Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

FARMASI KLINIK

DOSEN :

Putu Rika Veryanti, S.Farm.,M.Farm-Klin, Apt

APOTEKER 37 “B” (REGULER)

Kelompok 4 :

1. Purnama Ervina Nababan (18340174)


2. Intan Tirza Pasangka (18340181)
3. Pusphita Sari Teppa (18340171)
4. Disa Anugerah (18340191)
5. Vadia N. Usman (18340192)

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

PROFESI APOTEKER

JAKARTA
201
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi


sitemik kronik dan progresif dengan sendi merupakan sasaran utama. Gejala
artritis reumatoid adalah poliartritis simetris terutama pada sendi sendi kecil
tangan dan kaki. Selain lapisan synovial sendi, artritis reumatoid juga bisa
mengenai organ-organ di luar persendian seperti kulit, jantung, paru paru, dan
mata. Mortalitasnya meningkat akibat adanya komplikasi kardiovaskular, infeksi,
penyakit ginjal, keganasan dan adanya komorbiditas (Suarjana, 2014).
Artritis reumatoid menyebabkan banyak masalah pada penderitanya.
Artritis reumatoid menyebabkan peradangan yang terus-menerus dan merusak
tulang rawan sendi dan tulang dibawahnya sehingga menyebabkan deformitas dan
keterbatasan fisik. Kerusakan sendi pada artritis reumatoid dimulai dari proliferasi
makrofag dan fibroblas synovial yang dipengaruhi oleh sitokin inflamasi setelah
adanya faktor pencetus berupa autoimun atau infeksi (Suarjana, 2014). Selain itu,
etilogi artritis reumatoid belum diketahui secara jelas, namun interaksi yang
kompleks antara faktor genetik, faktor lingkungan, hormon sex, faktor infeksi dan
sistem imun diduga menjadi pencetus timbulnya penyakit (Rosenberg, 2013).

Menurut American Rhematism Asssociation tahun 1987, diagnosis AR


dapat di tegakan berdasarkan empat kriteria (manifestasi klinik) dari 7 kriteria di
bawah ini,dimana 4 kriteria tersebut berlangsung selama 6 minggu.

1. Kaku sendi pada pagi hari (morning stiffeness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-kurangnya
1 jam sebelum perbaikan maksimal.
2. Pembengkaan yang paling sedikit melibatkan 3 sendi atau di sertai dengan
adanya cairan. Sendi yang mungkin terkena adalah pergelangan tangan,
siku,lutut,pergelangan kaki,dan metatarsophalangeal.
3. Atritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi pembekakan
satu persendian tangan seperti tersebut diatas
4. Artritis simetris, maksudnya keterlibatan sendi yang sama (tidak mutlak
besifat simetris)pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyarthritis
simultaneousy)
5. Erosi atau dekalsifikasi sendi tangan yang terlihat ketika difoto dengan
sinar X
6. Nodul rematoid yang di jumpai daerah tonjolan tulang di sekitar sendi
7. Serum faktor rematoid positif terdapat titer upnormal factor rematoid.

Karena penyakit bersifat sistemik maka dapat memberikan komplikasi,


seperti gartritis dan ulkus peptikum yang mungkin di akibatkan penggunaan AINS
dan obat pengubah perjalanan penyakit atau disease modifying antirheumatoid
drugs, (DMARDs). Selain itu penggunaan ke dua obat diatas juga menjadi faktor
morbilitas dan mortalitas utama pada AR.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana menginddentifikasi kasus nomor 4 ?


2. Bagaimana Menyelesaikan kasus nomor 4 ?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui mengindentifikasi kasus nomor 4.


2. Untuk mengetahui dan menyelesaikan kasus nomor 4.
BAB II

TINJAUAN KASUS

Kasus 4

Pasien a.n Tn G, MRS ke bangsal melati tgl 1 Oktober 2018 dgn keluhan
panas selama 1 minggu, mual dan muntah, bila BAK terasa panas dan nyeri.
Pasien juga alami nyeri pada pergelangan tangan dan kaki yang sangat. Dari
pemeriksaan, klinisi mendiagnosis ISK + RA. Pasien mendapat terapi
ciprofloxacin inj 2x200 mg, pamol 4 x 1, antasida sir 3 x C II, lansoprasole 1 x 40
mg. Riwayat obat sebelumnya Ibuprofen 2x100 mg, kloroquin 1 x 250 mg,
metilprednisolon 3 x 4 mg. Data lab SGOT / SGPT 100 U/L / 300 U/L, Cr 2,5
g/dL, BUN 50 g/dL. Kerjakan dengan SOAP!

Subjektif

1. Keluhan panas selama 1 minggu, mual dan muntah, bila BAK terasa panas
dan nyeri.
2. Nyeri pada pergelangan tangan dan kaki yang sangat.

Objektif

PEMERIKSAAN NILAI HASIL KETERANGAN


NORMAL PEMERIKSAAN
SGOT 0-50 U/L 100 U/L Tinggi
SGPT 0-50 U/L 300 U/L Tinggi
CrCl 0,5 – 1,5 mg/dL 2,5 g/dL. Tinggi
BUN 15-40 mg/dL 50 g/dL. Tinggi
 SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)/ AST (Aspartat
Aminotransferase)
 SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)/ (Alanin Aminotransferase)
 BUN (Blood Urea Nitrogen)
 Cr (Clereance creatinine)
Assesment :

NO PROBLEM MEDIK TERAPI DRP KETERANGAN


1. Panas 1 minggu Pamol 4x1 Tidak tepat Dosis berlebih
dosis (dosis dapat
yang menyebabkan
berlebihan) hepatotoksik
2. Mual-muntah Lanzoprazole Lanzoprazole Lanzoprazole
1x40mg diketahui dipertimbangkan
pasti dalam untuk dihentikan
peningkatan
SGPT
&SGOT
karena di
mrtabolisme
oleh Hati

Plann :

NO REKOMENDASI MONITORING TARGET


1. Menurunkan dosis Kadar SGOT & SGPT Pemantauan nilai
pamol 3 x 500mg SGOT & SGPT agar
tidak lebih dari range
dan nilai normal
2. Jika Lanzoprazole Kadar SGOT & SGPT Pemantauan nilai
dibutuhkan, Dosis SGOT & SGPT agar
disarankan untuk tidak lebih dari range
Turunkan menjadi 30mg dan nilai normal
1x1 Pemakaian
Lanzoprazle dengan
Antasida diberi jeda
waktu 1 Jam sebelum
Antasida
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Penurunan dosis pamol 3x 500 mg
2) Mempertimbangkan untuk memulai terapi Disease Modifying Anti
Rheumatic Drugs (DMARD) yaitu : methotrexate, klorokuin, azathioprine,
leflunomide (LEF), sulfasalazine (SSZ), dengan methotrexate sebagai lini
pertama.
3) Penambahan asam folat dengan Dosis 1mg/hari selama 1 minggu jika
pasien di berikan 3 hari setelah penggunaan Methotrexate.

3.2 Saran
1) Cukup istirahat pada sendi yang mengalami RA
2) Mengurangi berat badan jika berat badan berlebihan.
3) Fisioterapi (di lakukan pergerakan sendi secara sistematis).
4) Kompres dingin atau panas.
5) Pembidaian untuk imobilisasi dan untuk mengistirahatkan satu atau
beberapa sendi.
6) Pembedahaan untuk memperbaiki deformitas
7) Hindari penggunaan bersama Obat yang bersifat Hepatotoksik
DAFTAR PUSTAKA

1. Basic Pharmacology & Drug Notes


2. Medscape
3. Drugs.com
4. Lien T. Quach, et al. 2016. Rheumatoid arthritis triple therapy
compared with etanercep: difference in infectious and gastrointestinal
adverse events.
5. Rizki Puspitasari, et al. 2014. Ketepatan penggunaan metotreksat pada
pasien rheumatoid artritis di Rumah Sakit Emanuel Klampok
berdasarkan kriteria eksplisit.

Anda mungkin juga menyukai