Oleh
ABSTRACT
2
oseanografis setempat, misalnya suhu, oseanografi yang mencirikan massa air di
salinitas, arus permukaan, oksigen lautan dan berhubungan dengan keadaan
terlarut, dan faktor oseanografis lainnya lapisan air laut yang terdapat di bawahnya,
(Edmondri, 1999). sehingga dapat digunakan dalam
menganalisis fenomena yang terjadi di
Menurut Adnan (2010), parameter lautan. Suhu adalah faktor penting bagi
oseanografi merupakan salah satu faktor kehidupan organisme di laut yang dapat
yang sangat berpengaruh terhadap memengaruhi aktivitas metabolisme
variabilitas hasil tangkapan ikan, seperti maupun perkembangan, selain menjadi
klorofil-a dan suhu permukaan laut, indikator fenomena perubahan iklim
karena suhu sangat berpengaruh terhadap (Hutabarat & Evans, 1986).
metabolisme ikan secara biologis. Dilihat
dari pengaruh fisikanya, suhu permukaan Perairan Indonesia memiliki
dapat menyebabkan upwelling, yang beberapa karakteristik yang dipengaruhi
membawa nutrien ke permukaan dan oleh pergerakan angin muson yang
menjadikan tempat feeding ground bagi menyebabkan pergerakan arus dan
ikan, sementara klorofil-a merupakan angin yang berbeda. Beberapa
indikator adanya produktivitas primer penelitian menggunakan perbandingan
bagi ikan, khususnya ikan pelagis. waktu, yaitu musim barat dan timur,
untuk membandingkan sebaran suhu
Suhu Permukaan Laut permukaan laut di Indonesia. Sementara
menurut Ridha et al., (2013) pada musim
Suhu permukaan laut (SPL) barat banyak massa air yang diangkut
merupakan salah satu parameter yang Armondo (Arus Monsun Indonesia) dari
penting untuk mempelajari variasi musim, barat (Laut Cina Selatan, Laut Natuna,
fenomena iklim seperti El Nino, dan juga Selat Karimata, dan Laut Jawa) ke timur
Indian Ocean Dipole yang selanjutnya (Laut Bali. Laut Flores, dan Laut Banda)
dapat lebih memahami perubahan iklim dan selatan (Samudera Hindia melalui
(Cahyarini, 2011). Suhu permukaan laut selat -selat di Kepulauan Timur termasuk
(SPL) merupakan salah satu parameter Selat Bali).
3
Gambar 1. Pola distribusi suhu permukaan laut (SPL) pada saat musim timur (atas) dan
musim barat (bawah) di Laut Jawa (Gaol & Sadhotomo, 2007).
4
Thunnus alalunga Thunnus albacares Thunnus macoyii
Gambar 2. Jenis – jenis ikan pelagis besar (Tuna dan Cakalang) (Anonima, 2015)
5
Klorofil-a sehingga pergerakannya dipengaruhi
oleh pergerakan air laut (Odum, 1971).
Klorofil-a adalah salah satu Fitoplankton yang berada pada lapisan
tipe klorofil yang paling umum yang cahaya (fotik) mengandung klorofil-a
terdapat pada tumbuhan. Klorofil-a yang berguna untuk fotosintesis.
digunakan untuk mengetahui keberadaan Klorofil-a mampu menyerap cahaya
fitoplankton dalam air. Fitoplakton biru dan hijau, sehingga keberadaan
adalah tumbuhan berukuran sangat fitoplankton dapat dideteksi berdasarkan
kecil dan hidupnya terapung atau kemampuan klorofil-a tersebut (Adnan,
melayang-layang dalam kolom perairan, 2010).
Gambar 4. Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) yang banyak ditemukan di Selat Bali
(Froese & Pauly, 2015).
6
primer), daripada persebaran SPL (Suhu klorofil-a di Laut Jawa bagian timur
Permukaan Laut). Menurut Adnan (Gambar 5). Secara spasial, terjadi
(2010), hubungan konsentrasi klorofil-a pergerakkan konsentrasi klorofil-a
dengan hasil tangkapan ikan tongkol yang terjadi antara bulan Oktober
terlihat dari meningkatnya konsentrasi sampai dengan Desember, dan memiliki
klorofil-a menyebabkan hasil tangkapan sinkronisasi dengan migrasi pelagis
yang meningkat, begitu juga sebaliknya ikan. Migrasi ikan diketahui melalui
penurunan konsentrasi klorofil-a perhitungaan hasil tangkapan dari titik
mengakibatkan hasil tangkapan ikan koordinat hasill tangkapan dan hasil
yang menurun. survei hidroakustik yang sudah dilakukan
Gaol & Sadhotomo (2007) pada penelitian sebelumnya.
menunjukkan adanya persebaran
Gambar 5. Persebaran klorofil-a di Perairan Laut Jawa (atas) (Gaol & Sadhotomo, 2007)
dan kepadatan ikan tangkapan berdasarkan survey hidroakustik (bawah)
(Atmajaya et al. dalam Gaol & Sadhotomo, 2007).
7
Menurut Gaol & Sadhotomo Pada penelitian yang dilakukan
(2007), pada saat ENSO, di wilayah di perairan Spermonde, Sulawesi Selatan,
Indonesia curah hujan sangat rendah dan diketahui bahwa hasil tangkapan pada
intensitas matahari menjadi lebih tinggi. musim peralihan di bulan April – Mei 2009
Tingginya intensitas penyinaran matahari di beberapa lokasi penangkapan (titik
tersebut, diduga menjadi salah satu koordinat berdasarkan hasil wawancara
faktor penyebab tingginya konsentrasi nelayan Spermonde), menunjukkan
klorofil-a pada saat terjadinya ENSO. fluktuasi pada beberapa kondisi kecepatan
Peningkatan klorofil-a di selatan Jawa arus. Sedangkan pada bulan Juni 2009,
dan Nusa Tenggara karena adanya yang merupakan hasil tangkapan pada
mekanisme upwelling yang makin awal musim timur dimana kondisi hasil
intensif. Meningkatnya kadar nutrien tangkapan cenderung semakin tinggi
akan meningkatkan produktivitas primer hingga pada kecepatan arus 0,032 m/detik
yang menghasilkan kadar klorofil-a tinggi yakni 187,9 kg, dan cenderung menurun
(Kunarso et al., 2011). dengan meningkatnya kecepatan arus.
Pada kecepatan arus tertinggi yakni 0,216
Arus m/detik, hasil tangkapan 112 kg (Jalil,
2013).
Selain parameter fisika yaitu Suhu
permukaan laut (SPL) ataupun parameter Menurut Jalil (2013), arus
biologi yaitu klorofil-a, ada kondisi memberikan pengaruh terhadap dua hal,
oseanografi lain yang memengaruhi yaitu terhadap ikan pelagis kecil dan
persebaran ikan tangkap, seperti adanya kestabilan alat tangkap yang digunakan.
arus yang sangat berpengaruh bagi Ikan pelagis kecil akan memberikan
respon pasif, apabila berada dalam
ikan pelagis yang memiliki migrasi
arus yang memiliki kecepatan sedang,
horisontal. Menurut Wibisono (2005),
sedangkan jika kecepatan arus rendah,
arus merupakan parameter yang sangat
maka ikan pelagis kecil akan bereaksi
penting dalam lingkungan laut dan
secara aktif (melawan arus). Namun
berpengaruh secara langsung maupun
apabila kecepatan arus yang tinggi,
tidak langsung terhadap lingkungan maka ikan pelagis kecil cenderung untuk
laut dan biota yang hidup didalamnya, menghindari. Terkait dengan alat tangkap
termasuk menentukan pola migrasi ikan. yang digunakan, dalam hal ini purse
Arus di laut dipengaruhi oleh banyak seine, maka kecepatan arus memberikan
faktor, salah satu di antaranya adalah pengaruh terhadap kestabilan alat
angin muson. Selain itu, dipengaruhi juga tangkap, yang terkait dengan kecepatan
oleh faktor suhu permukaan laut yang kapal pada saat pelingkaran.
selalu berubah-ubah.
8
Gambar 6. Arlindo (Arus Lintas Indonesia) (Cordon dalam Pramudia et al., 2014).
9
Indonesia mengenal musim barat dan DISTRIBUSI IKAN TANGKAP
musim timur yang berpengaruh di darat
maupun di perairan Indonesia. Pada
Nontji (2005) menyatakan bahwa
musim Timur, berhembus angin tenggara
keberadaan ikan pelagis, seperti ikan
yang membuat Arus Katulistiwa Selatan
tembang dan ikan selar sedikit banyak
(South Equatorial Current) makin
dipengaruhi oleh keberadaan plankton
melebar ke utara, bergerak sepanjang
sebagai makanan utama. Ikan pelagis
pantai selatan Jawa hingga ke Sumbawa,
merupakan ikan yang selalu melakukan
kemudian memaksanya membelok ke
migrasi untuk mencari makan maupun
arah barat daya. Saat itu arus permukaan
untuk melakukan pemijahan. Untuk
menunjukkan pola sirkulasi anti-siklonik
itulah secara tidak langsung kondisi
atau berputar ke kiri. Arus ini membawa
alam berpengaruh terhadap banyaknya
air permukaan keluar menjauhi pantai,
ikan-ikan pelagis yang tertangkap (hasil
sehingga terjadi kekosongan yang
tangkapan) oleh nelayan (Ridha et al.,
berakibat naiknya air dari bawah
2013).
(upwelling).
Terkait dengan kelompok Famili
Perairan Indonesia dengan
Scrombidae, fishing layer ikan tuna mata
karakteristik perairan tropis, memiliki
besar adalah pada isotherm 10-15oC.
banyak spesies ikan, yang persebarannya
Temperatur ini berada sekitar 200-300
tergantung dari mana asal muasal ikan
meter dari permukaan. Isotherm 10-15oC
tersebut. Menurut Setyohadi (2011),
ini bervariasi secara spasial dan temporal.
penyebaran dan kelimpahan hasil
Pada musim timur pada saat upwelling
tangkapan diduga sangat dipengaruhi
isotherm 10-15oC menjadi lebih dangkal
kondisi lingkungan perairan maupun
sekitar 25-50 meter (Gaol & Sadhatomo,
oseanografi. Parameter lingkungan yang
2007). Tuna mata besar (T. obesus)
berpengaruh terhadap kehidupan ikan
menyebar dari Samudera Pasifik melalui
dapat berupa parameter fisik, kimia dan
perairan di antara pulau-pulau di Indonesia
biologi.
sampai ke Samudera Hindia (Burhanudin
Dengan mengetahui kondisi et al., 1984). Albacora mempunyai
optimum terhadap target tangkapan rentang suhu berkisar 14-22oC (Kunarso
dan menganalisis persebaran kondisi et al, 2005). Ikan Cakalang (Katsuwonus
oseanografis secara berkala, maka akan pelamis) memiliki rentang suhu optimal
dapat dipetakan daerah yang dapat yaitu 28-29OC perairan yang lebih hangat
dijadikan sebagai fishing ground bagi (Edmondri, 1999). Sementara ikan
nelayan di Indonesia. Namun demikian, tongkol dewasa cenderung berkumpul
hal ini juga memerlukan pengamatan dekat pantai untuk memijah setiap tahun
khusus supaya daerah yang sudah antara bulan Juni-Agustus, dengan
dipetakan potensinya tidak dieksploitasi suhu 25-30oC, dan salinitas 26-30 ppt
secara berlebihan. (Burhanudin et al., 1984).
10
Berdasarkan dari penentuan gambaran yang telah dibuat oleh BPOL
sebaran suhu permukaan laut yang (Badan Penelitian dan Observasi Laut)
digabungkan dengan sebaran klorofil-a KKP, mengenai peta sebaran daerah
dan variabilitas hasil tangkapan ikan, penangkapan ikan maupun daerah
maka daerah yang diduga merupakan berpotensi ikan pada periode waktu
daerah potensi penangkapan ikan pelagis tertentu (Gambar 7). Salah satunya adalah
adalah daerah yang mempunyai suhu peta sebaran daerah penangkapan ikan
optimum dan mempunyai kandungan maupun potensi ikan pada Bulan Maret
klorofil-a yang tinggi sebagai indikator 2015 yang mewakili musim barat. Peta
kesuburan perairan (sumber makanan), ini dibuat didasarkan pada analisa data
kemudian divalidasi dengan daerah satelit Aqua/Terra MODIS, serta data
operasi penangkapan ikan oleh angin dan gelombang dari BMKG pada
nelayan (Adnan, 2010). Berikut adalah setiap waktu (BPOL, 2015).
Gambar 7. Peta sebaran daerah tangkapan ikan maupun daerah berpotensi ikan pada
bulan Maret 2015 untuk Perairan Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur (BPOL, 2015).
11
PENUTUP Ikan dan Potensi Ikan di
Perairan Jawa, Bali dan
Pengaruh karakteristik Nusa Tenggara. http://
oseanografi di perairan Indonesia kkp.go.id/2015/08/05/
menunjukkan adanya hubungan dengan informasi-peta-prakiraan-
pola distribusi ikan, khususnya ikan daerah-penangkapan-ikan-
pelagis. SPL (suhu permukaan laut) dan ppdpi-periode-tanggal-18-
klorofil-a adalah parameter yang paling 19-maret-2015-2/. Diakses
berpengaruh, meskipun ada beberapa pada tanggal 3 Agustus
parameter lainnya tergantung dengan 2015.
kondisi perairan tersebut. Adapun
karakteristik perairan yang membedakan Burhanudin, R., S. Moeljanto,
adalah dengan adanya pengaruh musim Martosewojo dan A.
barat, musim timur, ataupun musim Djamali. 1984. Suku
peralihan. Hal ini, perlu dikaji secara Scombridae: Mengenal
berkelanjutan untuk menentukan daerah Ikan Tuna, Cakalang,
potensi penangkapan bagi nelayan. dan Tongkol. LON-LIPI,
Jakarta: 28 hal.
12
Gaol, J. L dan B. Sadhotomo. 2007. Kunarso, S. H. dan N.S. Ningsih. 2005.
Karakteristik dan Kajian Lokasi Upwelling
Variabilitas Parameter untuk Penentuan Fishing
Oseanografi Laut Jawa Ground Potensial Ikan
Hubungannya dengan Tuna. Jurnal Ilmu Kelautan.
Distribusi Hasil Tangkapan Juni 2005. Vol. 10 (2): 61-
Ikan. Jurnal Penelitian 67. ISSN 0853 – 7291.
Perikanan Indonesia. Vol.
13. No.3: 1-12. Kunarso., S. H. N.S. Ningsih, dan M.
Baskoro. 2011. Variabilitas
Gaol, J. L., Wudianto, B. P. Pasaribu, Suhu dan Klorofil-a di
D. Manurung and R. Daerah Upwelling pada
A. Endrani. 2007. The Variasi Kejadian ENSO dan
fluctuation chlorophyll-a IOD di Perairan Selatan
concentration derived from Jawa sampai Timor. Jurnal
satellite imagery and catch Ilmu Kelautan. September
of oily sardine (Sardinella 2011. Vol. 16 (3): 171-180.
lemura) in Bali Strait. ISSN 0853-7291.
Internatioanl Journal of
Remote sensing and Earth Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Penerbit
Sciences. 1: 24-50. Jambatan. Jakarta: 212 hal.
Gaol, J.L. dan Nurjaya, I.W. 2015. Dampak Odum, E.P. 1971. Fundamentals of
Perubahan Iklim Terhadap Ecology. Thirth Edition.
Kondisi Oseanografi dan Philadelphia: 546 hal.
Laju Tangkap Tuna Mata
Besar (Thunnus obesus) P3SDLP (Pusat Penelitian dan
di Samudera Hindia Pengembangan Sumber
Bagian Timur. Simposium Daya Laut dan Pesisir).
Pengelolaan Perikanan Tuna 2014. Kajian Hidrodinamika
Berkelanjutan Bali, 10-11 Perairan Indonesia dan
Desember 2014. VI 96-104. Dampaknya Terhadap
Migrasi Musiman Ikan
Jalil, A.R. 2013. Distribusi kecepatan Pelagis (TIMIT). http://
arus pasang surut pada p3sdlp.litbang.kkp.
muson peralihan barat-timur go.id/litbang/perubahan-
terkait hasil tangkapan ikan iklim/2014/613-kajian-
pelagis kecil di perairan hidrodinamika-perairan-
Spermonde. Depik, 2(1): indonesia-dan-dampaknya-
26-32. ISSN 2089-7790. terhadap-migrasi-musiman-
13
ikan-pelagis-timit. Diakses Ridha, Urfan, M.R. Muskananfoia dan
pada tanggal 9 Agustus A. Hartoko. 2013. Analisa
2015. Sebaran Tangkapan Ikan
Lemuru (Sardinella lemuru)
Pramudia, A., W. Estiningtyas, E. Berdasarkan Data Satelit
Susanti, dan Suciantini. Suhu Permukaan Laut Dan
2014. Fenomena dan Klorofil-a Di Perairan Selat
Perubahan Iklim Indonesia Bali. Diponegoro Journal of
serta Pemanfaatan Informasi Maquares. Vol 2 No. 4: 53
Iklim untuk Kalender – 60.
Tanam. Litbang Pertanian.
h t t p : / / w w w. l i t b a n g . Setyohadi, D. 2011. Pola Distribusi
pertanian.go.id/buku/katam/ Suhu Permukaan Laut
bagian-2.pdf. Diakses pada Dihubungkan dengan
tanggal 28 Januari 2016. Kepadatan dan Sebaran Ikan
Lemuru (Sardinella lemuru)
Pranowo, W.S, R.T.D Kuswardhani, T.R Hasil Tangkapan Purse
Kepel, K., S. Makasim dan Seine di Selat Bali. J-PAL,
S. Husrin , 2005. Menguak Vol.1, No. 2: 72 – 78.
Arus Lintas Indonesia
(Ekspedisi INSTANT 2003- Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu
2005). Badan Riset Kelautan Kelautan. Grasindo, Jakarta:
dan Perikanan- Departemen 226 hal.
Kelautan dan Perikanan.
Jakarta: 73 hal.
14