Anda di halaman 1dari 15

BAB III

KERATITIS

3.1 Definisi Keratitis


Keratitits adalah peradangan pada kornea, membran transparan yang
menyelimuti bagian berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi
pada anak-anak maupun dewasa. Keratitis dapat disebabkan oleh infeksi virus
atau bakteri.2,12,13

3.2 Gejala - Gejala Umum Pada Keratitis


3.2.1 Subyektif
Gejala yang sering timbul antara lain adalah : rasa sakit pada mata,
fotofobia, lakrimasi yaitu air mata keluar berlebihan, blefarospasme, gangguan
visus karena terhalang kekeruhan kornea.2,14

3.2.2 Obyektif
Ditemukan injeksi perikornea di limbus kornea. Kalau hebat juga disertai
dengan injeksi konjungtiva. Mungkin juga terdapat peradangan dari iris dan
badan siliar. Kornea edema dan terdapat infiltrat.14 Infiltrat pada kornea
menyebabkan permukaan kornea tidak rata dan tidak licin sehingga kornea
menjadi tidak bening. Pada infiltrat, terdapat:
- Tanda-tanda radang : injeksi perikornea, lakrimasi, fotofobi, blefarospasme,
rasa sakit
- Edema kornea
- Permukaan suram, tidak licin, berwarna abu-abu pada infeksi yang purulen
berwarna kuning
- Batasnya tidak jelas oleh karena pada pinggirnya masih terdapat bintik-bintik
infiltrat.14

5
Pada perjalanan selanjutnya infiltrat ini dapat :2
a) Diserap seluruhnya sehingga kornea menjadi bening kernbali.
b) Diserap sebagian dengan meninggalkan sikatrik.
c) Mengalami proses penahanan sehingga akibatnya terbentuk ulkus
d) Vaskularisasi = terdapat pelebaran pembuluh darah perikornea yang disebut
injeksi siliar.2
Pada peradangan kornea dapat terjadi vaskularisasi pada kornea. Pembuluh
darah yang berasal dari pembuluh darah limbus akan memasuki kornea di
antara epitel dan membrane Bouwman dan disebut pannus. Pembuluh darah
berasal dari sklera memasuki kornea ke lapisan stroma dan disebut vaskularisasi
interstitial.2

3.3 Faktor Predisposisi


1 Blepharitis
2 Perubahan pada barrier epitel kornea, contohnya bullos keratopathy
3 Penggunaan lensa kontak
4 Lagoftalmus
5 Neuroparalitik disorder
6 Trauma
7 Immunosupresan topikal dan sistemik.9,15

3.4 Etiologi Keratitis


1. Infeksi eksogen :
Mikroorganisme penyebab biasanya sudah ada di sakus
konjungtiva: virus, bakteri, jamur, acanthamoeba.9
2. Perkontinuitatum
Dari peradangan jaringan mata lainnya, seperti radang konjungtiva
dapat menyebar ke lapisan epitel, radang sklera menyebar ke lapisan
stroma dan radang uvea dapat menyebar ke lapisan endotel kornea2
3. lnfeksi endogen
Sangat jarang terjadi, dan biasanya merupakan reaksi alergi.2
6
3.5 Pemeriksaan pada keratitis
Pada kasus keratitis, pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. Tes Placido
Penderita membelakangi jendela atau sumber cahaya. Pemeriksa menghadap
penderita dengan jarak pendek, sambil memegang alat placido. Alat placido
dipasang didepan mata penderita dan pemeriksa melihat bayangan placido pada
kornea penderita, melalui lubang yang terdapat ditengah-tengah alat tersebut,
sedangkan penderita melihat kearah lubang tersebut. Yang diperhatikan gambaran
sirkuler yang direfleksi pada permukaan kornea penderita. Bila bayangan dikornea
gambaran sirkulernya teratur, disebut Placido (-), pertanda permukaan kornea baik.
Jika gambaran sirkulernya tidak teratur, placido (+), berarti permukaan kornea
tidak baik, mungkin ada infiltrat, sikatrik, ulkus, atau astigmatisma.14
2. Tes Fluoresin
3. Tes Fistel
4. Asites Visus
5. Bakteriologik
Harus dilakukan pemeriksaan hapusan langsung, pembiakan, tes resistensi. Dari
pemeriksaan langsung dapat diketahui macam kuman penyebabnya.
6. Sensitibilitas kornea

3.6 Klasifikasi berdasarkan penyebab


3.6.1 Bakteri
Keratitis bakteri adalah gangguan penglihatan yang mengancam. Ciri-ciri
khusus keratitis bakteri adalah perjalanannya yang cepat. Destruksi corneal lengkap
bisa terjadi dalam 24 – 48 jam oleh beberapa agen bakteri yang virulen. Ulkus
kornea, pembentukan abses stroma, edema kornea dan inflamasi segmen anterior
adalah karakteristik dari penyakit ini.9 setiap bakteri seperti Staphylococcus,
pseudomonas, dan entero bacteriacea dapat mengakibatkan keratitis bakterial.16
Penyebab utama trauma epitel kornea dan sebagai factor resiko utama keratitis
bakteri adalah penggunaan lensa kontak, terutama sekali penggunaan lensa kontak
lama. Dari semua penderita keratitis bakteri, 19 – 42% adalah pengguna lensa kontak.
Insidensi keratitis bakteri sekunder akibat penggunaan lensa kontak lama adalah
5
sekitar 8.000 kasus per tahun. Insidensi keratitis bakteri untuk pengguna lensa kontak
harian adalah 3 kasus per 10.000 penduduk per tahun.4

Gambar 3.1 keratitis Bakterialis17


Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan keratitis bakteri biasanya mengeluh nyeri dengan oncet
cepat,fotophobia dan menurunnya visus. Penting untuk mengetahui riwayat penyakit
sistemiklengkap dan riwayat penyakit mata pada pasien tersebut untuk mengidentifikasi
factorresiko potensial yang mungkin mengakibatkan perkembangan infeksi seperti:9
1. Pemakaian lensa kontak (catat tipe lensa, waktu penggunaan dan cara
disinfeksi)
2. Trauma (meliputi bedah kornea sebelumnya)
3. Penggunaan obat-obatan mata
4. Penurunan imunitas tubuh
5. Kekurangan cairan air mata
6. Penyakit kornea sebelumnya (keratitis herpetic, keratopathy neurotrophik)
7. Perubahan structural dan malposisi kelopak mata9
Pemeriksaan luar dan biomikroskopik pasien menampakkan hal-hal berikut ini:
1. Ulserasi epitel ; infiltrate kornea dengan hilangnya jaringan yang tidak
signifikan ;tebal, inflamasi stroma supuratif dengan tepi tidak jelas ;
hilangnya jaringan stromal dan edema sekeliling stroma.
2. Meningkatnya reaksi bilik anterior dengan atau tanpa hypopyon
3. Lipatan di membran descemen
4. Edema kelopak mata atas
5. Sinekhia posterior
6. Inflamasi sekeliling kornea fokal atau difus

6
7. Hiperemi konjungtiva
8. Eksudat mukopurulen
9. Plak inflamasi endothelial.9
Awal dari keratitis bakteri adalah adanya gangguan dari epitel kornea yang
Intak dan atau masuknya mikroorganisme abnormal ke stroma kornea, dimana akan
terjadiproliferasi dan menyebabkan ulkus. Factor virulensi dapat menyebabkan invasi
mikroba atau molekul efektor sekunder yang membantu proses infeksi. Beberapa
bakteri memperlihatkan sifat adhesi pada struktur fimbriasi dan struktur non fimbriasi
yang membantu penempelan ke sel kornea. Selama stadium inisiasi, epitel dan stroma
pada area yang terluka dan infeksi dapat terjadi nekrosis. Sel inflamasi akut (terutama
neutrofil) mengelilingi ulkus awal dan menyebabkan nekrosis lamella stroma. Difusi
produk-produk inflamasi (meliputi cytokines) di bilik posterior, menyalurkan sel-sel
inflamasi ke bilik anterior dan menyebabkan adanya hypopyon.9
Toksin bakteri yang lain dan enzim (meliputi elastase dan alkalin protease) dapat
diproduksi selama infeksi kornea yang nantinya dapat menyebabkan destruksi substansi
kornea. Grup bakteri yang paling banyak menyebabkan keratitis bakteri adalah
Streptococcus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae (meliputi Klebsiella, Enterobacter,
Serratia, and Proteus) dan golongan Staphylococcus. Lebih dari 20 kasus keratitis jamur
(terutama candidiasis) terjadi komplikasi koinfeksi bakteri.9

Diagnosis Banding
1. Blepharitis
2. Conjunctivitis Viral
3. Endophthalmitis Bacterial
4. Entropion
5. Gonococcus
6. Herpes Simplex
7. Herpes Zoster
8. Keratitis Fungal
9. Keratitis Herpes Simplex
10.Keratitis Interstitial
11.Keratoconjunctivitis, Atopic
12.Keratoconjunctivitis, Epidemic
7
13.Keratopathy, Band
14.Keratopathy, Neurotrophic
15.Keratopathy, Pseudophakic Bullous
16.Obstruksi duktus Nasolacrimal
17.Ocular Rosacea
18. Scleritis
19.Ulkus kornea.9
Pengobatan antibiotika dapat diberikan pada keratitis bakterial dini. Biasanya pengobatan
dengan dasar berikut:
Tabel 3.1 Obat-Obatan Yang Digunakan Untuk Keratitis Bakterialis16
Gram negatif Gram positif
Tobramisin Cefazolin
Gentamisin Vancomyxin
Polimiksin Basitrasin

Biasanya pengobatan diberikan setiap 1 jam. Sikloplegik diberikan untuk istirahat mata.16
Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah penipisan kornea, descemetocele
sekunder dan perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophthalmitis dan
hilangnya penglihatan.9
Prognosis
Prognosis bergantung pada beberapa faktor :
1. Virulensi organism
2. Lokasi dan perluasan ulkus kornea
3. Vaskularisasi dan deposit kolagen
4. Diagnosis awal dan terapi tepat dapat membantu mengurangi kejadian hilangnya
penglihatan.9

3.6.2 Virus
Keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran seperti infiltrat halus
bertitik-titik pada dataran depan kornea yang dapat terjadi pada penyakit seperti
herpes simpleks, herpes zoster, infeksi virus, dan trakoma.16

8
3.6.2.1 Keratitis Herpetik
Disebabkan oleh virus herpes simplek dan herpes zoster. Virus ini dapat
menyerang bibir, hidung, genitalia dan mata. Di mata virus dapat menyerang
konjungtiva dan kornea. Pada anak-anak lesi pertama biasanya berupa
keratokonjungtivitis folikular akut.12,16
Yang disebabkan herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk yaitu epithelial
dan stromal, Hal yang murni epithelial adalah dendritik dan stromal adalah
diskiformis. Biasanya infeksi herpes simplek ini berupa campuran epitel dan stroma.
Perbedaan ini akibat mekanisme kerusakannya berbeda. Pada yang epitel kerusakan
terjadi akibat pembelahan virus di dalam sel epitel, yang akan mengakibatkan
kerusakan sel dan membentuk tukak kornea superfisial. Stroma diakibatkan reaksi
imunologik tubuh pasien sendiri terhadap virus yang menyerang. Antigen dan
antibodi beraksi di dalam stroma kornea dan menarik sel leukosit dan sel radang
lainnya.Sel ini mengeluarkan bahan proteolitik untuk merusak antigen yang juga
merusak jaringan stromal di sekitarnya. Hal ini sangat berkaitan dengan pengobatan
dimana pada yang epitel dilakukan terhadap virus dan pembelahan dirinya,
sedangkan padad keratitis stromal dilakukan pengobatan menyerang virus dan reaksi
radangnya.16

Gambar 3.2 Keratitis Herpes simpleks18


Pengobatan dengan IDU merupakan antiviral yang murah bersifat tidak stabil,
bekerja dengan menghambat sintetis DNA virus dan manusia, sehingga bersifat toksik

9
untuk epitel normal dan tidak boleh dipergunakan lebih dari 2 minggu. Terdapat
dalam larutan 1% dan diberikan setiap jam. Salep 0,5% diberikan setiap 4 jam.
Vibrabin sama dengan IDU, tetapi hanya terdapat dalam bentuk salep.
Trifluorotimidin(TFT) sama dengan IDU , diberikan 1% setiap 4 jam. Acyclovir
bersifat selektif terhadap sintetis DNA virus, dalam bentuk salep 3% diberikan setiap
4 jam.16

3.6.2.2 Infeksi zoster virus


Disebabkan oleh virus yang sejenis dengan "chicken pox". Fokus utama yang
diserang virus zoster ini adalah ganglion Gesseri yang mana virus ini akan menyerang
satu atau lebih cabang-cabang oftalmik N.V biasanya yang terkena adalah cabang
nasal (N. Nasosiliar). Dapat terjadi demam dan rasa nyeri (neuralgic pain) di
bagian tubuh yang dipersyarafi oleh syaraf tersebut,. Rasa nyeri biasanya
berkurang setelah timbul erupsi, biasanya akan mengenai orang dengan usia
lanjut.16
Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena
dan badan terasa hangat, gejala tidak akan melampaui garis median kepala
penglihatan berkurang dan merah.16
Pada kelopak akan terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea. Vesikel tersebar
sesuai dengan dermatom yang dipersarafi saraf trigeminus yang dapat progresif
dengan terbentuknya jaringan parut.16
Proses penyakit ini dapat meluas ke jaringan yang lebih dalam sehingga
terjadi iridosiklitis dan dapat pula terjadi parese otot-otot mata.9
Pengobatan : asiklovir dan pada usia lanjut dapat diberikan steroid.16
Penyulit yang terjadi adalah uveitis, parese otot penggerak mata, glaukoma,
dan neuritis optik. Pada mata dapat disertai dengan konjungtivitis, keratitis
pungtata, neurotrofik keratitis, uveitis, skleritis, glaukoma, dan neuritis.16

10
Gambar 3.3 keratitis herpes zoster19

3.6.2.3 Keratitis disformis


Keratitis membentuk kekeruhan infiltrat yang bulat atau lonjong di dalam
jaringan kornea, biasanya merupakan keratitis profunda superfisial, yang terjadi
akibat infeksi virus herpes simpleks. Sering diduga keratitis disformis ini merupakan
reaksi alergi ataupun imunologik terhadap infeksi virus herpes simpleks pada
permukaan kornea.16

3.6.2.4 keratitis dendritik


Merupakan keratitis superfisialis yang membentuk garis infiltrat pada
permukaan kornea yang kemudian membentuk cabang. Biasanya disebabkan oleh
virus herpes simpleks, yang biasanya bermanifestasi dalam bentuk keratitis dengan
gejala ringan seperti fotofobia, kelilipan, tajam penglihatan menurun, konjungtiva
hiperemia disertai dengan sensibilitas kornea yang hipestesia. Bentuk dendrit ini
terjadi akibat pengrusakan aktif sel epitel kornea oleh virus herpes simpleks
disertai dengan terlepasnya sel di atas kelainan.16
Pengobatan kadang-kadang tidak diperlukan karena dapat sembuh spontan
atau dapat sembuh dengan dilakukan debridement. Dapat juga dengan memberikan
obat antivirus da sikloplegik, antibiotika dengan bebat tekan. Antivirus seperti IDU
0,1% diberikan setiap 1 jam atau asiklovir.16

3.6.3 Jamur
Keratitis jamur ini biasanya dimulai suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting
pohon, daun dan bagian tumbuh-tumbuhan, disebabkan fusarium, cephalocepharium
dan curvularia, selain itu bisa juga disebabkan karena pemakaian antibiotik dan
11
kortikosteroid.Keluhan baru dirasakan setelah 5 hari rudapaksa, atau 3 minggu
kemudian.16 Pasien akan mengeluh sakit mata yang hebat, berair dan silau.16
Pada mata akan terlihat infiltrat yang berhifa dan satelit bila terletak di dalam
stroma. Biasanya disertai dengan cincin endotel dengan plaque tampak bercabang-
cabang, dengan endothelium plaque, gambaran satelit pada kornea, dan lipatan
descement.16

Gambar 3.4 Keratitis Jamur20


3.6.4 Alergi
3.6.4.1 Keratokonjungtivitis Flikten
Merupakan radang kornea dan konjungtiva yang merupakan reaksi imun
yang mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen.
Dahulu diduga disebabkan alergi terhadap tuberkuloprotein. Pada benjolan akan
terjadi penimbunan sel limfoid.
Mata akan memberikan gejala lakrimasi dan fotofobia yang disertai rasa
sakit. Gambaran karakteristiknya adalah terbentuknya papu; atau pustula pada
kornea ataupun konjungtiva. Biasanya bersifat bilateral dan dimulai dari daerah
limbus. Pengobatan dengan steroid dapat diberikan dengan hati-hati.

3.6.4.2 Tukak atau ulkus fliktenular


Tukak flikten sering ditemukan berbentuk sebagai benjolan abu-abu yang pada
kornea terlihat sebagai :
- Ulkus fasikuler, berbentuk ulkus yang menjalar melintas kornea dengan pembuluh
darah jelas dibelakangnya.

12
- Flikten multipel disekitar limbus
- Ulkus cincin, yang merupakan gabungan ulkus.16
Pengobatan memberikan streoid. Menghilang tanpa bekas tetapi kalau telah
terjadi ulkus akibat infeksi sekulder dapat terjadi parrut kornea. Jika keadaan berat
dapat terjadi perforasi kornea.16

3.6.4.3 Keratitis fasikularis


Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menyebar dari
limbus ke arah kornea. Biasanya berupa tukak kornea akibat flikten yang menjalar
ke daerah sentral disertai fasikulus pembuluh darah.16
Keratitis fasikularis adalah suatu penampilan flikten yang berjalan yang
membawa jalur pembuluh darah baru sepanjang permukaan kornea. Dapat berbentuk
flikten multiple disekitar limbus ataupun ulkus cincin, yang merupakan gabaungan
ulkus cincin.16

3.6.4.4 Keratokonjungtivitis vernal


Merupakan penyakit rekuren, dengan peradangan tarsus dari konjungtiva
bilateral. Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, akan tetapi didapatkan terutama
pada musim panas dan mengenai anak sebelum berusia 14 tahun. Laki-laki lebih
sering dibanding perempuan. Pada kelopak mata yang dikenal terutama kelopak atas
sedang konjungtiva yang dikenal pada daerah limbus berupa hipertrofi papil yang
kadang-kadang berbentuk cabble stone.16

3.6.5 Defisiensi vitamin (Xeroftalmi)


3.6.6 Kerusakan Nerve V ( keratitis neuroparalitik)
3.6.7 Tak diketahui penyebabnya

3.7 Klasifikasi berdasarkan tempat


3.7.1 Keratitis Superfisial
3.7.1.1 Keratitis epitelial
Merupakan eratitis dan konjungtivitis yang paling sering terjadi. Perubahan
epitel sangat luas, mulai dari edemadan vakuolisasi menjadi erosi. Contoh :
kertitits pungtata superfisial, herpes simpleks, herpes zoster.12,14
13
3.7.1.2 Keratitis subepitelial
Yang termasuk keratitis subepitelaia adalah keratokonjungtivitos karena
adenovirus 8 dan 9, keratitis numularis, keratitis disformis.12,14
3.7.1.3 Keratitis stromal
Respon terhadap penyakit stromal cornea adanaya akumulasi sel-sel
inflamasi, edema dimana terjadi penebalan kornea, opacification, atau skar
yang mengawali penipisan atau perforasi dan vascularization.12 yang
termasuk keratitis stromal adalah keratitis neuroparalitik, keratitis
lagoftalmus
3.7.1.4 Keratitis endotelial
Disfungsi endotel kornea menyebakan edema kornea, awalnya
mengikutsertakan stroma dan kemudian epitel.12
3.7.2 Keratitis profunda
Tes fluoresin (-), yaitu : keratitis intertisal, disformis, dan sklerotikans.12

3.8 Klasifikasi menrut Prof. I Salim


3.8.1 Keratitis superfisial nonlseratif
1. Keratitis pungtata superfisial
Biasanya dimulai dengan konjungtivitis kataral akut atau pada

penderita gangguan traktus respiratorius.16

Tampak adanya infiltrat abu-abu kecil banyak tersebar pada

lapisan superfisialis kornea. Biasanya pada usia dewasa muda,

penyembuhannya sempurna tanpa, bekas. Keratitis pungtata superfisialis

juga dapat disebabkan oleh Herpes simplek, Herpes zoster oftalmikus dan

vaksinia.16

Terapi yang diberikan berupa : Ditujukan pada

konjungtivitis dan kelainan traktus respiratorius, Sulfas atropine,

Kompres hangat, Kacamata pelindung cahaya.16

2. Keratitis numularis
Keratitis numularis bentuk keratitis dengan ditemukannya infiltrat
14
yang bundar berkelompok dan tepinya berbatas tegas sehingga

memberikan gambaran halo. Keratitis ini berjalam lambat yang sering

terdapat unilateral pada petani sawah. Kelainan yang ditemukan pada

keratitis dimer sama dengan pada keratitis numularis. Keratitis numularis

dengan bentuk keratitis dengan ditemukannya infiltrat yang bundar

berkelompok dan ditepinya berbatas tegas sehingga memberikan

gambaran halo. Keratitis ini berjalan lambat yang sering terdapat

unilateral.16

3. Keratitis disformis
4. Keratokonjungtivitis epidemika
Keratitis yang terbentuk pada keratokonjungtivitis epidemi adalah

akibat reaksi peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan oleh

reaksi alergi terhadap adenovirus tipe 8. Biasanya unilateral, penyakit ini

dapat timbul sebagai suatu epidemi. Umumnya pasien demam, merasa ada

benda asing, kadang-kadang disertai nyeri periorbital, dan penglihatan

menurun. Ditemukan edema kelopak mata dan folikel konjungtiva,

pseudomembran pada konjungtivatarsal yang dapat membentuk jaringan

parut. Pada kornea tedapat keratitis pungtata yang pada minggu pertama

terlihat difus di permukaan kornea. Pada hari ke 7 terdapat lesi epitel di

bawah lesi epitel setempat dan pada hari ke 11-15 terdapat kekeruhan sub

eiptel di bawah lesi epitel tersebut. Kelenjar preureikel membesar,

kekeruhan subepitel baru menghilang sesudah 2 bulan sampai 3 tahun

atau lebih.12

Pengobatan pada keadaan akut sebaiknya diberikan kompres dingin

dan pengobatan penunjang lainnya, lebih baik diobati secara konservatif,

15
bila terdapat kekeruhan pada kornea yang menyebabkan penurunan visus

yang berat dapat diberikan steroid tetes mata 3 kali sehari. IDU(iodo 2

dioxyuridine) tidak memberikan hasil yang menuaskan.16

3.8.2 Keratitis superfisial ulseratif


1. Keratitis pungtata superfisial ulseratifa
2. Keratitis flikten
3. Keratitis herpetika
4. Keratitis sika
5. Keratitis rosasea

3.8.3 Keratitis profunda nonulseratif


1. Keratitis intertisial
Adalah keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih

dalam. Pada keratitis interstitial akibat lues kongenital didapatkan

vaskularisasi dalam, yang terlihat pada usia 5-20 tahun pada 80% pasien

lues. Keratitis interstitial ini dapat terjadi akibat alergi atau infeksi

spiroket ke dalam stroma kornea dan akibat tuberkulosis. Keratitis

interstitial ini merupakan keratitis nonsupuratif profunda disertai dengan

neovaskularisasi. Keratitis ini disebut juga keratitis parenkimatosa.16

Pasien akan memberikan keluhan fotofobia, lakrimasi, dan

menurunnya visus, keluhan ini akan bertahan seumur hidup.16

Gambaran yang akan terlihat seluruh kornea keruh sehingga iris sukar

dilihat. Terdapat injeksi siliar disertai dengan serbukan pembuluh ke

dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam atau apa yang

disebut “Salmon pacth” dari Hutchinson. Seluruh kornea dapat berwarna

merah cerah.16

16
Kelainan ini biasanya bilateral. Pada keadaan yang disebabkan oleh

tuberkulosis biasanya bilateral.16

Pengobatan keratitis profunda tergantung pada penyebabnya. Pada

keratitis diberikan sulfas atropin tetes mata untuk mencegah sinekia akibat

uveitis dan kortikosteroid tetes mata. Keratitis profunda dapat juga terjadi

akibat trauma, mata terpajan pada kornea dengan daya tahan rendah.16

2. Keratitis pustuliformis profunda


3. Keratitis disformis
4. Keratitis sklerotikans

3.8.4 Keratitis profunda ulseratif


1. Keratitis et lagoftalmus
Keratitis yang terjadi akibat adanya lagotlamus dimana kelopak tidak

dapat menutup dengan sempurna sehingga terdapat kekeringan kornea,

lagoftalmus akan mengakibatkan mata terpapar sehingga terjadi trauma pada

konjungtiva dan kornea menjadi kering dan terjadi infeksi.16

Pengobatan keratitis lagoftalmus ini dengan mengatasi kausa dan air mata

buatan. Untuk mencegah infeksi sekunder diberikan salep mata.16

2. Keratitis neuropalatika
3. Xeroftalmi
4. Trakoma dengan infeksi sekunder
5. gonore

17

Anda mungkin juga menyukai