Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang belum
tereksploitasi secara optimal, meskipun telah dilakukan berbagai penerapan
metode penangkapan, penggunaan bermacam jenis alat penangkapan maupun
modifikasi pada alat tangkap. Hal ini disebabkan karena proses penangkapan tidak
didukung oleh ketersediaan informasi tentang daerah penangkapan dan tentang
sumberdaya ikan itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memperoleh
informasi tersebut yang bisa dilakukan dengan memanfaatkan metode akustik.
Metode akustik merupakan metode yang menggunakan gelombang suara
dan perambatannva untuk mendeteksi obvek atau target dalam suatu medium.
Metode akustik ini dapat memberikan informasi yang detail tentang densitas,
distribusi kedalaman renang, ukuran panjang ikan dan variasi migrasi diurnal
(Susandi, 2004).
Menurut Hodges (2010), istilah “akustik” mengacu pada gelombang suara
yang bergerak dalam berbagai media. Gelombang akustik datang dalam dua jenis:
longitudinal atau kompresi dan transversal atau bergeser. Di dalam air, hanya
hanya gelombang longitudinal atau kompresi saja yang didukung karena air
memiliki kekuatan bergeser yang lemah.
Akan tetapi pada dasarnya teknologi akustik bawah air merupakan metode
yang sangat efektif dan berguna untuk eksploitasi kelautan perikanan. Teknologi
akustik ini terdiri dari pengukuran, analisis, dan interpretasi karakteristik sigma
refleksi atau scattering dari objek yang dikenai (Manik, 2006). Arnaya
(1990) dalam Hermawan (2002) mengatakan bahwa metode akustik memiliki
beberapa kelebihan, yaitu: berkecapatan tinggi, estimasi stok ikan secara
langsung, memungkinkan memperoleh dan memproses data secara real time,
akurasi ketepatan tinggi, tidak merusak karena frekuensi yang digunakan tidak
membehayakan si pemakai alat ataupun target.
1.2 Tujuan
1. Apa itu Akustik Kelautan
1.3 Manfaat
1. Dapat mengenal tentang akustik kelautan
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Akustik Kelautan


Akustik kelautan merupakan ilmu yang mempelajari gelombang suara dan
perambatannya dalam suatu medium, dalam hal ini mediumnya adalah air laut
(Allo, 2008). Menurut Budiarto (2001), dalam akustik, proses pembentukan
gelombang suara dan sifat-sifat perambatannya serta proses-proses selanjutnya
dibatasi oleh air. Untuk memperoleh informasi tentang objek-objek bawah air
digunakan suatu sistem sonar yang terdiri dari dua sistem yaitu active sonar
system yang digunakan untuk mendeteksi dan meneliti target-target bawah air
dan passive sonar system yang hanya digunakan untuk menerima suara-suara
yang dihasilkan oleh objek-objek bawah air.
Dalam perambatannya, akustik mengenal adanya transmission loss akibat
adanya absorpsi dari medium, adanya kehilangan akibat penyebaran (spreading)
di dalam medium air, impedansi akustik yang mempengaruhi
nilai backscattering strength, ukuran butir dan sifat-sifat sedimen terhadap sifat-
sifat akustik. (Noorjayantie, 2009).
Selain itu, gangguan juga bisa terjadi dalam menjalankan metode akustik
yang disebut dengan noise, yaitu sinyal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi
karena faktor fisik, biologi, dan artifisial (Allo, 2008).
Akan tetapi pada dasarnya teknologi akustik bawah air merupakan metode
yang sangat efektif dan berguna untuk eksploitasi kelautan perikanan. Teknologi
akustik ini terdiri dari pengukuran, analisis, dan interpretasi karakteristik sigma
refleksi atau scattering dari objek yang dikenai (Manik, 2006). Arnaya
(1990) dalam Hermawan (2002) mengatakan bahwa metode akustik memiliki
beberapa kelebihan, yaitu: berkecapatan tinggi, estimasi stok ikan secara
langsung, memungkinkan memperoleh dan memproses data secara real time,
akurasi ketepatan tinggi, tidak merusak karena frekuensi yang digunakan tidak
membehayakan si pemakai alat ataupun target.
Penggunaan sebuah ruang untuk lebih dari satu fungsi akustik sudah
menjadi kebiasaan dewasa ini seperti Auditorium, Hall, bahkan di Indonesia
muncul penamaan “ruang serba guna” untuk ruang dengan fungsi yang sangat
luas. Keanekaragaman fungsi dari suatu ruang menuntut perlakuan akustikal yang
berbeda. Ini dikarenakan standar kebutuhan kualitas dan kuantitas bunyi yang
berbeda-beda yang sebaiknya diterima oleh pendengar. Standar tersebut tidak
terbatas hanya pada kekuatan bunyi tetapi juga, waktu dengung, kejelasan bunyi,
kejelasan lafal, perbandingan bunyi frekuensi tinggi dan rendah. Untuk ruang
dengan fungsi akustik yang beragam dapat dilakukan penyesuaian pada
penggunaan elemen interior yang dapat ditata sesuai kebutuhan dan pemilihan
sistem sumber bunyi elektronik, namun aspek desain fisik ruang selalu menjadi
pertimbangan pertama (Barron, 2010).
Secanggih dan semahal apapun peralatan tata bunyi elektronik yang
dipasang di suatu bangunan, bila akustik bangunan tersebut buruk maka hal itu
akan menjadikan kualitas bunyi dalam bangunan itu buruk juga (Satwiko, 2009).
Variabel sistem akustik dalam bentuk fisik memiliki keunggulan tersendiri
karena tidak membutuhkan tenaga ahli untuk mengontrol dan merawat sistem
tersebut. Variabel fisik juga menghasilkan bunyi yang lebih natural yang tidak
mampu dihasilkan dari sumber bunyi elektronik.
2.2 Alat-Alat Akustik
Alat-alat yang ada di gunakan dalam akustik yaitu :
2.2.1 Pengertian, Bagian serta Fungsi dan Sistem Pengoperasian Fish Finder
Fish finder merupakan teknologi suatu teknologi pendeteksian bawah air
dengan menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument). Teknologi ini
menggunakan suara atau bunyi untuk melakukan pendeteksian. Sebagaimana
diketahui bahwa kecepatan suara di air adalah 1.500 m/detik, sedangkan
kecepatan suara di udara hanya 340 m/detik, sehingga teknologi ini sangat efektif
untuk deteksi di bawah air.
Echosounder atau fish finder sebagai alat bantu dalam operasi
penangkapan ikan merupakan alat pengindraan jarak jauh dengan prinsip kerja
menggunakan metode akustik yaitu sistem sinyal yang berupa gelombang suara.
Sinyal yang dipancarkan kedalam laut secara vertikal setelah mengenai obyek,
pantulan sinyal diterima kembali kemudian diolah sehingga menghasilkan
keterangan tentang kedalaman laut, kotur dan tekstur dasar laut dan posisi dari
gerombolan ikan (Dwinata dan Prihatini, 1999).
Penggunaan metode hydroacoustic mempunyai beberapa kelebihan
(Arnaya, 1991), diantaranya :
1. Berkecepatan tinggi.
2. Estimasi stok ikan secara langsung dan wilayah yang luas dan dapat
memonitor pergerakan ikan.
3. Akurasi tinggi.
4. Tidak berbahaya dan merusak sumberdaya ikan dan lingkungan, karena
frekuensi suara yang digunakan tidak membahayakan bagi si pemakai alat
maupun obyek yang disurvei.
2.2.2 Pengertian, Bagian serta Fungsi dan Sistem Pengoperasian SONAR
SONAR merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah
air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk mendeteksi dan menetapkan lokasi
obyek di bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Hingga saat ini sonar
telah luas digunakan untk mendeteksi kapal selam & ranjau, mendeteksi
kedalaman, penangkapan ikan komersial, keselamatan penyelaman, dan
komunikasi di laut.
SONAR (Sound Navigation and Ranging) merupakan sistem instrumen
yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang obyek-obyek bawah air.
Sistem SONAR ini terdiri dari dua bagian yaitu sistem sonar aktif yang
melakukan proses pemancaran dan penerimaan sinyal suara dan sistem sonar pasif
yang digunakan untuk menerima sinyal-sinyal suara yang dihasilkan oleh obyek
obyek bawah air (MacLennan dan Simmonds, 1992).
Metode akustik digunakan untuk menentukan perubahan kelimpahan stok
ikan, dengan menggunakan sistem pemancar yang memancarkan sinyal akustik
secara vertikal disebut echosounder, sedangkan yang memancarkan sinyal akustik
secara horizontal disebut sonar (Burczynski, 1982).
Sistem echosounder dan sonar umumnya terdiri dari lima komponen,
adapun kelima komponen tersebut yaitu (MacLennan and Simmonds, 1992):
1. transmitter,berfungsi untuk menghasilkan pulsa listrik
2. transducer, untuk mengubah energi listrik menjadi energi suara begitu
juga sebaliknya
3. receiver, untuk menerima echo dari objek
4. peraga–perekam, untuk mencatat hasil echo
5. time base, digunakan untuk mengaktifkan pulsa.
2.2.3 Pengertian, Bagian serta Fungsi dan Sistem Pengoperasian Radar
Radar adalah suatu sistem yang digunakan untuk mendeteksi dan
menentukan lokasi suatu target berdasar karakteristik perambatan gelombang
elektromagnet. Radar bekerja dengan menggunakan gelombang radio yang
dipantukan dari permukaan objek. Radar menghasilkan sinyal energi
elektromagnetik yang difokuskan oleh antenna dan ditransmisikan ke atmosfer.
Benda yang berada dalam alur sinyal elektromagnetik ini yang disebut objek,
menyebarkan energi elektromagnetik tersebut. Sebagian dari energi
elektromagnetik tersebut disebarkan kembali ke arah radar. Antena penerima yang
biasanya juga antenna pemancar menangkap sebaran balik tersebut dan
memasukkannya ke alat yang disebut receiver.
Radar merupakan singkatan dari Radio Detection and Ranging yaitu
pesawat yang mengirimkan gelombang radio berupa pulsa-pulsa. Pulsa-pulsa
yang dikirimkan tersebut, setelah mengenai target dengan kekerasan tertentu
(misalnya pantai) akan dipantulkan kembali ke kapal dan oleh ‘scanner’. Radar
akan diterima gema pulsa tesebut. Setelah melalui penguatan, gema tersebut
diubah menjadi video frequency, sehingga dapat ditampilkan pada layar Radar
(CRT). Radar berfungsi untuk mengetahui keadaan di depan kapal waktu berlayar
dalam keadaan kabut, gelap atau hujan lebat. Misalnya jika ada kapal dari arah
lain maka akan terlihat pada layar radar (Robert, 1997).
Komponen radar menurut Burczynski (1982) :
1. Modulator, adalah alat pengendali transmitter dengan menentukan waktu
dan jumlah sinyal yang harus ditransmisikan.
2. Transmitter adalah alat yang menghasilkan energi untuk sinyal yang akan
dtransmisikan.
3. Antena, memfokuskan energi sinyal untuk dipancarkan ke atmosfer dan
mengumpulkan hasil pantulan kembali dari objek.
4. Duplexer,sebagai penghubung antara transmitter dan receiver.
5. Receiver,sebagai penguat sinyal kembali yang diterima antena.
6. Signal,procesor sebagai pengolah sinyal kembali.
7. Layar tampilan, menampilkan informasi actual tentang pulsa yang telah
kembali.
2.2.4 Pengertian, Bagian serta Fungsi dan Sistem Pengoperasian RDF
Radio Direction Finding adalah alat untuk mendeteksi dan mencari sinyal
pemancar yang dioperasikan melalui penerimaan gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan oleh pemancar. Gelombang radio yang dipancarkan dari antena
pemancar berjalan melalui atmosfer sebagai pemampatan dan pembiasan garis-
garis gaya listrik. Panjang gelombang dari puncak ke lembah disebut “panjang
gelombang”.
Gelombang radio berjalan dari antena dengan kecepatan 3x108 m/detik
sama dengan kata lain gelombang radio berjalan sejauh 7,5 kali keliling bumi
dalam satu detik (Gumbira, 2011). Dalam komunikasi radio, modulasi adalah
suatu sistem atau cara mengirimkan sinyal informasi agar dapat dibawa oleh
gelombang radio yang dipancarkan melalui pemancar (Formby, 1988).
Paling sederhana sistem navigasi radio adalah bahwa RDF peralatan untuk RDF
digunakan pada beberapa kerajinan rekreasi, di kapal penangkap ikan dari semua
ukuran, dan kapal dagang. Sejauh RDF digunakan bervariasi dengan ketersediaan
peralatan yang lebih canggih, namun tetap menjadi dasar RDF (Dutton 2004).
III. PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan
Akustik Kelautan merupakan ilmu yang mempelajari gelombang suara dan
perambatannya dalam medium air laut. Dalam akustik, proses pembentukan
gelombang suara dan sifat-sifat perambatannya serta proses-proses selanjutnya
dibatasi oleh air. Untuk memperoleh informasi tentang objek-objek bawah air
digunakan suatu sistem sonar yang terdiri dari dua sistem yaitu active sonar
system yang digunakan untuk mendeteksi dan meneliti target-target bawah air
dan passive sonar system yang hanya digunakan untuk menerima suara-suara
yang dihasilkan oleh objek-objek bawah air.
Secara garis besar pengunaan akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan
dapat dikelompokkan menjadi lima yakni untuk survey, bududaya perairan,
penelitian tingkah laku ikan, mempelajari penampilan dan selektifitas alat-alat
penangkapan ikan dan lain-lain.
Dalam survey kelautan dapat digunakan untuk menduga spesies ikan,
menduga ukuran individu ikan, kelimpahan/stok sumberdaya hayati laut (plankton
dan ikan).
Aplikasi dalam budidaya perairan dapat digunakan dalam
penentuan/pendugaan jumlah biomass dari ikan dalam jaring/ kurungan
pembesaran (penned fish/enclosure), untuk menduga ukuran individu ikan dalam
jaring/kurungan dan untuk memantau tingkah laku ikan (dengan telemetering
tags), khususnya aktifitas makan (feeding activity).
Alat-alat lain yang bekerja dengan prinsip akustik anata lain Fish Finder,
SONAR, Radar, dan RDF (Radio Direction Finding).
DAFTAR PUSTAKA
Allo, Obed Agtapura Taruk. 2008. Klasifikasi Habitat Dasar Perairan Dengan
Menggunakan Instrumen Hidroakustik Simrad Ey 60 Di Perairan Sumur,
Pandeglang – Banten. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Arnaya, I.N. 1991. Dasar-dasar Akustik. Diktat Kuliah Program Studi Ilmu
danTeknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor
Budiarto, Aris. 2001. Aplikasi Split Beam Acoustic System Untuk Pendugaan
Nilai Densitas Ikan di Perairan Teluk Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Burczynski, J. 1982. Introduction to The Use of SONAR Systems for estimating
Fish Biomass. FAO: Rome
Burczynski, J., dan Ben-yami. 1985. Finding Fish With Echosounder. FAO:
ROMA

Anda mungkin juga menyukai