Perkembangan Agama Islam Di Indonesia
Perkembangan Agama Islam Di Indonesia
Sejarah Wajib
Wijayana Raihana
X IIS 2
A. PROSES MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikianpula kerajaan-kerajaan dan
daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial budaya yang berlainan. Proses
masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang mengemukakan
pendapat itu diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta
ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan
oleh orang-orang barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh
pemerintahnya di Indonesia. Tokoh-tokoh itu diantaranya :
1. Marcopolo
2. Muhammad Ghor
3. Ibnu Bathuthah
4. Dego Lopez
5. de Sequeira
6. Sir Richard Wainsted
Berita Arab
Berita ini diketahui dari pedagang Arab yang melakukan aktivitas perdagangan dengan bangsa Indonesia. Pedagang
Arab Telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur pelayaran
perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Selat Malaka pada waktu itu. Hubungan pedagang Arab
dengan kerajaan Sriwijaya terbukti dengan adanya para pedagang Arab untuk kerajaan Sriwijaya dengan sebutan
Zabak, Zabay atau Sribusa. Pendapat ini dikemukakan oleh Crawfurd, Keyzer, Nieman, de Hollander, Syeh
Muhammad Naquib Al-Attas dalam bukunya yang berjudul Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu dan mayoritas
tokoh-tokoh Islam di Indonesia seperti Hamka dan Abdullah bin Nuh. Bahkan Hamka menuduh bahwa teori yang
mengatakan Islam datang dari India adalah sebagai sebuah bentuk propaganda, bahwa Islam yang datang ke Asia
Tenggara itu tidak murni.
Berita Eropa
Berita ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Ia adalah orang yang pertama kali menginjakan kakinya di
Indonesia, ketika ia kembali dari Cina menuju Eropa melalui jalan laut. Ia dapat tugas dari kaisar Cina untuk
mengantarkan putrinya yang dipersembagkan kepada kaisar Romawi, dari perjalannya itu ia singgah di Sumatera
bagian utara. Di daerah ini ia menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu kerajaan Samudera dengan ibukotanya
Pasai.Diantara sejarawan yang menganut teori ini adalah C. Snouch Hurgronye, W.F. Stutterheim,dan Bernard H.M.
Vlekke.
Berita India
Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam penyebaran
agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Karena disamping berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama dan
kebudayaan Islam kepada setiap masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah
pesisisr pantai. Teori ini lahir selepas tahun 1883 M. Dibawa oleh C. Snouch Hurgronye. Pendukung teori ini,
diantaranya adalah Dr. Gonda, Van Ronkel, Marrison, R.A. Kern, dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.
Berita Cina
Berita ini diketahui melalui catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho.
Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang
bertempat tinggal di pantai utara Pulai Jawa.11 T.W. Arnol pun mengatakan para pedagang Arab yang menyebarkan
agama Islam di Nusantara, ketika mereka mendominasi perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijrah atau
abad ke-7 dan ke-8 M. Dalam sumber-sumber Cina disebutkan bahwa pada abad ke-7 M seorang pedagang Arab
menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera (disebut Ta’shih).
Mengenai masuknya Islam ke Indonesia, ada satu kajian yakni seminar ilmiah yang diselenggarakan pada
tahun 1963 di kota Medan, yang menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H/7 M, langsung dari negeri Arab.
2. Daerah pertama yang dimasuki Islam adalah pesisir sumatera Utara. Setelah itu masyarakat Islam
membentuk kerajaan Islam Pertama yaitu Aceh.
3. Para dai yang pertama, mayoritas adalah para pedagang. Pada saaat itu dakwah disebarkan secara damai.
Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya
ialah melalui perdagangan. Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu
lintas perdagangan abad-7 sampai abad ke-16, perdagangan antara
negeri-negeri di bagian barat, Tenggara dan Timur benua Asia dan
dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India) turut serta
menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran islamisasi
melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini
menimbulkan jalinan di antara masyarakat Indonesia dan
pedagang. Dijelaskan di sini bahwa proses islamisasi melalui
saluran perdagangan itu dipercepat oleh situasi dan kondisi politik
beberapa kerajaan di mana adipati-adipati pesisir berusaha
melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang sedang
mengalami kekacauan dan perpecahan.
Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling memudahkan. Karena ikatan
perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yauitu
suami isteri membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti membentuk masyarakat
muslim.
Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan wanitia pribumi juga
merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan
antara putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari
sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga
penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum
kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah mereka mempunyai kerturunan, lingkungan mereka
makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim.
Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses
Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk
kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang
jelas pada tulisan-tulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian
langsung dengan penyebaran Islam di Indonesia. Dalam hal ini para ahli
tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka selalu berusaha
menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-
tengah masyarakatnya. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian
untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Jalur tasawuf, yaitu proses
islamisasi dengan mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama yang ada
yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam
sehingga mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung
persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan
Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20 ini.
Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam
proses Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui
pendidikan yaitu dengan mendirikan pondok-pondok
pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi
para santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan
oleh guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka
setelah belajar ilmu-ilmu agama dari berbagai kitab-
kitab,setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan
kembali ke masing-masing kampung atau desanya untuk
menjadi tokoh keagamaan, menjadi kyai yang
menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai
yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh lagi.
Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya
pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung
Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah dengan pertunjukan wayang,
yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita wayang itu disisipkan ajaran agama Islam. Seni gamelan juga
dapat mengundang masyarakat untuk melihat pertunjukan tersebut. Selanjutnya diadakan dakwah keagamaan
Islam.
Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi.
Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan
mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi
dan raja sebagai panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya.
Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk
Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih dahulu. Pengaruh
politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Ketiga teori ini pun sebenarnya tidak membicarakan masuknya agama Islam ke tiap pulau-pulau di Indonesia,
melainkan hanya menganalisis masuknya agama Islam ke Sumatera dan Jawa, karena kedua wilayah ini merupakan
sampel untuk wilayah Indonesia lainnya. Dengan kata lain, masuknya agama Islam ke pulau tersebut menentukan
perkembangan Islam ke pulau lainnya. Berikut ini adalah ketiga teori tersebut:
1. Teori Gujarat
Dalam teori Gujarat ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia di bawa oleh para pedagang yang berasal dari
Gujarat India. Pertama kali teori ini dicetuskan oleh dua orang sejawaran yang berasal dari Belanda yaitu Snouck
Hurgronje dan J. Pijnapel. Menurut sejarawan tersebut, Islam masuk ke Indonesia sejak awal abad ke 13 Masehi. Hal
tersebut bersamaan dengan hubungan perdagangan yang telah terjalin antara masyarakat Indonesia dengan para
pedagang yang berasal dari Gujarat India yang datang ke Indonesia.Selain itu, teori mengenai masuknya islam ke
indonesia yang dibawa ole para pedagang dari Gujarat ini dibuktikan dengan adanya batu nisan Sultan Samudra
Pasai yaitu Malik As saleh pada tahun 1297 yang memiliki corak khas Islam dari Gujarat. Selain itu ada juga catatan
Marcopolo dan adanya warna tasawuf pada aliran islam yang telah berkembang di Indonesia sampai saat ini.
Yang menjadi dasar dari adanya teori Gujarat ini adalah sebagai berikut :
a) Kurangnya fakta yang di dalamnya menjelaskan mengenai peranan bangsa Arab dalam menyebarkan
ajaran Agama islam di Indonesia.
b) Hubungan antara Indonesia dengan India telah terjalin lama terutama dalam hubungan dagang. Jalur
yang mereka gunakan melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c) Adanya batu nisan Sultan Samudera Pasai yaitu Malik Al Saleh pada tahun 1297 yang coraknya khas
dengan Gujarat.
Banyak ahli yang mendukung adanya teori Gujarat ini dengan banyak memusatkan perhatiannnya pada saat
timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu dengan adanya kerajaan Samudera Pasai. Akan tetapi, selain ada bukti
mengenai kebenaran dari teori ini, teori gujarat ini juga memiliki kelemahan. Kelemahan – kelemahan mengenai
teori Gujarat tersebut ditunjukkan atas dua sangkalan. Kedua sangkalan tersebut seperti, yang pertama masyarakat
Samudera Pasai menganut Mazhab Syafii,sedangkan masyarakat Gujarat lebih banyak yang menganut Mazhab
hanafi. Dan yang kedua adalah ketika proses islamisasi Kerajaan Samudera Pasai, di Gujarat masih merupakan
kerajaan Hindu.
2. Teori Mekah
Teori Makkah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Makkah atau Arab.
Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah
Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka
mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi
Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa
Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA
adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab.Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi
oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka,
jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi. Dalam hal ini, teori
HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-
prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA,
melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan
rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu
agama.
Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang
Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang
diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan
islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan
kumpulan atau perguruan tarekat.
Terdapat fakta menarik dalam hal pelayaran bangsa Arab yang ditulis oleh T.W. Arnold. Dinyatakan bahwa bangsa
Arab sejak abad ke-2 sebelum Masehi telah menguasai perdagangan di Ceylon. Jika kita hubungkan dengan
penjelasan kepustakaan Arab Kuno yang menyebutkan Al-Hind berarti India atau pulau-pulau sebelah timurnya
sampai ke Cina, dan Indonesia pun disebut sebagai pulau-pulau Cina, besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa
Arab telah sampai ke Indonesia. Hanya penyebutannya sebagai pulau-pulau Cina atau Al-Hind. Bila memang benar
telah ada hubungan antara bangsa Arab dengan Indonesia sejak abad ke-2 SM, maka bangsa Arab merupakan
bangsa asing pertama yang datang ke Nusantara.
3. Teori Persia
Pertama, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali,
cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut”
(keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi.
Kedua, Tradisi lainnya adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa
Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat
karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas
politik dan sosial.
Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja bahasa Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam
pengajian Al-Qur’an tingkat awal. Huruf Sin yang ridak bergigi berasal dari Persia, sedangkat Sin bergigi berasal dari
Arab.
Keempat, nisan pada makam Malikus Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di Gresik dipesan dari Gujarat.
Dalam hal ini, Teori Persia memiliki kesamaan mutlak dengan teori Gujarat.
Kelima, Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni
kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa
umat Islam Indonesia menganut mazhab Syafei, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
Namun, teori ini sukar untuk diterima oleh K.H. Saifuddin Zuhri sebagai salah satu peserta seminar (1963). Alasan
yang dikemukakannya adalah jika kita berpedoman kepada masuknya agama Islam ke Indonesia pada abad ke-7, hal
ini berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Ummayah. Saat itu kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi,
dan kebudayaan berada di tangan bangsa Arab, sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di Makkah, Madinah,
Damaskus, dan Baghdad, Jadi belum mungkin Persia menduduki kepemimpinan dunia Islam.
Dari uraian di atas dapat kita lihat perbedaan dan persamaan ketiga teori Gujarat, Makkah, dan Persia sebagai
berikut:
o Antara Teori Gujarat dan Persia terdapat kesamaan pandangan mengenai masuknya agama Islam ke
Indonesia yang berasal dari Gujarat.
o Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang melihat ajaran agama Islam mempunyai kesamaan ajaran
dengan Mistik di India, sedangkan teori Persia memandang adanya kesamaan ajaran sufi di Indonesia
dengan di Persia. Gujarat dipandangnya sebagai daerah yang dipengaruhi oleh Persia, dan menjadi tempat
singgah ajaran Syi’ah ke Indonesia.
o Dalam hal memandang Gujarat sebagai tempat singgah bukan pusat, sependapat dengan Teori Makkah.
Tetapi teori Makkah memandang Gujarat sebagai tempat singgah perjalanan perdagangan laut antara
Indonesia dengan Timur Tengah, sedangkan ajaran Islam diambilnya dari Makkah atau dari Mesir.
o Walaupun dari ketiga teori ini tidak dapat titik temu, namun mempunyai persamaan pandangan yakni Islam
sebagai agama yang dikembangkan di Indonesia melalu jalan damai.
Kedatangan Islam dimulai kala negeri ini menjadi kunci perdagangan di benua Asia, bahkan malah seluruh dunia.
Utamanya di daerah kerajaan Sriwijaya, Sumatera. Daerah itu adalah tempat berlabuh para pedagang yang berlayar
dari bebagai wilayah, termasuk juga timur tengah. Dimana yang kala itu warganya telah terlebih dahulu memeluk
agama Islam. Kebanyakan para pedagang tersebut memilih berdiam sementara di Nusantara untuk menunggu angin
yang tepat yang akan mengantarkan mereka kembali ke negaranya masing-masing. Saat berada di sini, para
pedagang itu mulai menjalin hubungan baik dengan penduduk asli yang pada saat itu sebagian besarnya memiliki
kepercayaan Hindu. Pedagang-pedagang tersebut berbagi ilmu tentang Islam. Masyarakat asli pun merasa tertarik
dengan Islam. Sebagian besar dari penduduk lokal mengubah keyakinan, lalu memeluk agama islam. Setelah itu,
perwakilan antara pedagang dari negara Arab, dan penduduk lokal juga ikut berkontribusi dalam menyebarkan
pengaruh Islam di Nusantara. Terkait dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia, ada beberapa teori dan
pendapat yang menyatakan kapan sebetulnya pengaruh kebudayaan dan agama Islam mulai masuk ke nusantara.
Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya didasarkan pada bukti-bukti yang telah ditemukan, melainkan juga
dikuatkan oleh adanya catatan-catatan sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau.
Berdasarkan bukti dan temuan sejarah, Islam masuk ke Indonesia dengan beberapa penjelasan waktu yang
berbeda, yaitu :
Pada abad ke 7 Masehi itu pula agama Islam diyakini sudah masuk ke wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Masuknya
agama Islam ke Pulau Jawa pada abad ke 7 Masehi didasarkan pada berita dari China masa pemerintahan Dinasti
Tang. Berita itu menyatakan tentang adanya orang-orang Ta’shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya
untuk menyerang Kaling di bawah pemerintahan Ratu Sima pada tahun 674 Masehi.
Sebagian ahli sejarah lainnya berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia dimulai sejak abad ke 11
Masehi. Pendapat ini didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang berada di dekat
Gresik Jawa Timur. Batu nisan ini berangka tahun 1082 Masehi.
Di samping kedua pendapat di atas, beberapa ahli lain justru meyakini jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia baru
dimulai pada abad ke 13 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada beberapa bukti yang lebih kuat, di antaranya
dikaitkan dengan masa runtuhnya Dinasti Abassiah di Baghdad (1258), berita dari Marocopolo (1292), batu nisan
kubur Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai (1297), dan berita dari Ibnu Battuta (1345). Pendapat tersebut juga
diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf di Indonesia.
Pada abad 17 masehi tepatnya tahun 1601 datanglah kerajaan Hindia Belanda kedaerah Nusantara yang awalnya
hanya berdagang tetapi akhirnya menjajah. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya yakni VOC,
semejak itu hampir seluruh wilayah nusantara dijajah oleh Hindia Belanda kecuali Aceh. Saat itu antar kerajaan-
kerajaan Islam di nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses
penyebaran dakwah terpotong. Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-
aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para Ulama saat itu. Ketika penjajahan
datang, mengubah pesantren-pesantren menjadi markas-markas perjuangan, santri-santri (peserta didik pesantren)
menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah sedangkan ulamanya menjadi panglima perangnya.
Hampir seluruh wilayah di Indonesia yang melakukan perlawanan terhadap penjajah adalah kaum muslimin beserta
ulamanya. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang di abad 13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini
dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan-kerajaan Islam yang syair-syairnya berisikan
perjuangan. Ulama-ulama menggelorakan Jihad melawan kaum kafir yaitu penjajah Belanda. Belanda mengalami
kewalahan yang akhirnya menggunakan strategi-strategi: Politik devide et impera, yang pada kenyataannya
memecah-belah atau mengadu domba antara kekuatan Ulama dengan adat contohnya perang Padri di Sumatera
Barat dan perang Diponegoro dijawa.
Mendatangkan Prof. Dr. Snouk Cristian Hourgonye alias Abdul Gafar seorang Guru Besar keIndonesiaan di
Universitas Hindia Belanda juga seorang orientalis yang pernah mempelajari Islam di Mekkah, dia berpendapat agar
pemerintahan Belanda membiarkan umat Islam hanya melakukan ibadah mahdhoh (khusus) dan dilarang berbicara
atau sampai melakukan politik praktis. Gagasan tersebut dijalani oleh pemerintahan Belanda dan salah satunya
adalah pembatasan terhadap kaum muslimin yang akan melakukan ibadah Haji karena pada saat itulah terjadi
pematangan pejuangan terhadap penjajahan.
5. Masuknya Islam sejak Abad ke-30 Masehi
Awal abad 20 masehi, penjajah Belanda mulai melakukan politik etik atau politik balas budi yang sebenarnya
adalah hanya membuat lapisan masyarakat yang dapat membantu mereka dalam pemerintahannya di Indonesia.
Politik balas budi memberikan pendidikan dan pekerjaan kepada bangsa Indonesia khususnya umat Islam tetapi
sebenarnya tujuannya untuk mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-Qur‟an dan hadist dan akan
dijadikannya boneka-boneka penjajah. Selain itu juga mempersiapkan untuk lapisan birokrasi yang tidak mungkin
pegang oleh lagi oleh orang-orang Belanda. Yang mendapat pendidikanpun tidak seluruh masyarakat melainkan
hanya golongan Priyayi (bangsawan), karena itu yang pemimpin-¬pemimpin pergerakan adalah berasalkan dari
golongan bangsawan. Strategi perlawanan terhadap penjajah pada masa ini lebih kepada bersifat organisasi formal
daripada dengan senjata. Berdirilah organisasi Serikat Islam merupakan organisasi pergerakan nasional yang
pertama di Indonesia pada tahun 1905 yang mempunyai anggota dari kaum rakyat jelata sampai priyayi dan
meliputi wilayah yang luas. Tahun 1908 berdirilah Budi Utomo yang bersifat masih bersifat kedaerahan yaitu Jawa,
karena itu Serikat Islam dapat disebut organisasi pergerakan Nasional pertama daripada Budi Utomo. Tokoh
Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto yang memimpin organisasi tersebut pada usia 25 tahun,
seorang kaum priyayi yang karena memegang teguh Islam maka diusir sehingga hanya menjadi rakyat biasa. Ia
bekerja sebagai buruh pabrik gula. Ia adalah seorang inspirator utama bagi pergerakan Nasional di Indonesia.
Serikat Islam di bawah pimpinannya menjadi suatu kekuatan yang diperhitungkan Belanda. Tokoh-tokoh Serikat
Islam lainnya ialah H. Agus Salim dan Abdul Muis, yang membina para pemuda yang tergabung dalam Young
Islamitend Bound yang bersifat nasional, yang berkembang sampai pada sumpah pemuda tahun 1928. Dakwah
Islam di Indonesia terus berkembang dalam institusi-institusi seperti lahirnya Nadhatul Ulama, Muhammadiyah,
Persis, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ke-Islaman tersebut tergabung dalam MIAI (Majelis Islam „Ala Indonesia)
yang kemudian berubah namanya menjadi MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) yang anggotanya adalah
para pimpinan institusi-institusi ke-Islaman tersebut. Di masa pendudukan Jepang, dilakukan strategi untuk
memecah-belah kesatuan kekuatan umat oleh pemerintahan Jepang dengan membentuk kementrian Sumubu
(Departemen Agama). Jepang meneruskan strategi yang dilakukan Belanda terhadap umat Islam. Ada seorang
Jepang yang faham dengan Islam yaitu Kolonel Huri, ia memotong koordinasi ulama-ulama di pusat dengan di
daerah, sehingga ulama-ulama di desa yang kurang informasi dan akibatnya membuat umat dapat terbodohi.
Pemerintahan pendudukan Jepang memberikan fasilitas untuk kemerdekaan Indonesia dengan membentuk
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan dilanjuti dengan PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan lebih mengerucut lagi menjadi Panitia Sembilan, Panitia ini yang
merumuskan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Piagram Jakarta merupakan konsensus tertinggi untuk
menggambarkan adanya keragaman Bangsa Indonesia yang mencari suatu rumusan untuk hidup bersama. Tetapi
ada kalimat yang kontroversi dalam piagam ini yaitu penghapusan “7 kata “ lengkapnya kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya yang terletak pada alinea keempat setelah kalimat Negara
berdasarkan kepada Ketuhan Yang Maha Esa.
1. Bidang Politik
Sebelum Islam masuk ke Indonesia, pemerintahan yang bercorak HIndu-Budha telah berkembang. Tetapi setelah
Islam masuk ke Indonesia, kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha mengalami keruntuhan dan digantikan oleh
kerajaan-kerajaan bercorak Islam seperti, Samudra Pasai, Demak, Gowa-Talo, dan lain-lain. Sistem Pemerintahan
yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti halnya para wali. Jika rajanya meninggal, bukan
dimakamkan di candi, melainkan dimakamkan secara Islam.
2. Bidang Sosial
Kebudayaan Islam tidak menerapkan aturan kasta seperti kebudayaan Hindu. Pengaruh Islam yang berkembang
pesat, membuat mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam. Hal inilah yang menyebabkan aturan kasta
mulai pudar di masyarakat.
Nama-nama Arab seperti Muhammad, Abdullah, Ali, Hasan, Hamzah, dan lainnya mulai digunakan, Kosakata
bahasa Arab juga banyak digunakan. Contohnya rahmat, berkah, rizki, kitab, majelis, ibadah, mukadimah, dan masih
banyak lagi. Begitu pula dengan sistem penanggalan. Sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat telah mengenal
kalender Saka yang dimulai pada tahun 78 M. Dalam kalender ini, ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi,
pahing, pon, kliwon, dan wage. Setelah Islam berkembang, Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa,
dengan menggunakan perhitungan peredaran bukan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).
3. Bidang Pendidikan
Pendidikan Islam sudah berkembang di pesantren2 Islam. Sebenarnya, pesantren telah berkembang sebelum Islam
masuk ke Indonesia. Saat itu pesantren menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agam Hindu. Setelah Islam masuk,
mata pelajaran dan proses pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam.
Pesantren adalah sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama untuk belajar ilmu keagamaan di
bawah bimbingan guru (kiai).
Beliau mengangkat Marah Silu sebagai Raja Pasai pertama. Setelah naik tahta Marah Silu berganti nama dan
bergelar Sultan Malik As-Saleh. Masa akhir pemerintahan Sultan Malik As-Saleh sampai beliau wafat pada
tahun 696 Hijriah atau 1297 Masehi.
Berdasarkan cerita-cerita kunjungan negara lain. Ada perbedaan pendapat mengenai kerajaan ini. Hal ini
disebabkan karena ada yang memisahkan antara nama Pasai dan Samudera. Tapi catatan Tiongkok tidak
memisahkan nama kerajaan ini dan meyakini ini adalah satu kerajaan. Sedangkan Marco Polo dalam catatan
perjalanannya menulis daftar kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari selatan ke
utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara (Samudera).
Selama masa pemerintahan Sultan Malik As-Saleh. Sultan menikah dengan putri dari Kerajaan Perlak yaitu
Gangang Sari. Dari pernikahan tersebut lahirlah Sultan Malik Az-Zahir I. Pada Masa Pemerintahan Sultan
Malik Az-Zahir ini Kerajaan mengalami masa keemasan.
Sultan Malik Az-Zahir I memperkenalkan pertama kali penggunaan emas di lingkungan kerajaan. Hal inilah
yang mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan terbesar di Sumatera pada saat
itu. Kerajaan juga menjadi terkenal sebagai tempat penyebaran agama Islam.
Setelah masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir I digantikan oleh anaknya Sultan Ahmad I. Namun tidak
berlangsung lama karena suatu hal maka digantikan oleh anak dari Sultan Ahmad I yaitu Sultan Malik Az-
Zahir II. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II, Kerajaan Samudera Pasai di datangi oleh
musafir Maroko terkenal dunia yaitu Ibn Batuthah. Ibn Batuthah menulis dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq
(Pengembaraan ke Timur) sekembalinya ke jazirah arab menceritakan bahwa salah satu Raja di
daerah Samatrah (Sumatera) menyambutnya dengan ramah. Beliau juga mengungkapkan bahwa
pengikutnya bermazhab Syafii.
Sayangnya pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II pada tahun 1345. Kerajaan Samudera Pasai
diserang oleh Kerajaan Majapahit kemudian serangan kedua pada tahun 1350 sehingga membuat keluarga
Kerajaan harus mengungsi.
Raja-raja yang pernah berkuasa :
1. Sultan Malik as-Saleh (Meurah Silu) (1267 – 1297)
2. Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Muhammad I (1297 – 1326)
3. Sultan Ahmad I (1326 – 133?)
4. Sultan Al-Malik azh-Zhahir II (133? – 1349)
5. Sultan Zainal Abidin I (1349 – 1406)
6. Ratu Nahrasyiyah (1406 – 1428)
7. Sultan Zainal Abidin II (1428 – 1438)
8. Sultan Shalahuddin (1438 – 1462)
9. Sultan Ahmad II (1462 – 1464)
10. Sultan Abu Zaid Ahmad III (1464 – 1466)
11. Sultan Ahmad IV (1466 – 1466)
12. Sultan Mahmud (1466 – 1468)
13. Sultan Zainal Abidin III (1468 – 1474)
14. Sultan Muhammad Syah II (1474 – 1495) Sultan Malik as-Saleh
15. Sultan Al-Kamil (1495 – 14950
16. Sultan Adlullah (1495 – 1506)
17. Sultan Muhammad Syah III (1506 – 1507)
18. Sultan Abdullah (1507 – 1509)
19. Sultan Ahmad V (1509 – 1514)
20. Sultan Zainal Abidin IV (1514 – 1517)
Bidang Sosial
Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa orang berhasil
memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa
Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. Selain itu juga
berkembang ilmu tasawuf yang diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan dan hukum – hukum
Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri
Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah Serambi
Mekkah.
Peninggalan
1. Prasasti Minye Tujoh di Pasai dan batu-batu nisan kuno berkaligrafi Arab di Komplek Makam Raja-
Raja Samudera Pasai.
2. Mata uang emas (Dirham) peninggalan Kesultanan Pasai yang memberi informasi nama Sultan yang
sedang memerintah dan tahun pemerintahan.
3. Inskripsi kuno dari Kerajaan Islam di Sumatera, Jawa dan Kalimantan tentang kaitan penyebaran
Islam di Indonesia dengan ulama dari Kerajaan Samudera Pasai, misalnya Babad Tanah Jawi,
dan Hikayat Banjar.
Prasasti Minye Tujoh Dirham Samudra Pasai
Kejayaan
Masa kebangkitan kembali kerajaan Samudera Pasai adalah dibawah masa pemerintahan Sultan Zain Al-
Abidin Malik Az-Zahir. Tepatnya pada tahun 1383 sampai tahun 1405. Menurut catatan dari negeri Cina
dalam bentuk kronik cina Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir dikenal dalam catatan tersebut dengan
nama cina Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki. Namun saya masa pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir
harus berakhir ditandai dengan tewasnya beliau di tangan Raja Nakur dalam sebuah pertempuran. Sejak itu
Kekuasaan Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Janda Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yaitu
Sultanah Nahrasiyah. Raja Perempuan pertama Kerajaan Samudera Pasai.
Dibawah tampuk kepemimpinan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai mengalami masa kejayaan.
Pada masa pemerintahannya pernah didatangi seorang Laksamana Laut Cheng Ho. Armada Cheng Ho
berkunjung berkali-kali ke Kerajaan Samudera Pasai antaranya tahun 1405, 1408 dan 1412.
Cheng ho dalam laporannya yang ditulis oleh pembantunya seperti Ma Huan dan Fei Xin. Dalam catatannya
menuliskan bahwa batas wilayah Kerajaan Samudera Pasai adalah sebelah selatan dan timur terdapat
pegunungan tinggi. Sebelah timur berbatasan dengan kerajaan Aru. Utara dengan laut dan dua kerajaan
disebelah barat yaitu Kerajaan nakur dan Kerajaan Lide. Terus kearah barat ada kerajaan Lamuri yang jika
kesana perjalannya menempuh jarak 3 hari dan 3 malam dari pasai.
Kemunduran
Runtuhnya Kerajaan Samudera Pasai ini diakibatkan beberapa pengaruh internal dan eksternal. Internal
kerajaan sebelum masa keruntuhan sering terlibat pertikaian antar keluarga kerajaan. Perebutan kekuasaan
dan jabatan kerap terjadi. Perang Saudara dan pemberontakan tidak bisa dihindari. Bahkan Raja saat itu
meminta bantuan kepada Raja Melaka untuk meredam pemberontakan. Namun tidak urung terjadi karena
pada tahun 1511 Kerajaan Melaka jatuh ketangan Portugal. Sepuluh tahun kemudia tepatnya 1521 Portugal
menyerang Kerajaan Samudera Pasai dan runtuhlah kerajaan itu. Tetapi bibit kerajaan masih ada sehingga
tahun 1524 Kerajaan Samudera Pasai menjadi bagian dari Kesultanan Aceh
2. Kerajaan Perlak
Kerajaan perlak ini berdiri 840 M – 1292 M. Kerajaan perlak sejatinya berdiri lebih awal di bandingkan
dengan kerajaan samudra pasai di aceh maka dari itu Kerajaan Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di
Indonesia. Terletak di pesisir timur daerah Aceh yang tepatnya berada di daerah Aceh Timur. Namun tidak
begitu terkenal di bandingkan dengan kerajaan lain di aceh. Seperti kerajaan aceh dan samudra pasai.
Namun keberadaan kerajaan ini sudah ada pada catatan marcopolo pada tahun 1293 M. (marcopolo adalah
pedagang dan pengembara dari venesia italia) yang singgah di perlak, (Perlak adalah sebuah nama tempat di
propinsi aceh sekarang).
Perlak banyak di kenal waktu itu karena kekayaan alamnya dan letaknya yang strategis .Sehingga banyak di
kunjungi oleh para pedagang dari arab, persia dan cina. Selain berdagang para pedagang dari arab juga
menyebarkan agama islam. Dengan demikian maka islam mulai dikenal dan dianut oleh masyarakat perlak.
Pada tahun 840 M .kerajaan perlak kedatangan rombongan dari timur tengah yang berjumlah seratus orang
termasuk di dalamnya para mubalig (kyai dan ustad) yang di pimpin oleh Nahkoda Khalifah. Mulai sejak itu
agama islam mulai berkembang baik di Perlak hal ini dibuktikan dalam kurun waktu 50 tahun raja dan
rakyat perlak sudah meninggalkan agama lama mereka yaitu hindu dan menganut agama islam.
Salah satu dari rombongan dari timur tengah Ali bin Muhamad Ja’far Shadiq di kawinkan dengan Makdum
Tansuri yang merupakan saudari dari Syahir Nawi . Syahir Nawi merupakan Raja perlak waktu itu yang
merupakan keturunan persia (iran dan irak sekarang). Dari pernikahan tersebut melahirkan seorang putra
bernama Sultan Allaidin Sayyid Maulana Abdul Azis Syah yang kemudian di angkat menjadi sultan perlak.
Sultan perlak yang ke 17 sultan Makhdun Alaidin Malik Muhamad Amin Shah II menikahkan
putrinya Dewi Ratna dengan dengan raja malaka dan Putri Ganggang di nikahkan dengan raja samudra
pasai Sultan Malik as-Saleh. Akhirnya kesultanan perlak berahir di tangan Sultan Makdun Alaidin Malik
Abdul Azis Johan berdaulat meninggal pada tahun 1292. Kemudian perlak menjadi bagian dari kerajaan
samudra pasai di bawah raja Malik as-Saleh.
Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan berdaulat, melakukan politik
persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya, yaitu Putri Ratna Kamala dinikahkan
dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja
Kerajaan Samudera Pasai, Malik al-Saleh.
Kehidupan Sosial
Perlak sangat terkenal dengan kekayaan alamnya yang sangat melimpah ditambah lagi dengan lokasinya yang sangat
strategis.
Apalagi, Kerajaan Perlak sangat dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yaitu jenis kayu yang sangat bagus untuk
membuat kapal. Kondisi semacam inilah yang membuat para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia tertarik untuk
datang ke daerah ini
Masuknya para pedagang juga membawa ajaran Islam di di wilayah Kerajaan Perlak ini. Kedatangan mereka mulai
mempengaruhi terhadap kehidupan social dan budaya masyarakat Perlak pada saat itu.
Pada saat itu masyarakat Perlak mulai diperkenalkan tentang bagaimana caranya berdagang. Pada awal abad ke-8,
Perlak dikenal sebagai pelabuhan niaga yang sangat maju.
Model pernikahan percampuran mulai terjadi di daerah ini sebagai konsekuensi dari membaurnya antara masyarakat
asli pribumi dengan masyarakat pendatang.
Kelompok pendatang bermaksud menyebarluaskan ajaran islam dengan cara menikahi wanita-wanita setempat.
Sebenarnya tidak hanya itu saja, pernikahan campuran juga dimaksudkan untuk mengembangkan sayap perdagangan
dari pihak pendatang di daerah ini.
Masa Kejayaan
Masa kejayaan atau masa keemasan kerajaan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik
Muhammad Amin Syah II Jouhan Berdaulat yakni pada tahun 1225 sampai 1262 Masehi. Pada masa pemerintahan
beliau, Perlak mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat, yakni dalam bidang pendidikan Islam dan
bidang perluasan dakwah Islamiah.
Peninggalan
Makam raja
Stempel kerajaan yang bertulis Al Wasiq Billan Negeri Bendahara Sannah 212
Sumber tertulis yaitu kitab Idharul Haqq, karangan Abu Ishaq Makarani Al Fasy. Kitab Tazkirah Thabakat Junu
Sultan as Shalatin karangan Syekh Syamsul Bahri Abdullah al Asy.
Masa Kemunduran
Runtuhnya Perlak sebagai sebuah kerajaan Islam disebabkan karena banyak terjadi perang saudara antara dua
golongan yang berbeda yaitu aliran Syiah dan aliran Sunni. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pada masa sultan ke
17, Perlak melakukan strategi politik persahabatan dengan kerajaan-kerajaan tetangga sehingga penggabungan
kerajaan dengan Kerajaan Samudra Pasai tidak dapat dihindarkan.
3. Kerajaan Demak
Sejarah Singkat : Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama pulau Jawa yang berdiri pada tahun
1478 yang dipimpin oleh Raden Patah. Tahun 1507 Raden Patah digantikan oleh putranya yakni Pati Unus yang
mendapat julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor.
a. Raden Patah ( Sultan Alan Akbar Al Fattah ) 1500-1518 M dari keturunan Brawijaya V yg melepaskan diri
dari Majapahit th 1500 M.
b. Patiunus ( Pangeran Sabrang Lor ) 1518-1521 M.
c. Sultan Trenggono 1521 - 1546 M jaman kejayaan Demak.
Kehidupan Sosial
Masa Kejayaan
Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mengalami masa kejayaannya, Islam berkembang lebih
luas lagi. Sultan Trenggono mengirim Fatahillah ke Banten. Dalam perjalanannya bertemu dengan Syarif
Hidayatullah. Bersama dengan pasukan Cirebon Fatahillah berhasil menaklukkan Banten dan Pajajaran.
Peninggalan
4. Kerajaan Mataram
Sejarah Singkat : Kerajaan Mataram Islam berdiri pada tahun 1586 oleh Sutawijaya. Namun letak Mataram
Islam berada di bekas kerajaan Mataram Hindu. Kerajaan pajang yang dahulu menjadi pusat kerajaan pun telah
dikuasai oleh kerajaan Mataram Islam. Setelah Sutawijaya, yang menggantikannya adalah Mas jolang(1601-1613),
Mas rangsang(1613-1645) dan sultan agung. Setelah sultan Agung wafat, Mataram Islam mengalami keruntuhan
Raja pertama yang memerintah adalah Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin
Panatagama. Setelah Sutawijaya wafat, digantikan oleh putranya yaitu Mas Johang yang bergelar Sultan Anyakrawati.
Kehidupan Sosial
Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan,maka Sultan Agung melakukan usaha-usaha antara
lain untuk meningkatkan daerahdaerah persawahan dan memindahkan banyak para petani ke daerah Krawang yang
subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan
memperoleh imbalan berupa tanah garapan (lungguh), sehingga sistem kehidupan ini menjadi dasar munculnya tuan-
tuan tanah di Jawa. pada masa kebesaran Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari, seni pahat, seni
sastra dan sebagainya.
Masa Kejayaan
Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Agung. Beliau banyak berjasa dalam bidang
kebudayaan dan agama. Beliau mengarang Serat Sastra Gending yang berisi filsafat Jawa, menciptakan penanggalan
tahun Jawa, dan memadukan unsur Jawa dan Islam, seperti penggunaan gamelan dalam perayaan Sekaten untuk
memperingati Maulid Nabi.
Peninggalan
1. Kerajinan Perak
2. pasar Legi Kotagede
3. Masjid Kotagede
4. Rumah Tradisional
5. Rerentuhan Benteng
Masa Kemunduran
Masuknya kolonial Belanda ke nusantara yang berusaha untuk melemahkan kekuasaan kesultanan Mataram.
Perselisihan antara pewaris tahta Mataram.
Dipecahnya Mataram menjadi 2 kerajaan, berdasarkan perjanjian Giyanti.
Perpecahan yang terjadi di dalam kesultanan Mataram.
5. Kerajaan Banjar
Letak : Pusat kerajaan banjar pertama adalah sekitar daerah kuin utara (sekarang daerah banjarmasin),kemudian di
pindahkan ke martapura setelah kuin utara di hancurkan oleh belanda.
Sejarah Singkat
Kerajaan Banjar adalah kerajaan Islam di pulau kalimantan yang wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar
daerah kalimantan pada saat sekarang ini. Pusat Kerajaan Banjar yang pertama adalah daerah di sekitar Kuin Utara
(sekarang di daerah Banjarmasin) , kemudian dipindah ke martapura setelah keraton di Kuin dihancurkan oleh
Belanda. Kerajaan ini berdiri pada september 1526 dengan Sultan Suriansyah (Raden Samudera) sebagai Sultan
pertama Kerajaan Banjar. Kerajaan Banjar runtuh pada saat berakhirnya Perang Banjar pada tahun 1905. Perang
Banjar merupakan peperangan yang diadakan kerajaan Banjar untuk melawan kolonialisasi Belanda. Raja terakhir
adalah Sultan Mohammad Seman (1862 - 1905), yang meninggal pada saat melakukan pertempuran dengan belanda di
puruk cahu.
1. Sultan suryanullah
2. Sultan rahmatullah
3. Sultan hidayatullah
4. Sultan mustain billah
5. Sultan inayatullah
6. Sultan saidullah
7. Sultan ri'ayatullah
8. Sultan amrullah bagus
Mirip dengan sistem kesultanan di Jawa yang mana kraton merupakan miniatur kosmis yang raja atau sultan sebagai
pusatnya. Raja diganti oleh puteranya, sedangkan jabatan Mangkubumi (jabatan tertinggi setelah raja) diputuskan dari
rakyat biasa yang mempunyai jasa besar terhadap kerajaan.
Kehidupan Sosial
Dalam masyarakat Banjar terdapat susunan dan peranan sosial yang berbentuk segi tiga piramid. Lapisan teratas
adalah golongan penguasa yang merupakan golongan minoritas. Golongan ini terdiri dari kaum bangsawan, keluarga
raja. Lapisan tengah diisi oleh para pemuka agama yang mengurusi masalah hukum keagamaan dalam kerajaan.
Sementara golongan mayoritas diisi oleh para petani, nelayan, pedagang dan lain sebagainya. Dalam setiap kurun
Sejarah, Kebudayaan Banjar mengalami pergeseran dan perubahan-perubahan hingga coraknya berbeda dari zaman ke
zaman. Ini merupakan manifestasi dari cara berpikir sekelompok manusia di daerah ini dalam suatu kurun waktu
tertentu.
Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17 dengan ladasebagai komoditas
dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur pulau Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin.
Sebelumnya Kesultanan Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang
penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa.
Peninggalan
Masa Kemunduran
Karena telah di kalahkannya Sultan Muhammad Seman oleh Belanda pada tahun 1905, praktis seluruh wilayah
Kerajaan banjar jatuh ke tangan Belanda dan Kerajaan Banjar runtuh.
Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 kerajaan yakni kerajaan Gowa dan Tallo. Kemudian, kerajaan itu bersatu
dibawah pimpinan raja Gowa yaitu Daeng Manrabba. Setelah menganut agama Islam, Ia bergelar Sultan Alauddin.
Raja Tallo, yaitu Karaeng Mattoaya yang bergelar Sultan Abdullah, menjadi mangku bumi.
Bersatunya kedua kerajaan tersebut bersamaan dengan tersebarnya agama Islam ke Sulawesi Selatan. Pusat
pemerintahan dari Kerajaan Makassar terletak di Sombaopu. Letak kerajaan Makassar sangat strategis karena berada
di jalur lalu lintas pelayaran antara Malak dan Maluku. Letaknya yang sangat strategis itu menarik minat para
pedagang untuk singgah di pelabuhan Sombaopu. Dalam waktu singkat, Makassar berkembang menjadi salah satu
Bandar penting di wilayah timur Indonesia.
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1660), Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Ia
berhasil membangun Makassar menjadi kerajaan yang menguasai jalur perdagangan di wilayah Indonesia Bagian
Timur. Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting. Persaingan antara Goa-Tallo (Makassar) dengan
Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri dengan keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar (1660-1669). Bone
merupakan wilayah kekuasaan Makassar yang dipimpin oleh Aru Palakka (Arung Palakka) menawarkan kerjasama
untuk membantu Belanda. Perang ini juga disulut oleh perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut
Makassar membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli perdagangan.
Keberaniannya melawan Belanda membuat Sultan Hasanuddin dijuluki “Ayam Jantan dari Timur oleh orang-orang
Belanda sendiri. Dalam perang ini Hasanuddin tidak berhasil mematahkan ambisi Belanda untuk menguasai Makassar.
Dengan terpaksa, Makassar harus menyetujui Perjanjian Bongaya (1667) yang isinya sesuai dengan keinginan
Belanda, yaitu:
Walaupun perjanjian sudah ditandatangani, tetapi Sultan Hasanuddin tetap berjuang melawan Belanda. Setelah
Benteng Sombaopu jatuh ke tangan Belanda, Sultan Hasanuddin turun takhta. Kekuasaannya diserahkan kepada
putranya, Mappasomba. Belanda berharap Mapasomba dapat bekerja sama, namun sebaliknya, ia meneruskan
perjuangan ayahnya.
Kehidupan Sosial
Kehidupan Sosial masyarakat kerajaan Makassar diwarnai oleh ajaran agama Islam. Mayoritas masyarakat Makassar
beragama Islam sampai sekarang. Dwi tunggal Sultan Alauddin dan Sultan Abdullah sangat giat mengislamkan
rakyatnya.
Mereka memperluas daerah kekuasaannya tidak hanya pada pulau sekitarnya, tetapi juga sampai bagian Timur
kepulauan Nusa Tenggara. Mereka juga berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dengan berpegang teguh
pada keyakinan bahwa Tuhan menciptakan lautan untuk semua hamba Nya.
Kerajaan Goa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan dan saling berhubungan dengan baik.
Orang kemudian mengenal keduanya sebagai Kerajaan Makasar, yang sebenarnya adalah ibu kota Gowa yang disebut
Ujungpandang.
Kerajaan Makasar merupakan kerajaan maritim, penghasil rempah-rempah. Membentuk jalur perdagangan Nusantara
yang sangat terkenal pada abad ke-16 dan 17 Masehi dan mempunyai hubungan diplomasi yang baik dengan kerajaan
Ternate di Maluku.
Peninggalan
1. Satu bagian Fort Rotterdam pada Februari 2010 yang sudah dikelilingi bangunan lain
Masa Kemunduran
Upaya adu domba yg dilakukan oleh Belanda antara Kerajaan Manakssar (Sultan Hasanuddin) dengan kerjaan di Bone
(Aru Palakka). Aru Palakka merasa dijajah oleh Makssar sehingga ia bersekutu dengan VOC Belanda untuk
menyerang kerjaan Makassar.
Runtuhnya kerjaan Makassar ditanda dengan dipaksanya Sultan Hasanuddin untuk menandatangani Perjajian
Bongaya.
7. Kerajaan Ternate
Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin.
Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan
sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di
Ternate berturut-turut dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan
Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate meliputi Mindanao,
seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.
Kehidupan Sosial
Mereka penganut Agama Islam yang taat karena kedua kerajaan memiliki ulama yang terkenal.
Di ternate ulamanya Sunan Giri aka sunan Gresik aka sultan bulawa
Di tidore ulama yang terkenal yaitu syekh Mansur.
Masa Kejayaan
Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Wilayahnya sampai ke daerah Flipina
bagian selatan. Bersamaan ini pula penyebaran Islam sampai ke wilayah Filipina bagian selatan, sehingga sampai
sekarang penduduk Filipina bagian selatan banyak yang memeluk Islam.
Peninggalan
2. Benteng Kerajaan Ternat yang dimana dibangun pada tahun 1540 oleh Francisco Serao yang dimana
merupakan seorang dari panglima Portugis yang dimana pernah mendarat di daerah Ternate
3. Masjid di Ternate
4. Makam Sultan Baabullah
Masa Kemunduran
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa
asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah
Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka
kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan
tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di
Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk
organisasi yang kuat.
8. Kerajaan Lombok dan Sumbawa
Sejarah Singkat
Kerajaan Islam di Nusa Tenggara (Kerajaan Lombok dan Sumbawa),- Kehadiran Islam ke daerah Nusa Tanggara
antara lain ke Lombok diperkirakan sejak abad ke-16 M yang diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri).
Akan tetapi, Islam yang masuk ke Sumbawa mungkin melalui Sulawesi, melalui dakwah para mubalig dari Makassar
antara tahun 1540-1550 M terutama ke Sumbawa. Di Lombok Islam disebarkan ke Pejanggik, Sokong, Bayang, dan
tempat-tempat lainnya sehingga seluruh Lombok memluk Islam.
Dari Lombok Sunan Perapen meneruskan dakwahnya ke Sumbawa. Pusat kerajaan Islam Lombok terutama
dipusatkan di Selaparang di bawah Pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itulah Selaparang mengalami zaman
keemasan dan memegang hegemoni di seluruh Lombok. Hubungan dengan beberapa negara dikembangkan terutama
dengan Demak dan juga dengan para pedagang dari berbagai negeri. Namun kerajaan Lombok mendapat gangguan
dari Kerajaan Gelgel sehingga sempat melakukan serangan terhadap kerajaan Islam Lombok tetapi masih dapat
bertahan.
sebagai kerajaanbaru yang bercorak islam,kerajaan sumbwa melakukann hub. dg kerajaan lain seperti kerajaan demak
dann gowa tallo. kerja sama dengan kerajaan gowa tallo diperkuat degan adanya perjanjian perlindungan keamanan.dg
disetujuinya perjanjian tsb kerajaan sumbawa berada di bawah perlindunga kerajaan gowa.
kerajaan lombok: setelah memeluk islam, prabu rangkesari memindahkan pusat kerajaan lombok ke desa selaparang
atas usul patih banda yudha dan patih singa yudha.pemindahan ini dilakukankarena desa selaparang di anggap
memiliki lokasi lebih strategis dan tdk mudah diserang musuh. setelah memindahkan pusat pemerintahan kerajaan
lombok menjadi berkembangpesat. bahkan dallm mozaik budaya mataram di jelaskann bahwa kerajaan
lombokmemperluas daerah kekuasaannya hingga ke sumbawa barat.
Kehidupan Sosial
Bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya pengaruh budaya lain membawa dampak semakin kaya dan
beragamnya khasanah kebudayaan Sasak. Sebagai bentuk dari Pertemuan (difusi, akulturasi, inkulturasi) kebudayaan.
Seperti dalam hal kesenian, bentuk kesenian di Lombok sangat beragam. Kesenian asli dan pendatang saling
melengakapi sehingga tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling terasa berakulturasi dengan kesenian lokal
yaitu kesenian bali dan pengaruh kebudayaan Islam. Keduanya membawa kontribusi yang besar terhadap
perkembangan kesenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini. Implementasi dari pertemuan kebudayaan
dalam bidang kesenian yaitu, yang merupakan pengaruh Bali; Kesenian Cepung, cupak gerantang, Tari jangger,
Gamelan Thokol, dan yang merupakan pengaru Islam yaitu kesenian Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan
Rebana.
Masa Kejayaan
Salah satu kerajaan besar yang pernah ada di lombok adalah kerajaan Selaparang. Pada masa lampau
Kerajaan selaparang Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai
bidang.
Munculnya kerjaan-kerajaan di Lombok berawal dari expedisi Mpu Nala pada tahun 1343 di bawah perintah kerajaan
Majapahit. Expedisi ini merupakan pelaksanaan dari Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada. Setelah Mpu Nala
melaksanakan tugasnya, lalu kemudian pada tahun 1352 Gajah Mada turun sendiri melanjutkan expedisinya ke
Lombok.
Peninggalan
Masa Kemunduran
Setelah VOC menguasai jalur perdagangan di utara, kerajaan Gowa gusar. Karena tidak mau memberikan peluang lagi
kepada Belanda, Gowa menutup jalur perdagangan ke selatan dengan cara menguasai Pulau Sumbawa dan
Selaparang. Gowa juga melakukan ekspansi dan mampu menguasai Flores Barat dengan mendirikan Kerajaan
Manggarai untuk membendung misi kristenisasi menuju ke barat.ahaya yang paling besar dan ditakuti muncul secara
tiba-tiba adalah kekuatan asing, yakni Belanda. Ini merupakan ancaman utama. Ekspansi militer belanda sangat
membahayakan. Akhirnya, karena terlalu fokus pada ancaman utama ini, Selaparang mengabaikan kekuatan Gelgel,
karena Gelgel selalu mampu dikalahkan. Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi kekuatan kerarajaan kecil tersebut,
maka dibawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa, Kerajaan Selaparang hanya menempatkan laskarnya
berjumlah kecil.