SKRIPSI
oleh
ROFIN MAWAN PURBA
3450407107
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi Pada :
Hari :
Tanggal :
Yang mengajukan
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
ii
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
sidang panitia Ujian Skripsi Fakultas Hukum Universitas Negeri semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Panitia :
Ketua Sekretaris
Penguji Utama
Penguji I Penguji II
iii
iv
PERNYATAAN
hasil karya dan pemikiran saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis atau hasil
pemikiran dari orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
iv
v
Persembahan
Skripsi ini saya persembahkan buat Ibu saya
tercinta Sy. E. br Saragih dan Alm. Ayah saya J.
Purba.
Juga saya persembahkan buat abang Sertu
Riswando Purba yang selalu menyemangati saya
selama studi.
Saya persembahkan juga untuk kakak saya Ratna
Widara Purba yang selalu memberi motivasi
kepada saya.
Saya persembahkan juga untuk Lae Japorman
Sinaga yang selalu mendukung dan
menyemangati saya selama perkuliahan.
Juga saya persembahkan kepada Oppung, Tulang,
Tante, dan semua keluarga yang selalu
mendoakan saya.
Skripsi ini saya persembahkan untuk Almamater
saya UNNES.
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis Panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu
jadi motivator utama dalam hidup penulis. Karena kasih setia serta rencana-Nya
salah satunya adalah Hiou. Hiou ini merupakan bagian dari Hak Cipta sesuai
dengan Pasal 12 (i) Undang Undang No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Skripsi ini tidak dapat tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dengan kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat
Semarang.
Semarang.
vi
vii
kepada Ibu.
Semoga bekal ilmu dari bapak ibu dapat penulis aplikasikan bagi
masyarakat.
ucapkan.
vii
viii
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
terselesaikan.
Penulis
viii
ix
ABSTRAK
Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak
Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya, Motif batik
mendapatkan perlindungan Hak Cipta, di Sumatera Utara juga terdapat kain
tenunan yaitu Hiou. Berbagai upacara adat seperti pernikahan, kelahiran, kematian
dan ritual lainnya tak pernah terlaksana tanpa hiou. Soal warna, kain hiou selalu
didominasi tiga warna yaitu merah, hitam dan putih.
Permasalahan dalam skripsi ini: 1. Bagaimana perlindungan hukum
terhadap Motif Hiou Simalungun menurut Undang Undang nomor 19 tahun 2002
tentang Hak cipta? 2. Motif Hiou yang masih beredar di masyarakat sampai
dengan sekarang? 3. Faktor penyebab masyarakat Simalungun belum
mendaftarkan Ciptaan motif Hiou di kabupaten Simalungun? 4. Upaya
Pemerintah Daerah untuk melestarikan Budaya Simalungun mengenai Hiou?
Penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif analitis, menggunakan
pendekatan yuridis empiris, alat pengumpulan data yaitu wawancara, observasi,
dokumentasi dan studi kepustakaan.
Pengaturan mengenai Hiou Batak dalam Undang-Undang Nomor. 19
tahun2002 tentang Hak Cipta adalah terdapat pada Pasal 12 ayat (1) huruf i yaitu
dalam ruang lingkup seni batik, karena Hiou adalah kain tenun khas Simalungun
dapat Disamakan dengan pengertian seni batik. Adapun upaya orang Simalungun
untuk melindungi hak cipta terhadap motif Hiou adalah sebagai berikut: 1.
Mendaftarkan motif Hiou baru yang ditemukan; 2. Lebih meningkatkan mutu Hiou
Simalungun; 3. Menyesuaikan jenis dan motif hiou agar sesuai dengan
perkembangan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas,dapat diambil kesimpulan: Faktor
penyebab masyarakat Simalungun belum mendaftarkan ciptaan motif hiounya
adalah sebagai berikut: 1. Ketidaktahuan pengrajin partonunan Hiou mengenai
Undang Undang Nomor. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta; 2. Belum adanya
kesadaran hukum dari pihak pengrajin partonunan Hiou, akan motif baru yang
ditemukannya; 3. Tidak adanya perhatian serius dari aparatur pemerintahan yang
terkait megenai pendaftaran hak cipta atas motif Hiou; 4. Belum pesatnya
perkembangan penciptaan terhadap motif hiou baru. Saran: Kepada pengrajin
partonunan hiou yang telah menemukan suatu motif atau corak hiou yang baru
ix
x
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul................................................................................... i
Persetujuan Pembimbing................................................................... ii
Pernyataan ......................................................................................... iv
Abstrak ............................................................................................ ix
xi
xii
xii
xiii
Lampiran.
xiii
xiv
Daftar Bagan
xiv
xv
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Penggunaan Hiou .......................................................................... 47
Tabel 4.1 Pengusaha Kerajinan Hiou ............................................................ 103
Tabel 4.2 Tenaga Kerja, Kapasitas Produksi dan Pendapatan ...................... 104
Tabel 4.3 Pengetahuan pengrajin Tentang Undang Undang Hak Cipta ....... 105
xv
xvi
Daftar Gambar
Gambar 4.1 Ragi Idup ................................................................................... 84
Gambar 4.2 Ragi Sapot ................................................................................. 85
Gambar 4.3 Ragi Panei ................................................................................. 86
Ganbar 4.4 Si ipput ni hirik .......................................................................... 87
Gambar 4.5 Batu Jala .................................................................................... 88
Gambar 4.6 Mangiring .................................................................................. 89
Gambar 4.7 Sitoluntuho ................................................................................ 90
Gambar 4.8 Hatirongga ................................................................................. 91
Gambar 4.9 Tampunei ................................................................................... 92
Gambar 4.10 Tapak Satur ............................................................................. 93
Gambar 4.11 Bulang ..................................................................................... 94
Gambar 4.12 Suri-suri ................................................................................... 95
Gambar 4.13 Ragi Hotang............................................................................. 96
Gambar 4.14 Simangkat-angkat .................................................................... 97
Gambar 4.15 Bintang Maratur ...................................................................... 98
Gambar 4.16 Gotong ..................................................................................... 99
Gambar 4.17 Alat tenun Tradisional ............................................................. 99
Gambar 4.18 Alat tenun Tradisional Semi Mesin ......................................... 101
xvi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
ini pada tahun 1982 yaitu dengan terbitnya Undang Undang Nomor 6 Tahun
1982 tentang Hak Cipta. Terbitnya Undang Undang Nomor 6 Tahun 1982
tentang hak cipta ini membuka wawasan dan kesadaran bangsa untuk
sehingga tahun 1987 terbit Undang Undang Nomor 7 Tahun 1987, Undang
Tahun 2002.
1
2
Pada huruf (i) dinyatakan bahwa ciptaan yang dilindungi dalam bidang
ilmu pengetahuan, seni dan sastra termasuk didalamnya seni batik. Seni
batik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Hiou. Hiou adalah batik
Utara.
Kemunculan Undang Undang Hak Cipta ini dari hari kehari kian
yang dihasilkan dalam putaran akhir Uruguay dalam rangka pendirian WTO.
ekonomi masyarakat.
suatu ciptaan, sesuai penggunaan Persetujuan TRIPs dan WTO (yang secara
Bern). Secara umum, hak moral mencakup hak agar ciptaan tidak diubah
atau dirusak tanpa persetujuan, dan hak untuk diakui sebagai pencipta
ciptaan tersebut.
2002 adalah salah satu bukti adanya pengaruh tersebut. Indonesia harus
Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak
dimaksud dengan "hak eksklusif" dalam hal ini adalah bahwa hanya
sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut
manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait dan hak moral (moral
rights) yaitu hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat seseorang
karyanya.
Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak
moral". Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta
atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan
alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan Contoh
walaupun misalnya hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk
dimanfaatkan pihak lain. Hak moral diatur dalam Pasal 24–26 Undang
(mengadaptasi ciptaan),
Yang dimaksud dengan "hak eksklusif" dalam hal ini adalah bahwa
hanya pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut,
sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut
itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula "hak terkait", yang
berkaitan dengan hak cipta dan juga merupakan hak eksklusif, yang dimiliki
oleh pelaku karya seni (yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya),
disiarkan oleh mereka masing-masing (UU 19/2002 Pasal 1 butir 9–12 dan
bab VII). Sebagai contoh, seorang penyanyi berhak melarang pihak lain
pewarisan atau perjanjian tertulis (UU 19/2002 Pasal 3 dan 4). Pemilik hak
tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu (UU 19/2002 bab V).
Perkecualian hak cipta dalam hal ini berarti tidak berlakunya hak
eksklusif yang diatur dalam hukum tentang hak cipta. Contoh perkecualian
7
hak cipta adalah doktrin fair use atau fair dealing yang diterapkan pada
hal diatur sebagai dianggap tidak melanggar hak cipta (Pasal 14–18).
sumbernya disebut atau dicantumkan dengan jelas dan hal itu dilakukan
kurangnya nama pencipta, judul atau nama ciptaan, dan nama penerbit jika
ada.
bagi pencipta atau pemegang hak cipta, dan timbulnya perlindungan suatu
ciptaan dimulai sejak ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena
hari terhadap ciptaan. Sesuai yang diatur pada bab IV undang-undang hak
Hukum dan HAM. Pencipta atau pemilik hak cipta dapat mendaftarkan
pendaftaran hak cipta dikenakan biaya (UU 19/2002 Pasal 37 ayat 2).
kantor maupun situs web Ditjen HKI. "Daftar Umum Ciptaan" yang
mencatat ciptaan-ciptaan terdaftar dikelola oleh Ditjen HKI dan dapat dilihat
oleh setiap orang tanpa dikenai biaya. Namun sayangnya kelahiran Undang
Undang No. 19 tahun 2002 ini ternyata tidak diiringi dengan semangat
perlindungan terhadap hak cipta itu sendiri selain karena sosialisasi yang
terutama tehadap seni batik, hal itu dibuktikan dengan keengganan para
pegusaha batik untuk mendaftarkan hak cipta atas batiknya karena maraknya
melalui merek dagang dan khusus terhadap motif dan teknik yang
cipta motif batik Indramayu. Langkah ini merupakan terobosan baru dan
batik tradisional Indonesia yang tidak diketahui lagi penciptanya dan sudah
dan HAM guna mendapatkan perlindungan hukum. Oleh karena itu, menjadi
selayaknya hak cipta atas seni batik ini mendapatkan perhatian yang serius.
yang telah memiliki hak cipta bagi budaya tradisional yang sebenarnya
adalah milik bangsa Indonesia. Sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (2)
berdasarkan standar dan nilai-nilai yang diucapkan atau diikuti secara turun-
pengetahuan, seni dan sastra, maka penerapan Undang Undang HKI menjadi
yang bila dihubungkan dengan nilai-nilai budaya yang tumbuh, dan hukum
ketentuan mengenai hak cipta merupakan hasil adopsi dari hukum asing
menghadapi globalisasi tetapi pada kondisi lainnya seperti kondisi sosial dan
HKI-nya. Situasi ini perlu segera disadarkan dan diberi pemecahannya. Oleh
kepentingan nasional.
termasuk seni batik melalui upaya-upaya yang bersifat nyata, karena sesuai
dengan apa yang dimanfaatkan oleh Pasal 10 ayat (1) Undang Undang No.
19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta bahwa negara memegang hak cipta atas
No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta tersebut dapat diartikan yang paling
banyak manfaat. Motif batik yang mendapatkan perlindungan hak cipta. Jika
Sumatera Utara juga terdapat kain tenunan, yang mana kain tenunan tersebut
merupakan kain khas suku Batak terutama Batak Simalungun yaitu Hiou.
Bagi masyarakat Batak, Hiou mempunyai fungsi dan arti yang sangat
Ritual lainnya tak pernah terlaksana tanpa Hiou. Soal warna, kain Hiou
selalu didominasi tiga warna yaitu merah, hitam, dan putih. Sementara motif
yang sering di tampilkan dalam desain Hiou adalah Ragi Hidup, Ragi Pane,
Pada saat ini Hiou sudah mulai diminati oleh masyarakat di luar Suku
Batak Simalungun, buktinya banyak Hiou telah dipakai sebagai bahan baku
untuk pembuatan baju dan jas. Bahkan khusus untuk motif Ragi Idup yang
banyak disenangi oleh warga negeri Sakura, yang mana hasil karya tenunan
untuk konsumen lokal, produk yang banyak dicari adalah baju atau souvenir
seni dan sastra. Termasuk di dalam lingkup yang dilindungi adalah karya
cipta seni batik. Untuk itu, Undang Undang Hak Cipta menyaratkan adanya
pendaftaran atas suatu karya cipta yang dilaksanakan oleh Ditjen HKI
pentingnya pendaftaran hak cipta bagi karya seni batik terutama Hiou
Cipta terhadap karya seni batik terutama Hiou yang terdapat di Kabupaten
Kabupaten Simalungun?
secara praktis maupun teoritis. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat
mengenai hak cipta atas motif Hiou Batak. Selain itu penelitian ini
hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pendaftaran Hak
teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbang saran dalam ilmu
16
perlindungan hak cipta atas motif Hiou Batak Simalungun. Adapun kegunaan
Simalungun.
menjadi lima Bab. Sistematika yang digunakan dalam penulisan ini adalah:
Bab 1. Pendahuluan
yang dipakai untuk penelitian dalam penulisan ini, yaitu meliputi: Sejarah
Cipta
Pada Bab ini akan dibahas secara sederhana tentang jenis data yang
dikumpulkan serta teknik atau cara yang dipakai dalam pengumpulan data
pelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data dan analisis
Data.
Bab 4. Pembahasan
yang diangkat dalam skripsi ini yaitu: Bagaimana perlindungan hukum atas
motif Hiou Batak Simalungun dalam Undang Undang Nomor 19 tahun 2002
Tentang Hak Cipta, Mengidentifikasi Motif Hiou yang masih ada beredar di
Di dalam bab lima ini akan ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian
merupakan suatu kristalisasi dari semua yang telah terurai dalam bab-bab
sebelumnya.
19
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
mengatakan, tidak diperoleh keterangan yang jelas tentang asal usul kata
Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas suatu
benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari
pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda
merupakan bagian dari benda, benda tidak berwujud. Benda dalam kerangka
benda berwujud dan benda tidak berwujud. Untuk hal itu dapatlah dilihat
ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik”.
19
20
1. Patent (Paten).
sebutan asal)
oleh para pakar dari Negara yang menganut sistem hukum Anglo Saxon,
ditambah lagi beberapa bidang lain yaitu: trade secrets, service mark, dan
1. Patent
2. Utility Models
3. Industrial Designs
4. Trade secrets
5. Trade mark
6. Service marks
8. Appellation of origin
9. Indications of origin
ditambahkan yakni:
masa itu, bidang hak kekayaan intelektual mendapat pengakuan baru 3 (tiga)
bidang hak kekayaan intelektual, yaitu bidang Hak Cipta, Merek dagang dan
S.1911-33, S.1922-54).
bagi mereka itu tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi
semua orang Eropa lainnya, (c) semua orang Jepang, (d) semua
orang yang berasal dari tempat lain yang dinegaranya tunduk pada
Indonesia Asli, yang tidak beralih masuk golongan lain, yang telah
Indonesia
Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dan Peraturan pemerintah Nomor
disusul dengan Undang Undang Hak Cipta pada tahun 1982, dan Undang
Dengan demikian, sejak tahun 1961 s.d 1999, yang berarti selama 54
tahun sejak Indonesia merdeka, bidang hak kekayaan intelektual yang telah
(tiga) bidang, yaitu merek, hak cipta, dan paten. Adapun 4 (empat) bidang
Dagang, Desain Industri, serta Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, baru
Dagang, Undang Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Tata Letak Sirkuit
Industri.
tahun 2000
penemuan mesin ini oleh Gutenberg, proses untuk membuat salinan dari
sebuah karya tulisan memerlukan tenaga dan biaya yang hampir sama
yang bertujuan untuk membatasi hak cipta yang dipegang oleh penerbit dan
26
pertama.
hak cipta (Kopijregt) tetap berada pada penerbit, baru dengan undang-
undang hak cipta tahun 1881 hak khusus pencipta (uitsuitendrecht van de
pengakuan formal dan materiil. Dalam tahun 1886 terciptalah konvensi Bern
untuk perlindungan karya sastra dan seni, suatu pengaturan yang modern di
bidang hak cipta. Kehendak untuk ikut serta dalam Konvensi Bern,
untuk menjual karya cetak. Baru ketika peraturan hukum tentang copyright
mulai diundangkan pada tahun 1710 dengan Statute of Anne di Inggris, hak
tidak dapat mengatur penggunaan karya cetak tersebut setelah transaksi jual
beli berlangsung. Selain itu, peraturan tersebut juga mengatur masa berlaku
kemudian setelah itu karya tersebut menjadi milik umum. Bern Convention
for the Protection of Artistic and Literary Works ("Konvensi Bern tentang
Perlindungan Karya Seni dan Sastra" atau "Konvensi Bern") pada tahun
1886 adalah yang pertama kali mengatur masalah copyright antara negara-
27
kepada karya cipta, dan pengarang tidak harus mendaftarkan karyanya untuk
dan budaya yang sangat kaya. Hal itu sejalan dengan keanekaragaman etnik,
nasional yang perlu dilindungi. Kekayaan seni dan budaya itu merupakan
salah satu sumber dari karya intelektual yang dapat dan perlu dilindungi oleh
undang-undang.
pada tahun 1982 yaitu pada saat Undang Undang Nomor 6 Tahun 1982
Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara 1987 Nomor 42 dan
mewujudkan iklim yang lebih baik bagi tumbuh dan berkembangnya gairah
dan dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat pada umumnya dan minat
pada tahun 1997 dengan berlakunya Undang Undang Nomor 12 Tahun 1997
Undang Undang Hak Cipta sebelumnya. Akhirnya, pada tahun 2002, Undang
Undang Hak Cipta yang baru telah diundangkan yaitu Undang Undang
Indonesia.
di Bandung tahun 1951 oleh Prof. St. Moh. Syah, S.H. (H. OK. Saidin,
merupakan itu sendiri terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auters Rechts.
kesan ”penyempitan” arti, seolah-olah yang dicakup oleh hak pengarang itu
hanyalah hak dari pengarang saja, atau yang ada sangkut pautnya dengan hak
30
pengarang. Sedangkan istilah hak cipta itu lebih luas, dan ia mencakup juga
tentang karang-menarang. Lebih jelas batasan pengertian ini dapat kita lihat
dalam Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Hak Cipta 2002. Menurut ketentuan
ini, Hak cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau pemegang hak cipta
terlihat bahwa hak cipta ini diberikan kepada yang berhak sah, yaitu
Pencipta, tidak kepada pihak lain. Oleh karena itu, Pencipta memiliki hak
hak tunggal daripada pencipta, atau hak dari yang mendapatkan hak tersebut,
dari karya yang dilindungi perjanjian ini. Jika dicermati batasan pengertian
31
yang diberikan oleh ketiga ketentuan diatas maka hampir disimpulkan bahwa
yang terkandung dalam rumusan pengertian hak cipta yang termuat dalam
2. Hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun, dan dengan jalan apa
Perkataan Hak Cipta itu sendiri terdiri dari 2 kata yaitu hak dan cipta,
kata ”hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah milik kepunyaan,
angan-angan yang kreatif karena itu, hak cipta berkaitan dengan erat dengan
intelturalita manusia itu sendiri berupa hasil kerja otak. Tingkat kemampuan
intelektualita yang bernilai. Hal ini menyebabkan hak cipta itu diberikan
Hak cipta ini hanya diberikan terhadap ciptaan yang berwujud atau
dan sebagainya hukum hak cipta tidak melindungi ciptaan yang masih berupa
ide (idea). Supaya mendapat perlindungan hak cipta, suatu ide perlu
menulis suatu buku dengan judul, organisasi, dan materi tertentu, kemudian
dengan sistem perlindungan paten dan rahasia dagang yang melindungi ide.
kesenian dan kesusasteraan. Hal ini tentunya berbeda dengan paten yang
daripada ilmu pengetahuan, yaitu terbatas pada ilmu pengetahuan yang dapat
pengetahuan terapan.
2002 menggunakan istilah ”hak eksklusif” bagi pencipta. Jika kita lihat
penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang Undang Hak Cipta 2002, yang
dimaksudkan dengan hak ekesklusif dari pencipta adalah hak yang semata-
33
mata diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang
ada pihak lain” di atas mempunyai pengertian yang sama dengan hak tunggal
yang menunjukkan hanya pencipta saja yang boleh melakukan HKI itu.
Istilah hak “khusus” seperti terdapat dalam Undang Undang Hak Cipta
eksklusif bagi pencipta (atau pemegang hak cipta) adalah hak “untuk
2005:116)
Hak cipta di Indonesia juga mengenal konsep "hak ekonomi" dan "hak
moral". Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas
ciptaan, sedangkan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta
atau pelaku (seni, rekaman, siaran) yang tidak dapat dihilangkan dengan
alasan apa pun, walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan contoh
walaupun misalnya hak cipta atas ciptaan tersebut sudah dijual untuk
Hak moral diatur dalam Pasal 24 dan 25 Undang Undang Hak Cipta.
Dalam ketentuan itu disebutkan bahwa:
34
diserahkan atau dialihkan kepada pihak lain atau telah berakhir masa
kebendaan lainnya. Jika dalam hak milik atas tanah misalnya, seorang
pemegang hak milik atas tanah yang namanya tercantum dalam akte hak
haknya kepada pemilik terakhir tersebut dan sekaligus dalam akte hak milik,
nama tercantum sebagai pemegang hak adalah pihak yang terakhir ini.
pendaftaran hak cipta Auteurswet 1912 tidak ada sama sekali mencantumkan
perkumpulan importir di Batavia dahulu, advis beliau ada dua jenis cara atau
berarti bahwa hak atas ciptaan baru terbit karena pendaftaran yang telah
menurut undang-undang bahwa orang yang hak ciptanya terdaftar itu adalah
Dalam stelsel konstitutif letak titik berat ada tidaknya hak cipta
hak cipta itu diakui keberadaannya secara de jure dan de facto, sedangkan
pencipta terhadap hak yang didaftarkan itu, sampai orang lain dapat
kecuali sudah jelas ada pelanggaran hak cipta. Sikap pasif inilah yang
pendaftaran deklaratif. Hal ini dikuatkan pula oleh Pasal 36 Undang Undang
umum ciptaan tidak mengandung arti sebagai pengesahan atas isi, arti,
maksud atau bentuk dari ciptaaan yang didaftarkan”. Pendaftaran hak cipta,
36
(sebagai pemilik) karya cipta tersebut. Ketentuan ini sangat penting. Boleh
jadi sebagian kecil dari karya cipta itu benar hasil ciptaannya, tetapi sebagian
yang lain ”dicaplok” atau ditiru dari karya cipta orang lain.
sikap pasif ini bukan berarti diperkenalkan untuk mendaftarkan hak cipta
orang lain yang sudah didaftarkan terlebih dahulu, jika Kantor Hak Cipta
menemukan hal semacam itu, pendaftaran hak cipta itu tetap akan ditolak.
tidaknya hak cipta itu melalui pendaftaran. Tanpa didaftarkanpun hak cipta
itu tetap diakui secara juridis, namun kelak jika ada yang menuntut
keadaan seperti ini sertifikat hak cipta yang telah diterbitkan dapat saja
dibatalkan. Lihat Pasal 30 Undang Undang Hak Cipta. Bahkan menurut Prof.
Mariam Darus (H. OK Saidin, 2004:92), pendaftaran itu tidak hanya semata-
mata mengandung arti untuk memberikan alat bukti yang kuat, akan tetapi
umum ciptaan yang dapat dilihat oleh setiap orang. Pendaftaran ini tidak
mengenai ciptaan yang tidak didaftarkan akan lebih sukar dan lebih
Untuk itu pemegang hak cipta dapat mengajukan gugatan ganti rugi,
Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa, ”Kecuali terbukti sebaliknya, yang
dianggap sebagai pencipta adalah orang yang namanya disebut dalam ciptaan
atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu ciptaan”. Hal yang penting lagi
oleh pencipta atau si pemegang hak kepada Ditjen HKI dengan surat rangkap
dua dan ditulis dalam Bahasa Indonesia dan disertai biaya pendaftaran dan
contoh ciptaan atau penggantinya demikian bunyi Pasal 37 ayat (2) Undang
Undang Hak Cipta Indonesia. Karena Undang Undang Hak Cipta Indonesia
ini berlaku juga terhadap ciptaan orang bukan Warga Negara Indonesia dan
Badan Asing maka, pernyataan surat permohonan harus ditulis dalam bahasa
Indonesia menjadi penting artinya. Tidak begitu jelas apa alasan pembuat
Indonesia. Tentu saja ini dimaksudkan demi kepastian hukum dan tidak ada
ciptaan antara lain; nama pencipta dan pemegang hak cipta, tanggal
Pasal ini menyebutkan ”antara lain” itu berarti tidak terbatas pada yang
untuk memuat hal-hal lain yang dianggap perlu yang dicatatkan dalam daftar
umum ciptaan tersebut. Sesuai dengan sifatnya, hak cipta ini dapat beralih
dan dialihkan maka, pemilih hak cipta itu juga dapat berubah-ubah atau
berpindah. Itu akan menyebabkan dalam daftar umum ciptaan akan berubah
nama, alamat dan sebagainya. Perubahan ini akan dicatat dalam Berita Resmi
39
Ciptaan. Ketentuan untuk ini diatur dalam Pasal 41 dan 43 Undang Undang
dalam Berita Resmi Ciptaan oleh Ditjen HKI harus pula diubah, demikian
yang diisyaratkan oleh Pasal 43 ayat (2). Satu hal yang perlu dicatat dalam
pemindahan hak atas pendaftaran ciptaan didaftar dalam satu nomor hanya
kepada penerima hak. Maksudnya tidak boleh sebagian saja dari ciptaan yang
dialihkan itu harus totalitas, utuh dan tidak boleh dipecah-pecah Demikian
orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai pencipta atau
pemegang hak cipta. Kedua, karena lampau waktu yaitu setelah 50 tahun
Ketiga, karena dinyatakan batal oleh putusan pengadilan negeri yang telah
pengakuan secara de jure antara hak dengan bendanya. Namun patut dicatat,
pendaftaran tidak merupakan suatu keharusan untuk terbitnya Hak Cipta. Ini
ditulis dalam bahasa Indonesia diatas kertas polio berganda. Dalam surat
Hal ini dapat terjadi bila ciptaan itu telah dialihkan kepada pihak lain,
misalnya kepada penerbit (untuk buku dan karya ilmiah lainnya) atau kepada
produser untuk karya rekaman lagu atau musik atau juga sinematografi.
Pihak lain itu bisa siapa saja tergantung kepada siapa hak cipta itu dialihkan
Jenis dan judul ciptaan harus sesuai dengan ketentuan Pasal 12 UHC
musik, karya pertunjukan dan lain sebagainya yang tercakup dalam karya
berikut:
5. Uraian ciptaan;
Setelah dimuat dalam daftar umum ciptaan, hak cipta yang telah
5. Uraian ciptaan;
6. Nomor pendaftaran;
7. Tanggal pendaftaran;
pembatalan;
ciptaan
Umum Ciptaan
Pem
IP
o
T
h
E
Bukti o
Permintaa SE K
Per nn
N
mo Pendaf I
ho taran S
na Ditjen A
n H S
KI T
R
Peme A
ri
k Tidak
Or
sa O
i
a ris
s
n in
Di i Ditoal
nd
l
aa
a
lf
k
44
khas Batak dengan pola dan ukuran tertentu yang digunakan untuk
masyarakat Batak pada abad 14 sejalan dengan masuknya alat tenun dari
Batak belum mengenal Hiou. Dan dengan demikian belum juga ada budaya
yang sering dilakukan masyarakat Batak pada acara-acara adat. Jadi dapat
dikatakan Hiou adalah hasil peradaban masyarakat batak pada kurun waktu
tertentu. Hiou Batak diberi nama berdasarkan besar dan kecilnya Hiou, dan
Hiou, yaitu:
1. Ragi idup
2. Ragi sapot
3. Ragi panei
5. Batu jala
8. Hatirongga
9. Tampunei
Dahulu ada tiga unsur yang essensial untuk dapat hidup, yaitu: darah,
nafas dan panas (kepanasan). Tentang darah dan nafas orang batak dahulu
tidak perlu dicari. Tetapi panas (kepanasan) lain halnya. Panas matahari tidak
cukup, daerah-daerah tempat diam suku Batak dahulu adalah tanah tinggi jauh
Matahari, api dan Hiou. Dari ketiga sumber kehangatan tersebut Hiou
1. Matahari
2. Api
kita harus berjaga-jaga terhadap bahaya api padahal kita perlu tidur.
Oleh karena itu api bukanlah sarana penghangat tubuh yang efektif.
3. Hiou
Berbeda dengan Hiou dalam hal ini adalah kain sarung, apabila kita
kita dan hangatlah tubuh kita. Karena itu penting sekali Hiou
antara seseorang dan orang lain, seperti yang tercantum dalam filsafat batak.
Pada mulanya fungsi Hiou adalah untuk menghangatkan badan, tetapi kini
Hiou memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam segala aspek
kehidupan orang batak. Hiou tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang
sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda tertentu. Di
orang batak, jiwa (tondi) pun perlu dihioui, sehingga kaum lelaki yang
pemberi Hiou adalah orangtua kepada anak- anaknya, dan tondong kepada
boru. Dalam hal manghioui, ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain orang
boleh manghioui orangtua. Hiou terdiri dari berbagai jenis dan motif yang
bagaimana. Berbagai jenis Hiou yang umum dikenal yaitu : ragi hidup, ragi
keterampilan dalam menenun hiou. Disisi lain hiou tetap dibutuhkan dalam
yang sudah ditenun atau diproduksi oleh mesin. Hiou yang sudah ditenun
atau diproduksi mesin tersebut dapat dibeli di dalam pasar yang ada di
yang mana antara yang satu dan lainnya memiliki makna tersendiri. Begitu
pula dalam hal pengunaannya, Hiou Simalungun harus sesuai dengan jenis
dan acara yang dihadiri oleh penguna Hiou. Adapun dalam garis besar adat
gadis.
yang tidak ditinggalkan oleh adat adalah menyerahkan kain adat Batak
49
yaitu dari pihak tondong (orang tua si pengantin wanita) kepada kedua
kepada anak boru (pihak penerima gadis) dalam hal ini kepada orang
Apabila ajal sudah datang tidak ada seorangpun yang dapat menghindar
yang sudah berkeluarga apalagi sudah mempunyai anak dan cucu, maka
biasanya bisa berlangsung selama satu minggu atau lebih, hal itu
keluarga yang mampu dan berada, maka dipukul pula gendang sebagai
BAB 3
METODE PENELITIAN
hukum adalah kaedah, norma, bukan peristiwa, perilaku dalam arti fakta.
Penelitian ini bersifat deskriptif analistis, artinya bahwa penelitian ini termasuk
Simalungun.
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan
51
52
Metode ini lebih peka dan lebih menyesuaikan diri dengan banyak
(Moleong, 2006:9).
Sumatera utara.
Indonesia.
3.3.1 Responden
fakta atau pendapat (Arikunto 2006 : hal 145). Dalam penelitian ini
53
3.3.2 Informan
janji, patuh pada peraturan suka bicara tidak termasuk salah satu
merupakan sumber data utama atau primer (Moleong 2006 : 157 ). Sumber
data ini dicatatan tertulis yang dilakukan melalui wawancara yang diperoleh
kata atau tindakan sebagai sumber dan utama, data tambahan seperti dokumen
bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber
buku dan manalah ilmiah, sumber data arsip, dokumen pribadi dan dokumen
resmi. Data sekunder atau data tertulis yang digunakan dalam penelitian
berupa:
3.5.1 Wawancara
Hiou, serta Kasi Industri Kecil dan Kerajinan di Dinas Perindustrian dan
Dalam penelitian ini keseluruhan objek yang akan diteliti adalah para
3.5.2 Observasi
yang terjadi, orang yang terlibat didalam kegiatan, waktu kegiatan dan
makna yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang suatu
3.5.3 Dokumentasi
yang berupa dokumentasi internal (risalah atau laporan rapat), dengan cara
foto. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering di
pustaka atau materi yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan
keasliannya.
pemerintahan; dan
penggambaran data.
panca indera dengan menuangkan dalam bentuk tulisan, baik kondisi awal,
saat proses maupun sampai akhir dari suatu permasalahan yang diamati.
berikut:
59
Pengumpula
n Data
Penyajia
n
Data
Reduksi
Data
Pena
ri
k
a
Bagan 3.1 Model Analisis Interaksi (Miles dan Huberman 1992:20).
n
Gambardiatas dapatdiuraikan sebagaiberikut : K
es
1. Pengumpulan Data i
m
Yaitu dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi, p
ul
dokumentasi, studi pustaka dengan mencatat hasil secara objektif.
a
2. Reduksi Data n
V
1) Data yang terkumpul dipilih dan dikelompokkan berdasarkan data er
iv
yang mirip sama. ik
as
2) Data kemudian diorganisasikan untuk mendapat simpulan data
i
sebagai bahan penyajian data.
3. Penyajian Data
60
dasarnya dapat ditinjau sebagaimana yang muncul dari data yang harus
data, selain itu pengumpulan data juga digunakan untuk menyajikan data.
Apabila ketiga tahap tersebut selesai dilakukan, maka akan diambil suatu
BAB 4
Simalungun
Melayu Pesisir Barat, Siladang dan Nias. Melayu secara puak (etnis,
Islam dan kemudian membentuk bahasa dan resam yang sama pula. Orang
61
62
civilisasi. Setidaknya sejak era Dinasti Nagur - Dinasti Damanik dan Silau
(morga Purba Dasuha), Silau (morga Purba Tambak) dan Tanoh Jawa
(morga Sinaga).
terbentang luas dari pantai barat berbatas dengan lautan Hindia, sampai
kesebelah Timur dengan Selat Malaka, dari sebelah Utara berbatas dengan
wilayah yang disebut Jayu sampai berpatas dengan Danau Toba di selatan.
digambarkan sebagai satu kerajaan yang kaya dan jaya, dengan Pamatang
(ibu negeri) mempunyai benteng yang kuat, berpagar besi, pintu gerbang
terbuat dari perak. Orang Simalungun yang mensakralkan bunga raya, dari
zaman leluhur hingga kini, juga tidak perlu berkecil hati karena bunga
tersebut bukan ikon Simalungun kini, tapi sejak 1960 telah menjadi bunga
nasional Malaysia.
Simalungun.
Raja-raja besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke
yang wilayahnya bermula dari Jayu (pesisir Selat Malaka) hingga ke Toba.
zaman Nagur dinasti Damanik. Tidak ada data yang jelas, sejak kapan
awal penyebutan nama Simalungun untuk suku Timur ini. Ada yang
kata Simalungun untuk menyebut orang dan daerah yang kini disebut
Kabupaten Simalungun.
[Purba] Girsang adalah morga para Raja. Meskipun kawulanya tidak mesti
yang terpisah dengan sub-clan lain, padahal mempunyai induk yang sama.
dengan sub-clan Saragih Munthe. Masih turunan yang sama, yaitu turunan
Tuan Tarma yang menuju Serdang Bedagai, malah menyebut diri sebagai
Saragih Damunthei.
khas Batak dengan pola dan ukuran tertentu yang digunakan untuk
masyarakat batak pada abad 14 sejalan dengan masuknya alat tenun dari
batak belum mengenal Hiou. Dan dengan demikian belum juga ada budaya
acara adat.
Dahulu ada tiga unsur yang essensial untuk dapat hidup, yaitu:
darah, nafas dan panas (kepanasan). Tentang darah dan nafas orang batak
Tuhan dan tidak perlu dicari. Tetapi panas (kepanasan) lain halnya. Panas
matahari tidak cukup, daerah-daerah tempat diam suku batak dahulu adalah
tanah tinggi jauh dipegunungan dan berhawa dingin. Ada 3 (tiga) sumber
kehangatan, yaitu: Matahari, api dan Hiou. Dari ketiga sumber kehangatan
tersebut Hiou dianggap yang paling nyaman dan akrab dengan kehidupan
diperoleh pada malam hari, sedangkan api dapat menjadi bencana jika lalai
1. Matahari
malam hari apabila matahari telah terbenam udara akan menjadi dingin
2. Api
kita harus berjaga-jaga terhadap bahaya api padahal kita perlu tidur.
Oleh karena itu api bukanlah sarana penghangat tubuh yang efektif.
3. Hiou
Berbeda dengan Hiou dalam hal ini adalah kain sarung, apabila kita
dan hangatlah tubuh kita. Karena itu penting sekali Hiou sebagai
antara seseorang dan orang lain, seperti yang tercantum dalam filsafat
tetapi kini Hiou memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam segala
aspek kehidupan orang batak. Hiou tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda
tertentu.
kepercayaan orang batak, jiwa (tondi) pun perlu dihioui, sehingga kaum
(anak), dan tondong kepada boru. Dalam hal manghioui, ada aturan yang
harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh manghioui mereka yang
manghioui anak, tetapi anak tidak boleh manghioui orangtua. Hiou terdiri
siapadan dalam upacara adat yang bagaimana. Berbagai jenis Hiou yang
Simalungun yang sudah ditenun atau diproduksi oleh mesin. Hiou yang
sudah ditenun atau diproduksi mesin tersebut dapat dibeli di dalam pasar
macam jenis, yang mana antara yang satu dan lainnya memiliki makna
sesuai dengan jenis dan acara yang dihadiri oleh penguna Hiou. Adapun
dalam garis besar adat batak yang mengunakan Hiou dalam acaranya
gadis.
yang tidak ditinggalkan oleh adat adalah menyerahkan kain adat Batak
yaitu Hiou dari pihak tondong (orang tua si pengantin wanita) kepada
kedua mempelai. Selain itu pihak tondong juga menyerahkan kain Hiou
kepada anak boru (pihak penerima gadis) dalam hal ini kepada orang
Apabila ajal sudah datang tidak ada seorangpun yang dapat menghindar
tersebut biasanya bisa berlangsung selama satu minggu atau lebih, hal
70
meninggal adalah keluarga yang mampu dan berada, maka dipukul pula
perlu dilindungi dari perbuatan orang lain yang tanpa izin mengumumkan
atas suatu Ciptaan yang berupa perwujudan dari suatu ide pencipta sebuah
buku, Anda hanya membeli hak untuk menyimpan dan meminjamkan buku
tersebut sesuai keinginan Anda. Buku tersebut wujud benda berupa buku.
Namun, ketika Anda membeli buku ini, Anda tidak membeli Hak Cipta
71
karya tulis yang ada dalam buku yang dimiliki oleh si pengarang ciptaan
komersial hasil perbanyakan buku yang dibeli tanpa seizin dari pengarang.
bersifat sangat pribadi. Seorang pemegang Hak Cipta yaitu pengarang itu
ekonomi dari suatu Ciptaan yang tergolong dalam bidang seni, sastra dan
ilmu pengetahuan.
Ciptaan atau memberikan izin kepada pihak lain untuk melakukan hal yang
sama dalam batasan hukum yang berlaku, yang penting untuk diingat
adalah hak tadi mengizinkan pemegang Hak Cipta untuk mencegah pihak
72
berikut :
luar Indonesia.
atau
keasliannya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni atau sastra. Dalam Pasal
Indonesia.
Hasil pengolahan dari ciptaan asli juga dilindungi sebagai hak cipta,
sebab hasil dari pengolahan itu merupakan suatu ciptaan yang baru dan
ditentukan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan aslinya. Hal tersebut
dapat dilihat dari ketentuan Pasal 12 ayat 2 UHC Indonesia yang berbunyi:
74
works, dan ini diatur dalam Pasal 12 ayat (3) UUHC Indonesia. Pasal
dalam ayat (1) dan ayat (2) termasuk juga semua ciptaaan yang tidak atau
yang dilindungi seperti yang ditetapkan dalam Undang Undang Hak Cipta,
Cipta tidaklah mudah karena tidak semua ciptaan termasuk dalam cakupan
Ciptaan yang dilindungi seperti yang ditetapkan dalam Undang- ndang Hak
Cipta.
dalam Undang Undang Nomor. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta perlu
karya tulis lain, menurut ketentuan ini, dapat dikatakan bahwa hasil karya
tulis dibidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan yang akan memperoleh
perlindungan hukum.
walaupun dapat terjadi bahwa suatu karya cipta peta sebenarnya tiada lain
76
Undang Hak Cipta, maka diperlukan penafsiran hukum, agar dapat terlihat
dengan jelas kedudukan Hiou didalam Undang Undang Hak Cipta agar
dilindungi oleh Undang Undang Hak Cipta. Menurut CST. Kansil (Ishaq,
undang.
dimasukkan.
soal yang dihadapi dan soal yang diatur dalam suatu Pasal undang-
undang.
Undang Undang Hak Cipta telah terdapat penafsiran sahih (otentik, resmi),
yaitu penafsiran yang pasti terhadap arti kata-kata itu sebagaimana yang
jenis ciptaan mengenai kain tenunan adalah pada Pasal 12 huruf i, yaitu
pada jenis Ciptaan batik, yang pada awal mulanya merupakan ciptaan khas
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang
berarti menulis dan "titik". Kata batik merujuk pada kain dengan corak
yang dihasilkan oleh bahan "malam" (wax) yang diaplikasikan ke atas kain,
seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya
asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan
beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik
pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan
phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan
bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau
temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik
seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya
sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada
dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada
diberbagai daerah, seperti seni songket, kain ikat, dan lain-lain yang
biasanya ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada
emas dan perak. Akibatnya, jadilah songket. Kain songket ditenun pada
motifnya pun dipolakan dengan flora dan fauna local. Motif ini juga
dinamai dengan kue lokal Melayu seperti seri kaya, wajik, dan tepung
dengan baju kurung Di masa kini songket adalah pilihan populer untuk
19 tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah terdapat pada Pasal 12 ayat (1) huruf
i yaitu dalam ruang lingkup seni batik, karena Hiou adalah kain tenun khas
batik karena Hiou adalah karya tradisional yang merupakan kekayaan bangsa
dengan seni songket, ikat dan lain-lain yang dewasa ini terus dikembangkan.
Dengan Sekarang
hal yang menarik, bukan hanya karena peranan Hiou sangat dominan dalam
pernikahan (suka-cita) dan kematian (duka-cita). Selain itu juga, masih ada
acara lain dalam penggunaan Hiou seperti dalam acara gereja yakni
82
pembabtisan anak (pemberian nama buat anak kecil). Hiou digunakan ketika
acara di rumah, yakni ketika nenek dari si anak akan memberikan selamat.
khas Batak dengan pola dan ukuran tertentu yang digunakan untuk
masyarakat batak pada abad 14 sejalan dengan masuknya alat tenun dari
batak belum mengenal Hiou. Dan dengan demikian belum juga ada budaya
Hiou yang sering digunakan adalah Gotong bagi pengantin pria dan Bulang
bagi pengantin wanita. Gotong dan Bulang dipakaikan saat setelah pengantin
Bulang dikenakan oleh pihak Boru Jabu kepada kedua mempelai. Pengenaan
berkeluarga, apalagi sudah mempunyai anak dan cucu, maka diadakan suatu
berlangsung selama satu minggu atau lebih, hal itu tergantung dari status dan
orang dewasa yang sudah berkeluarga, beranak, dan bercucu diadakan hajad
yang meninggal adalah keluarga yang mampu dan berada, maka dipukul pula
membawa beras, kelapa, dan ayam serta bumbunya. Itulah yang dimakan
pada saat ini tidak semuanya membawa beras, kelapa, dan ayam tetapi
yang berkabung.
pada kurun waktu tertentu. Hiou diberi nama berdasarkan besar dan kecilnya
1. Ragi idup
2. Ragi sapot
Hiou ini digunakan dalam acara duka cita (sayur-matua). Hiou ini
3. Ragi panei
Hiou ini kegunaanya sama dengan Hiou ragi Sapot. Hiou ini
4. Si ipput ni hirik
5. Batu Jala
lingkungannya.
89
6. Mangiring
7. Sitoluntuho
(yang biasanya bekerja dirumah jika ada acara adat). Anak boru
(sanina, tondong dan boru) dan bekerja mulai sebelum acara dan
sesudah acara.
91
8. Hatirongga
9. Tampunei
namboru ayah).
93
simalungun.
95
hanya warna merah saja warna dari suri-suri ada juga wana hitam.
96
Selain dari ke 15 Hiou diatas, masih ada yang hingga saat ini pada
dikepala laki-laki.
sebagai berikut:
99
Hiou diatas dibuat dengan alat tradisional yang dikenal dengan tenun
Alat tenun adalah alat atau mesin untuk menenun benang menjadi
tekstil (kain). Alat tenun terdiri dari alat tenun tradisional, alat tenun bukan
100
mesin yang dipakai untuk menenun dengan tangan manusia, serta alat tenun
tradisional dan alat tenun bukan mesin yang berukuran kecil dipakai untuk
untuk menenun sambil berdiri. Orang Mesir kuno dan orang Cina kuno
digerakkan oleh tenaga manusia. Alat tenun ini telah berkembang menjadi
lebih baik, yang dulunya satu Hiou diselesaikan memakan waktu hingga
antara seseorang dan oranglain, seperti yang tercantum dalam filsafat Batak,
menghangatkan badan, tetapi kini Hiou memiliki fungsi simbolik untuk hal-
keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda tertentu. Warna yang
digunakan pada kain Hiou juga ada hubungannya dengan kepercayaan. Pada
Putih, melambangkan benua atas atau simbol dari singasana juga berarti
2 Pernah dengar 3
3 Tahu 3
dirugikan.
pendaftaran hak cipta atas motif Hiou. Budaya itu adalah milik
Kabupaten Simalungun.
Hiou baru.
akan tetapi telah banyak warna-warna lain yang telah dibuat oleh
Simalungun.
terhadap bahan baku yang ada sehingga mutu Hiou tersebut terus
terjaga.
110
perkembangan.
adat semata, akan tetapi Hiou mulai oleh masyarakat Batak untuk
dan Indonesia, akan tetapi dapat menjadi trend pada dunia fashion
Internasional.
terwujud, sehingga Hiou sebagai kain khas dari Sumatera Utara, khususnya
suku batak, yang merupakan salah satu hasil kebudayaan Indonesia dapat
terjadi lagi hasil kebudayaan asli bangsa Indonesia diakui oleh negara lain
Hak Cipta, khususnya dalam Pasal 10 menjamin perlindungan Hak Cipta atas
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah budaya nasioanal yang
merupakan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, Hak cipta
tersebut dipegang oleh Negara. Penguasaan Hak Cipta atas karya budaya
salah satu nilai budaya bangsa. Perlindungan yang diberikan oleh Pasal 10
Cipta atas hasil kebudayaan rakyat berbeda dengan perlindungan Hak Cipta
1. Hasil kebudayaan rakyat tersebut lahir atau tercipta jauh sebelum adanya
kebudayaan rakyat tersebut lahir pada era pra sejarah. Hal ini juga yang
tersebut.
2. Sesuai dengan sebutannya sebagai hasil kebudayaan rakyat ini juga yang
penerima Hiou, dan biasanya Hiou diberikan dari orang tua kepada anak-
tamu-tamu negara tersebut, juga merupakan salah satu bentuk upaya yang
pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi Gubernur Seluruh Dunia pada tahun
2007. yang mana penghiouan dilakukan kepada setiap tamu negara yang
dan kegunaan Hiou Batak Simalungun, yang merupakan kain tenunan khas
dari suku batak, yang memiliki motif yang beragam sesuai dengan
pengrajin-pengrajin Hiou batak ini dapat dilihat pada setiap pameran, pada
114
tingkat daerah dapat dilihat adanya Stan pengrajin Hiou pada Pekan Raya
Sumatera Utara (PRSU), yang dilaksanakan pada tiap tahunnya, begitu pula
bahannya dari benang sutra. kegiatan ini dilakukan di acara Medan Fair
Sipil (PNS).
Kegiatan ini dimulai sejak awal semester genap tahun ajaran 2010-
2011. Hal ini dilakukan guna mengenalkan Hiou kepada anak didik
Hiou bagi PNS dilakukan setiap hari kamis, dan dihari-hari besar yang
BAB 5
5.1 Simpulan
2002 tentang Hak Cipta adalah terdapat pada Pasal 12 ayat (1) huruf i yaitu
dalam ruang lingkup seni batik, karena Hiou adalah kain tenun khas Batak
disamakan dengan seni songket, ikat dan lain-lain yang dewasa ini terus
dikembangkan.
2. Motif Hiou yang beredar hingga saat ini adalah sebagai berikut: 1. Ragi
idup, 2. Ragi sapot, 3. Ragi panei, 4. Si ipput ni hirik (hampir sama dengan
Ragi panei), 5. Batu jala, 6. Mangiring (Hiou kecil untuk gendongan anak
Bulang (khusus dipakai ibu-ibu dalam acara adat), 12. Suri-suri (hadang-
digunakan oleh laki laki yang telah berkeluarga sewaktu acara kematian,
hukum dari pihak pengrajin partonunan Hiou terhadap pendaftaran atas hak
aparatur pemerintahan yang terkait megenai pendaftaran hak cipta dan juga
Dengan menggunakan jiou sebagai salah satu seragam pegawai negeri sipil
(PNS).
5.2 SARAN
buku daftar hak cipta pada Direktorat Jendral HKI, Kementerin Hukum
karyanya.
Simalungun.
118
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku- buku
Purba, Achmad Zen Umar. 2005. Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs.
Bandung: PT. Alumni
Sutedi, Adrian. 2009. Hak atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika
B. Peraturan PerUndang-Undangan
119
119
Internet
www.sirajabatak.com/suku_batak_simalungun_asal_usul.htm+asal+usul+simalun
gun
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak_Simalungun
http://id.wikipedia.org/wiki/Partuturan
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
halibitonganomtatok.wordpress.com