tidak membedakan antara peserta didik yang ada di kota denga peserta didik yang ada di desa.
Tetapi walaupun demikian kesenjangan pendidikan masih saja kita rasakan. Namun dengan
bantuan teknologi multimedia seperti yang terdapat pada uraian-uraian diatas telah tercapailah
tujuan multimedia sebagai penyetara Standar Nasional Pendidikan khususnya penyetara standar
pendidik dan tenaga kependidikan dan penyetara standar sarana dan prasarana. Dengan
demikian, siswa-siswa yang ada di desa juga dapat memahami pelajaran yang sama dengan
pelajaran yang dipelajari oleh siswa-siswa yang ada di kota. Akan tetapi, meskipun multimedia
bisa dijadikan sebagai solusi dalam masalah ini, pemerintah sebaiknya memperhatikan proses
persebaran pendidikan agar tidak hanya terpusat di kota-kota saja. Selain itu diharapkan juga
campur tangan pemerintah dan pendidik agar penggunaan multimedia dalam pendidikan dapat
dioptimalkan karena multimedia bisa membuat proses belajar lebih menarik.

Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. (2003). ​Ilmu pendidikan.​ Jakarta: Rineka Cipta.

Indrakusuma, Amir Daien. (1973). ​Pengantar Ilmu Pendidikan.​ Surabaya: Usaha Nasional.

Mulyasana, Dedi. (2012). ​Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing​. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Munir (2012). ​Multimedia.​ Bandung: Alfabeta.

Tilaar. (2006). ​Standarisasi Pendidikan Nasional​. Jakarta: Rineka Cipta.

Warsita, Bambang. (2008). ​Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya.​ Jakarta: Rineka

Cipta.

Anda mungkin juga menyukai