Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KERJA PRAKTEK

TEKNIK - TEKNIK PEMBIBITAN di DINAS KEHUTANAN PROVINSI

SUMATERA BARAT

oleh :

SHERLY FITRIA SYALMA (15032053)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK

TEKNIK - TEKNIK PEMBIBITAN DI DINAS KEHUTANAN PROVINSI


SUMATERA BARAT

INSTANSI/LEMBAGA:

DI DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Padang, Juli 2018

Mengetahui :

Ketua Program Studi

Dr. Ramadhan Sumarmin S.Si, M.Si


NIP:19681216 199702 1 001

Telah disetujui :
Pembimbing I Pembimbing II

Indra Hartanto, S.TP, MP Era Sulastri, S.Hut, M.Si


NIP:1971 1110 200604 1 005 NIP: 1972 0510 200501 2 0

i
KATA PENGATAR
Pertama penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja
praktek mengenai “Teknik - Teknik Pembibitan di Dinas Kehutanan Provinsi,
Sumatera Barat”
Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan Kerja Praktek yang dilakukan
penulis di UPTD Balai Perbenihan Tanaman Hutan Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat yang dimulai pada tanggal 02 Juni sampai 27 Juli 2018
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa ada
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Indra Hartanto ,S.TP,MP sebagai pembimbing dari jurusan Biologi
FMIPA UNP.
2. Ibu Era Sulastri, S.Hut, M.Si yang telah membimbing penulis selama
melakukan kerja Praktek di UPTD Balai Perbenihan Tanaman Hutan .
3. Bapak Dr. Ramadhan Sumarmin, M.Si. sebagai koordinator Kerja Praktek.
4. Kepala Dinas Kehutanan Kota Padang beserta staf.
5. Kedua Orang Tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.
6. Rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan
Kerja Praktek ini.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dimasa yang akan
datang.

Padang, juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................

DAFTAR TABEL ...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kerja Praktek............................................................................... 1
B. Tujuan Kerja Praktek ............................................................................................ 1
C. Manfaat kerja Praktek ........................................................................................... 2
D. Waktu dan Tempat ............................................................................................... 2
E. Latar Belakang Tempat Kerja Praktek .................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE KERJA PRAKTEK

A. Alat dan Bahan ..................................................................................................... 8


B. Prosedur Kerja .................................................................................................... 15

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 38
B. Saran ................................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 BAYUR (PTEROSPERMUM JAVANICUM).................................... 16

GAMBAR 2 KETAPANG (TERMINALIA CATAPPA) ......................................... 17

GAMBAR 3 SENGON (ALBIZIA CHINENSIS) .................................................... 21

GAMBAR 4 SUREN (TOONA SURENI) ................................................................ 24

GAMBAR 5 ANDALAS ( MORUS MACROURA) ................................................. 26

GAMBAR 6 MAHONI (SWIETENIA MACROPHYLLA) .................................... 29

GAMBAR 7 GAHARU (AQUILARIA MICROCARPA) ........................................ 31

GAMBAR 8 JABON (ANTHOCEPHALUS CADAMBA) ...................................... 33

GAMBAR 9 MERANTI ( SHOREA BRACTEOLATA) ......................................... 35

iv
DAFTAR TABEL

TABEL 1 BAYUR (PTEROSPERMUM JAVANICUM) 17

TABEL 2 KETAPANG (TERMINALIA CATAPPA) 18

TABEL 3 SENGON (ALBIZIA CHINENSIS) 22

TABEL 4 SUREN (TOONA SURENI) 25

TABEL 5 ANDALAS ( MORUS MACROURA) 28

TABEL 6 MAHONI (SWIETENIA MACROPHYLLA) 30

TABEL 7 GAHARU (AQUILARIA MICROCARPA) 32

TABEL 8 JABON (ANTHOCEPHALUS CADAMBA) 34

TABEL 9 MERANTI ( SHOREA BRACTEOLATA) 35

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kerja Praktek


Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu mata kuliah yang wajib bagi
mahasiswa Program Studi Biologi. Hal ini sesuai dengan kurikulum pendidikan di
Universitas bagi mahasisawa tingkat III semester VII, dan merupakan salah satu
syarat yang harus dipenuhi untuk menempuh studi akhir.
Latar belakang pengambilan mata kuliah kerja praktek ini, yaitu selain
merupakan mata kuliah yang harus di ambil sesuai dengan SKS yang di dapat, kerja
praktek merupakan mata kuliah praktek lapangan yang juga memiliki nilai plus baik
dalam masa studi ataupun di dunia pekerjaan yang akan dihadapi.
Praktek Kerja Lapangan adalah pengamatan terhadap suatu proyek di lapangan,
sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kegiatan di lapangan secara
langsung dan mampu mengaitkannya dengan teori dan praktek yang di dapat di
bangku kuliah serta membuktikan sesuatu yang telah dipelajari dalam teori dengan
keadaan sebenarnya dilapangan. Selama kegiatan ini mahasiswa/i diharapkan dapat
memperoleh pengalaman sebanyak-banyaknya serta dapat berprilaku sebagai ilmuan
yang bekerja dalam suatu institusi serta mampu menerapkannya dalam kehidupan
dan berguna bagi orang banyak.
Kerja praktek bertujuan memperkenalkan mahasiswa pada dunia kerja dan
penerapan ilmu di lapangan. Teori yang di dapatkan ketika kuliah dapat di
aplikasikan dalam kerja praktek ini. Kerja praktek ini di lakukan di instansi
pemerintahan maupun swasta yang berhubungan dengan ilmu biologi dan minat
mahasiswa itu sendiri.
B. Tujuan Kerja Praktek
Tujuan kerja praktek adalah:
1. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang di peroleh di
bangku perkuliahan.

1
2

2. Meningkatkan kemampuan penganalisaan secara biologi dari hasil kegiatan


yang dilakukan.
3. Mengenalkan mahasiswa terhadap dunia kerja dan dunia usaha sehingga
menumbuh kembangkan dan menetapkan profesionalisme yang dibutuhan
mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.
C. Manfaat kerja Praktek
Manfaat dari kerja praktek adalah:
1. Memperoleh pengalaman praktis dan mengenal lebih jauh relevansi ilmu yang
diterima selama kuliah.
2. Dapat mengukur kemampuan pribadi atau ilmu pengetahuan yang diperoleh.
3. Dapat mengetahui lebih jauh aplikasi ilmu Biologi di lapangan kerja.
4. Variasi belajar dalam mendalami ilmu Biologi.
D. Waktu dan Tempat
Waktu : 02 - 27 Juli 2018
Tempat : UPTD Balai Perbenihan Tanaman Hutan Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat
E. Latar Belakang Tempat Kerja Praktek
a) Latar belakang
Salah satu faktor pendukung keberhasilan ehabilitas hutan dan lahan serta
pembangunan hutan tanaman adalah tersedianya benih atau bibit berkualitas dalam
jumlah yang cukup dan tepat waktu. Perbenihan atau pembibitan tanaman hutan pada
hakekatnya adalah pengelolaan sumber daya hutan dengan dukungan teknologi dan
sumber daya manusia dalam menghasilkan benih atau bibit berkualitas.Dalam
menyediakan benih atau bibit yang berkualitas diperlukan SDM yang mampu
menangani masalah perbenihan dan pembibitan atau perusahaan pengada dan
pengedar benih/bibit yang profesional di bidang perbenihan dan pembibitan tanaman
hutan.Untuk menjamin ketersediaan benih atau bibit tanaman hutan tersebut,perlu
dilakukan penetapan/pemberian izin,pembinaan ,pengawasan dan pengendalian oleh
3

instansi yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut,baik instansi yang ada di
kabupaten/kota ,provinsi maupun pusat.

b) Sejarah
Dasar Hukum Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Perbenihan
Tanaman Hutan (UPTD BPTH). Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat sebagai
berikut :
1. Peraturan Gubernur Nomor 68 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
UPT Dinas Kehutana Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan Pergub ini dibentuk
Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Perbenihan Tanaman Hutan (UPTD BPTH).
Selanjutnya dalam rangka pengisian struktur dan pelaksanaan tugas maka
ditetapkan :
a. Surat Keputusan Gubernur No.821/1649/BKD-2010 Tanggal 14 Juli 2010
tentang pengangkatan PNS dalam Pengisian Jabatan Eselon II DAN IV pada
UPTD BPTH Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat.
b. Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan No.800/2416/UPTD-2010 Tanggal
27 Oktober 2010 tentang Tupoksi UPTD BPYH
2. Peraturan Gubernur Sumatera Barat No.24 Tahun 2014 tentang pembentukan
Organisasi Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat. Berdasarkan Peraturan Gubernur ini diberikan UPTD BPTH.
3. Peraturan Gubernur Nomor 108 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Gubernur Sumatera Barat Nomor 75 Tahun 2017 tentang pembentukan organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
Barat. 75 Tahun 2017 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan
Peraturan Gubernur ini dibentuk UPTD BPTH.
c) Maksud dan tujuan
Maksud dari penyusunan data base perbenihan tanaman hutan ini adalah
memberikan gambaran dan informasi keadaan penyelenggaraan perbenihan tanaman
hutan di Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengetahui
4

sejauh mana potensi-potensi dan sumberdaya perbenihan tanaman hutan dalam


wilayah Provinsi Sumatera Barat dalam upaya menghasilkan benih atau bibit
berkualitas dan tepat waktu, bagi kelangsungan dan kelestarian hutan dan lahan
dimasa datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu faktor yang dapat menjamin keberhasilan tanaman adalah


ketersediannya benih berkualitas yang ditunjukkan dengan adanya sertifikat kualitas
benih. Berkenaan dengan hal tersebut Kementerian Kehutanan telah menerbitkan
Keputusan Menteri Kehutanan SK.707/Menhut-II/2013 tanggal 24 Oktober 2013
tentang penetapan jenis tanaman tertentu yang benihnya wajib diambil dari sumber
benih bersertikat. Jenis tanaman tersebut adalah Jati, Mahoni, Sengon, Gmelia, dan
Jabon. Penentuan kelima jenis tanaman tersebut sudah menjadi kesepakatan para
pihak yang berkepentingan terkait pembenihan tanaman hutan.
Penetapan lima jenis tanaman hutan yang wajib bersertifkat tersebut diharapkan
dapat menjadi acuan dalam setiap penggunaan benih pada kegiatan :
a. Pengadaan benih.
b. Pengedaran benih.
c. Penanaman untuk kepentingan publik pada kawasan hutan dan tanah Negara.
Beberapa pertimbangan yang dipergunakan dalam menetapkan jenis tanaman
yang benihnya wajib diambil dari sumber benih yang bersertifikat jenis yang
dimaksud dinilai telah mencukupi, serta benihnya telah tersedia dipasaran.
Selanjutnya, Balai Pembenihan Tanaman Hutan (BPTH) Sumatera Barat diharapkan
dapat melaksanakan sertifikasi sumber benih, mutu benih dan mutu bibit dalam
rangka menjamin kualitas benih dan bibit. Selain itu, BPTH Sumatera bertugas pula
untuk menyediakan informasi seluas – luasnya mengenai jenis – jenis prioritas
tersebut, sehingga dapat menunjang dalam pelaksanaan SK.707/Menhut-II/2013
tersebut.
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologinya tercapai tidak
mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum mempunyai cadangan makanan yang
cukup serta pembentukan embriobelum sempurna. Pada umunya sewaktu kadar air
biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai
masak fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapai berat kering

5
6

maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecaambah maksimum


(viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi.
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pad jenis yang sama. Cadangan
makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber
energi baagi embrio pada saat perkecambahan. Berat benih berpengaruh terhadap
kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya
kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada dipanen. penghambat
perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun
dipermukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotic yang tinggi serta bahan yang
menghambat lintasan metabolic atau menghambat laju respirasi. Penyerapan air oleh
benih di pengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah
air yang tersedia pada media disekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan
bervariasi tergantung kepda jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut
dipengaruhi oleh suhu.
Tanaman hutan merupakan tanaman yang tumbuh di hutan. Tanaman hutan
biasanya tidak dipelihara manusia. Tanaman hutan banyak dimbil kayunya sebagai
bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Sebagai contoh adalah kayu jati, kayu
kruing, kayu meranti, dan rotan. Hutan merupakan tumpuan dan harapan bagi setiap
komponen mahkluk hidup yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak
manfaat yang dapat diambil baik yang bersifat benefit cost maupun non benefit cost,
namun dalam upaya untuk memaksimalkan fungsi hutan terkadang muncul faktor –
faktor yang dapat menjadi pembatas tercapainya fungsi dan manfaat hutan secara
optimal.
Mengingat tinggi dan pentingya nilai hutan, maka upaya pelestarian hutan

wajib dilakukan apapun konsekuensi yang harus dihadapi, karena sebetulnya

peningkatan produktivitas dan pelestarian serta perlindungan hutan sebenarnya

mempunyai tujuan jangka panjang, oleh karena itu perlu dicari solusi yang tepat

untuk mempertahankan produktivitas tegakan ataupun ekosistem hutan.


7

Perlindungan dan aspek kesehatan hutan sebagai mata rantai pemeliharaan

atau pembinaan hutan harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam satu

kesatuan pengelolaan hutan dalam rangka melindungi hutan berikut komponen yang

ada di dalamnya dari berbagai macam faktor penyebab kerusakan. Hutan jika ditinjau

dari aspek kesehatannya terbagi atas tiga komponen yakni dari sisi pemanfaatan yakni

pada tegakan hutan, lingkungan yakni terhadap sebuah komunitas dan kesehatan

ekosistem.

Jati (Tectona grandis L.f) yang saat ini mencapai ratusan pohon telah menjadi

salah satu jenis tanaman yang penting dalam pembangunan hutan di Indonesia

khususnya untuk jenis hutan tanaman baik untuk keperluan industri maupun

pendidikan dan penelitian dimana sejak akhir tahun 1980-an. Jenis ini banyak

dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan warga masyarakat akan

kayu di pasaran karena kemampuan adaptasi yang tinggi terutama pada tanah-tanah

marginal bekas padang alang-alang (Imperata cylindrica).

Salah satu faktor penyebab yang dicurigai sebagai faktor pembatas

menurunnya kualitas tegakan Jati adalah kehadiran organisme perusak dan agen –

agen penyebab penyakit pohon. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka

melakukan pencegahan awal ataupun pengendalian terstrktur terhadap kehadiran agen

– agen penyebab kerusakan tegakan hutan adalah dengan melakukan tindakan

monitoring terhadap tingkat kesehatan tegakan hutan sehingga sedini mungkin dapat

dicari alternatif pencegahan ataupun pengendalian terhadap kondisi yang terjadi pada

tegakan melalui tindakan monitoring pengamatan, pengidentifikasian dan penilai tipe

kerusakan, lokasi kerusakan dan tingkat keparahannya.


BAB III
METODE KERJA PRAKTEK

A. Alat dan Bahan


Alat :
1. Skop
2. Cangkul
3. Kayu
4. Bak tabur
5. Ayakan
6. Ember
7. Kompos
8. Kuali
9. Spatula
10. Hand sprayer
Bahan :
1. Tanah
2. Pasir
3. Sekam
4. Pupuk organik
5. Polybag
6. Bibit yang akan ditanam (Mahoni, Jabon, Pokat, Sirsak)

B. Prosedur Kerja
Cara Membuat Pembibitan
1. Pembuatan persemain
a. Pemeliharaan tempat persemain.
Tempat persemaian harus memenuhi syarat-syarat seperti berikut :
(1) Lapangan sebaiknya datar dan bila tempat miring maka derajat kemiringan
jangan melebihi dari 5%.
(2) Mudah memperoleh air sepanjang tahun.

8
9

(3) Iklim dan ketinggian tempat dari permukaan laut harus sesuai dengan
persyaratan jenis yang akan disemai.
(4) Lahan untuk keperluan pembibitan bebas dari genangan air dan hama
penyakit.
(5) Letak persemaian sebaiknya di tengah-tengah atau dekat dengan lapangan
penanaman, di pinggir jalan angkutan dan dekat dengan sumber tenaga kerja.
b. Perencanaan lapangan persemain
Dari luas persemain yang sudah ditentukan, seluas 60%-70% ditetapkan untuk
keperluan :
(1) Bedengan pembibitan
(2) Bedengan tanaman jenis kayu lain (a.l tanaman sela)
Luas sisanya 30%-40% dipergunakan untuk :
(1) Jalan inspeksi
(2) Sakuran air dan persediaan air
(3) Gubug kerja dan bangunan ringan lainnya.
c. Pembuatan bedengan persemain
(1) Ukuran bedengan bervariasi, tetapi pada umumnya berukuran 5 x 1 atau 10 x
1 M.
(2) Bedengan membujur dari Utara ke Selatan dan pinggirnya diperkuat dengan
bambu, bata merah atau kayu sebagainya.
(3) Permukaan bedengan ditinggikan 10-15 cm diatas permukaan tanah untuk
menghindari genangan air hujan.
(4) Antara bedengan berjarak 0,45 M dan setiap 5-10 bedengan dibuat jalan
inspeksi selebar 6,0-1,0.
(5) Saluran air dibuat sepanjang kanan kiri jalan inspeksi.
(6) Media bedengan persemaian terdiri dari atas campuran bunga tanah, kompos
dan pasir halus dengan perbandingan 7 : 2 : 1.
10

2. Cara membuat bibit


Karena biji Johar relatif kecil serta untuk mendapatkan bibit-bibit yang
berkualitas, maka diperlukan penaburan biji sebelum bibit dimasukkan ke kantong
plastik.
Cara penaburan adalah sebagai berikut :
(1) Persiapan bak-bak tabur dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan. Agar
praktis pelaksanaannya disarankan bak tabur dibuat dari bahan plastik
berukuran 37 cm x 47 cm x 10 cm.
(2) Bak tabur tersebut dilengkapi dengan lubang-lubang pada bagian bawah untuk
drainase dan menghindarkan erosi media penaburan.
(3) Isilah bak tabur tersebut dengan pasir halus yang telah digoreng dengan tebal
4-5 cm.
(4) Sebelum benih ditabur sebaiknya di sterilkan dengan Thinram atau Thinram –
henomy (sebesar 0,4- - 2,0 dari berat benih)
(5) Agar benih bisa ditabur merata diperlukan pasir halus sebagai campuran
penaburan.
(6) Bak - bak penaburan diusahakan selalu dalam keadaan lembab dan diberi
naungan untuk menghindari butir butir air hujan yang merusak.Naungan
sebaiknya terbuat dari bahan sarlon (kasa plastik).
(7) Setelah bibit di bak penaburan berumur lebih kurang 1,5 bulan siap untuk
disapih kedalam kantong plastik yang telah disiapkan .
Selanjutnya dilakukan penyapihan sebagai berikut:
(1) Sebelum dilakukan penyapihan tanah dalam kantong plastik perlu disiram
terlebih dahulu.
(2) Bibit diangkat dari bak tabur dengan hati hati dan ditempatkan dalam wadah
kecil yang diisi dengan air yang selanjutnya ditanam dalam kantong plastik
yabg telah disiapkan( termasuk naungannya),dengan hati hati agar tidak putus
atau tertekuk.
(3) Bibit bibit di persemaian disiram 2 kali sehari yakni sebelum jam 09.00 dan
sesudah jam 16.00.
11

(4) Setelah bibit berumur 3-5 bulan dengan tinggi lebih kurang 40 cm siap
dipindahkan ke lapangan.
Teknik Pembibitan Mahoni (Swietenia macrophylla King.)
Pebanyakan Mahoni umumnya dilakukan secara generative (biji), walaupun dapat
pula diperbanyak secara vegetative (stek pucuk)
a. Penanganan Benih
 Pengunduhan:
Buah lebih baik dipetik langsung dari pohon sebelum merekah atau benihnya
dikumpulkan dari bawah tegakan sesaat setalah jatuh. Buah yang masak dicirikan
dengan warna buah coklat tua ke abu-abuan disertai dengan adannya bintik-bintik
putih pada hampir separuh bagian kulit. Buah yang belum merekah dapat disimpan
dalam karung terlebih dahulu 3-4 hari.
 Proses Ekstraksi Benih:
Ekstraksi benih dilakukan dengan memecah buah kemudian benih dikeluarkan.
Benih dibersihkan dengan memotong sayap benih pada bagian atas (diusahakan tidak
sampai merusak struktur bagian dalam benih). Sebelum penyimpanan kadar air benih
diturunkan sampai 3-5% dengan cara benih dijemur selama 1-2 hari. Kemudian
diangin-anginkan selama 1 hari.
b. Menyemai Benih
Proses penaburan/penyemaian benih Mahoni:
 Benih ditaburkan pada bak tabor/polybag dengan cara berbaring rata dengan
media atau ditanam berdiri 1-2 cm dalam media. Media yang digunakan untuk
penaburan adalah pasir sungai yang sudah disterilisasi. Kelompok benih yang
baik mutunya dapat mencapai daya berkecambah 90-100%.
 Karena kadar air benih yang sesuai untuk penyimpanan sangat rendah (3-5%),
agar benih cepat berkecambah, maka setelah disimpan benih diusahakan
disemaikan dibawah naungan berat.
 Benih disiram 2 kali sehari dengan menggunakan sprayer
 Apabila benih terserang penyakit (jamur), dapat dicegah dengan pemberian
fungisida dithane M-45 (2 g/liter air).
12

 Benih mahoni akan berkecambah setelah berumur 2-3 minggu dibedeng tabor
dan kecambah siap sapih setelah berumur 1 setngah-2 bulan atau setelah muncul
>4 daun.
Namun, hasil penelitian oleh Adinugraha, HA (2012) mengidikasi bahwa
penyemaian benih mahoni daun lebar dapat dilakukan secara langsung pada media
pertumbuhan (polybag) sehingga tidak perlu lagi dilakukan penyapihan. Hal ini
diyakini akan meniadakan resiko kerusakan akar sehingga dapat menghindari infeksi
jamur, pelaksanaan menjadi lebih cepat dan biaya lebih murah.
c. Penyapihan
Benih yang mulai berkecambah atau sudah mempunyai 2-4 helai daun dapat
dipindahkan kedalam kantong plastic (polybag) yang telah disi media. Komposisi
yang umum dipakai adalah campuran pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan
7:2:1.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan bibit antara lain:
 Pencabutan semai dari media tabor harus hati-hati dan akar tidak boleh
patah/rusak.
 Semai yang ditanam dalam kantong plastic sebaiknya pada posisi berdiri tegak
dan akar semai jangan terlipat.
 Semai harus terhindar luka
 Penyapihan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan dilakukan
dibawah naungan.
 Bibit sudah siap tanam setelah berumur kurang lebih 6 bulan dengan tinggi
kurang lebih 30 cm, bagian batang bibit berkayu minimal 50%, diameter bibit>
3 mm, sehat dan segar.
Teknik Pembibitan Jabon (Anthocephalus cadamba)
Perbanyakan jabon dapat dilakukan secara generative (biji) ataupun vegetative (stek).
1. Pembibitan Generatif
a. Penanganan Benih
 Pemanenan Buah Jabon:
13

Pemanenan buah jabon dilakukan dengan cara mengumpulkan buah yang


jatuh dilantai hutan karena jika dipetik dari pohon langsung buahnya belum
terlalu masak. Jabon merupakan jenis yang berbuah sepanjang tahun dan tipe
buah berdaging. Dari berbunga sampai dengan buah masak memerlukan waktu 2-
3 bulan. Buah masak dicirikan dengan berwarna kuning dan langsung jatuh
kelantai hutan.
 Proses ekstraksi benih jabon:
Ekstraksi benih jabon dapat dilakukan melalui ekstraksi basah dan ekstraksi
kering.
Ekstraksi Basah :
1) Buah yang sudah terkumpul lalu direndam dengan air selama semalam atau
sampai buah lunak.
2) Kemudian remas-remas bauhnya hingga menjadi bubur, tambahkan air
secukupnya lalu disaring.
3) Keringkan benih dengan cara dijemur dibawah matahari sampai kering (jika
panas benih dijemur selama kurang lebih 1 jam)
4) Benih yang dihasilkan adalah benih yang bercangkang, benih dapat disimpan
maksimal 2 bulan
Ekstraksi Kering :
1) Buah yang sudah terkumpul dicacah menjadi ukuran kecil dan tipis agar
mudah kering. Kemudian dijemur selama 2 hari sampai kering. Akan tetapi
proses penjemuran jangan terlalu lama Karena dapat menurunkan daya
kecambah benih.
2) Cacahan buah jabon yang sudah kering ditumbuk halus.
3) Serbuk daging buah yang mengandung biji kemudian disaring dengan
menggunakan saringan
4) Biji hasil penyaringan dapat disimpan selama kurang lebih setahun. Hanya
saja kemurnian benih dengan ekstraksi kering dapat berkurang 50% karena
tercampur dengan serbuk dari daging buah.
b. Menyemai benih
14

Proses penaburan/penyemaian benih Jabon:


1) Tabur benih pada bedeng tabor yang sudah diisi dengan media tanah top soil
dicampur pasir dengan perbandingan 1:1 dan disterilkan dengan cara
disangrai. Media disimpan ditempat yang ternaungi (sungkup).
2) Benih disiram 2 kali sehari dengan menggunakan sprayer.
3) Apabila benih terserang penyakit (jamur), dapat dicegah dengan pemberian
fungisida Dithane M-45(2 g/liter air).
4) Benih jabon akan berkecambah setelah berumur 2-3 minggu dibedeng tabor
dan kecambah siap sapih setelah berumur 1 stngah-2 bulan atau setelah
muncul>4 daun.
c. Penyapihan
1) Siapkan media sapih berupa tanah top soil yang dicampur pasir dan diayak.
Lalu dimasukkan kedalam polibag berukuran 10x15 cm.
2) Susun polybag pada bedeng sapih yang ternaungi
3) Sapih semai dengan cara mencongkel media tabor
4) Setelah dicongkel masukan semai kedalam polybag yang sudah tersusun
dibedeng sapih
5) Simpan bibit yang sudah disapih ditempat ternaungi selama 15 hari.
2. Pembibitan Vegetatif
a. Pengambilan Stek
 Pilih stek pucuk dari ranting dan trubusan yang sudah dorman, karena pucuk
yang masih muda (sukulen) yang mengandung kadar air yang tinggi yang
berarti laju transpirasinya tinggi sehingga kemungkinan bahan stek layu dan
mati juga tinggi.
 Potong pucuk tanaman dengan gunting atau pisau tajam dengan kemiringan
45 derajat sepanjang rata-rata 6-7 cm dan minimum memiliki 2 mata tunas.
 Untuk mencegah batang layu, rendam potongan stek dalam air bersih
 Potong sebagian helaian daun dan sisakan sekitar sepertigannya untuk
mengurangi penguapan.
15

 Lalu tanam bahan stek pada media tanam yang sudah disiapkan didalam
sungkup.
b. Menanam Stek
 Siapkan media tanam stek dengan menggunakan campuran tanah top soil dan
kotoran ayam petelur dengan perbandingan 2:1
 Masukkan media kedalam polybag berukuran 10x15 cm lalu susun polybag pada
bedeng sapih
 Kemudian siram media sapih stek sampai jenuh.
 Untuk pertumbuhannya stek jabon memerlukan kondisi yang lembab sehingga
jika tidak hujan maka perlu disiram dua(satu) kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
 Jika tanpa perlakuan maka akar stek akan tumbuh setelah 1 setengah bulan dan
bibit siap tanam setelah berumur 3 setengah bulan.
c. Memelihara bibit persemaian
Baik bibit yang berasal dari perbanyakan generative maupun vegetative
memerlukan pemeliharaan selama di persemaian. Untuk bibit jabon generative
dilakukan penyulaman, penyiraman rutin pagi dan sore hari, pemupukan setelah bibit
berumur 2 minggu sampai 3 bulan dengan menggunakan pupuk NPK cair (5 g/1 liter
air), pemotongan akar, dan pengaturan kembali bibit dibedeng sapih. Bibit Jabon
dapat dipindahkan kelapangan setelah berumur 3-5 bulan. Untuk bibit jabon berasal
dari perbanyakan stek dilakukan penyiraman rutin pagi dan sore hari, pembersihan
rumput yang tumbuh disekitar media penanaman dan penyemprotan fungisida apabila
dijumpai gejala terserang jamur.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengenalan bibit tanaman di UPTD Balai Perbenihan Tanaman Hutan


1. Bayur (Pterospermum javanicum)

Gambar 1 Bayur (Pterospermum javanicum)

a. Deskripsi:
Pohon yang muncul setinggi 59 m dan 54 cm dbh. Memiliki stipula dengan
panjang 5 mm. Daun bergantian, sederhana, tripli-veined, bawah permukaan
keputihan-kecoklatan, berbulu, dasar daun asimetris. Bunga ca. Diameter 100 mm,
kekuningan,dengan kelopak bunga yang sangat panjang dan sempit, bunga diletakkan
di racemes. Buah ca. Kapsul 104 mm panjang, hijau-coklat, berbulu, kapsul dehiscent
diisi dengan banyak biji bersayap.
b. Ekologi:
Di hutan dipterokarpa campuran yang terganggu (terbuka) hingga ketinggian 600
m. Biasanya di punggung bukit. Juga ditemukan di batu gamping.
c. Kegunaan:
Kayu pohon, digunakan dalam kontruksi rumah dan untuk perabotan.
d. Distribusi:

16
17

Dari India ke New Guinea. Di Kalimantan ditemukan di Sarawak, Sabah,


Kalimantan Tengah dan Timur. Diperkenalkan di Neotropika.
e. Nama lokal:
Borneo: Bayur

Regnum Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Ordo Malvales

Famili Malvaceae

Subfamili Dombeyoideae

Genus Pterospermum

Spesies P. javanicum

Tabel 1 Bayur (Pterospermum javanicum)


2. Ketapang (Terminalia catappa)

Gambar 2 Ketapang (Terminalia catappa)


18

Regnum: Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Combretaceae

Genus : Terminalia

Spesies : T. catappa

Tabel 2 Ketapang (Terminalia catappa)


a. Diagnostik:
Pohon kanopi menengah setinggi 35 m dan 40 cm dbh. Ranting-ranting ditutup
rapat dengan bekas luka daun. Daun bergantian, sederhana, penni-berurat, penuh
sesak diujung ranting. Bunga ca. Diameter 4 mm, putih sampai kuning, diitaruh duri.
Buah ca. Panjangnya 55 mm, kuning kemerhan, berdaging.
b. Deskripsi
Pohon gugur, 10-35 m. Kayu cokelat atau kemerahan, agak berat dan berbutir.
Cabang muda menebal, tenterose sericeous-tomentose atau pubescent cepat
glabrescent.Daun berbentuk grafik atau papirus,disusun secara spiral dan penuh sesak
diujung dahan, meyebar, biasanya berkilau dan glabrous tapi kadang- kadang tertekan
puber atau tomentose terutama dipermukaan bawah,sedikit verruculosa di atas da
dibawahnya, biasanya kadang-kadang menyumbat elips-obovate atau bahkan ellips
,dibulatkan atau segera diapit pada apeks dan menyempit dibawah dasar ke dasar
subkordat biasanya dengan 2 kelenjar ,8-25 (-38) berukuran 5-14 (-19)
cm,bervariasai dalam ukuran dan bentuknya ,biasanya dengan C 6-9 pasang saraf
yang agak banyak domatia sering hadir ,terkadang berbulu ,kelopak tebal,biasanya
19

sericeous –pubescent,5-15 (-20) mm.Daun daun melintang berbentuk bulat panjang


atau berbentuk ginjal .Bunga putih atau keputihan ,sessile dipaku aksila panjang 8-16
cm,dimana sebagian besar bunga biasanya jantan ,beberapa bunga biseksual hanya
ada di pangkalan rhacis biasanya tertekan puber ,kadang kadang goyah .Bracts nya
panjang 1mm,keadaan awal. Serabut bawah (ovarium) sericeous aau
glabrous,biasanya panjang 1-4 mm, kadang kadang sampai 7 mm wadah bagian atas
biasanya hampir glabrous dangkal cupliform 1,5 dengan 3mm.Calyx lobus ovate
segitiga panjangnya 1 glabrous, dangkal cupuliform 1,5 dengan 3 mm.Calyx lobus
ovate segitiga panjangnya 1-1,5 mm.Filamen bergelombang 2 mm antera panjang 0,5
mm glabrous 2 mm.
c. Buah buah buncis yang biasanya mengkilap ,kemerahan kekuningan atau
kehijauan ,ovoid atau ellipsoid dikompres atau ditekan secara lateral atau hampir
tidak terkompres, disunat dengan sayap kaku yang kaku 2mm lebat atau sayap usang
dan hampir tidak mencolok sangat bervariasi ukurannya 3,5-7 x 2-5,5 cm,ras yang
membudidayakan seringkali memiliki buah yang lebih besar dari pada tanaman liar
(flora malesiana)
d. Buah sangat bervariasi dalam bentuk, ukuran dan warnanya .Kualitas buahnya
sangat berbeda,dagingnya bisa dimakan ada yang manis dan ada yang pahit.Daunnya
juga bervariasi bentuknya. Ruapanya sudah ada beberapa pilihan,terutama terhadap
kultivar besar berbuah baik,walaupun tidak ada nama kultivar terdaftar yang
diketahui.
e. Kegunaan
Almond india adalah pohon serbaguna. Kulit kayu dan daun dan kadang kadang
akar dan buah hijau digunakan secara lokal untuk penyamakan kulit dan memberikan
pewarna hitam,digunakan untuk mewarnai katun dan rotan dan sebagai tinta.Kayu itu
berkualitas baik dan digunakan untuk membuat rumah dan kapal.Hal ini rentan
terhadap rayap benih itu bisa dimakan dan dianggap lezat dan mengandung minyak
dan tak berbau serta pucat, mirip minyak almond.Minyak digunakan secara medis
sebagai pengganti minyak almond sejati untuk meredalan peradangan perut dan
dimasak dengan daun dalam mengobati kusta, kudis dan penyakit kulit
20

lainnya.Daging buahnya juga bisa dimakan tapi sering berserat dan tidak enak meski
enak rasanya.Pohon ini sering ditanam dijalan dan dikebun sebagai pohon
peneduh.Ini sangat sesuai untuk tujuan ini karena kebiasaan pagoda nya dengan
cabang panjang dan horizontal daun besar .Daunnya memiliki aksi sudorific dan
dioleskan pada sendi rematik .Tannin dari kulit kayu dan digunakan sebagai zat
dalam disentri dan sariawan .Hal ini juga dianggap sebagi dieuretik dan kardiotonik
dan diterapkan secara eksternal pad erupsi kulit .Di filifina rebusan ini digunakan
sebagai vermifuge.
f. Ekologi
Almod india ini tumbuh secara alami dipantan berpasir atau berbatu.Ini toleran
terhadap tanah garam dan tidak menolak semprotan laut ,ketapang ini sangat tahan
angin dan lebih banyak menyukai sinar matahari atau teduh penuh .Ketapang ini
hanya tumbuh didaerah tropis dan dekat tropis dengan iklim yang kurang lebih
lembab. Dihabitat aslinya curah hujan tahunan sekitar 3000 mm. Almod india tumbuh
dengan baik disemua tanah yang menyediakan drainase yang baik.Hal ini sering
dibudidayakan sampai ketinggian 800 m. Disebarkan oleh laut dan hewan .Pohon ini
langsung menbarkan daunnya ,biasanya dua kali setahun .Tidak seperti kebanyakan
pohon tropis ,daunnya berubah menjadi kuning pertam ,kemudian berwarna merah
sebelum jatuh memberi warna musim gugur yang ditandai dengan baik
g. Distribusi
Asia tropis Australia utara dan polinesia .Almond ini adalah hasil asli Asia
Tenggara dimana mana umum diseluruh wilayah ini ,namun tampaknya langka di
Sumatera dan Kalimantan .Almond inda umumnya ditanam di Australia utara
,Polinesia,serta di Pakistan ,India,Afrika Timur dan Barat ,Madagaskar dan dataran
rendah Amerika Selatan dan Tengah.
h. Nama lokal
Kalimantan :Ketapong,Talisiami
Kamboja :Cham’bak barang
Inggris :Almond India
Laos :huu kwang,somz moox dong
21

Melayu :Ketapang
Maluku :Sadina
Malaysia :Lingtak
Filipina :Dalisai(Ibn)
Portugis :Amendoeira da india
Sulawesi :sabrise,aarisei,talisei,dumpajang,atapang
Sumatera :katapang,katapieng
Thailand :taa-pang
Vietnam :bang bien

3. Sengon (Albizia chinensis)

Gambar 3 Sengon (Albizia chinensis)

Regnum: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida
22

Ordo: Fabales

Famili: Fabaceae

Genus Albizia

Spesies A.chinensis
Tabel 3 Sengon (Albizia chinensis)

a. Deskripsi
Pohon 30 sampai 43 m, tinggi dbh 70 samapi 140.Pohon dengan mahkota
umballate.Kulitnya halus ,abu abu,kulit merah hidup,gubal putih coklat kehitaman
.Branchlets sedikit bersudut dibagian distal,terete ,pubertas untuk
tomentose,glabrescent.Stipulasi auriculate 1-1,5 x 0,6-3 cm,biasanya terlihat dicabang
muda dan perbungaan irama.Daun rachis 10-25 cm pubertas untuk tomentose
,kelenjar 1,5-2cm diatas dasar.Berbentuk bulat panjang hingga menyerupai celah
,cekung 1mm atau kelenjar tidak ada selebaran (10) sampai 20-31 pasang per pinna
,berlawanan,sessile,tipis cartaceous ,atau glabrous .Arus utama dan margin apex
tajam akut pada kedua sisi jarang sericeous untuk tomentose ,vrna utama membentuk
margin depan .Inflorescences yang terdiri dari glomerulus penduculat yang digunakan
dalam pendiculate yang digabungkan dalam tomentose kuning kekuningan hijau ke
malai hirup .Penduncles sampai 5 dalam kelompok sering dengan ketentuan
auriculate di dasar ,panjang 1-3 ,bantalan glomerulus 10-20 bunga sessile atau
subsessile .Bunga dimorfik ,biseksual ,pentamoreous .Calyx tubular campanullate
,tomentose sampai hirsute 2,5 -5 mm,gigi segitiga ,akut 0,3mm.Corolla berbentuk
corong ,puberolous hingga hirsute terutama pada lobus 6-10mm,lobus segitiga ovate
,akut 2-2,5mm.Sila putih di dasar hijau kekuningan diatas 20 mm,tabung sepanjang
lebih panjang dari tabung mahkota .Ovary glabrous 3mm sessile ,pod kekuning
23

kecoklatan ,datar ,lurus sering dengan margin sedikit berdinding tidak sesuai atau
yidak teratur 9 sampai 15x 1,8 sampai 2 cm ,katup kaku ,progresif tipis tidak
mencolok .Biji ellips ,areole pada ujung micropylar subcicular ,diameter 1mm
terbuka terhadap hilum ,pleurogram tidak sejajar dengan margin benih
b. Ekologi
Hutan campuran dan hutan hujan campuran di iklim monsun tropis dan subtropis
lembab dengan curah hujan tahunan bervariasi dari 1000 sampai 5000 mm. Itu
terjadi di hutan sekunder di sepanjang tepian sungai dan disabana setinngi 1800
m,embun beku ditoleransi .Hal ini disesuaikan dengan tanah yang buruk ,pH tinggi
,cukup toleran terhadap garam dab tumbuh subur di aluvial laterit dan daerah
pertambangan berpasir .Dalam uji coba pertumbuhan pada tanah polong yang kotor
,tidak subur,gondok ,polipolikat,memiliki tingkat kelangsungan hidup 100%.
c. Kegunaan
Biasanya digunakan sebagai pohon peneduh diperkebunan teh dan kopi ,sering
dicampur dengan pohon lain seperti Paraserianthes falcataria (L) .Di Cina,tanaman
kedelai tahan naungan kadang ditanam dibawah Chinensis albizia ditam untuk
stabilisasi lereng dan perbaikkan tanah .Ditanam dan dikebun sepanjang jalan sebagai
tanaman hias .Pohon ini telah menunjukan potensi sebagai makanan ternak daunnya
mudah dimakan kambing tapi kulit pohon cabang tidak tersentuh ,mungkin karena
kandungan saponinnya yang tinggi ,karena ringannya kayu penggunaan kayu terbatas
pada bangunan rumah ,perabotan ringan ,peti teh dan veneer.Di India digunakan di
gedung kapal .
d. Distribusi
Tumbuh alami di India ,Burma,Thailand ,di Indo china ,Cina selatan ,Jawa dan
Kepulauan sunda kecil (Bali dan Nusa tenggara).Di kalimantan dan Sumatera
mungkin hanya ditemukan dalam budidaya yaitu dibudidayakan di daerah beriklim
tropis.
4. Suren (Toona sureni)
24

Gambar 4 Suren (Toona sureni)

a. Deskripsi
Suren (Toona sureni) dikenal berbagai nama sesuai dengan daerah tempat tumbuh,
seperti surian (Sumatra); surian wangi (Malaysia); danupra (Philipina); ye tama
(Myanmar); surian (Thailand dan anama perdagangannya yaitu limpaga. Kayunya
berbau harum sehingga tahan terhadap serangan rayap maupun bubuk kayu dengan
warna kemerahan. Tanaman ini yumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian
600 2.700 m dpl dengan temperature 22c. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan
selain kayunya sebagai bahan baku obat diarrhoea dan ekstrak daunnya dipakai
sebagai antibiotik dan bio-insektisida; sedangkan kulit batang dan buahnya dapat
disuling untuk menghasilkan minyak esensial (aromatik). Tajuk tidak terlalu lebar
sehinnga pohon suren biasa digunakan sebagai tanaman pelindung atau pembatas di
ladang dan sebagai winbreak di perkebunan. Pohon suren ini memiliki karakter
khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat
batang dilukai atau ditebang. Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25
m dan tinggi pohon dapat mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-
pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m. Daun
suren berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, duduk menyirip tunggal dengan 8-30
pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m. Kedudukan bunga adalah terminal
25

dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1
meter. Musim bunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-
Oktober. Buah: musim buah 2 kali dalam setahunyaitu bulan Desember-februari dan
April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian(malai) seperti rangkaian
bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk
oval,terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6-9 benih. Buah
masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam
dan kasar,apabila pecah akan terlihat seperti bintang. Ciri lain dari buah masak yaitu,
pohon seperti meranggas/tidak berdaun. Benih: warna benih coklat, panjang benih 3-
6 mm dan 2-4 mm,lebarnya dan pipih, bersayap pada satu sisi sehingga benihnya
akan terbangterbawa angin. Dalam 1 kg terdapat 64.000 benih. Ekstraksi: buah
dismpan diatas tampah kemudian dijemur dibawah di bawah sinar matahari selama 2
hari dari jam 9-12 siang, kemudian dirontokkan dengan cara memukul-mukul tangkai
buah diatas tampah atau dalam karung agar benih tidak terbang. Untuk seleksi dapat
dengan cara menampi agar benih dan kotoran terpisah. Gubal kayu suren bewarna
kemerahan, tekstur kayu kasar mempunyai struktur liang bergelang dengan ira yang
bersimpul atau beralun. Kayu suren termasuk kelas awet sehingga termasuk ke dalam
kelas kayu ringan.

Regnum: Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class: Magnoliopsida

Ordo: Sapindales

Familia: Meliaceae

Genus: Toona

Species: T. sureni
Tabel 3 Suren (Toona sureni)
26

5. Andalas ( Morus macroura)


Pohon andalas berbunga setiap tahun yaitu sekitar bulan September sampai
Oktober. Bunga tersususn membentuk malai, terletak di ketiak daun, kelopak bunga
halus, bercangap,hijau kekuningan; mahkota berbulu, warna putih kekuningan,
benang sari empat, kepala sari dan putik satu, putih kekuningan. Berdasarkan sifat
bunganya jenis ini dikelompokkan sebagai tumbuhan berumah dua (Dioceus) yaitu
dalam satu pohon hanya terdapat satu jenis kelamin, jantan atau betina saja dan
kadang-kadang jarak antara pohon jantan dan betina berjauhan sehingga tidak terjadi
penyerbukan, walaupun demikian buah yang dihasilkan sangat banyak. Bunga jantan
berbulu halus sedangkan bunga betina tidak berbulu sama sekali. Buahnya disukai
oleh burung serta jenis vertebrata. Jadi jenis ini secara individu dalam satu tahun
dapat berbuah 2 kali dan panen buah yang terbanyak biasanya didapatkan pada bulan
Juli hingga Desember. 4.
Buah termasuk katagori buah buni, bulat, hijau kekuningan. Kecit, hitam. Karena
jarak antara pohon andalas jantan dan betina berjauhan sehingga tidak terjadi
penyerbukan.· Waktu pemasakan serbuk sari dan kepala putik yang tidak bersamaan
sehingga penyerbukan sulit terjadi ( Heyne, 1987).

Gambar 5 Andalas ( Morus macroura)


27

Khasiat Bagian Tanaman


1. Tanaman Pohon Andalas sangat cocok ditanam pada daerah pembinaan habitat
dan berlindung satwa karena buahnya cukup banyak dan disenangi burung dan
satwa lainnya.
2. Daun berkhasiat sebagai obat kudis. Untuk obat kudis dipakai ± 50 gram daun
segar
Morus macroura, dicuci kemudian direbus dengan 3 gelas air sampai airnya
tinggal setengah, dinginkan lalu disaring. Hasil saringan diminum tiga kali
sehari pagi, siang dan sore sama banyak.
3. Kayu Beberapa laporan menyebutkan bahwa tanaman ini kayunya banyak
dipergunakan sebagai bahan perabot, salah satu perabot yang menggunakan
kayu ini adalah etalase toko emas, lemari rumah tangga dan juga umumnya
kincir air yang digunakan sebagai alat pemutar roda pada tempat menumbuk
padi di desa-desa.

Kandungan kimia :
Daun dan buah Morus macroura mengandung alkaloida, saponin dan polifenol.
Perbanyakan Tanaman : Seperti halnya jenis morus lainnya seperti murbey, morus ini
dapat dengan mudah diperbanyak secara stek (pengalaman Prof. Riset Rusli Harahap,
BPK Aeknauli), walaupun sampai saat ini belum ada yang meneliti secara khusus.
Pembiakan secara setek dengan menggunakan batang yang masih muda dapat
dilakukan pada bulan Juli atau Agustus dengan ukuran (7 – 10) cm menghasilkan
persentae keberhasilan yang tinggi (Sheat 1948; Dirr 1987) Memperbanyak dengan
benih memerlukan waktu sampai 2 – 3 bulan untuk berkecambah setelah diskarifikasi
dingin dan apabila dikecambahkan pada awal musim gugur diperlukan waktu sampai
12 bulan.
28

Regnum: Plantae

Divisio Magnoliophyta

Class Magnoliopsida

Ordo Rosales

Familia Moraceae

Genus Morus

Species Morus macroura

Tabel 5 Andalas ( Morus macroura)


29

6. Mahoni (Swietenia macrophylla)

Gambar 6 Mahoni (Swietenia macrophylla)

Deskripsi :
Swietenia macrophylla dikenal sebagai Mahoni, termasuk kedalam familia
Meliaceae, daunnya lebar dan tinggi pohon dapat mencapai 35 m dengan diameter
sampai 125 cm (Samingan dkk, 1981). Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan
Amerika Selatan dengan wilayah penyebarannya di Srilanka, India, Serawak dan Fiji.
Tanaman ini masuk ke Indonesia diperkirakan tahun 1872 melalui India. Berkembang
di Jawa sekitar tahun 1892 – 1902 ( Khaerudin, 1994) dan samoai sekarang menyebar
di Jawa Barat, Tengah, dan Timur (Samingan,1981). Tinggi pohon dapat mencapai
40 m dengan diameter dapat mencapai ≥ 100 cm, tajuknya lebar dan mengkilap,
biasanya menggugurkan daun pada musim kemaren dan relatif sukar terbakar (
Ardikoesoemo dkk, 1956).
30

Pembibitan dan Penanaman :


Pembibitan mahoni umumnya dilakukan secara generatif namun dapat pula
diperbanyak dengan cara stek pucuk menggunakan tunas pada pohon mahoni. Daya
perkembangan biji yang matang atau tua dan kering mencapai 80-90%. Sebelum
disemaikan biji Mahoni dipotong sayapnya, kemudian ditanam dengan kedalaman 2-
4 cm pada media pasir dalam polibag dengan posisi potongan sayap menghadap
keatas. Semai sudah bisa disapih ke media tanah ditambah kompos (3:1) setelah 2-4
minggu. Penyemaian Mahoni dapat juga langsung dilakukan pada media tanah
ditambah kompos (Adinugraha, 1998). Bibit Mahoni sudah siap tanam setelah
berumur 3-4 bulan dengan tinggi rata-rata 30-40 cm. Penanaman Mahoni dilakukan
dalam bentuk tegakan monokultur maupun hutan rakyat campuran serta biasa
ditanam sebagai tanaman perindang jalan.
Pemanfaatan :
Pohon ini menghasilkan kayu yang baik untuk pertukangan, kayu gubalnya berwarna
merah, dimana gubal tersebut merupakan bagian tepi atau pinggir dari kayu. Kayu
terasnya berwarna merah hingga coklat tua. Kayu teras tersebut merupakan bagian
tengah atau inti kayu. Kayu Mahoni termasuk kayu yang awet. Dimana kayunya
digunakan untuk venir, kayu lapis, mebel, panil, perkapalan, kayu perkakas, kerajinan
patung atau ukiran (Martawijaya et al, 1981).

Regnum Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Ordo Sapindales

Famili Meliaceae

Genus Swietenia

Spesies Swietenia macrophylla

Tabel 6 Mahoni (Swietenia macrophylla)


31

7. Gaharu (Aquilaria microcarpa)

Gambar 7 Gaharu (Aquilaria microcarpa)


Deskripsi :
Pohon gaharu mempunyai tinggi mecapai 40 m dengan diameter batamg 80 cm.
Kulit batang bagian luar berwarna abu-abu keputihan. Pada pohon tua kulit bagian
luar jika diraba terasa lunak atau rapuh dan mudah mengelupas. Kulit batang bagian
dalam berwarna putih krem dan kayu gubalnya berwarna putih. Ranting muda
berwarna coklat terang dan berbulu halus.
Daun berwarna hijau kadang terdapat bintik-bintik putih dan tepi dain
bergelombang. Pada bagian daun muda tidak terdapat bulu tetapi pada bagian bawah
kadang dijumpai adanya bulu-bulu halus. Merupakan daun tunggal dengan bentuk
daun menjorong hingga lonjong, membundar telur sungsang hingga lonjong atau
melanset dengan panjang 4,5 – 10 cm dan lebar 1,5 – 4,5 cm. Pangkal daun membaji
hingga menirus, ujung daun meruncing dan kadang berekor dengan panjang hingga 1
cm. tulang daun sekunder 12-19 pasang, urat daun tidak beraturan, kadang bercabang,
terlihat jelas dari permukaan atas daun. Tangkai daun dengan panjang 3-5 mm,
berbulu.
Perbungaan diujung, ketiak dan diatas ketiak tangkai dengan bunga berwarna
putih, kuning terang atau kuning dengan panjang hingga 5 mm, berbulu halus.
32

Kelompok bunga berbentuk bulat telur hingga lonjong, menumpul, berbulu tebal pada
kedua permukaan.
Bagian mahkota bunga pada umumnya lebih panjang dari benang sari, bulat telur
hingga lonjong dan berambut tebal. Benang sari panjang 1-1,5 mm, berseling panjang
dan pendek dengan kepala sari berukuran 0,5 mm. Bakal buah berbulu tebal dengan
kepala putik mementol. Buah kapsul berbentuk menjantung (subcordate), dengan
ukuran 8-12 (-16) mm sampai 10-12 (-15) mm, terdapat 1-2 biji dalam satu buah. Biji
berbentuk bulat telur dengan ukuran 6-4 mm, berbulu tebal berwarna kecoklatan.

Regnum Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Ordo Malvales

Famili Malvaceae

Genus Aquilaria

Spesies Aquilaria microcarpa

Tabel 7 Aquilaria microcarpa


33

8. Jabon (Anthocephalus cadamba)

Gambar 8 Jabon (Anthocephalus cadamba)

Daun dan Tajuk


Bentuk tajuk seperti paying dengan system percabangan melingkar. Daunnya tidak
lebat dengan panjang 13-32 cm.
Batang
Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Cirri dan karakteristik batang jabon
adalah :
Permukaan kayu licin serta arah tegak lurus, berwarna putih kekuningan mirip
meranti kuning, batang mudah dikupas, dikeringkan, direkatkan, bebas dari cacat
mata katyudan susutnya rendah. Dialam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m
dengan diameter lebih dari 100 cm, sedangkan batas bebas cabangnya mencapai
hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30
cm.
34

Buah dan Bunga


Pohon jabon berbuah setiap tahun pada bulan Juni-Agustus. Buahnya merupakan
buah majemuk berbentuk bulat dan lunak, mengandung biji yang sangat kecil. Jumlah
biji kering udara 18-26 juta butir/kg. Buah yang berukuran sedang dapat
menghasilkan sekitar 8.300 pohon. Biji yang telah dikeringkan dan disimpan pada
tempat yang tertutup rapat dalam ruangan yang sejuk dapat tahan selama satu tahun.
Bungga jingga berukuran kecil, berkelopak rapat, berbentuk bulat.
Akar
Tanaman jabon memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan akar lateral. Akar
tunggang merupakan akar yang tumbuh kebawah dan biasanya berukuran besar.
Fungsi utamanya menegakkan tanaman agar tidak mudah roboh. Sedangkan akar
lateral merupakan akar yang tumbuh kesamping untuk mencari air dan unsur hara.
Pada akar tunggang dan lateral, biasanya juga tumbuh akar-akar serabut atau sering
disebut dengan rambut akar yang membantu menyerap air dan unsure hara.
Tentang Kayu
Tanaman kayu keras yang dapat tumbuh sangat cepat. Lingkar batangnya pada
usia 6 tahun bisa mancapai diatas 40-50 cm. Kayunya berwarna putih krem sampai
sawo kemerah-merahan, mudah diolah, lunak dan ringan.

Regnum Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Ordo Rubiales

Famili Rubiaceae

Genus Anthocephalus

Spesies Anthocephalus cadamba


Tabel 8 Jabon (Anthocephalus cadamba)
35

9. Meranti ( Shorea bracteolata)

Gambar 3 Meranti ( Shorea bracteolata)

Regnum Plantae
Divisi Magnoliophyta
Kelas Magnoliospida
Sub Kelas Rosidae
Ordo Theales
Famili Dipterocarpaceae
Genus Shorea
Spesies Shorea bracteolata
Tabel 9. Meranti ( Shorea bracteolata)

Deskripsi:
Meranti adalah kayu serbaguna yang banyak digunakan untuk aplikasi dekoratif
termasuk furniture, finishing interior, panel, cetakan, skirting dan architrave. Pohon
meranti dapat tumbuh didataran rendah maupun dihutan hujan seperti sumatera,
Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi.
Ciri-ciri Kayu Meranti:
 Meranti memiliki tinggi berkisar antara 30,40, hingga 70 meter
 Batang lurus dan bulat
36

 Batang bebas dari cabang 20 sampai 30 meter


 Diameter pohon berkisar 50,100 hingga 450 meter
 Terdapat alur dalam atau dangkal berwarna terang, gelap, kadang-kadang
berwarna coklat kemerahan
 Struktur yang agak kasar
 Mengandung pigmen yang larut dalam air
 Pada umumnya mengalami masa berbunga dan berbuah 4-7 tahun sekali
 Termasuk jenis kayu yang keras dengan bobot rendah, sedang, hingga berat.

Jenis Kayu Meranti


Terdapat 3 jenis kayu meranti, yaitu:
1. Meranti Merah, sering disebut sebagai Red Lauan. Warna untuk jenis meranti ini
adalah cenderung gelap kemerahan maupun coklat keunguan dengan adannya
garis-garis putih resin. Ia memiliki tekstur kasar dengan grain lurus atau saling
bertautan. Daerah akar memiliki resistensi yang tahan lama terhadap pembusukan,
tetapi rentan terhadap serangan serangga.
2. Meranti Putih, memiliki permukaan kayu yang agak licin dengan tekstur agak
kasar tetapi lebih halus daripada meranti merah dan sedikit keras. Meranti putih
banyak mengandung silica. Meranti putih memiliki serat lurus, bergelombang,
maupun terpadu.
3. Meranti Kuning, Memiliki tekstur agak kasar dengan pori-pori besar. Meranti
kuning termasuk jenis kayu yang tidak memiliki daya tahan lama atau bias
dibilang membusuk dan rentan terhadap serangan serangga.

Persemain Meranti, dapat dilakukan dengan cara:


1. Stek Batang
2. Semai Biji
3. Stek Pucuk
4. Stam
37

Manfaat Meranti
1. Bahan furniture indoor maupun outdoor
Kayu jenis ini biasanya dijadikan bahan dasar untuk membuat meja,kursi, peti
perhiasan, maupun aneka cendra mata lainnya.
2. Bahan Konstruksi bangunan
Seperti untuk pembuatan parket lantai, tangga handrail, pintu, maupun jendela
3. Bahan pembuat kertas
4. Fungsi Ekologi
Pohon meranti biasanya dimanfaatkan oleh beberapa macam satwa seperti burung-
burung sebagai tempat bersarang
5. Mengurangi dampak erosi
6. Membantu menyuburkan tanah
Dekomposisi daun-daun meranti yang telah gugur serta perkembangan mikoriza
seperti manfaat cacing tanah dari kayu meranti yang telah lapuk, sangat membantu
kesuburan tanah daerah sekitar.
7. Menjaga sumber air
8. Bahan kosmetik, sabun, obat-obatan, dan makanan olahan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan di Dinas
Kehutanan Provinsi Sumater Barat dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemeliharan Bibit di Persemaian, berupa kegiatan yang dilakukan di persemaian
tentang pemeliharaan bibit karet dengan cara membersihkan bibit karet dengan
tujuan agar pertumbuhan tidak terganggu serta melakukan penyiraman secara
rutin sehari dua kali yaitu pagi hari dan sore hari. Pemeliharaan yang umum
dilakukan pada persemaian bibit karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan
dan penyiraman secara rutin pagi dan sore hari.
2. Kegiatan Penyiapan Bedeng Sapih adalah kegiatan yang dilakukan untuk
membersihkan bedeng sapih dengan cara mencabut dan mencangkul rumput-
rumput yang ada di dalam bedengan dengan tujuan mempermudah meletakkan
bibit tanaman karet agar bibit terbebas dari tanaman pengganggu.
3. Persiapan Media Semai, berupa kegiatan pengisian polybag untuk media sapih.
4. Penyapihan, kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan bibit yang memenuhi
syarat sebagai bahan bibit tanaman karet.
5. Penyiangan, kegiatan ini berupa pembersihan tanaman pengganggu disekitar
tanaman karet agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik.
6. Pemupukan. Kegiatan ini berupa pemberian pupuk disekitar tanaman karet guna
menambah kesuburan tanah dan untuk memacu pertumbuhan tanaman karet.
7. Penanaman, kegiatan ini berupa praktek penanaman bibit seperti sirsak, jabon,
gaharu, alpukat, pinang mulai dari pengangkutan bibit karet ke areal penanaman
dilapangan.

B. Saran
Semua kegiatan yang sudah dilakukan cukup baik hanya perlu adanya beberapa
perbaikan dalam pelaksanaan kerja seperti:

38
39

1. Pemeliharan Bibit Persemaian untuk penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi


hari pukul 06.00 - 08.00, sore hari pada pukul 15.00 - 17.00 dan apabila terjadi
hujan maka penyiraman dilakukan cukup sekali saja dalam sehari. Media harus
basah serta media dan jaringan tanaman dalam keadaan dingin. Untuk
pembersihan polybag harus dilakukan berulang - ulang dan membutuhkan waktu
dan tenaga kerja.
2. Penyiapan bedeng sapih sebaiknya arah bedengan adalah dari timur ke selatan,
selatan dengan harapan bisa dapat sinar matahari pagi.
3. Pengadaan bibit atau benih sebaiknya berasal dari induk yang baik dan pastikan
batangnya sehat dan tidak terkena penyakit.
4. Persiapan media semai sebaiknya diisi dengan jenis tanah humus merupakan
salah satu jenis tanah yang didapat dari proses pelapukan (pembusukan) bahan -
bahan organik seperti tumbuh - tumbuhan
5. Penyapihan sebaiknya dilakuakan pada waktu mencabut/menggali bibit/anak
semai di bedengan/bak maupun waktu menanamnya ke media sapih harus
dilakukan dengan hati - hati, jangan sampai batang/akar - akarnya rusak atau tidak
tertanam tegak lurus. Waktu penyapihan sebaiknya dilakukan sore hari,
6. Penyiangan sebaiknya dilakukan dengan herbisida yang dipilih secara selektif
mampu membunuh gulma namun tidak menyakiti tanaman produksi. Herbisida
digunakan apabila penyiangan secara mekanis tidak memungkinkan atau tidak
diinginkan.
7. Pemupukan merupakan salah satu aspek yang penting dalam hal pertumbuhan dan
peningkatan produktivitas tanaman karet. Pemupukan sebaiknya memenuhi tiga
syarat yaitu tepat waktu, tepat cara dan tepat dosis
8. Bibit yang polybagnya robek harus diganti agar tidak pecah ketika diangkut ke
lapangan.
40

DAFTAR PUSTAKA
Arisandi Y. 2008. Khasiat Tanaman Obat. Pustaka Buku Merah : Jakarta.

Chanakya, H.N. Dan Malayil, S. 2011. Suistainable Disposal Of Green-Waste


(Banana Leaf, Steam And Arecanut Husk) By Anaerobic Digestion For
Recovery Of Fibre, Biogas And Compost. Journal Proceedings Of The
International Conference On Solid Waste - Moving Towards Sustainable
Resource Management. 5(4): 554 -557.

Dalimartha, S. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 6. Cetakan 1. Pustaka


Bunda: Jakarta.

Dirr A.M. dan C.W. Heuser. 1987. The Reference Manual of Woody Plant
Propagation From Seed to Tissue. Varsity Press. Athens : Georgia.

Endang, S. 1995. Petai dan Jengkol. PT. Penebar Swadaya : Jakarta

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terjemahan Badan
Libang Kehutanan. Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan :
Jakarta Pusat

Khaerudin. 1994. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya: Jakarta.

Sihombing, T. 2000. Pinang Budidaya Dan Prospek Bisnis. Penebar Swadaya :


Jakarta.

Tamimi, T.H. 2015. Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Sabut Pinang (Areca
Catechu L) Terhadap Tikus. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera
Utara : Medan.

Widyaningrum, H. 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara. Media Pressindo :


Yogyakarta.

Zhang,W.M., Bin L., Dan Lin H., Dan Haid.Z. 2009 Antioxidant Activities Of
Extract From Areca (Areca Catechu L) Flower, Husk, And Seed. African
Journal Of Biotechnology. 8(16): 3887-3892
41

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai