Anda di halaman 1dari 26

PENGANTAR DASAR KESELAMATAN KERJA

KELOMPOK I

1. ANDARLIYANTO : 20190301059

2. ARNI PUTRI GUNAWAN : 20190301060

3. FAJRI MARDHITIJO : 20190301221

4. GUSTAWAN F : 20190301054

5. ULFIYAH KHARISMA : 20190301062

6. RELDY TIRTA : 20190301255

JURUSAN KESEHATAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2019
1. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Keselamatan kerja yaitu keselamatan yang bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja seperti pakaian atau sepatu safety terbaru, bahan, dan

sistem pemrosesannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya dan

beberapa cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993).

Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan

bisnis sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat

terkait dengan kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan.

Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan

terjadinya kecelakaan kerja.

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan

hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan kerja merupakan faktor yang sangat

penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau

kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan

lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir Kecelakaan

dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai

kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat

memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya

keselamatan.

Keselamatan kerja mempunyai banyak pengaruh terhadap faktor

kecelakaan, karyawan harus mematuhi standar keselamatan kerja agar tidak

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada diri karyawan, contohnya

kecelakaan pada saat bekerja. Terjadinya kecelakaan kerja banyak

dikarenakan oleh kurangnya standar yang ditetapkan oleh perusahaan atau


instansi terkait. Keselamatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja,

karena keselamatan kerja adalah suatu keadaan dimana para pekerja terjamin

keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat,

alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga

terjamin. Apabila para pekerja didukung oleh sarana dan prasarana yang

terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salaha satu aspek

perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam undang undang nomor 13 tahun

2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan

kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja dan

tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan kerja dapat

diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang

tinggi. Jadi unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak

terpaku pada faktor fisik tetapi juga mental, emosional, dan psikologi.

Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah

diatur sedemikian rupa. Tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang

diharapkan. Begitu banyak faktor dilapangan yang mempengaruhi kesehatan

dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai ruang lingkup, manfaat,dan hukum

dalam keselamatan kerja.

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan untuk pembuatan makalah ini sebagai berikut :

1. Mengetahui konsep dasar keselamatan kerja

2. Mengetahui ruang lingkup dalam keselamatan kerja

3. Mengetahui manfaat dalam keselamatan kerja


4. Mengetahui framework

5. Mengetahui hukum tentang keselamatan kerja

2. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA

Menurut Mathis dan Jackson 2002 K3 adalah kegiatan yang menjamin

terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental

melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap

pelaksanaan tugas dari karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan

yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana

mereka bekerja.

Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia

(2000), mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalahsuatu kondisi

dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan

maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja

tersebut.

Menurut Sardjito (2012), keselamatan kerja adalah kondisi

keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita

bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan

keselamatan, dan kondisi pekerja.

Pada pelaksanaannya K3 memiliki fungsi yang cukup banyak dan

bermanfaat, baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja. Berikut ini adalah

beberapa fungsi K3 secara umum menurut Nuraini 2002:


1. Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian akan

adanya risiko dan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan di

lingkungan kerja.

2. Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses organisir,

desain tempat kerja, dan pelaksanaan kerja.

3. Sebagai pedoman dalam memantau kesehatan dan keselamatan para

pekerja di lingkungan kerja.

4. Memberikan saran mengenai informasi, edukasi, dan pelatihan

mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.

5. Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya,

metode, prosedur dan program.

6. Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian

bahaya dan program pengendalian bahaya

B. RUANG LINGKUP KESELAMATAN KERJA

Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan

dalam pelaksanaan K3. dimana aspek aspek inilah yang dapat mempengaruhi

atau menimbulkan kecelakaan kecelakaan kerja, jika tidak diatur sedemikian

rupa sesuai standar. Adapun ruang lingkup K3 yaitu sebagai berikut:

1. Lingkungan Kerja

Merupakan lokasi tempat para pekerja melakukan aktivitas

kerja. Kondisi lingkungan kerja seperti ventilasi, penerangan dan

situasi haruslah memadai. Hal ini untuk meminimalisir potensi

terjadinya kecelakaan kerja. Jika kondisi lingkungan kerja tidak

memadai seperti penerangannya yang kurang, pada jangka waktu


tertentu akan berdampak buruk bagi kesehatan mata pekerja dan akan

menimbulkan penyakit.

2. Alat dan Bahan Kerja

Alat alat kerja dan bahan juga mempengaruhi keselamatan dan

kesehatan pekerja. Semua alat dan bahan yang dibutuhkan suatu

pabrik atau perusahaan untuk memproduksi barang,merupakan faktor

penentu dalam proses produksi. Oleh karenanya kelengkapan dan

kondisi alat kerja dan bahan harus dicek secara berkala. Selain itu

bahan yang digunakan dalam aktivitas kerja juga harus diperhatikan.

misalnya penggunaan bahan kimia pada proses tertentu

mengharuskan pekerja untuk menggunakan alat keselamatan guna

meminimalisir potensi bahaya.

3. Metode Kerja

Metode kerja atau prosedur kerja merupakan standar cara kerja

yang harus dilakukan pekerja. Pembuatan SOP (Standar Operasional

Prosedur) Pada suatu perusahaan dibuat agar pekerjaan yang

dilakukan pekerja tercapai secara efektif dan efisien. Contohnya

prosedur mengoperasikan mesin atau prosedur penggunaan APD

(Alat Pelindung Diri) yang sesuai standar.

4. Human ( pekerja )

Adanya orang atau manusia pada area kerja yang mempengaruhi

aturan keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diikuti atau tidak,

juga mempunyai jaminan perlindungan keselamatan kerja akan

menimbulkan suasana kerja yang tenteram sehingga orang yang

berada pada ligkungan kerja akan dapat memusatkan perhatiannya


pada pekerjaan semaksimal mungkin tanpa khawatir sewaktu- waktu

kecelakaan.

C. MANFAAT KESELAMATAN KERJA

Adapun manfaat atau fungsi Keselamatan dan kesehatan kerja

1. MANFAAT BAGI PEKERJA

- Pekerja mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya.

- Pekerja memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan

- Pekerja memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan

terkait dengan Keselamatan dan kesehatan kerja

- Pekerja mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat

seperti kebakaran, gempa, kecelakaan, dan sebagainya

- Pekerja mampu berpartisipasi untuk membuat tempat kerjanya lebih

aman

- Pekerja mampu untuk menhindarkan keluarganya dari penyakit-

penyakit yang mungkin bisa tertular dari tempat kerja

- Pekerja mampu untuk tetap memiliki penghasilan

- Pekerja mampu untuk tetap berkontribusi terhadap perekonomian

keluarganya

2. MANFAAT BAGI PERUSAHAAN

- Perusahaan dapat melindungi pekerjanya dan fasilitas produksi dari

kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja

- Perusahaan dapat mengurangi dari tingginya biaya atau tagihan

asuransi

- Perusahaan dapat patuh terhadap regulasi terkait dengan keselamatan

dan kesehatan kerja


- Perusahaan mendapatkan citra positif karena penerapan Keselamatan

dan kesehatan kerja baik dari pekerja, keluarga pekerja, masyarakat,

dan juga Negara

- Perusahaan dapat memperoleh berbagai penghargaan terkait

keselamatan dan kesehatan kerja

- Perusahaan mampu tetap melanjutkan bisnis dan melindungi nilai

saham dari dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan ataupun

penyakit akibat kerja

- Perusahaan dapat memperoleh kontrak kerja yang baik dengan

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja

- Munculnya peluang bisnis terkait dengan penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja

3. MANFAAT BAGI LINGKUNGAN KERJA

- Dapat menyusun dan menyimpan barang-barang yang berbahaya yang

kurang diperhitungkan keamanannya.

- Menciptakan sebuah ruang kerja yang nyaman, bersih, ringkas dan

rapi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyaman dan

keefektifitasan karyawan saat bekerja. Lingkungan kerja yang

mensupport keselamatan dalam kesibukan bekerja di bagian mesin

diantaranya : pencahayaan, Suhu, kebersihan tempat kerja, dan

pemasangan sinyal tanda peringatan seperti poster.

- Mempunyai peraturan membuang limbah hasil produksi perusahaan

sesuai dengan peraturan yang berlaku hal ini bertujuan untuk

menciptakan sebuah lingkungan kerja yang sehat

4. MANFAAT BAGI EQUIPMENT


- Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. Dibuat

checklist dan tidak memaksakan untuk melanjutkan produksi bila

sudah diketahui jika ada dalah satu alat produksi anda yang rusak.

Karena jika dipaksakan dapat mebahayan keselamatan karyawan.

Selain itu tentu saja alat produksi yang sudah rusak atau mengalami

gangguan tentu tidak dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan

standar kualitas.

- Penggunaan mesin, mengetahui kapan harus maintenance dan

mengganti part – part yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.

D. FRAMEWORK

Framework yang dimaksud disini dengan kata lain yaitu dasar atau

landasan dari Keselamatan Kerja itu sendiri yang dimana di Indonesia sendiri

mengacu pada Undang Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50

Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, dan OHSAS 18001 tahun 2007, ISO 45001.

Undang Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja yang mempunyai 11 bab dan 18 pasal mempunyai dasar

hukum yaitu:

BAB I

TENTANG ISTILAH-ISTILAH

Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau

tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan

suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana

diperinci dalam

2. "pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas langsung sesuatu tempat kerja atau

bagiannya yang berdiri sendiri;

3. "pengusaha" ialah : orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik

sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja; orang atau badan

hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan

untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja; orang atau badan hukum, yang di

Indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang

mewakili berkedudukan di luar Indonesia.

4. "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Mneteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan

Undang-undang ini.

5. "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen

Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

6. "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen

Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya

Undang-undang ini.

BAB II

RUANG LINGKUP

Pasal 2
1. Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat

kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara,

yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

2. Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana

a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,

peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan

atau peledakan;

b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan

atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun,

menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;

c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau

pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan

perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana

dilakukan pekerjaan persiapan.

d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,

pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan

kesehatan;

e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih

logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik di

permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;

f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui

terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;

g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun

atau gudang;

h. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;


i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan;

j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;

k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan,

terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;

l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;

m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas,

hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;

n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;

o. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau

telepon;

p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset

(penelitian) yang menggunakan alat teknis;

q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan

listrik, gas, minyak atau air;

r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang

memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

3. Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-ruangan

atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau

kesehatan yang bekerja atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat

dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).

BAB III

SYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJA

Pasal 3

1. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :


a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;

c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya;

e. memberi pertolongan pada kecelakaan;

f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan

getaran;

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik

maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.

i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;

k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;

l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses

kerjanya;

n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau

barang;

o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang;

q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;


r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

s. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam

ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi

serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.

Pasal 4

Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam

perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat

produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan

ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi,

bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan

pengesyahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan,

barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu

sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.

Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan

(2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan

mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.

BAB IV

PENGAWASAN

Pasal 5
Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini sedangkan para

pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung

terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.

Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam

melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 6

Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan

banding kepada Panitia Banding.

Tata cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan lain-

lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.

Pasal 7

Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi

menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 8

Pengurus di wajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik

dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat

pekerjaan yang diberikan padanya.

Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya,

secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.

Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.


BAB V

PEMBINAAN

Pasal 9

1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru

tentang :

2. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja;

3. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja;

Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan; Cara-cara dan sikap

yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

4. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia

yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.

5. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang

berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan

kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian

pertolongan pertama pada kecelakaan.

6. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-

ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.

BAB VI

PANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pasal 10
Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina Keselamatan Kerja guna

memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau

pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan

kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan

usaha berproduksi.

Susunan Panitia Pembina dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya

ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

BAB VII

KECELAKAAN

Pasal 11

Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang

dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1)

diatur dengan peraturan perundangan.

BAB VIII

KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA

Pasal 12

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau

keselamatan kerja;

b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang

diwajibkan

d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan

kerja yang diwajibkan;

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan keselamatan

kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali

dalam hal-hal khususditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang

masih dapat dipertanggung jawabkan.

BAB IX

KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA

Pasal 13

Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk

keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

BAB X

KEWAJIBAN PENGURUS

Pasal 14

Pengurus diwajibkan :

secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat

keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang

mudah dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;

Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang

diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan

terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga

kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki

tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk-

petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

BAB XI

KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan peraturan

perundangan.

Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas

pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau

denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).

Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

Pasal 16

Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang-

undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di dalam satu tahun sesudah Undang-undang
ini mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-

undang ini.

Pasal 17

Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini

belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu

Undang-undang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan

Undang-undang ini.

Pasal 18

Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA" dan mulai

berlaku pada hari diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-

undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.


2. OHSAS 18001 : 2007 Occupational Health and Safety Management System

Standar OHSAS 18001 : 2007 Occupational Health and Safety Management

Systemsialah standar internasional dalam (untuk) membangun dan

menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam suatu

organisasi (perusahaan) di tempat kerja.

Standar OHSAS 18001 ialah standar yang paling secara umum banyak

dianut (dirujuk) oleh banyak perusahaan (organisasi) dalam melaksanakan

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam manajemen

organisasi (perusahaan) yang bersangkutan.

Standar OHSAS 18001 merupakan standar yang mudah digunakan serta

mudah diterapkan dan dikembangkan pada berbagai macam organisasi dan

tingkatannya (misal : organisasi pendidikan, perusahaan, rumah sakit maupun

organisasi/bisnis/perusahaan lainnya). Standar OHSAS 18001 juga merupakan

standar yang disusun selaras untuk diterapkan dengan standar lainnya (ISO 9001,

ISO 14001, dsb) sehingga mudah untuk mengintegrasikan (menggabungkan)

penerapan Standar OHSAS 18001 dengan standar-standar lainnya (khususnya

Standar ISO).

Standar OHSAS 18001 disusun berdasarkan metode PDCA (Plan-Do-Check-

Act) yang dijabarkan sebagai berikut :

1. Plan (Perencanaan) : membangun tujauan-tujuan dan proses-proses

yang diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan Kebijakan

K3 suatu organisasi.

2. Do (Pelaksanaan) : Menerapkan proses-proses yang telah

direncanakan.
3. Check (Pemeriksaan) : Memantau dan mengukur proses-proses

terhadap Kebijakan K3 organisasi.

4. Act (Tindakan) : Mengambil tindakan untuk peningkatan kinerja K3

secara berkelanjutan.

3. ISO 45001

Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (OHAS), ISO 45001,

adalah standar internasional baru yang menyediakan kerangka kerja bagi organisasi

untuk mengelola risiko dan peluang untuk membantu mencegah yang terkait dengan

pekerjaan cedera dan kesehatan yang buruk bagi para pekerja. Hasil yang

dimaksudkan adalah untuk meningkatkan dan menyediakan tempat kerja yang aman

dan sehat. ISO 45001 dimaksudkan untuk membantu organisasi, terlepas dari ukuran

atau industri, dalam merancang sistem secara proaktif mencegah cedera dan kesehatan

yang buruk.

Semua persyaratannya dirancang untuk diintegrasikan ke dalam organisasi

proses manajemen dan bisnis. ISO 45001 merupakan sistem manajemen keselamatan

dan kesehatan kerja pertama di dunia yang menggunakan standar internasional.

Pertama kali diterbitkan pada tanggal 12 Maret 2018. Pedoman dalam ISO 45001

membantu perusahaan untuk membenahi kinerja K3. Sebelum ISO 45001 diterbitkan,

perusahaan menggunakan OHSAS 18001 sebagai tolok ukur K3. OHSAS 18001

diluncurkan pada tahun 2007 dengan standar berbeda.

Jadi, meskipun ISO 45001 mengadopsi OHSAS 18001, keduanya memiliki

perbedaan mendasar. Dari konteks organisasi ISO 45001 lebih fokus dan detail, ISO

45001 membahas secara mendalam tentang identifikasi bahaya dan partisipasi


pekerja. ISO 45001 disusun dan diterbitkan oleh komite teknik ISO. Dalam

penyusunannya, ISO 45001 mengadopsi High Level Structure (HLS).

Karena itu, standar tersebut bisa dikombinasikan dengan beberapa sistem secara

harmonis dan efisien. Sebagian besar perusahaan menerapkan ISO 45001 dengan

tujuan membangun sistem K3 terstruktur. Perusahaan cukup menerapkan standar dari

ISO 45001 secara maksimal agar mencapai tujuannya. Meski begitu, untuk

meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan tersebut, sertifikasi memang diperlukan.

ISO 45001 mengimplementasikan proses dan struktur Annex SL, membuat integrasi

berbagai standar sistem manajemen ISO lebih mudah, seperti ISO 9001, Sistem

manajemen mutu dan ISO 14001, Sistem manajemen lingkungan. Ini menggunakan

model plan-do-check-act (PDCA) sederhana, yang menyediakan kerangka kerja bagi

organisasi untuk merencanakan apa yang mereka butuhkan di tempat untuk

meminimalkan risiko cedera atau penyakit. Itu langkah – langkah harus mengatasi

masalah yang bisa mengarah ke jangka panjang masalah kesehatan dan ketidakhadiran

di tempat kerja, serta yang memberi meningkat menjadi cedera.

ISO 45001 memungkinkan suatu organisasi untuk mengidentifikasi bahaya K3,

risiko dan peluang untuk mengelola secara proaktif untuk mendukung pekerja

kesehatan / kesejahteraan. Panggilan standar ISO 45001 untuk manajemen dan

kepemimpinan organisasi untuk:

1. Mengintegrasikan tanggung jawab untuk masalah kesehatan dan

keselamatan sebagai bagian dari keseluruhan rencana organisasi.

2. Tunjukkan keterlibatan dengan karyawan (dan di mana mereka ada

perwakilan karyawan) untuk membuat budaya organisasi yang mendorong

partisipasi aktif pekerja dalam sistem manajemen K3

3. Pastikan OH SMS terintegrasi ke dalam organisasi proses bisnis


4. Pemahaman terhadap manfaat mengikuti ISO 45001 menjadi kunci awal

untuk meyakinkan manajemen puncak. Mereka harus yakin, bahwa ada

peningkatan loyalitas pekerja dan kinerja, kerja sama, serta efisiensi biaya

setelah menerapkan ISO 45001

4. SMK 3 PERATURAN PEMERINTAH NO 50 TAHUN 2012

a. PENGERTIAN SMK3

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian

dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian

risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya

pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap

pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang

telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan.

b. TUJUAN PENERAPAN SMK3:

- meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan

kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi;

- mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat

pekerja/serikat buruh; serta

- menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk

mendorong produktivitas
c. Penerapan SMK3

- Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang

SMK3.

- Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagai pedoman perusahaan

dalam menerapkan SMK3.

- Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman

penerapan SMK3 sesuai dengan kebutuhan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. KEWAJIBAN PENERAPAN SMK3:

- Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100

(seratus) orang; atau

- Perusahaan yang mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. (Ketentuan

mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan).

- Penerapan SMK3 memperhatikan ketentuan peraturan perundang-

undangan serta konvensi atau standar internasional.

e. PENERAPAN SMK3 DI PERUSAHAAN MELIPUTI :

- Penetapan kebijakan k3

- Perencanaan k3

- Pelaksanaan rencana k3

- Pemantauan dan evaluasi kinerja k3

- Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.


Prabowo, Agung. 2011. Keselamatan kerja. http://www.agungprabowo.blogspot.com

Sardjito. 2012. Kesehatan dan keselamatan kerja. http://www.sardjito.blogspot.com/

Nuraini, Linda. 2012. Kesehatan dan keselamatan kerja bagi tenaga


kesehatan. http://www.linda.1563.blogspot.com

Hendarman. 2010. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Tempat
Kerja Kesehatan. http://www.infokeselamatankerja.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai