SUMATERA BARAT
oleh :
JURUSAN BIOLOGI
2018
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
INSTANSI/LEMBAGA:
Mengetahui :
Telah disetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
i
KATA PENGATAR
Pertama penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja
praktek mengenai “Teknik - Teknik Pembibitan di Dinas Kehutanan Provinsi,
Sumatera Barat”
Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan Kerja Praktek yang dilakukan
penulis di UPTD Balai Perbenihan Tanaman Hutan Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat yang dimulai pada tanggal 02 Juni sampai 27 Juli 2018
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa ada
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Indra Hartanto ,S.TP,MP sebagai pembimbing dari jurusan Biologi
FMIPA UNP.
2. Ibu Era Sulastri, S.Hut, M.Si yang telah membimbing penulis selama
melakukan kerja Praktek di UPTD Balai Perbenihan Tanaman Hutan .
3. Bapak Dr. Ramadhan Sumarmin, M.Si. sebagai koordinator Kerja Praktek.
4. Kepala Dinas Kehutanan Kota Padang beserta staf.
5. Kedua Orang Tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.
6. Rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan
Kerja Praktek ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dimasa yang akan
datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kerja Praktek............................................................................... 1
B. Tujuan Kerja Praktek ............................................................................................ 1
C. Manfaat kerja Praktek ........................................................................................... 2
D. Waktu dan Tempat ............................................................................................... 2
E. Latar Belakang Tempat Kerja Praktek .................................................................. 2
BAB IV PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
instansi yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut,baik instansi yang ada di
kabupaten/kota ,provinsi maupun pusat.
b) Sejarah
Dasar Hukum Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Perbenihan
Tanaman Hutan (UPTD BPTH). Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat sebagai
berikut :
1. Peraturan Gubernur Nomor 68 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
UPT Dinas Kehutana Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan Pergub ini dibentuk
Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Perbenihan Tanaman Hutan (UPTD BPTH).
Selanjutnya dalam rangka pengisian struktur dan pelaksanaan tugas maka
ditetapkan :
a. Surat Keputusan Gubernur No.821/1649/BKD-2010 Tanggal 14 Juli 2010
tentang pengangkatan PNS dalam Pengisian Jabatan Eselon II DAN IV pada
UPTD BPTH Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat.
b. Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan No.800/2416/UPTD-2010 Tanggal
27 Oktober 2010 tentang Tupoksi UPTD BPYH
2. Peraturan Gubernur Sumatera Barat No.24 Tahun 2014 tentang pembentukan
Organisasi Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat. Berdasarkan Peraturan Gubernur ini diberikan UPTD BPTH.
3. Peraturan Gubernur Nomor 108 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Gubernur Sumatera Barat Nomor 75 Tahun 2017 tentang pembentukan organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
Barat. 75 Tahun 2017 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan
Peraturan Gubernur ini dibentuk UPTD BPTH.
c) Maksud dan tujuan
Maksud dari penyusunan data base perbenihan tanaman hutan ini adalah
memberikan gambaran dan informasi keadaan penyelenggaraan perbenihan tanaman
hutan di Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui
4
5
6
mempunyai tujuan jangka panjang, oleh karena itu perlu dicari solusi yang tepat
atau pembinaan hutan harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam satu
kesatuan pengelolaan hutan dalam rangka melindungi hutan berikut komponen yang
ada di dalamnya dari berbagai macam faktor penyebab kerusakan. Hutan jika ditinjau
dari aspek kesehatannya terbagi atas tiga komponen yakni dari sisi pemanfaatan yakni
pada tegakan hutan, lingkungan yakni terhadap sebuah komunitas dan kesehatan
ekosistem.
Jati (Tectona grandis L.f) yang saat ini mencapai ratusan pohon telah menjadi
salah satu jenis tanaman yang penting dalam pembangunan hutan di Indonesia
khususnya untuk jenis hutan tanaman baik untuk keperluan industri maupun
pendidikan dan penelitian dimana sejak akhir tahun 1980-an. Jenis ini banyak
kayu di pasaran karena kemampuan adaptasi yang tinggi terutama pada tanah-tanah
menurunnya kualitas tegakan Jati adalah kehadiran organisme perusak dan agen –
agen penyebab penyakit pohon. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
monitoring terhadap tingkat kesehatan tegakan hutan sehingga sedini mungkin dapat
dicari alternatif pencegahan ataupun pengendalian terhadap kondisi yang terjadi pada
B. Prosedur Kerja
Cara Membuat Pembibitan
1. Pembuatan persemain
a. Pemeliharaan tempat persemain.
Tempat persemaian harus memenuhi syarat-syarat seperti berikut :
(1) Lapangan sebaiknya datar dan bila tempat miring maka derajat kemiringan
jangan melebihi dari 5%.
(2) Mudah memperoleh air sepanjang tahun.
8
9
(3) Iklim dan ketinggian tempat dari permukaan laut harus sesuai dengan
persyaratan jenis yang akan disemai.
(4) Lahan untuk keperluan pembibitan bebas dari genangan air dan hama
penyakit.
(5) Letak persemaian sebaiknya di tengah-tengah atau dekat dengan lapangan
penanaman, di pinggir jalan angkutan dan dekat dengan sumber tenaga kerja.
b. Perencanaan lapangan persemain
Dari luas persemain yang sudah ditentukan, seluas 60%-70% ditetapkan untuk
keperluan :
(1) Bedengan pembibitan
(2) Bedengan tanaman jenis kayu lain (a.l tanaman sela)
Luas sisanya 30%-40% dipergunakan untuk :
(1) Jalan inspeksi
(2) Sakuran air dan persediaan air
(3) Gubug kerja dan bangunan ringan lainnya.
c. Pembuatan bedengan persemain
(1) Ukuran bedengan bervariasi, tetapi pada umumnya berukuran 5 x 1 atau 10 x
1 M.
(2) Bedengan membujur dari Utara ke Selatan dan pinggirnya diperkuat dengan
bambu, bata merah atau kayu sebagainya.
(3) Permukaan bedengan ditinggikan 10-15 cm diatas permukaan tanah untuk
menghindari genangan air hujan.
(4) Antara bedengan berjarak 0,45 M dan setiap 5-10 bedengan dibuat jalan
inspeksi selebar 6,0-1,0.
(5) Saluran air dibuat sepanjang kanan kiri jalan inspeksi.
(6) Media bedengan persemaian terdiri dari atas campuran bunga tanah, kompos
dan pasir halus dengan perbandingan 7 : 2 : 1.
10
(4) Setelah bibit berumur 3-5 bulan dengan tinggi lebih kurang 40 cm siap
dipindahkan ke lapangan.
Teknik Pembibitan Mahoni (Swietenia macrophylla King.)
Pebanyakan Mahoni umumnya dilakukan secara generative (biji), walaupun dapat
pula diperbanyak secara vegetative (stek pucuk)
a. Penanganan Benih
Pengunduhan:
Buah lebih baik dipetik langsung dari pohon sebelum merekah atau benihnya
dikumpulkan dari bawah tegakan sesaat setalah jatuh. Buah yang masak dicirikan
dengan warna buah coklat tua ke abu-abuan disertai dengan adannya bintik-bintik
putih pada hampir separuh bagian kulit. Buah yang belum merekah dapat disimpan
dalam karung terlebih dahulu 3-4 hari.
Proses Ekstraksi Benih:
Ekstraksi benih dilakukan dengan memecah buah kemudian benih dikeluarkan.
Benih dibersihkan dengan memotong sayap benih pada bagian atas (diusahakan tidak
sampai merusak struktur bagian dalam benih). Sebelum penyimpanan kadar air benih
diturunkan sampai 3-5% dengan cara benih dijemur selama 1-2 hari. Kemudian
diangin-anginkan selama 1 hari.
b. Menyemai Benih
Proses penaburan/penyemaian benih Mahoni:
Benih ditaburkan pada bak tabor/polybag dengan cara berbaring rata dengan
media atau ditanam berdiri 1-2 cm dalam media. Media yang digunakan untuk
penaburan adalah pasir sungai yang sudah disterilisasi. Kelompok benih yang
baik mutunya dapat mencapai daya berkecambah 90-100%.
Karena kadar air benih yang sesuai untuk penyimpanan sangat rendah (3-5%),
agar benih cepat berkecambah, maka setelah disimpan benih diusahakan
disemaikan dibawah naungan berat.
Benih disiram 2 kali sehari dengan menggunakan sprayer
Apabila benih terserang penyakit (jamur), dapat dicegah dengan pemberian
fungisida dithane M-45 (2 g/liter air).
12
Benih mahoni akan berkecambah setelah berumur 2-3 minggu dibedeng tabor
dan kecambah siap sapih setelah berumur 1 setngah-2 bulan atau setelah muncul
>4 daun.
Namun, hasil penelitian oleh Adinugraha, HA (2012) mengidikasi bahwa
penyemaian benih mahoni daun lebar dapat dilakukan secara langsung pada media
pertumbuhan (polybag) sehingga tidak perlu lagi dilakukan penyapihan. Hal ini
diyakini akan meniadakan resiko kerusakan akar sehingga dapat menghindari infeksi
jamur, pelaksanaan menjadi lebih cepat dan biaya lebih murah.
c. Penyapihan
Benih yang mulai berkecambah atau sudah mempunyai 2-4 helai daun dapat
dipindahkan kedalam kantong plastic (polybag) yang telah disi media. Komposisi
yang umum dipakai adalah campuran pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan
7:2:1.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan bibit antara lain:
Pencabutan semai dari media tabor harus hati-hati dan akar tidak boleh
patah/rusak.
Semai yang ditanam dalam kantong plastic sebaiknya pada posisi berdiri tegak
dan akar semai jangan terlipat.
Semai harus terhindar luka
Penyapihan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan dilakukan
dibawah naungan.
Bibit sudah siap tanam setelah berumur kurang lebih 6 bulan dengan tinggi
kurang lebih 30 cm, bagian batang bibit berkayu minimal 50%, diameter bibit>
3 mm, sehat dan segar.
Teknik Pembibitan Jabon (Anthocephalus cadamba)
Perbanyakan jabon dapat dilakukan secara generative (biji) ataupun vegetative (stek).
1. Pembibitan Generatif
a. Penanganan Benih
Pemanenan Buah Jabon:
13
Lalu tanam bahan stek pada media tanam yang sudah disiapkan didalam
sungkup.
b. Menanam Stek
Siapkan media tanam stek dengan menggunakan campuran tanah top soil dan
kotoran ayam petelur dengan perbandingan 2:1
Masukkan media kedalam polybag berukuran 10x15 cm lalu susun polybag pada
bedeng sapih
Kemudian siram media sapih stek sampai jenuh.
Untuk pertumbuhannya stek jabon memerlukan kondisi yang lembab sehingga
jika tidak hujan maka perlu disiram dua(satu) kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Jika tanpa perlakuan maka akar stek akan tumbuh setelah 1 setengah bulan dan
bibit siap tanam setelah berumur 3 setengah bulan.
c. Memelihara bibit persemaian
Baik bibit yang berasal dari perbanyakan generative maupun vegetative
memerlukan pemeliharaan selama di persemaian. Untuk bibit jabon generative
dilakukan penyulaman, penyiraman rutin pagi dan sore hari, pemupukan setelah bibit
berumur 2 minggu sampai 3 bulan dengan menggunakan pupuk NPK cair (5 g/1 liter
air), pemotongan akar, dan pengaturan kembali bibit dibedeng sapih. Bibit Jabon
dapat dipindahkan kelapangan setelah berumur 3-5 bulan. Untuk bibit jabon berasal
dari perbanyakan stek dilakukan penyiraman rutin pagi dan sore hari, pembersihan
rumput yang tumbuh disekitar media penanaman dan penyemprotan fungisida apabila
dijumpai gejala terserang jamur.
BAB IV
PEMBAHASAN
a. Deskripsi:
Pohon yang muncul setinggi 59 m dan 54 cm dbh. Memiliki stipula dengan
panjang 5 mm. Daun bergantian, sederhana, tripli-veined, bawah permukaan
keputihan-kecoklatan, berbulu, dasar daun asimetris. Bunga ca. Diameter 100 mm,
kekuningan,dengan kelopak bunga yang sangat panjang dan sempit, bunga diletakkan
di racemes. Buah ca. Kapsul 104 mm panjang, hijau-coklat, berbulu, kapsul dehiscent
diisi dengan banyak biji bersayap.
b. Ekologi:
Di hutan dipterokarpa campuran yang terganggu (terbuka) hingga ketinggian 600
m. Biasanya di punggung bukit. Juga ditemukan di batu gamping.
c. Kegunaan:
Kayu pohon, digunakan dalam kontruksi rumah dan untuk perabotan.
d. Distribusi:
16
17
Regnum Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Malvales
Famili Malvaceae
Subfamili Dombeyoideae
Genus Pterospermum
Spesies P. javanicum
Regnum: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Combretaceae
Genus : Terminalia
Spesies : T. catappa
lainnya.Daging buahnya juga bisa dimakan tapi sering berserat dan tidak enak meski
enak rasanya.Pohon ini sering ditanam dijalan dan dikebun sebagai pohon
peneduh.Ini sangat sesuai untuk tujuan ini karena kebiasaan pagoda nya dengan
cabang panjang dan horizontal daun besar .Daunnya memiliki aksi sudorific dan
dioleskan pada sendi rematik .Tannin dari kulit kayu dan digunakan sebagai zat
dalam disentri dan sariawan .Hal ini juga dianggap sebagi dieuretik dan kardiotonik
dan diterapkan secara eksternal pad erupsi kulit .Di filifina rebusan ini digunakan
sebagai vermifuge.
f. Ekologi
Almod india ini tumbuh secara alami dipantan berpasir atau berbatu.Ini toleran
terhadap tanah garam dan tidak menolak semprotan laut ,ketapang ini sangat tahan
angin dan lebih banyak menyukai sinar matahari atau teduh penuh .Ketapang ini
hanya tumbuh didaerah tropis dan dekat tropis dengan iklim yang kurang lebih
lembab. Dihabitat aslinya curah hujan tahunan sekitar 3000 mm. Almod india tumbuh
dengan baik disemua tanah yang menyediakan drainase yang baik.Hal ini sering
dibudidayakan sampai ketinggian 800 m. Disebarkan oleh laut dan hewan .Pohon ini
langsung menbarkan daunnya ,biasanya dua kali setahun .Tidak seperti kebanyakan
pohon tropis ,daunnya berubah menjadi kuning pertam ,kemudian berwarna merah
sebelum jatuh memberi warna musim gugur yang ditandai dengan baik
g. Distribusi
Asia tropis Australia utara dan polinesia .Almond ini adalah hasil asli Asia
Tenggara dimana mana umum diseluruh wilayah ini ,namun tampaknya langka di
Sumatera dan Kalimantan .Almond inda umumnya ditanam di Australia utara
,Polinesia,serta di Pakistan ,India,Afrika Timur dan Barat ,Madagaskar dan dataran
rendah Amerika Selatan dan Tengah.
h. Nama lokal
Kalimantan :Ketapong,Talisiami
Kamboja :Cham’bak barang
Inggris :Almond India
Laos :huu kwang,somz moox dong
21
Melayu :Ketapang
Maluku :Sadina
Malaysia :Lingtak
Filipina :Dalisai(Ibn)
Portugis :Amendoeira da india
Sulawesi :sabrise,aarisei,talisei,dumpajang,atapang
Sumatera :katapang,katapieng
Thailand :taa-pang
Vietnam :bang bien
Regnum: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
22
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Genus Albizia
Spesies A.chinensis
Tabel 3 Sengon (Albizia chinensis)
a. Deskripsi
Pohon 30 sampai 43 m, tinggi dbh 70 samapi 140.Pohon dengan mahkota
umballate.Kulitnya halus ,abu abu,kulit merah hidup,gubal putih coklat kehitaman
.Branchlets sedikit bersudut dibagian distal,terete ,pubertas untuk
tomentose,glabrescent.Stipulasi auriculate 1-1,5 x 0,6-3 cm,biasanya terlihat dicabang
muda dan perbungaan irama.Daun rachis 10-25 cm pubertas untuk tomentose
,kelenjar 1,5-2cm diatas dasar.Berbentuk bulat panjang hingga menyerupai celah
,cekung 1mm atau kelenjar tidak ada selebaran (10) sampai 20-31 pasang per pinna
,berlawanan,sessile,tipis cartaceous ,atau glabrous .Arus utama dan margin apex
tajam akut pada kedua sisi jarang sericeous untuk tomentose ,vrna utama membentuk
margin depan .Inflorescences yang terdiri dari glomerulus penduculat yang digunakan
dalam pendiculate yang digabungkan dalam tomentose kuning kekuningan hijau ke
malai hirup .Penduncles sampai 5 dalam kelompok sering dengan ketentuan
auriculate di dasar ,panjang 1-3 ,bantalan glomerulus 10-20 bunga sessile atau
subsessile .Bunga dimorfik ,biseksual ,pentamoreous .Calyx tubular campanullate
,tomentose sampai hirsute 2,5 -5 mm,gigi segitiga ,akut 0,3mm.Corolla berbentuk
corong ,puberolous hingga hirsute terutama pada lobus 6-10mm,lobus segitiga ovate
,akut 2-2,5mm.Sila putih di dasar hijau kekuningan diatas 20 mm,tabung sepanjang
lebih panjang dari tabung mahkota .Ovary glabrous 3mm sessile ,pod kekuning
23
kecoklatan ,datar ,lurus sering dengan margin sedikit berdinding tidak sesuai atau
yidak teratur 9 sampai 15x 1,8 sampai 2 cm ,katup kaku ,progresif tipis tidak
mencolok .Biji ellips ,areole pada ujung micropylar subcicular ,diameter 1mm
terbuka terhadap hilum ,pleurogram tidak sejajar dengan margin benih
b. Ekologi
Hutan campuran dan hutan hujan campuran di iklim monsun tropis dan subtropis
lembab dengan curah hujan tahunan bervariasi dari 1000 sampai 5000 mm. Itu
terjadi di hutan sekunder di sepanjang tepian sungai dan disabana setinngi 1800
m,embun beku ditoleransi .Hal ini disesuaikan dengan tanah yang buruk ,pH tinggi
,cukup toleran terhadap garam dab tumbuh subur di aluvial laterit dan daerah
pertambangan berpasir .Dalam uji coba pertumbuhan pada tanah polong yang kotor
,tidak subur,gondok ,polipolikat,memiliki tingkat kelangsungan hidup 100%.
c. Kegunaan
Biasanya digunakan sebagai pohon peneduh diperkebunan teh dan kopi ,sering
dicampur dengan pohon lain seperti Paraserianthes falcataria (L) .Di Cina,tanaman
kedelai tahan naungan kadang ditanam dibawah Chinensis albizia ditam untuk
stabilisasi lereng dan perbaikkan tanah .Ditanam dan dikebun sepanjang jalan sebagai
tanaman hias .Pohon ini telah menunjukan potensi sebagai makanan ternak daunnya
mudah dimakan kambing tapi kulit pohon cabang tidak tersentuh ,mungkin karena
kandungan saponinnya yang tinggi ,karena ringannya kayu penggunaan kayu terbatas
pada bangunan rumah ,perabotan ringan ,peti teh dan veneer.Di India digunakan di
gedung kapal .
d. Distribusi
Tumbuh alami di India ,Burma,Thailand ,di Indo china ,Cina selatan ,Jawa dan
Kepulauan sunda kecil (Bali dan Nusa tenggara).Di kalimantan dan Sumatera
mungkin hanya ditemukan dalam budidaya yaitu dibudidayakan di daerah beriklim
tropis.
4. Suren (Toona sureni)
24
a. Deskripsi
Suren (Toona sureni) dikenal berbagai nama sesuai dengan daerah tempat tumbuh,
seperti surian (Sumatra); surian wangi (Malaysia); danupra (Philipina); ye tama
(Myanmar); surian (Thailand dan anama perdagangannya yaitu limpaga. Kayunya
berbau harum sehingga tahan terhadap serangan rayap maupun bubuk kayu dengan
warna kemerahan. Tanaman ini yumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian
600 2.700 m dpl dengan temperature 22c. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan
selain kayunya sebagai bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai
sebagai antibiotik dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buahnya dapat
disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Tajuk tidak terlalu lebar
sehinnga pohon suren biasa digunakan sebagai tanaman pelindung atau pembatas di
ladang dan sebagai winbreak di perkebunan. Pohon suren ini memiliki karakter
khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat
batang dilukai atau ditebang. Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25
m dan tinggi pohon dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-
pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m. Daun
suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8-30
pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m. Kedudukan bunga adalah terminal
25
dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1
meter. Musim bunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-
Oktober. Buah: musim buah 2 kali dalam setahunyaitu bulan Desember-februari dan
April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian(malai) seperti rangkaian
bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk
oval,terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6-9 benih. Buah
masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam
dan kasar,apabila pecah akan terlihat seperti bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu,
pohon seperti meranggas/tidak berdaun. Benih: warna benih coklat, panjang benih 3-
6 mm dan 2-4 mm,lebarnya dan pipih, bersayap pada satu sisi sehingga benihnya
akan terbangterbawa angin. Dalam 1 kg terdapat 64.000 benih. Ekstraksi: buah
dismpan diatas tampah kemudian dijemur dibawah di bawah sinar matahari selama 2
hari dari jam 9-12 siang, kemudian dirontokkan dengan cara memukul-mukul tangkai
buah diatas tampah atau dalam karung agar benih tidak terbang. Untuk seleksi dapat
dengan cara menampi agar benih dan kotoran terpisah. Gubal kayu suren bewarna
kemerahan, tekstur kayu kasar mempunyai struktur liang bergelang dengan ira yang
bersimpul atau beralun. Kayu suren termasuk kelas awet sehingga termasuk ke dalam
kelas kayu ringan.
Regnum: Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Familia: Meliaceae
Genus: Toona
Species: T. sureni
Tabel 3 Suren (Toona sureni)
26
Kandungan kimia :
Daun dan buah Morus macroura mengandung alkaloida, saponin dan polifenol.
Perbanyakan Tanaman : Seperti halnya jenis morus lainnya seperti murbey, morus ini
dapat dengan mudah diperbanyak secara stek (pengalaman Prof. Riset Rusli Harahap,
BPK Aeknauli), walaupun sampai saat ini belum ada yang meneliti secara khusus.
Pembiakan secara setek dengan menggunakan batang yang masih muda dapat
dilakukan pada bulan Juli atau Agustus dengan ukuran (7 – 10) cm menghasilkan
persentae keberhasilan yang tinggi (Sheat 1948; Dirr 1987) Memperbanyak dengan
benih memerlukan waktu sampai 2 – 3 bulan untuk berkecambah setelah diskarifikasi
dingin dan apabila dikecambahkan pada awal musim gugur diperlukan waktu sampai
12 bulan.
28
Regnum: Plantae
Divisio Magnoliophyta
Class Magnoliopsida
Ordo Rosales
Familia Moraceae
Genus Morus
Deskripsi :
Swietenia macrophylla dikenal sebagai Mahoni, termasuk kedalam familia
Meliaceae, daunnya lebar dan tinggi pohon dapat mencapai 35 m dengan diameter
sampai 125 cm (Samingan dkk, 1981). Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan
Amerika Selatan dengan wilayah penyebarannya di Srilanka, India, Serawak dan Fiji.
Tanaman ini masuk ke Indonesia diperkirakan tahun 1872 melalui India. Berkembang
di Jawa sekitar tahun 1892 – 1902 ( Khaerudin, 1994) dan samoai sekarang menyebar
di Jawa Barat, Tengah, dan Timur (Samingan,1981). Tinggi pohon dapat mencapai
40 m dengan diameter dapat mencapai ≥ 100 cm, tajuknya lebar dan mengkilap,
biasanya menggugurkan daun pada musim kemaren dan relatif sukar terbakar (
Ardikoesoemo dkk, 1956).
30
Regnum Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Sapindales
Famili Meliaceae
Genus Swietenia
Kelompok bunga berbentuk bulat telur hingga lonjong, menumpul, berbulu tebal pada
kedua permukaan.
Bagian mahkota bunga pada umumnya lebih panjang dari benang sari, bulat telur
hingga lonjong dan berambut tebal. Benang sari panjang 1-1,5 mm, berseling panjang
dan pendek dengan kepala sari berukuran 0,5 mm. Bakal buah berbulu tebal dengan
kepala putik mementol. Buah kapsul berbentuk menjantung (subcordate), dengan
ukuran 8-12 (-16) mm sampai 10-12 (-15) mm, terdapat 1-2 biji dalam satu buah. Biji
berbentuk bulat telur dengan ukuran 6-4 mm, berbulu tebal berwarna kecoklatan.
Regnum Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Malvales
Famili Malvaceae
Genus Aquilaria
Regnum Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Anthocephalus
Regnum Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliospida
Sub Kelas Rosidae
Ordo Theales
Famili Dipterocarpaceae
Genus Shorea
Spesies Shorea bracteolata
Tabel 9. Meranti ( Shorea bracteolata)
Deskripsi:
Meranti adalah kayu serbaguna yang banyak digunakan untuk aplikasi dekoratif
termasuk furniture, finishing interior, panel, cetakan, skirting dan architrave. Pohon
meranti dapat tumbuh didataran rendah maupun dihutan hujan seperti sumatera,
Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi.
Ciri-ciri Kayu Meranti:
Meranti memiliki tinggi berkisar antara 30,40, hingga 70 meter
Batang lurus dan bulat
36
Manfaat Meranti
1. Bahan furniture indoor maupun outdoor
Kayu jenis ini biasanya dijadikan bahan dasar untuk membuat meja,kursi, peti
perhiasan, maupun aneka cendra mata lainnya.
2. Bahan Konstruksi bangunan
Seperti untuk pembuatan parket lantai, tangga handrail, pintu, maupun jendela
3. Bahan pembuat kertas
4. Fungsi Ekologi
Pohon meranti biasanya dimanfaatkan oleh beberapa macam satwa seperti burung-
burung sebagai tempat bersarang
5. Mengurangi dampak erosi
6. Membantu menyuburkan tanah
Dekomposisi daun-daun meranti yang telah gugur serta perkembangan mikoriza
seperti manfaat cacing tanah dari kayu meranti yang telah lapuk, sangat membantu
kesuburan tanah daerah sekitar.
7. Menjaga sumber air
8. Bahan kosmetik, sabun, obat-obatan, dan makanan olahan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan di Dinas
Kehutanan Provinsi Sumater Barat dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemeliharan Bibit di Persemaian, berupa kegiatan yang dilakukan di persemaian
tentang pemeliharaan bibit karet dengan cara membersihkan bibit karet dengan
tujuan agar pertumbuhan tidak terganggu serta melakukan penyiraman secara
rutin sehari dua kali yaitu pagi hari dan sore hari. Pemeliharaan yang umum
dilakukan pada persemaian bibit karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan
dan penyiraman secara rutin pagi dan sore hari.
2. Kegiatan Penyiapan Bedeng Sapih adalah kegiatan yang dilakukan untuk
membersihkan bedeng sapih dengan cara mencabut dan mencangkul rumput-
rumput yang ada di dalam bedengan dengan tujuan mempermudah meletakkan
bibit tanaman karet agar bibit terbebas dari tanaman pengganggu.
3. Persiapan Media Semai, berupa kegiatan pengisian polybag untuk media sapih.
4. Penyapihan, kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan bibit yang memenuhi
syarat sebagai bahan bibit tanaman karet.
5. Penyiangan, kegiatan ini berupa pembersihan tanaman pengganggu disekitar
tanaman karet agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik.
6. Pemupukan. Kegiatan ini berupa pemberian pupuk disekitar tanaman karet guna
menambah kesuburan tanah dan untuk memacu pertumbuhan tanaman karet.
7. Penanaman, kegiatan ini berupa praktek penanaman bibit seperti sirsak, jabon,
gaharu, alpukat, pinang mulai dari pengangkutan bibit karet ke areal penanaman
dilapangan.
B. Saran
Semua kegiatan yang sudah dilakukan cukup baik hanya perlu adanya beberapa
perbaikan dalam pelaksanaan kerja seperti:
38
39
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi Y. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Pustaka Buku Merah : Jakarta.
Dirr A.M. dan C.W. Heuser. 1987. The Reference Manual of Woody Plant
Propagation From Seed to Tissue. Varsity Press. Athens : Georgia.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terjemahan Badan
Libang Kehutanan. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan :
Jakarta Pusat
Tamimi, T.H. 2015. Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Sabut Pinang (Areca
Catechu L) Terhadap Tikus. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera
Utara : Medan.
Zhang,W.M., Bin L., Dan Lin H., Dan Haid.Z. 2009 Antioxidant Activities Of
Extract From Areca (Areca Catechu L) Flower, Husk, And Seed. African
Journal Of Biotechnology. 8(16): 3887-3892
41
LAMPIRAN