PENDAHULUAN
II.1. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. S
Umur : 71 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kembangbilo-Tuban
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
II.2. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan kabur
Riwayat Obat
Hanya minum obat jika sakit, tidak ada obat rutin
OD OS
Segmen Anterior
Visus 6/45 6/6
Tekanan intraokuler 15 mmHg 18 mmHg
Kedudukan bola mata Orthoforia
Segmen Posterior
Refleks fundus (+) (+)
Papil Sulit dinilai Dalam batas normal
Makula Sulit dinilai Dalam batas normal
Retina Sulit dinilai Dalam batas normal
II.4. DIAGNOSIS
Katarak imatur matur OD
II.5. PENATALAKSANAAN
-Cek lab kimia darah dan serologi
KIMIA DARAH
Hasil Nilai Rujukan
Glukosa Darah Puasa 119 mg/dL 74-109
Glukosa 2 Jam PP 85 mg/dL <= 140
SEROLOGI
Hasil Nilai Rujukan
HbsAg Strip Non Reaktif Non Reaktif
Anti HIV Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif
II.6. FOLLOW UP
- S : pandangan mata kanan sudah lebih jelas sama seperti pandangan mata
kiri.
- O:
- Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,80C
OD OS
Visus 6/6 6/6
Tekanan intraokular 15mmHg 18mmHg
Palpebra Edema - laserasi - Edema - laserasi -
Sklera Laserasi (–) Injeksi siliar (–) Laserasi (–) Injeksi siliar (–)
Injeksi prekornea (–) Injeksi prekornea (–)
Konjunctiva Hiperemi (–) Hiperemi (–)
Kornea Jernih Jernih
Iris Normal Normal
Pupil Bulat, Sentral Bulat, Sentral
Lensa Jernih (Pseudofaki) Jernih
- A : OD Pseudofaki + IOL
- P : Antibiotik
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul lensa atau juga suatu keadaan patologik lensa di mana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa.
Pada awal serangan, penderita katarak merasa gatal-gatal pada mata, air
matanya mudah keluar, pada malam hari penglihatan terganggu, dan tidak bisa
menahan silau sinar matahari atau sinar lampu. Selanjutnya penderita akan melihat
selaput seperti awan di depan penglihatannya. Awan yang menutupi lensa mata
tersebut akhirnya semakin merapat dan menutup seluruh bagian mata. Bila sudah
sampai tahap ini, penderita akan kehilangan penglihatannya.
Ada 3 tipe utama katarak yang berhubungan dengan usia adalah nuclear,
kortikal dan katarak subcapsular posterior. Pada banyak pasien, bisa timbul
lebih dari satu tipe.
Katarak Nuklear
Katarak Kortikal
2. Katarak Traumatika
Dapat mengenai sebagian atau seluruh lensa, rosette katarak dapat
mengenai seluruh lensa, rosette katarak dapat mengenai seluruh lensa.
Bentukan opasifikasi stellata atau rosete.
Lokasi biasanya di axial dan melibatkan bagian posterior lensa.
Kadang, trauma tumpul dapat menyebabkan dislokasi dan pembentukan
katarak.
3. Katarak Metabolik
o Diabetes Mellitus
o Galaktosemia
o Distrofi Miotonik
5. Katarak Komplikata
Merupakan katarak yang terjadi akibat komplikasi dari penyakit yang ada di
dalam mata tersebut seperti uveitis. Perubahan lensa sering timbul menjadi
uveitis kronik dan/ atau berhubungan dengan terapi kortikosteroid. Biasanya
katarak subkapsular posterior muncul, perubahan lensa anterior juga muncul.
Susunan dari synechiae posterior sering terjadi pada uveitis, sering dengan
robeknya lensa anterior, dimana mungkin berkaitan dengan membrane
popullary fibrous. Perubahan lensa pada katarak sekunder menjadi uveitis
mungkin berkembang menjadi katarak matur. Deposit Kalsium mungkin
didapatkan di kapsul anterior atau di dalam substansi lensa.
Susunan katarak kortikal terjadi lebih dari 70% kasus dari Fuchs
Heterochromic uveitis karena posterior synechiae jarang timbul pada sindrom
ini, susunan dari membrane pupil tidak sama dan terapi kortikosteroid
kroniktidak ada indikasi. Ekstraksi katarak pada pasien dengan Fuchs
Heterochromic uveitis pada umumnya memiliki prognosis lebih baik.
Perdarahan bilik mata depan intraoperative telah dilaporkan 25% kasus.
Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak
subcapsular posterior. Angka kejadiannya bergantung apada dosis dan lama
pemakaian dan penerimaan individu terhadap paparan kortikosteroid. Katarak
terjadi pada pemberian kortikosteroid secara: sistemik, topical,
subkonjungtiva, dan inhalasi. Sebagai contoh, pada pengobatan dermatitis di
kelopak mata secara topical dalam jangka waktu yang lama.
Dalam suatu penelitian terhadap pasien yang diobati dengan prednisolon oral
dan diobservasi selama 1-4 tahun, 11% diobati dengan 10 mg/hari terjadi
katark, seperti sebelumnya 30% menerima 10-15 mg/hari dan 80 % mendapat
15 mg/hari . pada penelitian lain, setengah dari pasien menerima topical
kortikosteroid diikuti keratoplasty menyebabkan katarak setelah menerima
kira-kira 2,4 tetes per hari 0,1 % dexamethason dalam periode 10,5 bulan.
Phenothiazines
Phenothiazine, merupakan grup utama dari pengobatan psycothropic, dapat
menyebabkan deposit pigmentasi di epitel lensa anterior pada suatu
konfigurasi axial. (Gambar5.9) Deposit ini muncul tergantung pada dosis dan
lama pemakaian. Perubahan visual dihubungkan dengan penggunaan
phenothiazineumumnya tidak significan.
Miotic
Antikolinesterase dapat menyebabkan katarak. Insiden kataak meningkat 20%
setelah penggunaan 55 bulan pilokarpine dan 60% pada pasien yang
menggunakan fosfolipin iodine. Biasanya katarak muncul dalam bentuk
vakuola kecil di bagian dalam posterior sampai anterior kapsul dan epitel
lensa. Vakuola ini dapat dilihat dengan retroilluminasi. Katarak ini dapat
berkembang ke kortikal posterior dan inti lensa dan berubah. Katarak ini
terjadi pada pasien yang menggunakan antikolinesterase jangka panjang dan
dosis yang lebih sering. Biasanya terjadi pada pasien usia lanjut dan pada
anak-anak belum dilaporkan.
Amiodarone
Amiodaron suatu oat antiaritmia, dilaporkan dapat menyebabkan deposisi
pigmen axial anterior stelata. Amiodaron juga dideposit di epitel kornea dan
jarang menyebabkan neuropati optic.
Statin
Percobaan pada anjing dengan menggunakan 3-hidroksil-3metilglutaril
coenzim A (HMG CoA) reduktase inhibitor dikaitkan dengan timbulnya
katarak dengan menggunakan dosis berlebihan. Namun penggunaan statin
pada manusia tidak menunjukkan peningkatan resiko katarak. Namun
demikian, pnggunaan serempak simvastatin dan eritromisin dapat dikaitkan
dengan peningkatan 2-3 kali lipat resiko katarak
7. Katarak Kongenital
Berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana kelainan utama
terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah
didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali
mengakibatkan keruhnya seluruh lensa Kongenital
3) Katarak hipermatur
Pada katarak hipermatur, terjadi pengerutan lensa karena korteks lensa telah
mencair sehingga air keluar dari lensa dan membuat bentuk lensa menjadi
keriput.
III.5 Pemeriksaan
Tes anel : untuk menilai fungsi ekskresi saluran air mata apakah ada yang
menyumbat atau tidak. Tes ini perlu dilakukan untuk menghindari kebuntuan
aliran air mata yang akan mempermudah berkembangbiaknya kuman yang dapat
mengakibatkan infeksi paska operasi sehingga hasil operasi tidak optimal.
Penilaian segmen posterior mata dengan USG dan funduskopi, untuk menilai
prognosis setelah operasi.
Keratometri, merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkungan kornea
sehingga bisa memperkirakan kekuatan lensa intra okular yang akan dipasang.
Biometri, untuk mengetahui panjang aksis visual dan berapa kekuatan lensa yang
diperlukan untuk ditanam.
Lensa Intraokular
Terbuat dari bahan polimetilmetakrilat
Mempunyai optik
Mempunyai kaki (haptik) agar lensa tetap pada tempatnya
Gambar 7. IOL
Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari
bisa Mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan menjaga kadar gula darah selalu
normal pada penderita diabetes mellitus.
Makanan-makanan sumber riboflavin di antaranya susu, daging, sayur, telur
sayuran hijau seperti kol, brokoli, asparagus serta biji-bijian (cereals).
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, hlm : 128-136
2. Vaughan DG. Oftalmologi Umum. Widya Medika. 1995
3. Ilyas, Sidharta. 2006. Dasar – Tehnik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit
Mata. Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. James, Bruce, et al. 2006 . Lecture Notes Oftalmologi, 9th eds. Jakarta :
Erlangga. Hlm : 76-79.
5. http://www.erfins.multiply.com.journalitem43 - 19k. Sumber : American
Academy of Ophthalmology.
6. http://www.tedmontgomery.com/the_eye/index.html
7. Young RW. Age-Related Cataract. New York : Oxford University Press; 1991.