Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

ACARA I

PENGENALAN MIKROSKOP

NAMA : WULAN RAHMANIA

NIM : C1K018059

KELAS :A
KELOMPOK : 2 (DUA)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah selesai di susun sebagai syarat untuk mengikuti praktikum
selanjutnya. Laporan ini disusun oleh:

Nama : Wulan Rahmania

NIM : C1K018059

Kelompok : 2 (dua)

Mataram, 5 November 2018

mengetahui

Asisten praktikum Praktikan

Faradilla Anggriani Wulan Rahmania


NIM : C1K016036 NIM :C1K018059
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osmosis merupakan fenomena yang penting di dalam system biologis


karena kebanyakan membran biologis bersifat semi-permiabel. Membran
semipermiabel adalah selaput pemisah yang hanya bisa ditembus oleh air dan
zat tertentu yang larut di dalamnya. Secara umum, membrane tersebut permiabel
terhadap air dan zat-zat kecil dan tidak bermuatan. Misalnya molekul air dapat
bergerak melewati dinding sel. Osmosis memberikan cara yang mudah bagi
transport air keluar atau masuk sel. Proses osmosis akan berhenti ketika kedua
larutan mempunyai konsentrasi yang sama atau disebut isotonic.
Plasmolisis adalah lepasnya membran plasma dari dinding sel pada sel
tumbuhan. Plasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam
terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan
turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi
seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya
plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma
sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan
membran.
Oleh karena itu, dengan percobaan atau kegiatan praktikum yang kami
lakukan dengan judul “transport zat”, kami dapat mengetahui mengamati
peristiwa osmosis/plasmolisis yang terjadi pada sel tumbuhan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini ialah mengamati peristiwa osmosis/plasmolisis
yang terjadi pada sel tumbuhan.
BAB II TINJAU PUSTAKA

Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random yang


menghasilkan pergerakan molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Contoh-contohnya adalah difusi zat warna dalam air tenang, difusi
glukosa dan teknik tomografi, difusi zat melalui membrane, difusi oksigen dalam
membrane polimer.bahkan difusi tidakhanya terjadi pada skala mikro tetapi juga
skala makro, seperti difusi gas dalam galaksi (faedah,Siti Nur. 2017).

Makhluk hidup mengalami proses metabolisme, salah satunya adalah


transportasi. Seperti halnya manuasia tumbuhanpun memerlukan zat-zat dari luar
untuk kelangsungan hidupnya. Untuk itu dalam mewujudkan keserasian dalam
tubuh, setiap makhluk hidup perlu adanya sirkulasi zat. Dimana sirkulasi zat ini
terjadi dalam gerakan sitoplasma atau dalam bentuk difusi dan osmosis (Yahya,
2015).

Jika D.T.D. di dalam suatu sel lebih rendah dari pada D.T.D. larutan yang
ada disekitar sel, maka air akan meninggalkan sel sampai D.T.D. di dalam D.T.D.
di luar sel sama besar (kita anggap, bahwa larutan di luar sel itu tak terbatas).
Protoplas yang kehilangan air itu menyusut volumenya dan akhirnya dapat
terlepas dari dinding sel; peristiwa ini kita sebut plasmolisiss. Sel yang mengalami
plasmolisis biasanya dapat “disehatkan” lagi dengan memasukkannya di dalam air
murni. Sel dalam keadaan plasmolisis mempunyai D.T.D. dan T.O. yang tinggi,
sebaliknya T.T. menjadi negatif (Dwidejoseputro D, 1978).

Osmosi adalah difusi suatu pelarut (biasanya air) melalui membrane semi-
permiabel secara deferensial dari suatu cairan yang berkosentrasi tinggi ke cairan
yang berkosentrasi rendah. Transport aktif adalah gerakan ion dan molekul
melawan suatu perbedaan konsentrasi (gradient kosentrasi). Disebut aktif karena
sel-sel tersebut harus mempergunakan energy untuk transportasi melawan daya
difusi yang pasif (Yudiarti, 2004).

Zat-zat yang diperlukan melewati membran melalui transpor aktif dan


pasif.Tanspor aktif terjadi transpor zat dengan menggunakan energi dari sel.
Sedangkan tranportasi pasif trerjadi secara spontan dan tidak menggunakan
energi. Antara keduanya dalam tubuhh tumbuhan terjadi secara bergantian.
Tumbuhan mengambil zat-zat dari lingkungannya, sebagian dalam bentuk larutan
dan sebagian dalam bentuk gas CO2 dan O2 serta dalam bentuk ion garam-garam
mineral yang terlarut di dalam air (Yahya, 2015).
BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Biologi Dasar dilaksanakan pada hari jum’at, 30 November


2018. Pukul 14.00 WIB sampai selesai. Praktikum ini di lakukan di Laboratorium
Bioekologi, Program Studi Budidaya Perairan, Fkultas Pertanian, Universitas
Mataram.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1. Alat dan fusngsi

No Alat Fungsi
1. Gelas arloji Tempat untuk menimbang bahan yang
brsifat higroskopis.

2. Gelas ukur Sebagai alat untuk mengukur volume


cairan yang tidak memerlukan ketelitian
tinggi.
3. Timbangan anlitik Untuk mengetahui bobot/massa suatu
benda.

4. Gelas beker Wadah untuk menampung,


mencampurkan larutan.
5. Mikroskop Untuk melihat dan mengamati benda
benda yang berukuran sangat kecil.

6. Penggaris Untuk mengukur panjang kentang.

7. Pisau Untuk memotong bahan yg akan diamati.

3.2.2. Bahan dan fusngsi

No Bahan Fungsi
1. Kentang Sebagai bahan untuk diamati strukturnya.
2. Gula Sebagai bahan campuran aquades.
3. Daun rhoe Bahan untuk diamati epidermisnya.
4. Aquades Sebagai bahan pelarut.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1. Peristiwa osmosis pada sel kentang
1. Dibersihkan dan kupas kentang (jangan dibilas dengan air).

2. Dipotong kentang dengan ukuran 2x1 cm sebanyak 3 potong. Ketiga


potongan ini harus memiliki berat yang sama.

3. Disiapkan larutan gula 30% (A) dan 5% (B) dan tempatkan masing-
masing larutan dalam gelas kimia dengan volume masing-masing 20 mL.

4. Disiapkan juga aquades (C) dalam gelas kimia sebanyak 20 mL.

5. Dimasukkan potongan kentang secara bersamaan ke dalam masing-masing


larutan A, B, dan C.

6. Direndam potongan kentang selama 20 menit.

7. Diangkat dan letakkan potongan kentang di atas tissue.

8. Diamati kondisi potongan-potongan kentang tadi (keras, lunak, dll),


timbang kembali masing-masing potongan kentang tersebut, catatlah hasil
pengamatan (dalam tabel pengamatan) dan berikan penjelasan.

3.3.2. Peristiwa plasmolisis pada sel daun Rhoe discolor


1. Dibuat 3 irisan epidermis bawah daun R. discolor setipis mungkin

2. Dibuat larutan gula dengan konsentrasi 5% dan 30%

3. Diempatkan irisan epidermis tadi masing-masing dalam larutan gula 5%,


dan gula 30% selama 15 menit.

4. Diambil irisan epidermis tadi dan amati di bawah mikroskop kemudian


gambar sel yang nampak.

5. Diambil kembali kedua irisan epidermis tersebut dan rendam dalam air
biasa selama 15 menit.

6. Diambil kembali irisan epidermis tersebut dan amati di bawah mikroskop


kemudian gambar sel yang nampak.
7. Diatat perbedaan antara sel yang direndam dalam larutan gula dan sel yang
direndam dalam air biasa.

8. Dijelaskan peristiwa yang terjadi.


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

Tabel I sel kentang

Berat kentang Kondisi kentang


No Larutan Sebelum Sesudah Sebelum Sesuda
h
1. 30% 2,9 gram 31 gram Agak Keras
lembek
2. 5% 2,9 gram 31 gram Agak Keras
lembek
3. Aquades 2,9 gram 31 gram Halus dan Keras
ringan

Tabel II sel daun rhoe

Larutan gula
No Aquades (100 ml)
5% 30%
1.

No Dilarutkan aquades
1.

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan di atas, sebelum dimasukkan ke dalam larutan,


berat kentang sama-sama 2,9 gr. Setelah direndam ke dalam larutan selama 20
menit, berat kentang berubah, yaitu masing-masing 31 gr. Dan perubahan yang
terjadi sama pada masing-masing kentang dalam larutan yang berbeda.
Sedangkan dengan tekstur yang dimiliki kentang. Setelah perendaman, tekstur
kentang pada larutan gula 5% menjadi agak lembek. Tekstur kentang pada larutan
gula 30% kondisinya menjadi lembek. Sedangkan perendaman pada air aquades,
tekstur kentang menjadi keras.
Saat kentang direndam dalam larutan gula 30% dan 5% akan terjadi
perpindahan air secara osmosis dari sel-sel kentang keluar menuju ke larutan.
Perpindahan air ini terjadi karena sel-sel kentang hipotonis terhadap larutan gula
hal tersebut yang menyebabkan tekstur kentang berubah. Mengingat larutan dalam
kentang lebih pekat dari aquades, maka aquades masuk ke dalam sel-sel kentang.
Akibat masuknya air pada sel kentang membuat sel dalam keadaan turgid
(tekanan turgor tinggi). Inilah yang menyebabkan kentang menjadi keras.
Kentang yang direndam dalam larutan garam atau gula mengalami
osmosis dimana kandungan air dalam kentang lebih besar sehingga air cenderung
keluar yang menyebabkan berat kentang berkurang (hipertonis). Kentang yang
direndam dalam air biasa mengalami difusi dimana kandungan air yang ada di
luar kentang lebih besar sehingga air cenderung masuk dan menyebabkan berat
kentang bertambah (hipotonis). Apabila larutan gula dibuat makin pekat,
konsentrasinya semakin besar, maka kekurangan berat yang dialami oleh
potongan kentang itu akan semakin besar dan cepat karena perbedaan konsentrasi
zat semakin besar. Hal tersebut mengakibatkan air semakin cepat berpindah
dari,konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Osmosis merupakan difusi air melintasi membrane semipermeabel dari


daerah dimana air lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit . Tekanan
osmosis ditentukan oleh 4 faktor yaitu molaritas atau konsentrasi zat terlarut,
konstanta ionisasi, konstanta gas, dan temperatur absolut larutan. Dari data yang
didapat, dapat disimpulkan bahwa kentang yang mengalami penambahan berat
terjadi karena larutan bersifat hipotonis terhadap kentang.

5.2 Saran

Dalam praktikum sebaiknya praktikan dapat saling menghargai


kepentingan dan tujuan dalam praktikum agar praktikum dapat berjalan dengan
tertib.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka


Utama: Jakarta.

faedah,Siti Nur. 2017. Proses Difusi Mlekul KMnO4 atau CuSO4 Di dalam
Aquades dan Tekanan Osmotik Cairan Sel Daun Rhoe Discolor Dalam
LARUTAN Glukosa dengan Konsentrasi Yang Berbeda. Universitas Riau:
Pekanbaru.

Pratikno Herry.; Yudiarti Turrini.; Widiastuti, Endang. 2004. Buku Ajar Biologi.
Universitas Diponegoro: Semarang.

Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosi Antara Umbi Solonum Tuberosum
Dan Doucus Carota. Unigha Sigli: Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai