Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sejak akhir tahun 1980-an, peningkatan kesehatan ibu dan menurunkan angka

kematian ibu telah menjadi isu penting dalam beberapa pertemuan internasional,

termasuk pada Millennium Summit 2000. Satu dari delapan Millennium Development

Goals (MDG) yang diadaptasi dari pertemuan tersebut adalah termasuk peningkatan

kesehatan ibu (MDG5). Untuk mencapai hal ini, telah disepakati target penurunan angka

kematian ibu (AKI) yaitu hingga 3/4 kali antara tahun 1990 hingga 2015. Oleh karena itu

AKI merupakan indikator kunci untuk menilai kemajuan pencapaian target MDG5.
Dimana kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi,, khususnya di

Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi dan eklampsi.

Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah

satunya adalah mengimplementasikan program Safe Motherhood. Dimana safe

motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan

persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat.

Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu

hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir.

Upaya ini terutama ditunjukan pada negara yang sedang berkembang karena 99%

kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut.

WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk

menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994). Empat

pilar upaya Safe Motherhood tersebut adalah keluarga berencana, asuhan antenatal,

pelayanan bersih dan aman dan pelayanan obstetri esensial.

1
1.2.Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian Safe Motherhood?

2. Jelaskan Epidemiologi Safe Motherhood?

3. Jelaskan upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian i bu?

4. Jelaskan empat pilar Safe Motherhood?

5. Jelaskan bagaimana peran laki-laki dalam program Safe Motherhood?

6. Jelaskan Pengertian dari MDG’s?

7. Bagaimana Kaitan MDG’s dengan Safe Motherhood?

1.3.Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui pengertian Safe Motherhood

2. Mahasiswa mengetahui Epidemiologi Safe Motherhood

3. Mahasiswa mengetahui upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian i bu

4. Mahasiswa mengetahui empat pilar Safe Motherhood

5. Mahasiswa mengetahui bagaimana peran laki-laki dalam program Safe Motherhood

6. Mahasiswa mengetahui Pengertian dari MDG’s

7. Mahasiswa mengetahui Kaitan MDG’s dengan Safe Motherhood

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Safe Motherhood

Safe Motherhood adalah berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka

menurunkan angka kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan

program Safe Motherhood. Safe Motherhood adalah usaha -usaha yang dilakukan agar

seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan

bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu:

 keluarga berencana,

 pelayanan antenatal,

 persalinan yang aman, dan

 pelayanan obstetri esensial.

Menurut the International Classification of Diseases and Related Health

Problems, Tenth Revision, 1992 (ICD-10) WHO mendefinisikan kematian ibu sebagai

“kematian wanita hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, tanpa memandang lama
dan tempat terjadinya kehamilan yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya

atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan”. Menurut pengertian

ini penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung maupun tak

langsung.

Penyebab kematian langsung yaitu setiap komplikasi persalinan disetiap fase

kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan, kesalahan


pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas.

Contohnya seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau

3
bedah kaisar, perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan

komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi penyebab langsung yang

berkontribusi pada 80% kematian.

Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang telah ada
sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak berhubungan dengan

penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh kehamilan. Contohnya seperti

kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.

2.2 Epidemiologi

Menurut data yang dikeluarkan oleh UNFPA, WHO, UNICEF dan Bank Dunia

menunjukkan bahwa satu wanita meninggal dunia tiap menitnya akibat masalah

kehamilan. Rasio kematian ibu (jumlah kematian tiap 100,000 kelahiran hidup) telah

menurun secara global pada laju kurang dari 1%. Jumlah kematian wanita hamil atau

akibat persalinan secara keseluruhan juga menunjukkan penurunan yang cukup berarti

antara tahun 1990-2005. pada tahun 2005, 536,000 wanita hamil meninggal dunia

dibandingkan dengan tahun 1990 yang sebanyak 576,000.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003,

angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000

kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena

berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi (AKB), khususnya angka

kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran

hidup. Keadaan ini menempatkan upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi

upaya prioritas dalam bidang kesehatan. Hasil survey kesehatan rumah tangga

4
(SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000

kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.

2.3 Upaya yang Dilakukan untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu

Kematian ibu hamil dilatarbelakangi oleh:

1. Persalinan yang ditolong dukun

2. Persalinan yang dilakukan dirumah, bila terjadi komplikasi dan memerlukan

rujukan, akan membutuhkan waktu cukup lama.

3. Derajat kesehatan ibu sebelum dan saat hamil masih rendah yaitu 50% menderita

anemia, 30% berisiko kurang energi kronis, sekitar 65% berada dalam keadaan 4
terlalu

4. Status perempuan masih rendah sehingga terlambat untuk mengambil keputusan

ditingkat keluarga untuk mencari pertolongan .

Sekitar 90% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum,

infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada

masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah.

Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80%

kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, semisal

pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Melihat kondisi

itu semua, disusunlah suatu gerakan yang disebut dengan Safe Motherhood. Gerakan

ini pertama kali dicanangkan pada International Conference on Safe Motherhood,

Nairobi, 1987. Program ini sendiri telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988
dengan melibatkan secara aktif berbagai sector pemerintah dan non-pemerintah,

masyarakat, serta dukungan dari berbagai badan internasional.

5
2.4 Empat Pilar Safe Motherhood

1. Keluarga berencana

KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga

yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran."Dengan kata lain KB adalah

perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-

alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD dan

sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua.

Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial

ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu

keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan

lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan

ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat merencanakan waktu

yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, menentukan jumlah anak.

Sehingga tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, “4 terlalu”, yaitu terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering hamil, dan ter lalu banyak anak.

Pelayanan KB harus menjangkau siapa saja, baik ibu/calon ibu maupun

perempuan remaja. Dalam memberi pelayanan KB, perlu diadakan konseling yang

terpusat pada kebutuhan ibu dan berbagai pilihan metode KB termasuk kontrasepsi

darurat. Angka kebutuhan tak terpenuhi (unmet need) dalam pemakaian kontrasepsi

masih tinggi. Angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate) di

Indonesia baru mencapai 54,2% pada tahun 2006. Bila KB ini terlaksana dengan

baik maka dapat menurunkan diperlukannya intervensi obstetri khusus.

6
2. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi ke-

hamilan. Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan.

Komponen penting pelayanan antenatal meliputi:

 Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual.

 Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema,

dan pre-eklampsia.

 Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana cara

memperoleh pelayanan rujukan.

Dalam masa kehamilan:

 Petugas kesehatan harus memberi pendidikan pada ibu hamil tentang cara

menjaga diri agar tetap sehat dalam masa tersebut.

 Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran bayi.

 Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya risiko tinggi atau

terjadinya komplikasi dalam kehamilan/ persalinan dan cara mengenali

komplikasi tersebut secara dini. Petugas kesehatan diharapkan mampu

mengindentifikasi dan melakukan penanganan risiko tinggi/komplikasi secara

dini serta meningkatkan status kesehatan wanita hamil.

 Perawatan Ante Natal (ANC) adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada

ibu hamil dan perkembangan / pertumbuhan janin dalam kandungannya serta

penanganan ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan dalam kondisi yang terbaik.

3. Persalinan yang bersih dan aman

Focus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencagah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari

menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi , menjadi pencegahan

7
Indonesia tidak akan mencapai target.Indikator kedua yaitu proporsi persalinan yang ditolong

oleh tenaga kesehatan terlatih, saat ini menunjukkan angka 73%.

Target 5B:Mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi


semua
untukpada 2015.

Penggunaan kontrasepsi oleh wanita usia 15-49 tahun meningkat menjadi 61.0%. Perawatan

antenatal juga mengalami peningkatan. Akan tetapi, dengan keterbatasan data, sulit untuk

mengukur sejauh mana pencapaian target akses untuk kesehatan reproduksi.

3.2 Saran

Hendaknya ada kerjasama antar pihak terkait dalam mewujudkan tujuan MDGs antar

pemerintah, tenaga kesehatan dan juga masyarakat dalam melakukan program safe

motherhood yaitu upaya untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu. Diharapkan

angka kematian ibu setiap tahunya akan menurun.

19
DAFTAR PUSTAKA

1 https://perdesaansehat.com/2014/05/09/target-mdgs-2015-angka-kematian-ibu-sulit-

diatasi-perdesaansehat-com/

2 www.unicef.org/indonesia/id/A5_-_B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf

3 www.academia.edu/20338532/MILLENIUM_DEVELOPMENT_GOALS_MDGs_PERF

ORMANCE_EVALUATION_OF_CITY_OF_BANJARBARU

4 https://www.slideshare.net/Mikha_135/isi-36075445

5 https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_Pembangunan_Milenium

6 https://www.scribd.com/doc/113889466/pengertian-MDGs

20

Anda mungkin juga menyukai