Anda di halaman 1dari 11

PEREKONOMIAN INDONESIA

Pembangunan Sektor Industri


Dosen: Drs. I Ketut Sutrisna, M.Si.

Oleh:

Kelompok 6
Ni Komang Sri Cristi Okta Dewi (1707531149)
Ida Ayu Sinta Mahadewi (1707531151)
Ni Made Ayu Candra Dewi (1707531157)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019/2020
Industrialisasi dilakukan melalui dua cara, yaitu substitusi impor dan diversifikasi
impor. Untuk mengatasi kesulitan pendapatan devisa dan penggunaannya, substitusi impor
dan diversifikasi ekspor merupakan cara yang baik mengatasi masalah tersebut. Melalui
diversifikasi ekspor negara tidak hanya terpaku pada satu atau dua macam barang ekspor,
sehingga bila terjadi kerugian pada satu barang dapat diimbangi dengan keuntungan dari
barang lainnya. Karena dasar tukar barang industri lebih tinggi dari barang produksi primer,
negara dapat menghasilkan sendiri barang kebutuhannya, hal tersebut akan mengurangi
pengeluaran.
Masalah yang terjadi pada ekspor industri primer mengakibatkan kenaikan ekspor
lebih lambat daripada kenaikan impor. Ini disebabkan oleh elastisitas pendapatan lebih rendah
akan permintaan impor terhadap barang produksi primer. Rendahnya elastisitas pendapatan
terhadap impor produksi primer di negara maju disebabkan oleh:
(1) Kenaikan produksi barang primer di negara maju
(2) Perubahan pola konsumsi yang menurunkan hasrat mengkonsumsi
(3) Kemajuan teknologi yang mengurangi kebutuhan bahan baku
(4) Perkembangan bahan sintetis
(5) Diberlakukan peraturan yang membatasi impor barang produksi impor
Tingginya elastisitas pendapatan terhadap impor barang produksi di Negara berkembang
disebabkan oleh:
(1) Bertambahnya jumlah penduduk dan berlakunya efek pamer internasional
(2) Kebutuhan barang produksi semakin besar
(3) Usaha meningkatkan hasil produksi primer guna meningkatkan pendapatkan devisa
(4) Dorongan untuk mendirikan industri subtitusi impor dan industri ekspor
Berhasilnya pembangunan ekonomi negara maju dimulai dengan industrialisasi
dengan menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Setelah subtitusi
berhasil, sebagian hasilnya diekspor ke luar negeri dan ditukarkan dengan barang kebutuhan
pembangunan. Negara berkembang selain mengimpor barang industri juga mengekspor
bahan makanan. Industri subtitusi impor memerlukan banyak banyak alat dan mesin serta
bahan makanan.
Pada awalnya industrialisasi didasarkan atas pasar dalam negeri dalam bentuk
barang substitusi impor. Adanya pasar tersebut mendorong industri substitusi impor
berkembang lebih pesat apabila disertai suatu proteksi sehingga akan menghemat penggunaan
devisa. Devisa yang dihemat dapat digunakan untuk mengimpor barang kapital dan barang
lainnya yang belum dapat diproduksi sendiri.

1
I. INDUSTRI PENGGANTI IMPOR
1. Strategi yang Protektif dan yang Mendorong
Strategi yang Protektif merupakan proses industrialisasi yang dijalankan melalui
kebijaksanaan proteksi yang berupa tarif dan non tarif untuk membatasi impor agar
industri dalam negeri yang bersaing dengan impor memperoleh perlindungan. Yang
termasuk dalam cakupan strategi yang protektif ini hanyalah barang-barang tradable.
Komoditas tersebut diproduksi di dalam negeri sebagai ganti dari pada mengimporya dari
luar negeri. Oleh karena itu strategi yang protektif ini juga disebut strategi substitusi
impor.
Alasan untuk memilih strategi industrialisasi yang protektif ini, adalah untuk
mendaptakan kesempatan kerja. Dengan memberikan berbagai fasilitas pada perusahaan
tertentu, perusahaan tersebut berkembang ke seluruh negeri, maka dalam jangka pendek
akan tercipta sekian banyak kesempatan kerja. Namun, banyak ahli ekonomi yang
menganggap bahwa strategi semacam ini mengandung banyak kelemahan, yakni:
(1) Berbagai bentuk pengawasan dan proteksi tersebut menimbulkan ketidakwajaran
dalam rangsangan usaha di bidang industri.
(2) Sektor yang dilindungi sering mendapatkan perlindungan yang berlebihan.
(3) Dalam jangka panjang kebijaksanaan yang protektif menambah ketimpangan
pembagian pendapatan.
(4) Dalam jangka panjang kebijaksanaan proteksi justru membuat masalah penciptaan
kesempatan kerja yang lebih parah.
(5) Karena industri-industri yang dilindungi tidak menghadapi persaingan intemasional
maka tingkat efisiensinya menjadi lebih rendah dari tingkat efisiensi yang
seharusnya dapat dicapai.
Pada dasarnya pengaruh negatif dari strategi yang protektif adalah berupa adanya
ketidakpastian usaha, pengejaran keuntungan yang tidak wajar dan korupsi, adanya
investasi yang berlebihan di beberapa sektor sehingga banyak menganggur, dan tingkat
proteksi yang tinggi dan timpang.
2. Motif-Motif Pengganti Impor
(1) Bagi negara sedang berkembang, dimana negara-negara tersebut biasanya
mengalami kesulitan dalam neraca pembayarannya, maka pengganti impor
dimaksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa.
(2) Pengganti impor sering timbul bila pemerintah suatu negara berusaha memperbaiki
Neraca Pembangunannya, baik dengan cara pembatasan impor (kuota) maupun tarif.

2
(3) Ada juga suatu negara yang mengadakan industrialisasi dengan tujuan dapat
memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai barang industri dan karena semangat
kemerdekaan yang timbul di negara yang sedang berkembang.
(4) Alasan lain dengan adanya industri pengganti impor ialah karena pemerintah
bertujuan untuk memajukan memperkembangkan kegiatan ekonomi didalam negeri.
Masalah-masalah yang dihadapi negara berkembang dalam menghasilkan
barang-barang pengganti impor
(1) Kualitas barang yang dihasilkan
Kebanyakan kualitas barang yang dihasilkan dalam negeri sering kali lebih rendah
dibandingkan barang impor. Kualitas yang rendah akan menurunkan kepercayaan
konsumen di luar negeri.
(2) Biaya produksi
Pada tahap awal industrialisasi membutuhkan banyak modal yang dibutuhkan juga
banyak. Langkanya faktor modal pada Negara berkembang memaksa untuk
mendatangkan modal dan tenaga ahli dari luar negeri. Sebagai hasil dari multplier
effeck itu tidak dapat ditekan biaya produksinya, sehingga mengakibatkan harga
lebih mahal dibanding produk impor.
(3) Efisiensi alokasi faktor produksi
Dalam suatu perkembangan ekonomi diperlukan berbagai macam faktor, antara lain:
faktor kapital, faktor tenaga kerja, faktor sumber daya alam, serta faktor wiraswasta
dan teknologi.
(4) Kapital
Pada Negara berkembang, faktor modal merupakan faktor langka. Namun seringkali
penggunaannya kurang efisien. Untuk mendorong mandirinya industri substitusi
impor dapat diterapkan proteksi.
(5) Tenaga kerja
Angkatan tenaga kerja negara berkembang pada umumnya kurang terdidik. Untuk
mengatasinya perlu mendidik tenaga kerja yang ada ataupun dengan mendatangkan
tenaga ahli dari luar negeri. Namun mendatangkan tenaga ahli dari luar seringkali
mengkonsumsi kapital .
(6) Sumber daya alam
Negara berkembang mempunyai sumber daya alam yang potensial. Namun baru
sedikit yang diolah. Untuk mengolahnya membutuhkan teknologi dan kemampuan

3
wiraswasta yang memadai. Hendaknya dipilih secara selektif sumber daya mana saja
yang potensial mendukung perekonomian.
(7) Wiraswasta dan teknologi .
Jumlah wiraswasta masih belum tercukupi, ini karena mungkin terbentur oleh
keadaan sosial-budaya, system politik, ataupun adat-istiadat setempat. Penggunaan
wirasawasta harus seefisien mungkin dengan pertimbangan berbagai alternative.
3. Substitusi Impor dalam Inflasi
Inflasi dapat menguntungkan dalam suatu perekonomian, namun tak jarang
inflasi banyak merugikan. Keuntungannya adalah inflasi dapat membawa perbaikan
bidan ekonomi maupun nonekonomi. Pada negara maju, inflasi lunak mendorong
kegiatan ekonomi dan pembangunan yang berdampak pada tingkat full employment.
Hal ini tidak dapat terjadi pada negara berkembang dikarenakan:
(1) Negara kekurangan wiraswasta
(2) Negara mempunyai sedikit excess capaci
(3) Inflasi tidak diikuti naiknya investasi riil
(4) Pendapatan masih rendah
Dampak negatif inflasi:
(1) Struktur harga
Struktur harga yang sehat tercapai apabila terjadi keseimbangan antara permintaan
dan penawaran. Adanya inflasi membuat harga barang naik, tetapi naiknya harga
yang tidak seimbang membuat struktur harga keseluruhan rusak. Demikian yang
menjadikan pertumbuhan ekonomi menjadi tersendat.
(2) Investasi dan konsumsi
Ketika inflasi simpanan berbentuk uang mengalami kemerosotan nilai, berakibat
pada turunnya tingkat daya beli masyarakat dan tingkat nilai mata uang. Namun
investasi nonproduktif akan meningkat disebabkan tindakan spekulatif pada masa
itu. Akibatnya semakin lebar tingkat konsumsi antara masyarakat kaya dengan
masyarakat miskin. Dalam jangka panjang akan terjadi peralihan konsumsi terhadap
barang impor dengan adanya demonstration effect.
(3) Perniagaan internasional
Inflasi mengakibatkan kenaikan biaya produksi barang impor yang memicu
munculnya disparitas harga antara biaya produksi dan harga ekspor. Sehingga
volume ekspor mengalami penurunan, yang artinya turunnya pendapatan devisa.
Karena pendapatan devisa turun, otomatis konsumsi impor mengalami kemerosotan.

4
Impor cenderung kearah barang konsumtif dan spekulatif. Bila negara mengalami
dispartas harga, harusnya kegiatan ekspor terhenti. Namun dengan terhentinya
ekspor pendapatan devisa akan berkurang. Apabila tetap dilakukan ekspor pada saat
disparitas harga, dapat menimbulkan penyelundupan barang atau pasar gelap. Solusi
tepat adalah dengan menghilangkan inflasi
(4) Distribusi penghasilan dan kekayaan
Ketika inflasi golongan orang berpendapatan rendah akan mengalami kerugian,
sedangkan golongan spekulatif mengalami keuntungan. Hal ini berakibat pada tidak
meratanya distribusi pendapatan masayarakatnya, sehingga kesejahteraan
masyarakat akan menurun. Pada negara berkembang inflasi menghambat
pelaksanaan industrialisasi dan keberhasilan substitusi impor.
4. Substitusi Impor Di Berbagai Sektor
(1) Industri Barang Konsumsi Pokok
Alasan suatu negara memulai industri yang menghasilkan barang pokok:
a. Tingkat pendapatannya masih rendah
b. Efek pamer pada Negara sedang berkembang
c. Pasar barang konsumsi lebih luas ketimbang pasar barang modal
d. Tingkat teknologi yang lebih sederhana dan mudah
(2) Industri Pangan (Pertanian)
Pada Negara berkembang untuk memperoleh pendapatan devisa dilakukan dengan
cara menalukkan ekspor dan mengurangi impor serta dihubungkan dengan usaha
mencapai swasembada (self sufficiency) pangan bidang pertanian. Seandainya
swasembada pangan telah tercapai, dilakukan inisiatif ekspor. Untuk mencapai
tujuan yang direncanakan dibutuhkan kenaikan produksi melalui kredit-kredit
produksi, pemasaran hasil yang lebih baik, perluasan tanah serta perbaikan tanah
pertanian, dan lain sebagainya.
(3) Industri Jasa
Pembangunan ekonomi membutuhkan banyak modal dan tenaga kerja. Apabila
suatu Negara tidak mencukupi skill tenaga kerjanya, maka akan mengimpor tenaga
ahli dan teknisi dari Negara maju. Selain mengusahakan substitusi ekspor di bidang
industri dan pertanian dapat mencoba bidang jasa. Pendorong negara berkembang
untuk beralih pada industri jasa adalah:
a. Negara berkembang banyak mengirimkan warga negaranya ke negara maju untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih baik

5
b. Masih bergantungnya jasa pengangkutan pada pihak luar yang berakibat
mahalnya harga

II. INDUSTRI PENDORONG EKSPOR


Strategi industri pendorong ekspor adalah strategi yang memfokuskan pada
pengembangan industri nasional agar lebih berorientasi ke pasar internasional dalam usaha
pengembangan industri. Ekspor komoditi primer secara langsung berangsur-angsur diganti
oleh ekspor komoditi yang telah diolah di dalam negeri. Strategi pendorong ekspor dilandasi
oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya dapat direalisasikan
apabila produk-produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar internasional.
Kebijakan Promosi Ekspor (PE)
Promosi ekspor (PE) merupakan salah satu alternatif mengatasi cepat jenuhnya pasar
domestik, sebab pasar luar negeri relatif jauh lebih besar daripada pasar domestik. Kebijakan
PE umumnya dilakukan setelah berhasil melaksanakan SI, kendati ada juga yang melakukan
secara bersamaan
Tujuan kegiatan promosi ekspor yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk
mengenalkan perusahaan dan produk yang diproduksi kepada calon pembeli di Luar Negeri.
Hal ini promosi berperan penting dalam daur kehidupan usaha yang dilakukan perusahaan.
Seperti dalam pengertian promosi, yaitu seperangkat teknik pemasaran untuk
mengkomunikasikan segala sesuatu tentang produk atau komoditas kepada kelompok sasaran
atau pasar untukmencapai tujuan akhir upaya pemasaran yaitu produk atau komoditaskita
menjadi pilihan utama bagi pelanggan (Jabbar:2007).
Menurut Landa dan Robin (2001) untuk meningkatkan transaksi ekspor impor
diperlukan kegiatan promosi yang tepat. Kegiatan ini dilakukan oleh para eksportir dan
badan-badan khusus serta pemerintah sendiri. Sedangkan menurut Anne Krueger (1978).
Wakil presiden bank dunia, ada 4 faktor yang dapat menerangkan mengapa strategi
industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat
ketimbang strategi substitusi impor, ke empat faktor tersebut adalah:
(1) Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri
Pengalaman dari korea selatan (yang sejak tahun 1961 telah menempuh strategi promosi
ekspor) telah menunjukkan bahwa dengan strategi promosi ekspor, kaitan antara
keberhasilan sektor pertanian dan keberhasilan sektor industri tidak begitu erat seperti di
bawah strategi substitusi impor. NSB telah menempuh strategi promosi ekspor ternyata
telah berhasil cukup cadangan devisa untuk mengimpor pangan (jika perlu) dari pada

6
negara-negara yang telah menempuh strategi substitusi impor karena strategi substitusi
impor ternyata justru mempunyai kepadatan impor yang tinggi. Dengan demikian biaya
oportunitas impor pangan tinggi sekali, karena devisa yang langka ini tidak dapat
digunakan untuk impor yang lainnya yang penting, misalnya barang-barang modal untuk
pembangunan.
(2) Skala ekonomis
Bagi industri-industri dimana faktor skala ekonomi (economices of scale) adalah penting,
maka strategi promosi ekspor akan dapat memberikan dorongan yang kuat kepada
perusahaan-perusahaan baru dari pada dibawah substitusi impor. Dengan strategi
promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik dengan skala ekonomi yang efisien,
oleh karena dalam membangun pabrik-pabrik tersebut para industrialis sudah
merencanakan untuk memasarkan sebagian dari produksi mereka dari pasar dunia.
(3) Persaingan
Persaingan dipasar ekspor mengaharuskan para industralis untuk menjajagi berbagai cara
untuk menekan biaya produksi mereka sampai ketingkat yang serendah-rendahnya
sehingga hasil-hasil produksinya mereka bisa bersaing dalam hal harga (price
competitive) dipasar ekspor, maka persaingan ketat dipasar ekpor juga akan
mengahruskan para industriawan untuk mengadakan pengendalian mutu (quality control)
yang ketat pula, mengadakan modifikasi dalam desain barang-barang sesuai dengan
perubahan selera masyarakat, dan memastikan pengadaan barang-barng sesuai dengan
jadwal engadaan yang telah ditetapkan.
(4) Kekurangan Devisa
Pengalaman NSB, termasuk Indonesia, telah menunjukkan bahwa kekurangan devisa
telah menghambat pertumbuhan ekonomi yang pesat, pada tingkat makro ekonomi, skala
investasi nasioanal perlu dikurangi, jika diperkirakan bahwa ditahun-tahun mandatang
akan dihadapi masalah kekurangan devisa.

III. TEKNOLOGI DAN PENGANGGURAN


Teknologi
Indonesia sebagai negara yang berkembang harus mengejar ketertinggalan teknologi
lewat industri berteknologi tinggi yang terpilih. Namun, tidak salah pula jika kita memerlukan
adanya visi efisiensi dalam proses transformasi teknologi. Tekno ekonomi merupakan
merupakan suatu kemampuan memanfaatkan teknologi secara efisien dan efektif di bidang
ekonomi. Kemampuannya mencakup kemampuan memilih teknologi, mengoperasikan

7
proses, menghasilkan barang dan jasa, serta mengelola perubahan. Perubahan pada paradigma
tekno ekonomi memunculkan system teknologi yang baru dan menimbulkan pengaruh yang
menyeluruh pada semua sisi perekonomian. Perubahan pada paradigma teknoekonomi akan
menimbulkan produk baru dan proses teknologi baru pada sebuah bentuk industri baru.
Perubahan demikian menyebabkan perubahan pada struktur biaya input, produksi, serta
distribusi pada perekonomian secara keseluruhan. Sehingga dengan adanya teknologi akan
menghemat biaya-biaya proses produksi dalam industri :
(1) Merubah keaadaan yang serba bergantung pada luar negeri, untuk menjadikan
ekonominya lebih mandiri.
(2) Dengan industrialisasi diharapkan dapat meningkatkan produktifitas tenaga kerja,
dengan mempergunakan teknologi yang lebih modern.
(3) Menambah lapangan-lapangan kerja baru untuk memperkecil jumlah pengangguran.
(4) Dari segi neraca pembayaran, dimaksudkan agar secepatnya dapat memperbaiki neraca
pembayaran yang selalu defisit. Maksudnya sekalipun dalam jangka pendek adanya
industrialisasi terpaksa banyak mengimpor mesin-mesin, alat-alat transport, sehingga
memerlukan devisa yang sangat besar, tetapi lama-kelamaan diharapkan adanya industri-
industri substitusi impor akan mengurangi devisa yang kita butuhkan sebaliknya kita
mampu memperbesar ekspor kita.
Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun)
yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang
mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa
perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan
pekerjaan. Atau dengan kata lain penganguran adalah kelompok angkatan kerja yang belum
mendapatkan pekerjaan atau tidak bekerja. Pengangguran teknologi adalah pengangguran
yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
▪ Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
a. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat
kemakmuran yang dicapainya karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan
nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan
potensial (pendapatan yang seharusnya).
b. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak
berkurang. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah
juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.

8
c. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan
menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap
barang-barang hasil produksi akan berkurang.
Kecenderugan perkembangan teknologi dan ekonomi akan bedampak pada
penyerapan tenaga kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang diperlukan. Kualifikasi tenaga
kerja dan jumlah tenaga kerja yang di butuhkan akan mengalami perubahan yang cepat.
Akibatnya, pendidikan yang diperlukan adalah pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja
yang mampu mentrasformasikan pengetahuan dan skill sesuai dengan tuntutan kebutuhan
tenaga kerja yang berubah.
Penggunaan teknologi yang tepat guna akan mendukung adanya inovasi-inovasi
produk, meningkatkan daya saing produk dan menjadi hambatan masuk bagi perusahaan
pesaing. Hubungan teknologi dengan penyerapan tenaga kerja adalah saat industri
mempunyai teknologi yang modern dan canggih dalam kerajinanya maka tenaga kerja yang
dibutuhkan sedikit karena teknologi dapat menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak
mampu di lakukan oleh pekerjaan manusia dan sebaliknya (Trian Arissana dan Sri Budhi
2016) dalam Yuli Harsinta Dewi dan Marhaeni 2016. Yuli Harsinta Dewi dan Marhaeni 2016
dalam penelitiannya mengatakan bahwa sesuai dengan teori produksi bahwa teknologi
merupakan bagian dari faktor produksi. Untuk meningkatkan output, diperlukan peningkatan
input yang dalam hal ini tenaga kerja. Sehingga dapat dikatakan perusahaan yang
menggunakan teknologi modern akan menyerap tenaga kerja lebih banyak dari pada
perusahaan yang menggunakan teknologi tradisional. Penggunaan teknologi dalam proses
produksi terutama dalam produksi sektor industri akan berdampak pada penyerapan tenaga
kerja atau bisa dikatakan akan berimbas pada jumlah pengangguran, dimana dengan
penyerapan tenaga kerja akan semakin meningkat seiring perkembangan teknologi serta
dengan semakin berkembangnya berbagai macam usaha di sektor industri. Industriallisasi
juga berdampak bagi Indonesia yaitu dengan adanya industrialisasi ini semakin menekan
pengangguran karena adanya peningkatan jumlah lapangan pekerjaaan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nehen, Ketut. 2016. Perekonomian Indonesia. Denpasar: Udayana University Press


Salamadian. 2016. Pengangguran: Pengertian, Penyebab dan Jenis-jenis Pengangguran.
https://salamadian.com/pengertian-jenis-jenis-pengangguran. Diakses tanggal 26 Oktober
2019
Raha, Septian, 2012. Makalah Masalah Industriaisasi.
http://www.academia.edu/6194328/MAKALAH_Masalah_Industrialisasi. Diakses tanggal
26 Oktober 2019

10

Anda mungkin juga menyukai