Anda di halaman 1dari 12

KEEFEKTIFAN SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGURANGI KECANDUAN MENGAKSES

SITUS PORNOGRAFI PADA SISWA KELAS X DI SMK KETINTANG SURABAYA

THE EFFECTIVENESS OF SELF-MANAGEMENT TO REDUCE ADDICTION TO ACCESING


PORNOGRAPHIC OF 10TH GRADE STUDENTS IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL KETINTANG
OF SURABAYA

Peni Deriyang Mustiko Wulandari


Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Email: peniwulandari@mhs.unesa.ac.id

Hadi Warsito Wiryosutomo


Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Email: hadiwarsito@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini memilliki tujuan untuk mengetahui suatu penerapan konseling individu untuk
mengurangi kecanduan dalam mengakses situs pornografi pada siswa kelas X di SMK Ketintang Surabaya.
Peneliti menggunakan pendekatan cognitive behaviore therapy (CBT) dengan bantuan dari teknik
self-management. Jenis penelitian ini adalah pre-experiment design one group pre-test post-test design. Angket
kecanduan mengakses situs pornografi sebagai pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini. Ada 3
subjek penelitian yang di ambil dari siswa kelas X TKJ 2 dengan tingkat kecanduan sangat tinggi yang telah
diukur dengan angket kecanduan mengakses situs pornografi. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji
statistik non parametrik dengan uji tanda.
Berdasarkan hasil uji tanda pengaruh konseling individu dengan self-management terhadap tingkat
kecanduan dalam mengakses situs pornografi. Diketahui bahwa subjek mengalami penurunan yang sangat
signifikan, karena tanda (+) berjumlah 0 dan yang menunjukkan tanda (-) berjumlah 3, dan yang menunjukkan
tanda 0 tidak perlu ditulis karena tidak mengalami penurunan. Dengan melihat tabel tes binomial ketentuan
N=3, maka diperoleh ρ=0,250 bila dalam ketetapan α=5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
0,250>0,05. Berdasarkan hasil ini maka H0 ditolak dan Ha diterima. Setelah diberikan perlakuan dengan self-
management terdapat perbedaan skor antara pre-test dan post-test.
Kata kunci : konseling individu, cognitive behaviore therapy, self-management, kecanduan mengakses situs
pornografi

Abstract
This study has the objective to find out an application of individual counseling to reduce addiction in
accessing pornographic sites in class X students at SMK Ketintang Surabaya.
Researchers used a cognitive behavioral therapy (CBT) approach with the help of self-management
techniques. This type of research is pre-experiment design one group pre-test post-test design. Questionnaire is
addicted to accessing pornography sites as data collectors used in this study. There are 3 research subjects
taken from class X TKJ 2 students with a very high level of addiction as measured by an addiction
questionnaire accessing pornographic sites. Data analysis techniques used were non-parametric statistical
tests with sign tests.
The results of the analysis by comparing a table of 0.05 = 2.919 with the provisions of a table smaller
than tcount of 2.919 <18.33, it can be concluded that rejecting H0 and accepting H1 are interpreted to reduce
the level of addiction in accessing pornographic sites to students. This means that there is a very significant
difference between pre-test scores or before individual counseling services are provided with effective self-
management techniques used for post-test or after services are provided.

Keywords: individual counseling, cognitive behavior therapy, self-management, addiction to access


pornographic sites
PENDAHULUAN
Di era globalisasi seperti sekarang telah Pengaruh smartphone adalah satu diantara
terjadi perkembangan teknologi dan banyak banyaknya penghambat siswa dalam perilaku yang
informasi yang sangat pesat. Dengan bisa dianggap merugikan.
perkembangan di bidang teknologi ini bukan Dalam menghadapi era modern, Sekarang
penghalang bagi sebagian orang untuk mengakses sudah banyak tempat yang menyediakan jaringan
informasi yang diinginkan dan isu-isu yang terjadi internet secara gratis di lembaga pendidikan di
di sekitar kita. Teknologi juga membuat beberapa Indonesia, misalnya di Sekolah Menengah Atas
orang mampu menciptakan aplikasi-aplikasi baru sederajat. Suatu keunggulan dalam dunia
yang menjadikan lebih mudah lagi dalam pendidikan tentunya dalam bidang teknologi yang
penggunaan internet. berbasis internet. Oleh sebab itu, penyalahgunaan
Teknologi mampu menciptakan suatu hal teknologi pada bidang pendidikan merupakan
yang sangat dibutuhkan manusia dan sangat perbuatan yang melanggar etika, moral, dan
berguna dalam membantu pekerjaan sehari-hari hukum yang dapat meruntuhkan dunia akademik.
dengan mudah. Salah satu dari teknologi tersebut Akademik disebut dengan scientific,misconduct
adalah smartphone atau sebuah alat yang dapat atau misconduct in science atau academic
tersambung dengan koneksi internet. Salah misconduct. Scientific misconduct ataulebih
satunya yaitu smartphone. Dengan adanya spesifik research misconduct diartikan sebagai
smarthphone tersebut seseorang mendapatkan “fabrikasi, falsifikasi, plagiarisme, atau praktek
banyak manfaat yang diperoleh, seperti contohnya lain yang sangat menyimpangdalam membuat
untuk komunikasi, mencari hiburan di waktu penulisan ilmiah” (Nengah Sujaya,2010).
luang, dan bisa memainkan games atau permainan Menurut penelitian Weinstein & Lejoyeux
di smartphone mereka. (2010), diagnosis kriteria ketergantungan internet
Penggunaan smartphone dengan bijak dan yang dialami oleh remaja diantaranya penggunaan
sesuai dengan kebutuhan, akan sangat membantu internet yang berlebih sering dikaitkan dengan
dan mempermudah segala aktivitas yang hilangnya rasa waktu, penarikan termasuk
dilakukan manusia. Tetapi jika seseorang tidak perasaan marah, tegang ketika tidak dapat
dapat menongtrol penggunaan smartphone justru mengakses, toleransi termasuk antisipasi
akan membuat seseorang tersebut mengalami penggunaan waktu lebih untuk online, kurangnya
kecanduan atau ketergantungan dengan kontrol dalam mengurangi penggunaan Internet
smartphone yang mereka miliki. Kecanduan termasuk mengabaikan karya akademis,
merupakan sebuah aktivitas manusia yang mengabaikan kehidupan sosial mereka.
dilakukan secara berulang-ulang dan Almenayes (2015: 45-48), kecanduan media sosial
menimbulkan dampak negatif bilamana perilaku merupakan bentuk kecanduan yang disebabkan
tersebut sulit di kontrol. Kecanduan bukan selalu oleh teknologi internet. Adapun faktor penyebab
dikaitkan dengan zat adiktif, tetapi bisa juga kecanduan media sosial meliputi; compulsive
kecanduan dalam aktivitas tertentu hingga feelings (pikiran yang berlebih), time
membuat dampak negatif. displacement (mengulur waktu), dan sosial
Jika seseorang sudah mengalami consequences (konsekuensi sosial yang
ketergantungan pada smartphone, otomatis mempengaruhi kehidupan sehari-hari).
mereka tidak dapat menontrol diri dalam Sementara riset kominfo dan UNICEF
penggunaan smartphoneyang mereka miliki. Salah bahwa hasil studi penggunaan media sosial dan
satunya adalah pemborosan waktu, sebagian besar digital menjadi bagian yang menyatu dalam
waktu yang mereka habiskan hanya untuk bermain kehidupan sehari-hari anak muda Indonesia, 98%
smartphone. Misalnya pada anak-anak yang sudah dari anak-anak dan remaja yang disurvei tahu
menggunakan smartphone, mereka lebih pintar tentang internet dan bahwa 79,5% diantaranya
dalam mengoperasikanatau mengeksplore sebuah adalah pengguna internet. Anak-anak dan remaja
smartphone dibandingkan orang dewasa. Pada memiliki tiga motivasi utama untuk mengakses
anak usia remaja lebih cepat memahami fungsi internet: untuk mencari informasi, untuk
dan fitur yang dimiliki smartphone. Hal tersebut terhubung dengan teman (lama dan baru) dan
disebabkan karena remaja memiliki rasa ingin untuk hiburan. Pencarian informasi yang
tahu sangat tinggi dibandingkan dengan orang dilakukan sering didorong oleh tugas-tugas
dewasa. Tetapi, beda halnya dengan orang dewasa sekolah, sedangkan penggunaan media sosial dan
yang sudah memiliki self-management pada diri. konten hiburan didorong oleh kebutuhan pribadi
Orang dewasa dapat mengolah self- (Wijayanti, 2014).
managementnya dalam penggunaan smartphone Alasan tersebut diperkuat dengan adanya
dibandingkan dengan remaja. beberapa kasus yang terjadi, maka pihak sekolah
Oleh sebab itu, anak harus diberikan ilmu memberikan peraturan untuk tidak menggunakan
dan dititipkan pada sebuah lingkungan pendidikan Smartphone selama jam belajar efektif sedang
formal untuk membantu anak tersebut menjadi berlangsung dan akan diperkenakan sanksi bagi
siswa yang tidak lepas dari fungsi sekolah yang siswa yang melanggar peraturan tersebut. Karena
memiliki kewajiban untuk memberikan sebuah penggunaan smartphone di sekolah dapat
pengetahuan, mengasah keterampilan, dan bekal menyebabkan siswa tidak bersungguh-sungguh
kehidupan yang akan datang dengan sikap dalam menerima pelajaran dan menggaggu
moralnya. Baik dalam aspek fisik, intelektual, konsentrasi belajar. Adapula hal lain yang
emosional, dan sosial umumnya dapat disebabkan smartphoneyaitu siswa akan menarik
mempengaruhi perkembangan siswa di sekolah. diri dari lingkungannya, sehingga mengakibatkan
Tak jarang siswa mengalami beberapa hambatan kurangnya sosialiasasi dengan teman-temannya di
dalam menjalani proses perkembangannya. Seperti sekolah.
Melalui pencegahan tersebut guru mengajar, jadi siswa merasa tidak ada hal yang
bimbingan konseling dapat menerapkan langkah- ditakuti.
langkah kepada siswa dengan harapan dapat Selain kasus bermain smartphone saat jam
mengubah perilaku negatif siswa agar lebih baik pelajaran, kasus terkait smartphone juga sering
dalam memanfaatkan smartphone sesuai dengan dirasa meresahkan guru BK akibat ulah siswa
fungsinya. Pemberian terapi perilaku oleh yang tidak mentaati peraturan sekolah yaitu
konselor dapat megubah kebiasaan yang negatif kurang lebih ada 18 siswa yang sudah lebih dari 3
menjadi perilaku yang terarah atau positif pula kali pernah terjaring razia hingga akhirnya
berkaitan dengan kecanggihan di era modern menangis ketika smartphone disita oleh guru BK,
seperti sekarang ini. Setelah diberikan terapi ini, para siswa ini selalu beralasan “bosan” ketika
siswa diharapkan menyadari akan kesalahannya. hanya menerima pelajaran di kelas. Dengan
Terapi kognitif dapat memfasilitasi individu dalam adanya alasan tersebut guru BK menyimpulkan
belajar mengenali dan mengubah kesalahan pada adanya peilaku kecanduan smartphone pada
diri sendiri. Terapi tingkah laku juga dapat siswa,
membantu dalam membangun sebuah hubungan Guru BK atau konselor di SMK Ketintang
antar kebiasaan dengan situasi permasalahan yang Surabaya juga mengatakan bahwa perilaku yang
memicu terjadinya permasalahan. Oleh sebab itu, biasa di lakukan juga berdampak negatif pada
individu akan berproses dan belajar mengubah hubungan sosialnya apabila dilakukan secara
perilaku, menenangkan tubuh dan pikirannya agar terus-menerus. Menurut pengamatan guru BK
lebih baik, berfikir lebih jelas dan membantu tersebut kecanduan smartphone juga
memilih keputusan yang tepat. mengakibatkan para siswa menjadi lebih
Pada Penelitian ini peneliti akhirnya individualis. Melakukan interaksi hanya dengan
mengambil Studi pendahuluan yang ditulis kelompoknya saja, bahkan terkadang pada saat
berdasarkan kejadian yang terjadi ketika sedang jam istirahat lebih memilih untuk menyibukkan
melaksanakan PPL (Pengelolaan Pembelajaran diri dengan smartphone dibandingkan keluar
Lapangan) di Sekolah tersebut. Bahwa, guru kelas, para siswa juga tak sedikit yang menonton
bimbingan konseling sedang melaksanakan video pornografi secara berlebihan ketika berada
pemeriksaan smartphone kepada seluruh kelas X. di kelas walaupun terkadang guru sedang
Dikarenakan setiap ajaran baru guru bimbingan menjelaskan pelajaran. Sebagian besar siswa pasti
konseling selalu menjalankan tradisi pemeriksaan beralasan, dengan mengatakan “supaya tidak
smartphone tersebut. Maka peneliti bersama guru mengantuk, bosan dan hanya sekedar diajak
bimbingan dan konseling mendapati beberapa teman-teman saja”. Terlebih keadaan itu semakin
anak yang diduga mengalami kecanduan internet memburuk ketika adanya jaringan wi-fi. Mereka
konteks pornografi setelah ditemukan bukti akan lebih mudah mengakses internet kapan saja
smartphone yang berisi video pornografi, grup tanpa mengontrol penggunaan smartphone di
whatsaap untuk update setiap hari video tersebut, sekolah. Karena bagi mereka ketika di sekolah
melakukan interaksi via chating bersama pacar tidak perlu mengeluarkan kuota internet untuk
dengan kata-kata dalam konteks intim, mengakses download game, streaming youtube, mengakases
internet untuk mendownload video pornografi, ada situs pornografi, dll.
pula 2 anak yang menjelaskan bahwa ada Sisi lain teknologi internet justru
kepuasan tersendiri setelah menonton video memberikan dampak yang negatif untuk para
pornografi sehingga dirinya akan berhalusinasi penggunanya dan siswa di sekolah, mereka
untuk melakukan hal seperti itu suatu hari, dll. menjadi hanyut dalam luasnya dunia Cyberspace
Karena adanya pemeriksaan smartphone tersebut dan membuatnya tergantung bahkan hingga
peneliti dan guru BK mengetahui masalah tersebut kecanduan. Hal tersebutmengarahkan para
paling banyak di dapati oleh kelas X TKJ 2 penggunanya untuk membuka situs – situs yang
dengan hasil terbanyak 13 siswa dari 30 siswa. berbau porno. Hurlock (1994) menyebutkan
Tiap kelas menunjukkan jumlah yang berbeda bahwa remaja lebih tertarik kepada materi seks
yakni kelas X TKJ 1 dengan jumlah 7 siswa, kelas yang berbau porno dibandingkan dengan materi
X PBR 1 dan 2 dengan masing-masing hanya seks yang dikemas dalam bentuk pendidikan.
berjumlah 3 siswa, kelas X MM 1 dengan jumlah Banyak dari pengguna internet di Indonesia
8 siswa, kelas X MM 2 dengan jumlah 4 siswa. mengakses situs porno, hal tersebut dibuktikan
Kelas X APK 1 dan 2 dengan jumlah 6 siswa. oleh survei yang dilakukan oleh Alexa (the web
Peneliti juga telah melakukan wawancara informationcompany) pada tahun 2014, dari 100
kepada guru bimbingan konseling bahwa ketika website yang paling sering dikunjungi, situsporno
jam pelajaran sedang berjalan ada beberapa berada pada urutan 71 dibawah situs – situs
smartphone yang tersita. Hal ini diakibatkan pencarian informasi dan situs sosial. Dari survei
karena siswa tidak memiliki rasa kesadaran diri tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
atas peraturan yang telah dibuat sekolah. Pernah masyarakat Indonesia pernah dan dapat
juga terjadi pada beberapa siswa ketika jam mengakses situs porno tersebut.
pelajaran sedang berjalan mengalihkan Semenjak kehadiran cybersex, penelusuran
konsentrasinya dengan menonton video pornografi melalui mesin pencari (searchengine) berkaitan
dibawah bangku atau meja. Siswa beralasan dengan informasi seksualitas dan penggunaan
penggunaan smartphone saat jam pelajaran aktivitas seksualsecara online meningkat sebesar
berlangsung disebabkan karena bosan 5-7jam 13% (Ogas & Gaddam, 2011). Aktivitas tersebut
menempuh pendidikan akademik setiap hari, ada antara lain adalah menonton pornografi, terlibat
juga yang mengungkapkan bahwa guru mata dalam percakapan seks (chat sex), menggunakan
pelajaran yang santai atau tidak kaku dalam perangkat kamera web untuk melakukan aktivitas
seksual secara online (webcam sex), mencari
pasangan seksual secara online (online dating), produktif dalam penelitian, bila dilakukan secara baik
atau terlibat dalam permainan peran seks secara penelitian eksperimen dapat menghasilkan bukti yang
tiga dimensi(3D). Akan tetapi, dari semua hal paling benar berkaitan dengan hubungan sebab akibat
tersebut, aktivitas yang paling banyak dilakukan
(Emzir, 2010).
adalah menonton pornografi terlebih untuk para
Dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian
pria (Wéry & Billieux, 2015).
Maka, kasus atau fenomena yang telah pre-eksperiment dengan model One Group Pre-test and
terjadi pada siswa tersebut perlu adanya bantuan Post-test Design, melalui rancangan pengukuran awal
sebagai pengendalian terhadap perilaku dan dan pengukuran akhir serta menggunakan rancangan per-
pikiran yang cenderung pada kecanduan, agar individu tanpa pembanding.
kegiatan tersebut dapat berkurang menjadi Pada penelitian ini diberikan Test sebelum diberi
kegiatan yang lebih efektif. menurut Nursalim perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat
(2014: 21), bahwa implementasi teknik konseling diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan
yang efektif yaitu dapat memperlancar perubahan-
dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono,
perubahan emosional, kognitif, dan tingkah laku
konseli. Menurut Ulfa (2014: 25). Melalui 2014). Dengan rancangan Pre-Eksperiment model One
pendekatan Cognitive behaviore therapy(CBT) Group Pre-test and Post-test Design digunakan untuk
yang dirancang untuk membantu individu mengetahui secara langsung dan cepat dampak dari
memperoleh wawasan atau pengertian terhadap penerapan konseling kognitif perilaku dengan
permasalahannya sehingga individu tersebut dapat memberikan angket sebagai alat pengumpulan data yang
mengganti pikiran yang rasional, sehingga bisa dilakukan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
memunculkan perilaku adaptif (Speigler &
strategi. Sehingga peneliti dapat mengasumsikan
Guevremont, 2003). Aaron T. Beck
mendefinisikan Cognitive behaviore therapy perbedaan antara pre-test dan post-testdari pemberian
(CBT) sebagai pendekatan konseling yang strategi intervensi.
dirancang untuk mnylesaikan permasalahan
konseli yang terjadi pada saat ini dengan cara
melakukan restruturisasi kognitif dan perilaku O1 X O2
yang menyimpang. Dengan pendekatan Cognitive bagan 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
behaviore therapy (CBT) peneliti akan Keterangan :
melaksanakan proses konseling dengan mudah O1 : Pengukuran awal
menggunakan bantuan dari teknik self X : Pemberian perlakuan
management. Dalam teknik self O2 : Hasil akhir
managementmenunjuk pada suatu teknik Teknik Analisis Data
dalam terapi kognitif behavioralyang dirancang Analisis data merupakan sebuah cara untuk
untuk membantu konseli mengontrol dan membuktikan sebuah hipotesis dan menyimpulkan
mengubah tingkah lakunya sendiri kearah yang masalah yang diteliti. Bagian ini merupakan bagian yang
lebih efektif. Pada teknik ini individu terlibat pada sangat penting dalam metode ilmiah. Analisis data
beberapa strategi self management yaitu; tahap dilakukan setelah data dari seluruh responden atau
monitor diri atau observasi diri, tahap evaluasi sumber data terkait telah terkumpul. Dalam penelitian
diri, dan tahap pemberian penguatan, penghapusan ini, peneliti menggunakan teknik analisis data
atau hukuman (Komalasari, 2011).
kuantitatif, yaitu data yang dapat diwujudkan
Sedangkan menurut Almenayes (2015: 45),
dengan angka yang diperoleh dari lapangan. Data
masalah kecanduan media sosial sangat
yang diperoleh akan dianalisis menggunakan statistik
mempengaruhi sudut pandang psikologis yang
non-parametrik. Penggunaan statistik non-parametrik
menyebabkan masalah dalam perilaku. Sehingga
dikarenakan data yang akan dianalisis berasal dari jumlah
strategi bantuan mendalam yang digunakan
subjek yang relatif kecil.
peneliti yaitu layanan konseling individu
Menurut Sugiyono (2018), non-parametrik yang
pendekatan kognitif behavioral dengan teknik
digunakan untuk menganalisis hipotesis dalam penelitian
selfmanagement. Alasannya yaitu bahwa
ini adalah menggunakan Uji Tanda, dengan
pendekatan kognitif behavioral dipandangsebagai
membandingkan hasil pre-test dan post-test.
kontribusi besar dalam bidang konseling untuk
Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel
menyelesaikan kesalahan- kesalahan yang terjadi
independen dan dependen.
dalam proses berpikir dan kaitannya dengan
Berdasarkan pendapat Sugiyono (2008),
keadaan emosi, perilaku dan psikologi.
langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan
METODE PENELTISN metode Uji Tanda, yaitu :
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini a. Membuat tanda selisih antara kedua perlakuan, dalam
adalah pendekatan kuantitatif, dimana data yang disajikan hal ini yang dimaksud adalah setelah memasukkan
data baik dari pre-test dan post-test, kemudian
berupa angka-angka. Maka analisisnya berupa analisis
menentukan selisih antara hasil perlakuan.
statistik untuk menggambarkan hasil dari penelitian. b. Mencari X, yaitu banyaknya tanda yang lebih sedikit.
Sedangkan jenis penelitiannya yaitu penelitian c. Menentukan harga N. Yaitu banyaknya pasangan yang
ekperimen. Penelitian eksperimen sendiri yaitu selisihnya menunjukkan suatu tanda positif atau
merupakan penelitian kuantitatif yang sangat kuat untuk negatif.
meneliti hubungan sebab akibat (Prasetyo & Jannah, d. Menetapkan kriteria pengujian sesuai Uji Tanda.
2006). Sedangkan Emzir menyatakan penelitian e. Mencari harga ρ, yaitu kemungkinan munculnya nilai
dibawah H0 yang diketahui dengan mencari angka
eksperimen adalah metode yang paling banyak dan paling
titik temu dari X dan N pada tabel, dimana mencari X
yang jumlah tandanya lebih sedikir dan N jumlah Subjek
subjek. 1. ADG 66 Tinggi
f. Membandingkan harga ρ dengan taraf kesalahan 2. CT 58 Tinggi
(0,01) atau (0,05) dengan ketentuan yang dihasilkan 3. HP 58 Tinggi
dari tes tanda lebih kecil daripada α, maka H 0 ditolak Data diatas merupakan hasil dari pengukaran
dan Ha diterima. awal (Pre-test) yang membuktikan kondisi awal skor
kecanduan mengakses situs pornografi sebagai subjek
HASIL DAN PEMBAHASAN sebelum mendapatkan perlakuan (treatment). Hasil
Pengukuran awal (Pre-test) adalah suatu tersebut juga digambarkan dalam grafik berikut :
pengikuran yang biasa diberikan kepada subyek sebelum Grafik Hasil pre-test
mendapatkan perlakuan atau treatment dalam sebuah
eksperimen sehingga Pre-test itu sendiri dilakukan untuk
mengetahui kondisi awal subyek. Sebagai data
Pengukuran awal (Pre-test) diberikan kepada kelas X
TKJ 2 pada tanggal 15 Juni 2019 dengan menyebarkan
angket kecanduan mengakses situs pornografi dengan
jumlah soal 25 item pernyataan yang sebelumnya sudah
melewati uji validitas dan realibilitas angket dengan
menggunakan SPSS.
Dengan adanya hasil pngukuran awal (Pre-test)
Setelah peneliti mengetahui pengukuran awal
tersebut, kemudian peneliti dapat mengkategorikan ke
(Pre-test) pada subjek yang akan mendapatkan sebuah
dalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
perlakuan atau treatment sesua dengan prosedur
Selanjutnya peneliti mendapatkan subyek yang akan
selanjutnya yaitu proses konseling individu dengan
dilakukan penelitian yakni 3 siswa dengan skor angket
teknik self-management pada siswa atau subjek
kecanduan mengakses situs pornografi tertinggi dari
penelitian.
keseluruhan jumlah siswa di kelas X TKJ 2.
Setelah dilakukan proses konseling dengan
Berikut adalah langkah-langkah peneliti untuk
menggunakan teknik self-management oleh ketiga
menentukan kategori penilaian atau skor kecanduan
konseli yang telah mengalami tingkat kecanduan
mengakses situs pornografi dengan menggunakan
mengakses situs pornografi, maka siswa akan melakukan
microsoft excel, yaitu :
sebuah pengukuran ulang yaitu post-test. Data yang
a. Skor tertinggi dihitung dengan cara Insert-Functions-
diperoleh dari post-test ketiga konseli sebagai berikut.
MAX = 66
b. Skor Terendah dihitung dengan cara Insert- Tabel. 4.3 Hasil skor post-test 3 subjek
Functions-MIN = 27 No Nama Skor Kategori
c. Mean dihitung dengan cara Insert-Functions- 1. ADG 35 Sedang
AVERAGE = 36,703 2. CT 31 Sedang
d. Standart deviasi dihitung dengan cara Insert- 3. HP 32 Sedang
Functions-STDEV = 9,096
Kemudian, dengan hasil perhitungan yang telah Grafik Hasil post-test
dilakukan peneliti diperoleh kategori skor kecanduan
mengakses situs pornografi sebagai berikut:
a. Kategori tinggi = (Mean + 1SD) Keatas
= (36,703 + 9,096)
= 45,800 Keatas
b. Kategori sedang = (Mean – 1SD) sampai
= (Mean – 1SD)
= (36,703 – 9,096) sampai
= (36,703 + 9,096) Dari data ketiga konseli diatas dapat
= 27,606 sampai 45,800 disimpulkan memiliki tingkat kecanduan dalam
c. Kategori rendah = (Mean – 1SD) Kebawah mengakses situs pornografi dalam kategori
= (36,703 – 9,096) sedang setelah ketiga konseli mendapat
= 27,606 treatment dengan teknik self-management.
Berdasarkan hasil dari data diatas, jumlah
keseluruhan siswa yang mengisi angket kecanduan Hasil Pre-test dan Post-test
mengakses situs pornografi yaitu 27 siswa, selanjutnya Setelah diketahui hasil dari data pre-test dan post-test
peneliti mengambil 3 siswa yang memiliki skor tertinggi langlah selanjutnya adalah mrmbandingkan hasil pre-test
kecanduan mengakses situs pornografi. Pada kategori dan post-test tersebut. Tujuan dari hasil tersebut akan
skor tertinggi akan digunakan subyek penelitian, data dianalisis untuk mengetahui benar atau tidaknya hipotesis
pengukuran awal (Pre-test) siswa yang akan menjadi yang telah digunakan. Analisis dilakukan dengan sangat
subyek penlitian, yaitu : teliti agar tidak ada kekeliruan dalam pengumpulan data,
karena bila terjadi kekeliruan akan berakhir pada
kesalahan penarikan kesimpulan. Analisis menggunakan
uji tanda. Jadi, uji tanda memiliki tujuan demi
mengetahui ada dan tidaknya perbedaan sebelum dan
Tabel. Skor Pre-test sebagai subjek penelitian sesudah diberikan perlakuan. Hipotesis penelitian ini
adalah :
Ho = Tidak ada perbedaan tingkat kecanduan dalaam
No. Inisial Skor Pre-test Kategori
mengakses situs pornografi sebelum dan sesudah
pemberian perlakuan dengan teknik self- konseling individu mengatasi kecanduan mengakses
management. situs pornografi dengan menggunakan teknik self-
Ha = Adanya perbedaan tingkat kecanduan dalam management yang pasti didalamnya mencakup
mengakses situs pornografi sebelum dan sesudah manfaat, kerugian, dan cara mengurangi tingkat
diberikan perlakuan dengan teknik self- kecanduan didalam diri, serta memberikan berbagai
management. contoh di dalamnya. Setelah ADG mengetahui
Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: kerugian memiliki sikap seperti itu, apakah ADG
Tabel Uji Statistik Uji Tanda masih ingin terus-terusan memiliki sikap tersebut,
kecanduan mengakses situs pornografi peneliti harap ADG bisa merubah perlahan-lahan
sikap yang negatif itu ke sikap yang positif atau yang
Postest - pretest Negative Differencesa 3
Test Statisticsa lebih baik lagi.
Positive Differencesb 0 postest - pretest ADG mulai
Tiesc 0
Exact Sig. (2-tailed) ,250 b berpikir kalau
Total 3 sikap itu tidak
a. Sign Test
b. Binomial distribution used. baik jika
dilakukan secara
terus-menerus, karena dapat merugikan dirinya dan
orang lain.
Dalam konseling individu pada pertemuan ini
peneliti menggunakan teknik self-management
(pengelolaan diri) prosedur dimana individu mengatur
perilakunya sendiri. Pada teknik ini individu terlibat
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi pada beberapa atau keseluruhan komponen dasar
perubahan terhadap kecanduan dalam mengakses situs yaitu: menentukan perilaku sasaran, memonitor
pornografi sebelum diberikan treatment atau perlakuan perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan
(pre-test) nilai rata-rata 60,66 setelah diberikan perlakuan diterapkan, melaksankan prosedur tersebut, dan
konseling individu dengan teknik self-management (post- mengevaluasi efektifitas prosedur tersebut.
test) nilai rata-rata turun menjadi 32,66. Peneliti juga memberikan tugas kepada ADG
Berdasarkan hasil uji tanda pengaruh konseling untuk melakukan pemantauan diri (self monitoring)
individu dengan self-management terhadap tingkat yang merupakan suatu proses dimana ADG
kecanduan dalam mengakses situs pornografi. Diketahui mengamati dan mencatat segala sesuatu tentang
bahwa subjek mengalami penurunan yang sangat dirinya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
signifikan, karena tanda (+) berjumlah 0 dan yang Dalam pemantauan diri ini biasanya ADG mengamati
menunjukkan tanda (-) berjumlah 3, dan yang dan mencatat perilaku masalah, mengendalikan
menunjukkan tanda 0 tidak perlu ditulis karena tidak penyebab terjadinya masalah (antecedent) dan
mengalami penurunan. Dengan melihat tabel tes binomial menghasilkan konsekuensi. Peneliti juga memberikan
ketentuan N=3, maka diperoleh ρ=0,250 bila dalam penguatan atau dukungan yang digunakan untuk
ketetapan α=5% atau 0,05 maka dapat disimpulkan membantu ADG mengatur dan memperkuat
bahwa 0,250>0,05. Berdasarkan hasil ini maka H 0 ditolak perilakunya melalui konsekuensi yang dihasilkan
dan Ha diterima. Setelah diberikan perlakuan dengan self- sendiri. ADG juga membuat rancangan kontrak atau
management terdapat perbedaan skor antara pre-test dan perjanjian dengan diri sendiri (self contracting)
post-test. seperti: SDG membuat perencanaan untuk mengubah
Analisis Individual pikiran, perilaku, dan perasaan yang diinginkannya,
Analisis ini diberikan sesuai dengan keadaan konseli ADG meyakini semua yang ingin diubahnya, ADG
sebelum dan sesudah diberikan konseling individu dalam menganggap jika berhasil akan berpengaruh penting
mengatasi kecanduan mengakses situs pornografi dengan perembangan dirinya, ADG sangat
mrnggunakan teknik self-management. Analisis dari bersemangat dengan program self-management yang
ketiga subjek diulas sebagai berikut : dilakukannya, dan ADG menuliskan peraturan untuk
a. Subjek ADG dirinya sendiri selama menjalani proses self-
ADG memperoleh total skor 66 pada saat management.
pretest, sedangkan pada postest ADG mendapatkan b. Subjek CT
total skor 35. Perubahan skor pretest dan posttest ini CT memperoleh total skor 58 pada saat pretest,
menunjukkan bahwa terdapat perubahan perilaku sedangkan pada postest CT mendapatkan total
yang lebih baik pada JAW setelah diberikan treatment skor 31. Perubahan skor pretest dan posttest ini
atau perlakuan.Awalnya ADG memang agak sulit menunjukkan bahwa terdapat perubahan perilaku
terbuka kepada peneliti, tapi setelah peneliti mencoba yang lebih baik pada CT setelah diberikan
meyakinkan ADG sedikit mulai terbuka dan lebih treatment atau perlakuan.
santai. ADG mencoba menceritakan masalahnya CT menceritakan masalahnya dengan sedikit
yakni, sering mengalami kecemasan ketika tidak ragu-ragu, gugup, dan jelas terlihat dari wajahnya
mengakses situs pornografi yang menurutnya ketika bahwa CT karena belum sepenuhnya percaya
sudah melihat apapun konten pornografi membuat kepada peneliti untuk merahasiakan masalahnya.
dirinya lebih tenang. ADG lebih mencintai dunianya CT bisa dikatakan paling sulit menceritakan
sendiri sampai orangtua ADG sering marah-marah masalahnya dan akhirnya setelah mendengar cerita
karena lupa waktu jika di kamar sendirian, tak jarang tersebut, peneliti mencoba meyakinkan CT dan
ADG juga sering telat bangun pagi karena menjelaskan tentang asas-asas konseling, yang
menurutnya ketika diatas jam 00.00 WIB memiliki didalamnya terdapat asas kerahasian yang akan
kuota malam dan kualitas internet yang lebih bagus. merahasiakan segenap data dan keterangan dari
Kemudian peneliti memberikan beberapa konselinya. Setelah CT mendengarkan jawaban
pertanyaan lalu mendeskripsikan tentang keefektifan peneliti baru CT menceritakan masalahnya. CT
mulai mengatakan bahwa dirinya memiliki zona bersemangat dengan program self-management
nyaman ketika melakukan kegiatan mengakses yang dilakukannya, dan CT menuliskan peraturan
situs pornografi, CT bahkan mengkoleksi banyak untuk dirinya sendiri selama menjalani proses
sekali video pornografi di laptopnya. Walaupun self-management.
CT kadang tidak lupa waktu dengan teman dan c. Subjek HP
orangtua yang menurutnya mengakses dan HP memperoleh total skor 58 pada saat
menonton video pornografi adalah kewajiban pretest, sedangkan pada postest HP
setiap hari. Menurut CT konten pornografi dapat mendapatkan total skor 32. Perubahan skor
diakses melalui beberapa website saja, namun pretest dan posttest ini menunjukkan bahwa
website yang digunakan CT sangatlah mudah terdapat perubahan perilaku yang lebih baik
diakses bila mengerti cara untuk membobolnya. pada HP setelah diberikan treatment atau
Terlebih CT lumayan pandai untuk membobol perlakuan.
situs-situs pornografi. HP menceritakan masalahnya dengan
Kemudian peneliti memberikan beberapa sedikit ragu-ragu, gugup, dan jelas terlihat dari
pertanyaan lalu mendeskripsikan tentang wajahnya bahwa HP karena belum sepenuhnya
keefektifan konseling individu mengatasi percaya kepada peneliti untuk merahasiakan
kecanduan mengakses situs pornografi dengan masalahnya. HP bisa dikatakan paling sulit
menggunakan teknik self-management yang pasti menceritakan masalahnya dan akhirnya setelah
didalamnya mencakup manfaat, kerugian, dan cara mendengar cerita tersebut, peneliti mencoba
mengurangi tingkat kecanduan didalam diri, serta meyakinkan HP dan menjelaskan tentang asas-
memberikan berbagai contoh di dalamnya. Setelah asas konseling, yang didalamnya terdapat asas
CT mengetahui kerugian memiliki sikap seperti kerahasian yang akan merahasiakan segenap
itu, apakah CT masih ingin terus-terusan memiliki data dan keterangan dari konselinya. Setelah HP
sikap tersebut, peneliti harap CT bisa merubah mendengarkan jawaban peneliti baru HP
perlahan-lahan sikap yang negatif itu ke sikap menceritakan masalahnya. HP mulai
yang positif atau yang lebih baik lagi. CT mulai mengatakan bahwa dirinya memiliki zona
berpikir kalau sikap itu tidak baik jika dilakukan nyaman ketika melakukan kegiatan mengakses
secara terus-menerus, karena dapat merugikan situs pornografi, HP bahkan mengkoleksi
dirinya dan orang lain. banyak sekali video pornografi di laptopnya.
CT mulai menyadari bahwa sikap yang Walaupun HP kadang tidak lupa waktu dengan
dilakukan sangat merugikan dirinya dan orang- teman dan orangtua yang menurutnya
orang disekitarnya. CT juga sedikit menegaskan mengakses dan menonton video pornografi
dengan mengatakan “saya sadar sekarang bu adalah kewajiban setiap hari. Menurut HP
bahwa sikap yang saya miliki sekarang sangat konten pornografi dapat diakses melalui
merugikan dan bahkan enggak ada untungnya buat beberapa website saja, namun website yang
saya. Dengan bantuan ibu, saya akan berusaha digunakan HP sangatlah mudah diakses bila
untuk menghilangkan semua kebiasaan buruk ini mengerti cara untuk membobolnya. Terlebih HP
semoga sampai seterusnya saya menjadi lebih baik lumayan pandai untuk membobol situs-situs
lagi dan kalau bisa tidak mengulanginya lagi”. pornografi.
Dalam konseling individu pada pertemuan ini Kemudian peneliti memberikan
peneliti menggunakan teknik self-management beberapa pertanyaan lalu mendeskripsikan
(pengelolaan diri) prosedur dimana individu tentang keefektifan konseling individu
mengatur perilakunya sendiri. Pada teknik ini mengatasi kecanduan mengakses situs
individu terlibat pada beberapa atau keseluruhan pornografi dengan menggunakan teknik self-
komponen dasar yaitu: menentukan perilaku management yang pasti didalamnya mencakup
sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih manfaat, kerugian, dan cara mengurangi tingkat
prosedur yang akan diterapkan, melaksankan kecanduan didalam diri, serta memberikan
prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektifitas berbagai contoh di dalamnya. Setelah HP
prosedur tersebut. mengetahui kerugian memiliki sikap seperti itu,
Peneliti juga memberikan tugas kepada CT apakah HP masih ingin terus-terusan memiliki
untuk melakukan pemantauan diri (self sikap tersebut, peneliti harap HP bisa merubah
monitoring) yang merupakan suatu proses dimana perlahan-lahan sikap yang negatif itu ke sikap
CT mengamati dan mencatat segala sesuatu yang positif atau yang lebih baik lagi. HP mulai
tentang dirinya sendiri dalam interaksinya dengan berpikir kalau sikap itu tidak baik jika dilakukan
lingkungan. Dalam pemantauan diri ini biasanya secara terus-menerus, karena dapat merugikan
CT mengamati dan mencatat perilaku masalah, dirinya dan orang lain.
mengendalikan penyebab terjadinya masalah HP mulai menyadari bahwa sikap yang
(antecedent) dan menghasilkan konsekuensi. dilakukan sangat merugikan dirinya dan orang-
Peneliti juga memberikan penguatan atau orang disekitarnya. HP juga sedikit menegaskan
dukungan yang digunakan untuk membantu CT dengan mengatakan “saya sadar sekarang bu
mengatur dan memperkuat perilakunya melalui bahwa sikap yang saya miliki sekarang sangat
konsekuensi yang dihasilkan sendiri. CT juga merugikan dan bahkan enggak ada untungnya
membuat rancangan kontrak atau perjanjian buat saya. Dengan bantuan ibu, saya akan
dengan diri sendiri (self contracting) seperti: CT berusaha untuk menghilangkan semua kebiasaan
membuat perencanaan untuk mengubah pikiran, buruk ini semoga sampai seterusnya saya
perilaku, dan perasaan yang diinginkannya, CT menjadi lebih baik lagi dan kalau bisa tidak
meyakini semua yang ingin diubahnya, CT mengulanginya lagi”.
menganggap jika berhasil akan berpengaruh Dalam konseling individu pada
penting dengan perembangan dirinya, CT sangat pertemuan ini peneliti menggunakan teknik self-
management (pengelolaan diri) prosedur dimana mengetahui subjek yang akan diteliti akan ada
individu mengatur perilakunya sendiri. Pada pengkategorian menjadi tinggi, sedang, dan
teknik ini individu terlibat pada beberapa atau rendah, yang akhirnya diketahui terdapat 3 siswa
keseluruhan komponen dasar yaitu: menentukan sebelum mendapatkan perlakuan memiliki
perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut, perilaku dan kebiasaan ke arah yang lebih
memilih prosedur yang akan diterapkan, negatif yaitu kecanduan dalam mengakses situs
melaksankan prosedur tersebut, dan pornografi dengan tingkat kecanduan yang
mengevaluasi efektifitas prosedur tersebut. tinggi. Keadaan yang dialami oleh 3 siswa ini
Peneliti juga memberikan tugas kepada diketahui dengan melakukan pre-test dengan
HP untuk melakukan pemantauan diri (self angket kecanduan mengakses situs pornografi.
monitoring) yang merupakan suatu proses Kemudian untuk mengatasi persoalan tersebut
dimana HP mengamati dan mencatat segala diberikan perlakuan konseling indivdu
sesuatu tentang dirinya sendiri dalam pendekatan cognitive behaviore therapy dengan
interaksinya dengan lingkungan. Dalam teknik self-management.
pemantauan diri ini biasanya HP mengamati dan Angket kecanduan mengakses situs
mencatat perilaku masalah, mengendalikan pornografi diketahui mendapatkan 3 subjek
penyebab terjadinya masalah (antecedent) dan penelitian, bahwa item yang menunjukkan
menghasilkan konsekuensi. Peneliti juga terpilihnya subjek adalah item-item pernyataan
memberikan penguatan atau dukungan yang yang dipilih mewakili indikator. Setelah
digunakan untuk membantu HP mengatur dan dilakukan post-test dan pre-test, tingkat
memperkuat perilakunya melalui konsekuensi kecanduan yang semula sangat tinggi yaitu ADG
yang dihasilkan sendiri. HP juga membuat dengan skor 66 turun menjadi 35, CT dengan
rancangan kontrak atau perjanjian dengan diri skor 58 turun menjadi 31, dan HP dengan skor
sendiri (self contracting) seperti: HP membuat 58 turun menjadi 32, penurunan yang dialami 3
perencanaan untuk mengubah pikiran, perilaku, subjek terlihat signifikan.
dan perasaan yang diinginkannya, HP meyakini Kecanduan atau kebiasaan ini berasal dari
semua yang ingin diubahnya, HP menganggap seseorang yang terpaku di depan komputer atau
jika berhasil akan berpengaruh penting dengan segala banyaknya waktu yang subjek gunakan
perembangan dirinya, HP sangat bersemangat untuk online membuat subjek tidak peduli
dengan program self-management yang dengan kehidupan mereka yang sebenarnya
dilakukannya, dan HP menuliskan peraturan sedang terancam, secara tidak sadar subjek
untuk dirinya sendiri selama menjalani proses meninggalkan kehidupan bersama orang-orang
self-management. yang disayangi. Menurut Kimberli S. Young
Berdasarkan dari hasil penelitian ini orang yang mengalami kecanduan situs
dengan menerapkan konseling cognitive pornografi pada internet (cyber-sexual
behaviore therapy dengan bantuan dai teknik addiction) yaitu orang yang kerap kali
self-management untuk mengurangi kecanduan melakukan pene;usuran dalam situs tersebut atau
mengakses situs pornografi pada siswa kelas X cybersex secara komplusif. Individu yang sudah
di SMK Ketintang Surabaya ini menggunakan terindikasi kecanduan cybersex melalui internet
pendekatan Kuantitatif dengan rancangan ditandai dengan ketergantungan melihat,
penelitian pre-experimental design dengan menemukan, menelusuri, men-download dan
bentuk one-group pre-test post-test design. berlangganan situs pornografi tersebut (Young,
Prosedur dari penelitian ini 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian
dilaksanakan dengan mulai menyebarkan angket Wijayanti, Wahyu (2017) tentang keefektifan
sebagai sarana instrumen penelitian berupa konseling cognitive behaviore therapy (CBT)
angket kecanduan mengakses situs pornografi dengan teknik self-management unruk
yang disebarkan sebanyak 41 responden terbagi mengurangi kecanduan mengakses situs
menjadi 2 kelas yaitu kelas X TKJ 1 dan X AK 1 pornografi pada siswa sehingga dengan adanya
dengan jumlah item pernyataan awal sebanyak perlakuan konseling individu pendekatan
31 soal pernyataan. Selanjutnya, hasil angket cognitive behaviore therapy dengan intervensi
dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS versi teknik self-management diharapkan konseli
20 untuk diuji validitasnya dan didapatkan 6 dapat mengurangi kecanduan dalam mengakses
item gugur karena tidak valid, sehingga tersusa situs pornografi, sehingga konseli mampu
25 item pernyataan yang selanjutnya akan mengubah dan mengendalikan cara pandang
digunakan untuk pre-test dan post-test terhadap terhadap pikiran atau perasaannya, serta dapat
subjek penelitian. Lalu, melakukan uji reabilitas mengubah tingkah lakunya secara optimal dan
angket juga dilakukan dengan bantuan aplikasi lebih baik dalam melakukan pengelolaan diri.
SPSS versi 20 dan didapatkan hasil cronbach’s lalu selanjutnya ada penelitian yang dilakukan
alpha sebesar 0,910 yang dimana hal tersebut oleh Sunidawati (2017) tentang Efektivitas
menunjukkan bahwa tingkat andal yang Pendekatan Kognitif Perilaku Dalam Mengatasi
mengacu pada tingkat keandalan nilai Dampak Negatif Alat Komunikasi. Bandar
cronbach’s alpha. Lampung: IAIN Raden Intan Lampung,
Setelah angket kecanduan mengakses Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
situs pornografi selesai uji validitas dan uji dampak negatif dari penggunaan smartphone
reabilitas, maka selanjutnya akan disebarkan pada peserta didik. Hasil penelitian ini
angket pre-test sebagai perhitungan awal pada menunjukkan bahwa penggunaan smartphone
siswa kelas X TKJ 2 SMK Ketintang Surabaya mengganggu dalam aktivitas belajar peserta
untuk mengetahu skor awal tingkat kecanduan didik. Dampak tersebut menyebabkan
mengakses situs pornografi. Sebelum
ketergantungan pada konsentrasi belajar di Azizah, D. (2016). Pengaruh Konsep Diri (Self-
sekolah. Concept) terhadapKecenderungan Adiksi
Cybersex pada Remaja Akhir. Skripsi.
PENUTUP UniversitasNegeri Jakarta.
Simpulan Basri, A. S. H. (2014). Internet Addiction Disorder
Berdasarkan hasil uji tanda pengaruh Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan
konseling individu dengan self-management Komunikasi Ditinjau Dari Religiositas.
terhadap tingkat kecanduan dalam mengakses Jurnal Dakwah, XV(2), 407–432.
situs pornografi. Diketahui bahwa subjek Cahyono, Edy, Susilowati, S.M.E., Rochmad,
mengalami penurunan yang sangat signifikan, Sudarmin, & Sutikno. 2014. Buku Panduan
karena tanda (+) berjumlah 0 dan yang Penulisan Proposal, Tugas Akhir, Skripsi,
menunjukkan tanda (-) berjumlah 3, dan yang dan Artikel Ilmiah. Semarang: FMIPA
menunjukkan tanda 0 tidak perlu ditulis karena UNNES.
tidak mengalami penurunan. Dengan melihat Komalasari, Gantina, Wahyuni, E., & Karsih. 2011. Teori
tabel tes binomial ketentuan N=3, maka dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks.
diperoleh ρ=0,250 bila dalam ketetapan α=5% McLeod. 2010. Pengantar Konseling Teori & Studi
atau 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Kasus (Edisi Ketiga). Jakarta: Prenadamedia
0,250>0,05. Berdasarkan hasil ini maka H 0 Group.
ditolak dan Ha diterima. Setelah diberikan Mutohharoh, Annisa, & Kusumaputri, E.S. 2014.
perlakuan dengan self-management terdapat Pengaruh Teknik Pengelolaan Diri
perbedaan skor antara pre-test dan post-test. Perilakuan dalam Menurunkan Kecanduan
Dari hasil perhitungan data tabel bahwa Internet pada Mahasiswa Yogyakarta.
rata-rata pre-test yaitu 60,66 dan poat-teat yaitu Jurnal Intervensi Psikologi. 6(3): 102-124.
32,66 mendapatkan selisih skor 28,00. Sehingga Nursalim, Mochammad.(2014). Strategi dan Intervensi
dapat disimpulkan bahwa konseling individu Konseling. Jakarta barat: Akademia permata
dengan teknik self-maangement dapat 2014.
mengurangi kecanduan mengakses situs Purnamasari, Lilis Ratna. 2012. Teknik-Teknik
pornografi pada kelas X di SMK Ketintang Konseling. Semarang: UNNES
Surabaya. Maka, hipotesis alternatif “adanya PRESS.
perbedaan setelah melakukan teknik self- Sari, Noni Novika., & Ridhoi Meilona Purba.
management mengurangi kecanduan mengakses (2012). Gambaran PerilakuCybersex
situs pornografi” diterima. Pada Remaja Pelaku Cybersex Di
Kota Medan. Psikologia-online.
Saran Siagian Sondang. P, 1991, Organisasi
Berdasarkan hasil dari simpulan, peneliti Kepemimpinan dan Perilaku
memberikan saran sebagai berikut: Administrasi, Gunung Agung, Jakarta.
1. Konselor sekolah Siregar, Y.E., & Siregar, R.H,. 2013. Penerapan
Penelitian ini bisa membuktikan bahwa Cognitive Behavior Therapy (CBT) Terhadap
tingkat kecanduan dalam mengakses situs Pengurangan Durasi Bermain Games Pada
pornografi bisa diturunkan dengan Individu Yang Mengalami Games Addiction.
memberikan layanan konseling individu Jurnal Psikologi. 9(01): 17-24.
terutama menggunakan teknik self- Sunidawati. (2017). Efektivitas Pendekatan Kognitif
management. Sehingga ketika konselor Perilaku Dalam Mengatasi Dampak Negatif Alat
menggunakan pendekatan ini diharapkan Komunikasi.
bisa mengubah perilaku siswa sebagai Suyatno, T. (2011). Pengaruh Pornografi Terhadap
layanan untuk menurunkan tingkat Perilaku Belajar Siswa ( Studi Kasus : Sekolah
kecanduan dalam mengakses situs Menengah X ). Jurnal Pendidikan Dompet
pornografi yang dialami oleh siswa. Dhuafa, 1–12.
2. Peneliti yang lain Sudibia, Budiarsa, Puta, dkk. 2010. “Manual Prosedur”.
a. Penelitian ini dapat digunakan atau Dalam Nengah Sujaya (Ed). 2010. Standar
untuk refrensi penelitian Operasional Prosedur Pencegahan dan
selanjutnya dan dapat Penanggulangan di Universitas Udayana.
dikembangkan menjadi lebih baik Denpasar. Universitas Udayana, University
lagi. Udayana.
b. Penelitian ini bisa dijadikan Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendekatan
sebagai tambahan kajian mengenai Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung :
tingkat kecanduan mengakses situs Alfabeta.
pornografi atau tingkat kecanduan Tukiran, & Effendi, Sofyan. 2012. Metode Penelitian
sejenisnya dan bagaimana cara Survey. Jakarta: LP3ES
menurunkan tingkat kecanduan Ulfa Dinia, Wibowo, M.E., & Sugiyo. 2014.
tersebut. Meningkatkan Tanggung Jawab Belajar
DAFTAR PUSTAKA dengan Layanan Konseling Individual Teknik
Almenayes. 2015. Empirical Analysis of Religiosity as Self Management. Indonesian Journal
Predictor of Social Media Addiction. Journal of Guidance and Counseling: Theory and
Art & Humanistis. 4(10): 44-52. Application. 3(4): 22-30.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Wéry, A., & Billieux, J. (2015). Problematic
Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. cybersex: Conceptualization,
assessment, and treatment,
Addictive Behaviors,
http://dx.doi.org/10.1016/j.addbeh. Paparan Pornografi Melalui Elektronik Terhadap
2015.11.007. Perilaku Seksual Remaja. Ilmu Keperawatan
Wijayanti, W. (2014). Keefektifan Konseling Individu Universitas Riau.
Cognitive Behavior Therapy. Universitas Negeri
Semarang.
Young, K. S., & Cristiano Nabuco de Abreu.
(2011). Internet Addiction. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.
Yutifa, H., Dewi, A. P., & Misrawati. (2015). Hubungan

Anda mungkin juga menyukai