Anda di halaman 1dari 8

A.

Mini Riset
1. Identitas Sekolah, Guru dan Siswa
Nama Sekolah : UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Alamat Sekolah : Jl. William Iskandar Ps.V, Kenangan Baru, Percut Sei Tuan, Deli
serdang, Sumatera Utara
Nama Dosen : Nurul Afni Sinaga, M.Pd
Jumlah Mahasiswa : 38 orang
Kelas yang diteliti : Pendidikan Matematika DIK B 2019

2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dosen dan mahasiswa dalam proses belajar
mengajar pada materi Logika Matematika.

3. Metode Penelitian
Mini riset ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Djam’an Satori (2011:
23) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena peneliti ingin mengeksplor
fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti
proses suatu langkah kerja, formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep
yang beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara
suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya. Sehingga pada mini riset ini
yang diamati adalah bagaimana proses belajar mengajar yang terjadi pada saat materi Logika
Matematika melalui wawancaera dari dosen serta yang diberikan kepada mahasiswa.
 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah salah satu dosen matematika di UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN .Lalu peneliti melakukan wawancara langsung kepada subjek penelitian.

 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah proses belajar dan mengajar yang ada di
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN di Fakultas FMIPA jurusan pendidikan matematika
stambuk 2019 kelas DIK B.
 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.
 Waktu Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan pada Selasa 15 Oktober 2019
 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan peneliti untuk
mendapatkan data yang diperlukan. Wawancara merupakan salah satu metode
mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti
dengan subjek penelitian. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara
terstruktur.
Dalam wawancara terstruktur pewawancara menyampaikan beberapa pertanyaan
yang sudah disiapkan pewawancara sebelumnya (Esther Kuntjara, 2006;68), jadi
wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu
membuat pertanyaan dan kemudian menyusun pertanyaan dalam bentuk daftar-daftar
pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Jawaban akan muncul biasanya telah
dibatasi. Hal ini dilakukan agar ketika informan memberikan keterangan yang diberikan
tidak melantur terlalu jauh dari pertanyaan. Menyusun daftar pertanyaan dilakukan agar
dapat mempermudah peneliti dalam mengingat hal-hal yang akan ditanyakan pada
informan. Sehingga melalui wawancara terstruktur informasi yang hendak dicari dapat
tersusun dengan baik dan kemungkinan pertanyaan yang terlewatkan menjadi sedikit
sehingga informasi yang diperoleh bisa diperoleh lebih lengkap.
 Teknik Analisis Data
. Tujuan analisis hasil wawancara adalah untuk mengetahui proses belajar dan
mengajar yang berlangsung di kampus yang diteliti. Analisis wawancara dilakukan
dengan melihat kembali bukti fisik (berupa buku pegangan dosen) , hasil wawancara dan
foto soal latihan yang dikerjakan mahasiswa pada buku pegangan.
4. Analisis Data
1. Test
Kelompok kami memberikan beberapa soal untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa
memahami materi logika matematika. Jadi dari 5 soal, 10 orang mahasiswa yang
mengerjakan soal logika matematika yang kelompok kami berikan.
Hasil dari pengerjaan soal tersebut adalah dari 10 orang mahasiswa yang menjawab soal
nomor 1, mahasiswa yang menjawab benar ada 9 orang dan 1 orang menjawab salah.
Dari 10 orang mahasiswa yang menjawab nomor 2 rata-rata jawaban mereka hampir
benar, karena mereka lebih menghafal rumus dari logika matematika sehingga mereka
kurang memahami penggunaan rumus dari logika matematika. Dari soal nomor 3, semua
jawaban mahasiswa tidak benar, karena mereka tidak memahami konsep dari pengunaan
rumus logika matematika, hanya menghafal setiap rumus dari logika matematika
sehingga ketika mereka diberikan soal yang hampir sama dengan contoh soal yang
diberikan oleh dosen hanya ada sedikit perubahan angka saja maka mereka tidak
mengerti lagi cara mengerjakan soal tersebut. Dari soal nomor 4 semua mahasiswa salah
dalam menjawab nomor 4, karena mahasiswa kurang berpikir kritis dalam menjawab
soal, dimana mereka terlalu focus pada rumus. Pada soal nomor 5 semua mahasiswa
menjawab benar pada soal nomor 5.
2. Angket
Dari 10 mahasiswa yang kami berikan angket mengenai materi materi logika matematka,
ada beberapa masalah yang dihadapi oleh mahasiswa.
A. Minimnya sumber bahan belajaar
Jadi sumber belajar yang dimiliki oleh mahasiswa kurang memadai, sumber
diberikan hanya dari dosen saja sehingga kurangnya sumber bahan belajar yang dimiliki
nahasiswa
B. Kurangnya contoh soal yang diberikan
Kurangnya contoh yang didapat dipelajari mahasiswa dari dosen dan sumber buku
sehingga mahasiswa kurang paham contoh soal yang ada pada materi logika matematika
C. Tingkat konsentrasi yang kurang maksimal saat materi disampaikan
Kurangnya konsentrasi mahasiswa dalam memahami materi merupakan suatu
masalah yang sedang dihadapi mahasiswa dimana mahasiswa harus berhadapan dengan
tugas-tugas yang cukup banyak sehingga membuat mahasiswa kelelahan dan membuat
mahasiswa kurang efektif untuk belajar dan memahami materi pembelajaran.
D. Pemateri Kurang maksimal dalam menyampaikan materi
Mahasiswa menyampaikan bahwa pemateri kurang maksimal dalam
menyampaikan materi, misalnya si pemateri menjelaskan sebuah materi mengenai logika
matematika tetapi si pemateri kurang membuat mahasiswa paham akan materi yang
dijelaskan si pemateri akibatnya mahasiswa jadi kurang paham akan materi yang
diajarkan si pemateri.
3. Wawancara
Hasil Wawancara:
Adapun hasil wawancara yang diperoleh interviewer (kelompok 8) dari Ibu Nurul Afni
Sinaga selaku informan adalah sebagai berikut:

Interviewer : Apa kesulitan yang sering dihadapi mahasiswa selama ibu mengajar?

Informan :Dalam materi, mahasiwa yang kurang bisa itu menentukan nilai
kebenaran. Memang kalau menentukan nilai kebenaran yang masih menggunakan
2 atau 3 koneksi atau operator penyambung tidak sedikit juga yang bisa. Namun
jika sudah dihadapkan pada pernyataan majemuk yang menggunakan lebih dari 3
atau bahkan 7 koneksi, mahasiswa sering merasa kesulitan

Interviewer :Kira-kira apa yang membuat mahasiswa kesusahan dalam meenghadapi


materi tersebut?

Informan :Tidak mengerti alur atau urutan operator penyambung. Misalnya jika soal
yang diberikan buktikanlah (p∪-q)∩(q∪-r)∩ (r ∪ −p), mahasiswa tidak tau
bahwa proposisi tersebut mempunyai ekivalensi, bisa diubah lagi kedalam bentuk
yang lebih sederhana. Dari bentuk soal kita harus sudah tau apakah soal tersebut
bisa dihubungkan dengan proposisi lain, bagaimana agar pengerjaannya lebih
mudah, kontrapositif kah, konvers kah, invers kah. atau dengan kata lain
pemahaman konsep yang kurang.

Interviewer :Selama ini Ibu pakai strategi apa untuk mengatasi hal tersebut?

Informan :Kalau saya hanya memancing mahasiswanya. Jadi maksudnya saya


letakkan dimana letak perbedaanya. Tapi walaupun saya sudah buat dimana letak
perbedaanya mahasiswa masih kurang memahami karena mungkin mahasiswa
kurang berlatih. Jika saya memberi soal yang tipenya sama namun memiliki
perbedaan sedikit dengan contoh mahasiswa sudah nggak paham mengerjaknnya.
Dengan kata lain mahasiswa kurang berfikir kritis dan hanya mengandalkan
hapalan semata. Namun semakin tahun saya lihat bahwa permasalahan tersebut
sudah semakin berkurang dengan kata lain pemahaman mahasiswa semakin
meningkat. Mungkin karena semakin tahun mahasiswa di UNIMED juga semakin
tinggi proses seleksinya ya. Namun tetap ada saja yang mengalami kesuitan
tersebut. Di samping itu saya juga semakin sedikit membuat presentasi
mahasiswa. Untuk setiap materi memang ada saja yang tidak mengerti juga,
namun yang paling banyak yang saya sebutkan di atas.

Dalam materi logika yang berbentuk soal cerita mahasiswa juga sangat banyak
mengalami kesulitan karena tidak langsung menggunakan rumus. Jika soal yang
diberikan ada patokan rumusnya mahasiswa bisa mengerjakannya, namun jika
sudah dalam soal cerita mereka mengalami kesusahan
B. Rekayasa Ide
A. Solusi dari permasalahan yang dihadapai oleh mahasiswa pada mini research adalah :
 Minimnya sumber buku
Jadi mahasiswa dituntut harus bisa mandiri, dimana mahasiswa tidak boleh hanya
diam serta menunggu dosen memberikan pengetahuan tetapi mahasiswa bisa juga
belajar mandiri dengan mencari sendiri informasi dari segala sumber, bisa melalui
buku online, bisa melalui jurnal, bisa melalui media audio visual dan lain-lain
 Kurangnya contoh soal diberikan
Banyak mahasiswa kurang bisa memahami materi akibat contoh soal yang
diberikan pemateri sangat sedikit dan kurang mamahami contoh soal yang
diberikan pemateri, maka mahasiswa bisa melihat contoh soal lain dengan materi
yang sama di tempat sumber yang lain dan mahasiswa juga bisa melhat tutorial
cara penyelesaian materi seperti logika matematika di internet sehingga
mempermudah mahasiswa untuk memahami materi tersebut.
 Tingkat konsentrasi yang kurang maksimal saat materi sedang disampaikan
Jadi mahasiswa banyak mengeluh akibat tugas di kampus banyak sehingga
istirahat pun tidak tertatur sehingga ketika mengikuti perkuliahan dikelas banyak
mahasiswa tidak konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, maka itu mahasiswa
harus bisa membagi waktu dimana ketika ada waktu yang kosong maka
mahasiswa bisa menyempatkan waktu untuk mengerjakan tugas kampus sehingga
tugas kampus tidak menumpuk banyak sehingga mahasiswa bisa istirahat yang
cukup dengan tugas kampus yang sudah selesai semua, sehingga ketika mengikuti
perkulihan dikelas mahasiswa bisa kembali konsentrasi dalam pembelajaran.
 Pemateri kurang maksimal dalam meyampaikan materi
Jadi ketika ada pemateri yang kurang maksimal dalam menyampaikan materi, hal
bisa kita lakukan kita bisa saling berdiskusi dengan teman-teman kita mengenai
materi yang sedang diajarkan oleh pemateri sehingga ketika kita kurang paham
akan materi tersebut, kita bisa kembali mempelajarinya dengan cara saling diskusi
jadi kita bisa kembali paham akan materi yang diajarkan oleh pemateri tersebut.

B. Solusi dari materi pembelajaran logika matematika pada mini research adalah :
Menjelaskan nilai kebenaran dengan hal-hal yang bisa diterima logis dan bisa
dibayangkan. Misalnya menjelaskan konsep Konjungsi dan Disjungsi yaitu dianalogikan
dengan sebuah rangkaian listrik. Konjungsi dianalogikan dengan sebuah rangkaian listrik
seri sedangkan Disjungsi dianalogikan dengan sebuah rangkaian listrik paralel.
Bila lampu B dan lampu A hidup maka arus listrik dapat mengalir dari kutub positif
menuju kutub negative sebuah baterai, akibatnya kedua lampu A dan B hidup. Bila lampu
B mati dan lampu A hidup atau sebaliknya, maka arus listrik tidak dapat mengalir menuju
kutub negative baterai, akibatnya kedua lampu mati. Demikian juga bila lampu A dan B
mati. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konjungsin benar bila keduanya hidup,
selain itu salah. Sama dengan prinsip nilai kebenaran konjungsi.

Kalau untuk nilai kebenaran Implikasi dan Biimplikasi dikaitkan dengan nilai-nilai
kehidupan. Misalnya prinsip untuk Implikasi, bagaimanapun masa lalu (premis 1) kita
jika kedepannya (premis 2) kita perbaiki untuk dibenarkan, maka kita bisa jadi orang
yang benar (hasil nilai implikasi)

Sedangkan untuk prinsip Biimplikasi, Jika hal yang benar kita katakan benar, maka itu
adalah perbuatan yang benar. Jika hal yang salah kita katakan salah, itu juga perbuatan
yang benar. Namun jika perbuatan yang benar kita katakan salah, maka itu adalah
perbuatan yang salah.

C. Solusi hasil dari wawancara dengan dosen mengenai materi logika matematika pada mini
research adalah :
Jadi sesuai dengan hasil wawancara kelompok kami dengan narasumber maka solusi
yang dilakukan narasumber ketika mengajarkan materi logika matematika adalah dengan cara
memancing mahasiswa, jadi maksudnya memamcing mahasiswa adalah narasumber meletakkan
pernbedaan antara soal yang pertama dengan soal yang kedua dan menyuruh mahasiswa untuk
memahami kedua soal tersebut. Karena ketika dalam pengerjaan soal mahasiswa dominan
mengandalkan hapalan semata sehingga mahasiswa kurang dalam berpikir kritis, jadi solusi yang
narasumber lakukan dengan memberikan soal dengan syarat kedua soal itu memiliki perbedaan
dan mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis dalam menentukan perbedaan dan penyelesaian
kedua soal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai