Ni Wayan, Goiter Ca Tiroid PDF
Ni Wayan, Goiter Ca Tiroid PDF
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 1 No. 2 November 2016, Hal. 42-50
Ni Wayan Armerinayanti
Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa,
Email: armerinayantipranata@gmail.com
Abstrak
Goiter merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang dapat berkaitan dengan gangguan primer pada organ
tiroid ataupun akibat stimulasi hormonal atau faktor lain terhadap tiroid. Di Indonesia dan di Bali khususnya
kasus karsinoma tiroid mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan kasus goiter endemik maupun non
endemik. Goiter memiliki faktor risiko sebesar 2,5 kali lipat untuk menimbulkan karsinoma tiroid. Goiter
dapat menimbulkan hiperplasia yang bersifat difusa maupun noduler (nodul tunggal dan multipel). Analisis
klonal telah membuktikan bahwa hiperplasia merupakan proliferasi yang bersifat poliklonal. Pada tiroid,
ditemukan perubahan pola monoklonal pada kelompok nodul yang sebelumnya merupakan nodul hiperplastik.
Perubahan poliklonal menjadi monoklonal ini merupakan interaksi antara adanya lesi hiperplastik sebelumnya
dengan predisposisi genetik yang selanjutnya menciptakan lingkungan mutagenik, ditandai oleh peningkatan
proliferasi sel disertai pembentukan radikal bebas yang memicu adanya mutasi somatiktirosit. Pemberian
suplementasi iodium pada kasus goiter endemik, dikatakan berkaitan dengan adanya kandungan iodine
radioaktif nantinya justru menimbulkan kerusakan rantai DNA melalui tata ulang RET-TRK.
Kata Kunci: goiter, predisposisi, karsinoma tiroid.
Abstract
[Goitre as Predisposing Factor of Thyroid Carcinomas].
Goitre is an enlargement of thyroid gland which can be associated with primary thyroid disorders or
stimulation of the gland by hormones and other factors. In Indonesia and especially in Bali, increase of
Thyroid Carcinoma cases had been associated with either endemic or non endemic goiter. Goitre increases
2.5 fold risk of thyroid carcinoma. Goitre may cause diffuse and nodular hyperplasia (either single or multiple
nodules). Clonal analysis has been discovered that hyperplasia is considered to be polyclonal proliferation.
Monoclonal alterations had also been found in a subset of thyroid nodules that were previously considered
hyperplastic. Alterations of polyclonal to monoclonal pattern was considered as interaction between past
history of hyperplastic lesion and genetic predisposition which furthermore forming mutagenic environment
such as increases of cell proliferation and also free radicals induce- somatic mutation. Iodine supplementation
on endemic goiter related with radioactive iodine content which damaging DNA sequences in the form of RET-
TRK rearrangement.
Keywords: goitre, predispose, thyroid carcinoma .
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.2, November 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.27.42-50.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 1 No. 2, November 2016, Hal. 43
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.2, November 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.27.42-50.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 1 No. 2, November 2016, Hal. 44
hormon tiroid. Terdapat empat arteri yang intraseluler sel folikel tiroid berkaitan
membawa 5 liter darah melalui tiroid setiap dengan aktivitas selulernya, seperti pada
jam, sehingga tiroid merupakan salah satu kelenjar yang hiperaktif maka mitokondria-
organ yang menerima darah terbanyak nya mengalami hipertrofi sehingga terjadi
setelah paru dan ginjal yaitu 4 ml per menit peningkatan area permukaan intraseluler
per gram jaringan. Arteri tersebut tidak dan peningkatan akumulasi lipid sitoplasma
berpenetrasi ke dalam parenkim tiroid maupun permeabilitas membran sel.
namun segera bercabang pada permukaan Demikian pula halnya yang terjadi pada
kelenjar membentuk jaringan arteriol. Hal apparatus golgi maupun struktur sitoplasma
ini menyebabkan organ tiroid untuk rentan lainnya.[8,9]
mengalami perdarahan.[7,8] Kelenjar tiroid menghasilkan hormon
tiroid, namun hal ini sangat tergantung pada
cadangan prohormontiroglobulin dalam
koloid. Sel-sel epitel folikel tiroid memiliki
kemampuan dalam mengendapkan ion
yodium (iodida) dari darah dan mensintesis
hormon tiroksin dan triiodotironin. Sintesis
dan sekresi hormon tiroid melibatkan 2 fase
yaitu fase eksokrin dan fase endokrin,
keduanya diatur oleh TSH melalui
mekanisme receptor binding cA MP (cyclic
adenosine monophosphate).[8,10]
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.2, November 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.27.42-50.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 1 No. 2, November 2016, Hal. 45
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.2, November 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.27.42-50.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 1 No. 2, November 2016, Hal. 46
Ditemukan pula adanya rasio khusus melalui urin sangat jarang dan bukanlah
berat kelenjar tiroid dengan berat badan tergolong endemik [13,14,15].
pada masa pubertas yang dikenal sebagai
“goiter fisiologis” yang juga dijumpai di Epidemiologi Goiter
daerah non endemik. Goiter fisiologis Kasus goiter baik endemik maupun
merupakan hipertrofiparenkim yang non endemik (sporadik) diyakini merupakan
reversibel, hanya sementara dan bukan prekursor perkembangan kanker tiroid.
merupakan manifestasi goiter endemik. Di Prevalensi goiter di seluruh dunia pada
daerah endemik, rasio berat kelenjar tiroid populasi umum sekitar 4-7%, dan insiden
sebelum dan sesudah pubertas tinggi secara keganasan terjadi pada 10% kasus tiroid
tidak imbang dengan berat badan, pada goiter. Dilaporkan bahwa insiden karsinoma
periode ini jenis kelamin memainkan tiroid tercatat meningkat pada daerah goiter
peranan penting. Olesen dan Taylor endemik seperti Kolumbia dan Austria serta
menemukan bahwa meskipun ukuran daerah non endemik seperti Jerman.
kelenjar pada laki-laki lebih kecil daripada Peningkatan insiden karsinoma tiroid terkait
perempuan, ukuran kelenjar meningkat goiter juga menjadi permasalahan di negara
sebelum pubertas dan mulai menurun Asia Tenggara termasuk Indonesia. WHO
setelahnya, sedangkan pada perempuan mencatat sekitar 655 juta jiwa di dunia
akan terus meningkat setelah pubertas dan mengalami goiter dan 27% diantaranya
menurun hanya setelah dewasa.[7,8] Berat berada di Asia Tenggara.[4] Adapun
kelenjar tiroid di area goiter lebih besar perbandingan hasil studi epidemiologi
secara bermakna dibandingkan area non karsinoma tiroid terkait goiter di beberapa
goiter dalam berbagai variasi usia sesuai Negara Asia Tenggara sesuai Tabel 1.
kurva Gambar 4. Serupa dengan wilayah lain di negara-
negara Asia tenggara, beberapa wilayah di
Indonesia tergolong daerah goiter endemik.
Selain goiter yang bersifat endemik,
sebagian kasus goiter yang terjadi di
Indonesia bersifat non endemik. Hal ini
sangat berbeda dengan insiden karsinoma
tiroid di dunia barat yang lebih sering
berkaitan dengan efek radiasi [16,17]
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.2, November 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.27.42-50.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 1 No. 2, November 2016, Hal. 47
ini disebut sebagai simple goitre, goiter Patogenesis Karsinoma Tiroid dengan
endemik, atau goiter koloid yang sering Goiter sebagai Faktor Predisposisi
ditemukan di daerah yang air minumya Goiter merupakan proliferasi kelenjar
rendah yodium dan daerah dengan tiroid yang dapat terkait kondisi eutiroid,
goitrogen yang menghambat sintesa hipo- maupun hipertiroid akibat penyakit
hormon oleh zat kimia. Goiter noduler primer pada tiroid maupun rangsangan
yang tidak disertai tanda-tanda sekunder oleh faktor hormonal maupun
hipertiroidisme dan hipotiroidisme faktor lain.[19,20] Di Indonesia, beberapa
disebut goiter nodulernon toksik.[18] wilayah masih tercatat sebagai daerah en-
demis goiter akibat rendahnya asupan iodi-
Tabel 1. Perbandingan studi epidemiologi karsinoma um. Adapula kasus goiter dengan etiologi
tiroid terkait goiter di beberapa Negara Asia yang belum jelas diketahui, dikenal sebagai
Tenggara [4] goiter sporadik diyakini berkaitan dengan
faktor biologis intrinsik (prevalensi goiter
Studi; tahun Kesimpulan dan diskusi
lima hingga sepuluh kali lipat lebih sering
Sarawak; •Insiden secara signifikan lebih terjadi pada wanita daripada laki-laki), goi-
2000–2004 tinggi pada pria (p=0,01) trogen alami, merokok, defisiensi zinc atau
•Prevalensi tertinggi pada rentang
usia 21-40 tahun
selenium dan stres emosional.[19,21]
•Tipe histologistersering: KTP Goiter dapat menimbulkan hiperplasia
yang bersifat difusa maupun noduler (nodul
Kelantan; •28,1% dari 1.480 lesi tiroid
1994–2004 merupakan lesi neoplastik tunggal dan multipel) dan dipercaya
•Tersering adalah KTP (76,6%) mempengaruhi peningkatan insiden KTP.
•Mayoritas kasus (59,9%) terjadi Analisis klonal telah dimanfaatkan dalam
dengan latar belakang membedakan hiperplasia dengan neoplasia,
hiperplasianoduler dimana hiperplasia digolongkan sebagai
•Studi menunjukkan karsinoma
tiroid yang berkembang dari MNT proliferasi yang bersifat poliklonal se-
terbanyak pada area defisiensi dangkan neoplasia merupakan proliferasi
iodium monoklonal dari sel yang mengalami trans-
Perak; •Bukan merupakan area endemik, formasi genetik. Pada tiroid, ditemukan pe-
2004–2007 sampel sedikit tetapi Karsinoma rubahan pola monoklonal pada kelompok
tiroid lebih tinggi dari daerah lain nodul yang sebelumnya merupakan nodul
(11%) dan KTP (57,5%) hiperplastik.[22,23]Mekanisme bagaimana
•Rentang usia 21-60 tahun, perubahan poliklonal menjadi monoklonal
tertinggi pada ras Malay, diikuti ini merupakan interaksi antara faktor risiko
India kemudian China. goiter dan adanya predisposisi genetik yang
Myanmar; •Kejadian karsinoma tiroid diantara selanjutnya menciptakan lingkungan muta-
1996–1998 keseluruhan kasus lebih tinggi genik yang ditandai oleh peningkatan prolif-
secara signifikan; p<0,0001
•Frekuensi secara signifikan lebih
erasi sel disertai pembentukan radikal bebas
tinggi pada pasien usia 21-60 yang memicu adanya mutasi somatiktirosit.
tahun; p< 0,008 Klonal tumor terbentuk jika defek genetik
•KTP dan adenoma folikuler secara tidak dapat diperbaiki. Pada kondisi ini, mu-
signifikan lebih tinggi dari tipe tasi merupakan pencetus proliferasi sel.
lainnya; p = 0,003
•Peningkatan insiden tiap tahun;
Goiter meningkatkan risiko. [1,3,4]karsinoma
tiroid sebanyak dua setengah kali lipat.[19]
Data epidemiologis menunjukkan bahwa
Keterangan: KTP: Karsinoma Tiroid papiler insiden karsinoma tiroid yang berkembang
MNT: MultipelNodul Tiroid dari goiter berkisar antara 7,5% hingga
13%. .[6]
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.2, November 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.27.42-50.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 1 No. 2, November 2016, Hal. 48
Insiden KTF lebih tinggi terjadi pada Selain itu peningkatan asupan iodium
area goiter endemik dan berkaitan dengan juga berkaitan dengan frekuensi mutasi
rendahnya asupaniodium. Sedangkan in- BRAFV600E dengan mekanisme yang belum
siden KTP lebih sering berkaitan dengan diketahui dan baru dibuktikan melalui
goiter sporadik pada area dengan asupan- beberapa studi epidemiologi.[23,26]
iodium yang cukup. Sebuah penelitian ek-
sperimental pada hewan coba yang sebe- SIMPULAN
lumnya dengan asupaniodium rendah Berdasarkan studi kepustakaan
kemudian diberikan suplementasiiodium terdapat kaitan terjadinya karsinoma tiroid
menunjukkan terjadinya perubahan morfol- pada kasus goiter baik goiter toksik maupun
ogi folikuler menjadi papiler. Hal ini non toksik dengan pembesaran difus
menunjukkan peranan kadariodium lebih maupun noduler. Aktivitas proliferatif
penting dalam memodulasi morfologi tumor tirosit menjadi acuan adanya perubahan
daripada inisiator pada karsinogenesis neoplastik pada kasus goiter sehingga
tiroid. Jika propilaksisiodium diberikan, sangat penting pada hasil pemeriksaan
maka terjadi penurunan rata-rata TSH histopatologidiberikan jawaban ada atau
(Thyroid Stimulating Hormone) serum dan tidak adanya fokus proliferatif pada kasus
peningkatan perbandingan rasio struktur goiter. Selanjutnya dapat dikembangkan
papiler: folikuler.[1,24,25]Iodium akan studi analitik dalam menentukan kaitan
menghasilkan iodine radioaktif yang berkai- kasus goiter dengan karsinoma tiroid.
tan dengan kerusakan rantai DNA melalui
tata ulang RET-TRK.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.2, November 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.27.42-50.
WMJ (Warmadewa Medical Journal),, Vol. 1 No. 2, November 2016, Hal. 49
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.2, November 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.27.42-50.
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol. 1 No. 2, November 2016, Hal. 50
WMJ (Warmadewa Medical Journal), Vol.1, No.2, November 2016, p-ISSN 2527-4627
DOI: 10.22225/wmj.1.2.27.42-50.