Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MIPA
KampusKetintang Surabaya - 60231
Telp. (031) 8296427 Fax (031) 8296427
website : www.fmipa.unesa.ac.id

PANDUAN PRAKTIKUM

KONSTANTA KESETIMBANGAN

No. PP/03/KIM-KF2

Nomor Revisi : 01
Tanggal Terbit : 18 Maret 2015

Disusun oleh : Disetujui oleh :

Nama Ir. Siti Tjahjani, M.Kes Nama Prof.Dr.Suyatno,M.Si


Jabatan Ketua Rumpun Kimia Fisika Jabatan Ketua Jurusan Kimia

Hanya salinan terkendali yang mendapatkan perbaikan,


Jika ada perubahan dokumen

Consulted by : PT. First Consulting Indonesia


1. TUJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui konstanta kesetimbangan suatu reaksi dan
memperhatikan bahwa konstanta kesetimbangan tidak bergantung pada konsentrasi awal
reaksi.

2. RUANG LINGKUP
Penentuan konstanta kesetimbangan suatu reaksi beserta faktor penentunya

3. DASAR TEORI
Pada reaksi kimia yang berlangsung bolak-balik seperti reaksi :
A + B  C + D dan C + D  A + B maka suatu kondisi tertentu akan terjadi suatu
keadaan di mana konsentrasi A, B, C, dan D selalu konstan, selama sistem tersebut tidak
diganggu. Pada keadaan demikian reaksi dalam sistem tersebut dikatakan dalam keadaan
setimbang. Perbandingan nilai konsentrasi produk dan reaktan pada keadaan setimbang dapat
dinyatakan dalam sebuah tetapan yang disebut tetapan kesetimbangan (Kc). Secara
matematis, harga Kc untuk reaksi berikut:
aA + bB  cC + dD

Dapat dinyatakan sebagai: Kc =


C c Dd
Aa Bb
Di mana [A], [B], [C], [D] adalah konsentrasi A, B, C, dan D pada keadaan setimbang.
Pengukuran A, B, C, D dalam sistem keadaan setimbang mempunyai banyak cara. Hal prinsip
yang harus diperhatikan saat pengukuran konsentrasi tersebut harus diupayakan dengan
metode yang tidak mengganggu kesetimbangan, yang menyebabkan pergeseran reaksi dan
konsentrasi yang akan diukur menjadi berubah.
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan tetapan kesetimbangan reaksi esterifikasi antara
asam asetat dan etanol dengan metode titrasi.

4. BAHAN
- NaOH 2 N
- Indikator PP
- Etanol absolut
- HCl 2 N
- Asam asetat

Consulted by : PT. First Consulting Indonesia


5. ALAT
ALAT UKURAN JUMLAH
Buret 50 mL 1
Pipet volum 5 mL 1
Erlenmeyer bertutup 250 mL 4

6. LANGKAH KERJA
Siapkan 4 buah Erlenmeyer bertutup dan masing-masing isi dengan campuran larutan dengan
komposisi seperti dalam tabel berikut:

Erlenmeyer HCl 2 N Etanol Asam asetat


ke- (mL) (mL) (mL)
1 5 1 4
2 5 2 3
3 5 3 2
4 5 4 1

Reaksi esterifikasi antara asam asetat dengan etanol akan mencapai keadaan setimbang
setelah reaksi berlangsung  1 minggu. Oleh karena itu setelah masing-masing Erlenmeyer
diisi campuran reaksi di atas segera tutup dan letakkan dalam penangas bertermostat pada
suhu kamar atau letakkan di ruang yang variasi temperaturnya kecil. Setelah tersimpan selama
 1 minggu (minimal 3 hari) lakukan langkah sebagai berikut:
1. Catat suhu ruang atau penangas tempat menyimpan campuran di atas.
2. Pipet 5 mL HCl 2 N (larutan blanko) dan titrasi dengan 2 N NaOH dan gunakan indikator
PP.
3. Titrasi masing-masing campuran (dalam 4 buah Erlenmeyer yang telah disimpan selama
 1 minggu) secara cepat dengan 2 N NaOH dan gunakan indikator PP.

4. Tentukan mol etanol absolut dan mol asam asetat berdasarkan data massa jenis dan kadar
(% kadar lihat di tabel botol).

Consulted by : PT. First Consulting Indonesia


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MIPA
KampusKetintang Surabaya - 60231
Telp. (031) 8296427 Fax (031) 8296427
website : www.fmipa.unesa.ac.id

PANDUAN PRAKTIKUM

KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

No. PP/02/KIM-KF2

Nomor Revisi : 01
Tanggal Terbit : 18 Maret 2015

Disusun oleh : Disetujui oleh :

Nama Ir. Siti Tjahjani, M.Kes Nama Prof.Dr.Suyatno,M.Si


Jabatan Ketua Rumpun Kimia Fisika Jabatan Ketua Jurusan Kimia

Hanya salinan terkendali yang mendapatkan perbaikan,


Jika ada perubahan dokumen

Consulted by : PT. First Consulting Indonesia


1. TUJUAN
- Menggambarkan kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair (fenol-air).
- Menentukan titik ekivalen pada kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair (fenol-
air).
- Menentukan fasa, komponen, dan derajat kebebasan suatu sistem kesetimbangan fase dua
komponen fase cair-cair (fenol-air).

7. RUANG LINGKUP
Penentuan titik ekivalen pada kesetimbangan dua komponen fase cair-cair beserta faktor-
faktornya

8. DASAR TEORI
Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fase (P) adalah keadaan
materi yang seragam di seluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya,
melainkan juga dalam keadaan fisiknya. Komponen (C) adalah spesies yang ada dalam
system, seperti zat terlarut dan pelarut dalam larutan biner.
Jika dua komponen ada dalam satu sistem, maka C = 2. Sementara itu derajat kebebasan (F)
= 4 – P, akan tetapi untuk penyederhanaannya dibuat supaya tekanan tetap (misalnya pada 1
atm) yang berarti menghabiskan satu derajat kebebasan, dan dapat menuliskan F = 3 – P
untuk varian sisanya. Salah satu derajat kebebasan ini adalah temperatur sementara yang lain
adalah komposisi (yang dinyatakan dengan fraksi mol suatu komponen). Oleh karena itu
dapat digambarkan kesetimbangan fase sistem pada diagram temperatur vs komposisi. Garis
vertikal dalam diagram menunjukkan sistem pada diagram temperatur vs komposisi dengan
komposisi yang sama pada temperatur yang berbeda atau disebut dengan isoplet (dari bahasa
Yunani untuk ‘jumlah sama’)

9. BAHAN
- Aquadest
- Fenol teknis
- Kertas millimeter

10. ALAT
No. Nama Alat Ukuran Jumlah

Consulted by : PT. First Consulting Indonesia


No. Nama Alat Ukuran Jumlah
Tabung reaksi
1 - 2
besar
2 - 2
Pengaduk
3 500 mL 1
Beaker glass
4 25 mL 1
Buret
5 - 1
Kaki tiga dan kasa
6 - 1
Pembakar spiritus
7 10 mL 2
Gelas ukur

11. LANGKAH KERJA


1. Masukkan air ke dalam beaker glass (± setengah volume total)
2. Didihkan air dalam beaker glass tersebut dengan pembakar spiritus.
3. Masukkan 10 mL aquadest ke dalam tabung reaksi besar A yang dilengkapi dengan
pengaduk dan termometer.
4. Masukkan 10 mL larutan fenol ke dalam tabung reaksi besar B yang dilengkapi dengan
pengaduk dan termometer.
5. Masukkan 2 mL larutan fenol (yang telah disiapkan di dalam buret) ke dalam tabung
reaksi besar A kemudian diaduk. Amati perubahan yang terjadi.
6. Masukkan 2 mL aquadest ke dalam tabung reaksi besar B kemudian diaduk. Amati
perubahan yang terjadi.
7. Masukkan tabung reaksi A dan B ke dalam beaker glass yang telah dididihkan airnya
(langkah no. 2).
8. Amati perubahan yang terjadi. Catat suhu pada saat terjadi perubahan menjadi jernih pada
tabung reaksi besar A sebagai t1A dan pada tabung reaksi besar B sebagai t1B
9. Angkat tabung reaksi besar A dan B dari beaker glass dan amati perubahan yang terjadi.
Catat suhu pada saat terjadi perubahan menjadi keruh pada tabung reaksi besar A sebagai
t2A dan pada tabung reaksi besar B sebagai t2B
10. Ulangi langkah 5 – 9 sampai tidak terjadi perubahan (tetap keruh) walau di masukkan ke
dalam beaker glass (air panas).

Consulted by : PT. First Consulting Indonesia


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MIPA
KampusKetintang Surabaya - 60231
Telp. (031) 8296427 Fax (031) 8296427
website : www.fmipa.unesa.ac.id

PANDUAN PRAKTIKUM

ENTROPI SISTEM
No. PP/01/KIM-KF2

Nomor Revisi : 01
Tanggal Terbit : 18 Maret 2015

Disusun oleh : Disetujui oleh :

Nama Ir. Siti Tjahjani, M.Kes Nama Prof.Dr.Suyatno,M.Si


Jabatan Ketua Rumpun Kimia Fisika Jabatan Ketua Jurusan Kimia

Hanya salinan terkendali yang mendapatkan perbaikan,


Jika ada perubahan dokumen

Consulted by : PT. First Consulting Indonesia


1. TUJUAN
Mempelajari perubahan entropi sistem pada beberapa reaksi.

12. RUANG LINGKUP


Identifikasi perubahan entropi system beserta faktor-faktornya pada beberapa reaksi

13. DASAR TEORI


Wujud zat digolongkan ke dalam tiga macam yaitu padat, cair dan gas. Keteraturan
susunan partikel ketiga macam zat tersebut berturut – turut untuk zat padat paling teratur
sedang zat cair kurang teratur dan gas paling tidak teratur. Ukuran ketidakaturan suatu
sistem dinyatakan dengan entropi dengan simbol S. Semakin tidak teratur suatu sistem
berarti semakin besar entropinya. Perubahan entropi suatu sistem (Δ S) dapat ditentukan
secara kualitatif maupun kuantitatif.
Bila suatu sistem berubah dari keadaan teratur menjadi kurang teratur dikatakan perubahan
entropi positif, sebaliknya jika sistem berubah dari kurang teratur menjadi teratur
dikatakan perubahan entropi negatif.
Besarnya perubahan entropi dapat dihitung melalui persamaan

dq rev
dS =
T
sehingga
dqrev
S =  T

Consulted by : PT. First Consulting Indonesia


14. BAHAN
- NaOH padat
- NH4Cl
- Ba(OH)2
- KNO3 padat
- Aquades
- Larutan HCl 0,1 M
- Logam Mg

15. ALAT
ALAT UKURAN JUMLAH
Tabung reaksi - 3
Termometer 0-1000C 1
Spatula - 1
Tempat Rol Film - 2
Plastik 10 mL 1
Gelas ukur

16. LANGKAH KERJA


1. Isi tiga tabung reaksi berturut-turut 10 mL air, 10 mL air dan 5 mL larutan HCl 0,1 M
kemudian ukur suhunya dan catat. Selanjutnya ke dalam tabung pertama dan kedua
masukkan berturut-turut setengah sendok spatula NaOH padat, KNO3 padat yang
sudah ditimbang. Tabung ketiga isi dengan beberapa potong logam Mg yang sudah
ditimbang. Kocok ketiga tabung sehingga semua larut dan ukur suhunya.
2 Ke dalam kotak plastik tempat rol film masukkan satu sendok spatula Ba(OH)2 padat
dan setengah sendok spatula NH4Cl padat yang sudah ditimbang, ukur suhunya. Tutup
kotak tersebut dan kocok agar bercampur sempurna. Selanjutnya buka tutup dan cium
bau gas yang terjadi. Ukur suhunya dan catat.

Consulted by : PT. First Consulting Indonesia

Anda mungkin juga menyukai