Anda di halaman 1dari 27

Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito

Terhadap Tingkat Inflasi

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR


(M1), SUKU BUNGA SBI, NILAI TUKAR SUKU
BUNGA DEPOSITO TERHADAP TINGKAT INFLASI

Fadli Ferdiansyah
Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti
Email : fadli_f@gmail.com

Abstract

Inflation is one of the effects of a prolonged economic crisis that hit the country.
Inflation is a situation where there is an increase in general prices which
continuesover the long term. The purpose of this study was to determine the
effect of the money supply, interrst rate, deposit interest rate and exchange rate
(Rp/USD) of the inflation in 2006 – 2011.6
The result of this study suges that the suppy of money have no significant positive
effect on inflation. SBI rate have positive and significant effect on inflation.
Deposit have rate and no significant negative effect on inflation. Exchange Rate
have no significant negative effect on inflation.

Keywords : Money Supply, Interest Rates, Deposit Interest Rates, Exchange Rate
(IDR /USD), Multiple Linear Regression, Inflation

43
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

PENDAHULUAN moneter yaitu dengan menerapkan kerangka


kebijakan kebijkan moneter. Strategi
Tujuan pembangunan ekonomi adalah kebijakan moneter yang dilakukan
untuk menciptakan kondisi kesejahteraan pemerintah yaitu melalui yaitu
masyarakat. Kesejahteraan masyarakat menggunakan pendekatan uang primer
dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi (base money). Kebijakan moneter yang
yang positif. Untuk mencapai sasaran akhir mengunakan pendekatan base money
dari tujuan pembangunan ekonomi tersebut meliputi pendekatan dengan penargetan nilai
pemerintah menge-luarkan bebagai tukar dan pendekatan dengan penargetan
kebijakan ekonomi seperti kebijakan besaran moneter. Strategi yang dilakukan
moneter dan kebijakan fiskal. Salah satu penargetan nilai tukar untuk menekan krisis
indikator utama yang digunakan untuk ekonomi yaitu dengan melakukan kebijakan
melihat pertumbuhan perekonomian suatu intervensi (spread) dan intervensi pasar
negara adalah tingkat inflasi. Inflasi yang valuta asing. Sebagian langkah pertama,
selalu meningkat akan berdampak pada pada 11 juli 1997, Bank Indonesia
terhambat pertumbuhan perekonomian memperlebar intervensi nilai tukar dari 8%
setiap Negara. menjadi 12% dengan batas bawah Rp 2,374
Inflasi adalah kecenderungan dari harga- dan batas atas Rp 2,678. Kebijakan ini
harga untuk meningkatkan secara umum ditempuh untuk memberi keleluasaan pada
kelompok barang kebutuhan masyarakat pelaku pasar dalam menentukan kurs rupiah
secara terus menerus. Kenaikan yang dan mengurangi intervensi Bank Indonesia
bersifat dua atau tiga jenis barang saja tidak di pasar valas. Namun, kebijakan tersebut
dapat dikatakan inflasi kecuali bila kenaikan ternyata tidak mampu meredam depresiasi
tersebut bersifat meluas. Indonesia lebih lanjut terhadap nilai tukar. Sehingga,
mengalami inflasi yang sangat tinggi yaitu dalam rangka mencegah terkurasya
pada tahun 1966 dan 1997-1998. Penyebab cadangan devisa, maka pemerintah pada
terjadinya inflasi 1997-1998 adalah adalah tanggal 14 Agustus 1997 mengambil
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap kebijakan untuk mengambangkan nilai
dollar AS yang sangat tajam, akibat adanya rupiah dan menganut sistem nilai tukar
domino effect dari terdepresiasinya mata mengambang bebas. Penerapan sistem nilai
uang Thailand (bath), yang mengakibatkan tukar mengambang bebas ini mengakibatkan
terjadinya lonjakan harga barang-barang nilai tukar rupiah melemah lebih lanjut.
yang diimpor Indonesia dari luar negeri. Akibat dari kebijakan tersebut nilai tukar
Dalam menghadapi masalah krisis ekonomi rupiah semakin merosot hingga pernah
tersebut pemerintah bersama Bank mencapai tingkat terendah sekitar Rp 15.000
Indonesia menerapkan strategi kebijakan perdolar AS pada awal tahun 1998 sehingga

44
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

memaksa Bank Indonesia harus menyerap nasional mulai memberikan hasil positif.
kelebihan liquiditas dimasyarakat melalui Pertumbuhan uang beredar yang melambat
kebijakan moneter kontraktif, yang dan suku bunga simpanan di perbankan yang
berakibat pada naiknya suku bunga dan tinggi telah mengurangi peluang dan hasrat
persoalan lain dipasar keuangan secara masyarakat dalam memegang mata uang
keseluruhan. Laju inflasi pernah mencapai asing sehingga tekanan depresiasi rupiah
77,63% pada tahun 1998 sementara suku berangsur surut. Inflasi mulai terkendali
bunga SBI berjangka waktu 1 bulan pada tahun 1999
mencapai 38.44% pada tahun yang sama. Sesuai dengan Undang-Undang No. 23
Menghadapi kondisi ketidakstabilan Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, tujuan
moneter tersebut, Bank Indonesia kemudian Bank Indonesia adalah mencapai dan
menerapkan kebijakan moneter yang ketat menjaga kestabilan nilai rupiah. Dalam hal
yaitu kebijakan sasaran besaran moneter. ini, kestabilan nilai rupiah mempunyai dua
Kebijakan moneter ketat tersebut tercermin dimensi, yaitu kestabilan nilai rupiah
pada pertumbuhan tahunan sasaran indikatif terhadap mata uang negara lain (disebut
uang primer yang terus ditekan dari level dengan nilai tukar atau kurs rupiah). Dalam
tertinggi 69,7% pada bulan September 1998 sistem nilai tukar mengambang yang dianut
menjadi 11,2% pada bulan Juni 1999. saat ini, nilai tukar rupiah ditentukan oleh
Kebijakan moneter ketat terpaksa dilakukan kekuatan permintaan dan penawaran di
karena pada periode itu ekspektasi inflasi pasar valuta asing, dan karenanya Bank
di tengah masyarakat sangat tinggi dan Indonesia tidak menargetkan atau berupaya
jumlah uang beredar meningkat sangat untuk mengarahkan per-kembangan nilai
pesat. Di tengah tingginya ekspektasi inflasi rupiah pada tingkat tertentu. Untuk itu
dan tingkat risiko memegang rupiah. sasaran akhir Bank Indonesia lebih
Upaya memperlambat laju per- diarahkan pada pencapaian laju inflasi yang
tumbuhan uang beredar telah mendorong rendah sesuai dengan kondisi perekonomian
kenaikan suku bunga domestik secara tajam. nasional. Berdasarkan uraian tersebut, maka
Suku bunga yang tinggi diperlukan agar peneliti ingin mengetahui pengaruh dari
masyarakat mau memegang rupiah dan tidak JUB (M1), SBI, Nilai Tukar, Suku Bunga
membelanjakannya untuk hal-hal yang tidak Deposito, terhadap inflasi di Indonesia
mendesak serta tidak menggunakannya periode 2006 – 2011.6
untuk membeli valuta asing. Upaya Berdasarkan latar belakang penelitian
pemulihan kestabilan moneter melalui diatas, permasalahan yang akan dibahas
penerapan kebijakan moneter ketat yang dalam studi ini adalah :
dibantu dengan upaya pemulihan 1. Bagaimana pengaruh JUB (M1)
kepercayaan masyarakat kepada perbankan Terhadap tingkat Inflasi di Indonesia?

45
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

2. Bagaimana pengaruh Suku Bunga SBI Teori Inflasi Klasik


terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia? Teori ini berpendapat bahwa tingkat
3. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar harga terutama ditentukan oleh jumlah uang
Rupiah terhadap Dollar terhadap Tingkat beredar, yang dapat dijelaskan melalui
Inflasi di Indonesia? hubungan antara nilai uang dengan j uml ah
4. Bagaimana pengaruh suku bunga uang, serta nilai uang dan harga. Bila
deposito terhadap Tingkat Inflasi di jumlah uang bert ambah lebih cepat dari
Indonesia? pertambahan barang maka nilai uang akan
merosot dan ini sama dengan kenaikan
TINJAUAN PUSTAKA harga. Jadi menurut Klasik, inflasi berarti
terlalu banyak uang beredar atau terlalu
Teori Inflasi banyak kredit dibandingkan dengan volume
Inflasi merupakan suatu keadaan dimana transaksi maka obatnya adalah membatasi
kenaikkan harga – harga secara tajam yang jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat
berlangsung terus menerus dalam jangka Klasik tersebut lebih jauh dapatdirumuskan
waktu cukup lama. Seirama dengan sebagai berikut:
kenaikkan harga – harga tersebut, nilai uang
turun secara tajam pula sebanding dengan Inflasi = f (jumlah uang beredar, kredit)
kenaikkan harga– harga tersebut. (Khalwaty,
2000:6). Inflasi merupakan variable makro Teori Inflasi Keynes
ekonomi yang dapat menguntungkan dan Teori ini mengasumsikan bahwa
dapat pula merugikan masyarakat secara perekonomian sudahh berada pada tingkat
umum serta perusahaan pada khususnya. full employment. Menurut Keynes kuantitas
Inflasi pada level tertentu dibutuhkan untuk uang tidak berpengaruh terhadap tingkat
merangsang investasi. Jika inflasi permintaan total, karena suatu per-
mengakibatkan pendapatan marjinal lebih ekonomian dapat mengalami inflasi
tinggi daripada biaya marjinal, maka walaupun tingkat kuantitas uang tetap
perusahaan memperoleh peningkatan konstan. Jika uang beredar bertambah maka
keuntungan. Sebaliknya, apabila biaya harga akan naik. Kenaikan harga ini akan
marjinal akibat inflasi lebih tinggi daripada menyebabkan bertambahnya permintaan
pendapatan marjinal, maka perusahaan akan uang untuk transaksi, dengan demikian akan
mengalami kerugian. (Rahardja& Manurung, menaiikan suku bunga. Hal ini akan
2005). Sementara menurut Mankiw (2003) mencegah pertambahan permintaan untuk
inflasi adalah kecenderungan harga untuk investasi dan akan melunakan tekanan
naik secara umum dan terus menerus dan inflasi. Analisa Keynes mengenai inflasi
merupakan sebuah fenomena moneter. permintaan dirumuskan berdasarkan konsep

46
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi Inflasi dapat digolongkan menurut


permintaan yang benar-benar penting adalah sifatnya, menurut sebabnya, parah dan
yang ditimbulkan oleh pengeluaran tidaknya inflasi tersebut dan menurut asal
pemerintah, terutama yang berkaitan dengan terjadinya.
peperangan, progam investasi yang besar -
1. Menurut Sifatnya
besaran dalam capital sosial.
Jenis inflasi menurut sifatnya dibagi
Dengan demikian pemikiran Keynes
menjadi (Nopirin, 2001):
tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi:
a. Inflasi merayap (creeping inflation)
Inflasi=f(jumlah uang beredar, penge- Ditandai dengan laju inflasi yang rendah
(kurang dari 10% per tahun). Kenaikan
luaran pemerintah, suku bunga,
investasi) harga berjalan secara lambat, dengan
persentase yang kecil serta dalam jangka
Teori Inflasi Moneterisme yang relatif lama.
b. Inflasi menengah (galloping inflation)
Teori ini bependapat bahwa inflasi
Ditandai dengan kenaikan harga yang
disebabkan oleh kebijakan moneter dan
cukup besar, (biasanya double digit atau
fiscal yang ekspansif, sehingga jumlah uang
bahkan triple digit) dan kadangkala
beredar dimasyarakat sangat berlebihan.
berjalan dalam waktu yang relatif pendek
Kelebihan uang beredar dimasyarakat akan
menyebabkan terjadinya kelebihan serta mempunyai sifat akselerasi. Artinya,
harga-harga minggu/ bulan ini lebih tinggi
permintan barang dan jasa di sektor rill.
Menurut golongan moneteris, inflasi dapat dari minggu/ bulan lalu dan seterusnya.
Efeknya terhadap perekonomian lebih
diturunkan dengan cara menahan dan
menghilangkan kelebihan permintaan berat daripada inflasi yang merayap
(creeping inflation).
melalui kebijakan moneter dan fiscal yang
bersifat kontraktif atau melalui control c. Inflasi tinggi (hyper inflation)
terhadap peningkatan upah serta Merupakan inflasi yang paling parah
penghapusan terhadap subsidi atas nilai akibatnya. Harga-harga naik sampai lima
tukar valuta asing. Sehingga teori inflasi atau enam kali. Masyarakat tidak lagi
menurut moneterisme dapat dinotasikan berkeinginan untuk menyimpan uang.
sebgai berikut : Nilai uang merosot dengan tajam,
sehingga ingin ditukarkan dengan barang.
Inflasi = f (kebijakan moneter ekspansif, Perputaran uang makin cepat, harga naik
kebijakan fiscal ekspansif) . secara akselerasi. Biasanya keadaan ini
timbul apabila pemerintah mengalami
Jenis Inflasi defisit anggaran belanja (misalnya

47
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

ditimbulkan oleh adanya perang) yang Inflasi diimpor adalah inflasi yang
dibelanjai/ ditutup dengan mencetak bersumber dari kenaikan harga-harga
uang. barang yang diimpor. Inflasi ini akan
wujud apabila barang-barang impor
2. Menurut Sebabnya yangmengalami kenaikan harga
mempunyai peranan yang penting dalam
Menurut sumber atau penyebab
kegiatan pengeluaran per-usahaan. Satu
kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi
contoh yang nyata dalam hal ini adalah
biasanya dibedakan menjadi tiga (sadono
efek kenaikan harga minyak dalam tahun
sukirno, 2004: 333 - 337), yaitu:
1970an kepada perekonomian negara-
1. Demand Pull Inflation.
negara barat dan negara-negara
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa pengimpor minyak lainnya. Minyak
perekonomian berkembang dengan pesat.
penting artinya dalam proses produksi
kesempatan kerja yang tinggi barang-barang industri. Maka kenaikan
menciptakan tingkat pendapatan yang
harga minyak tersebut menaikkan biaya
tinggi yang selanjutnya menimbulkan produksi dan kenaikan biaya produksi
pengeluaran yang melebihi kemampuan
mengakibatkan kenaikan harga-harga,
ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. kenaikan harga-harga tersebut meng-
pengeluaran yang berebihan
akibatkan masalah stagflasi (inflasi ketika
menimbulkan inflasi. pengangguran adalah tinggi diberbagai
2. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation) Negara) (Sadono sukirno, 2004).
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi
perekonomian berkembang dengan pesat terbagi menjadi :
ketika tingkat pengangguran sangat 1. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)
rendah. Apabila perusahaan masih 2. Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)
menghadapi permintaan yang bertambah, 3. Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)
mereka akan berusaha menaikkan 4. Hiperinflasi ( diatas 100% setahun )
produksi dengan cara memberikan gaji
dan upah yang lebih tinggi kepada 4. Menurut Asalnya
pekerjanya dan mencari pekerja baru
Penggolongan Inflasi :
dengan tawaran pembayaran yang lebih
1. Domestic Inflation
tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan
Inflasi yang berasal dari dalam negeri
biaya produsi meningkat, yang akhirnya
sendiri ini timbul antara lain karena
akan menyebakan kenaikan harga-harga
defisit anggaran belanja yang dibiayai
berbagai barang (sadono sukirno, 2004).
dengan percetakan uang baru, atau bisa
3. Inflasi Diimpor
juga disebabkan oleh gagal panen.

48
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

2. Imported Inflation giro pada bank umum disebut dengan uang


Inflasi yang berasal dari luar negeri ini giral.
timbul karena kenaikan harga-harga di Simpanan uang tunai dalam bentuk
luar negeri atau negara-negara langganan tabungan atau saving deposit dan atau
berdagang. Penularan inflasi dari luar deposit berjangka atau time deposit pada
negeri ke dalam negeri ini jelas lebih bank. Penarikannya tidak dapat dilakukan
mudah terjadi pada Negara - negara yang sewaktu -waktu, penarikannya hanya dapat
menganut perekonomian terbuka. dilakukan sesuai perjanjian seperti satu
bulan atau tiga bulan. Sehingga, dalam
Jumlah Uang Beredar (M1) melakukan pembayaran tidak dapat
Masyarakat mengenal uang sebagai uang dilakukan langsung seperti uang kartal dan
tunai yang terdiri atas uang kertas dan uang uang giral, dimana harus menunggu
giral dengan kata lain uang yang berada di rekening tabungan atau deposito berjangka
tangan masyarakat dan siap dibelanjakan jatuh tempo. Dengan demikian uang yang
setiap saat, biasanya dalam jumlah uang disimpan dalam rekening tabungan dan
terlalu besar. Uang tunai disebut uang kartal deposito berjangka disebut dengan uang
atau currency. Maka, uang kartal adalah kuasi. Bank Indonesia mendefinisikan uang
uang kertas dengan uang logam yang atau uang beredar dalam arti sempit dan luas.
beredar dimasyarakat yang dikeluarkan dan Berdasarkan pada uraian sebelumnya, uang
diedarkan oleh otoritas moneter. beredar dibedakan dalam definisi :
Pembayaran yang dilakukan oleh • M1 merupakan uang beredar dalam arti
masyarakat tidak hanya terbatas dengan sempit yang terdiri atau uang yang dapat
menggunakan uang tunai. Dalam melakukan digunakan langsung sebagai alat
pembayaran dalam jumlah besar, pembayaran. Terdiri atas uang kartal dan
masyarakat dapat menggunakan cek. uang giral.
Pembayaran menggunakan cek, harus
• M2 merupakan uang beredar dalam arti
memiliki rekening giro pada bank umum
luas. Terdiri atas uang kartal, uang giral
atau demand deposit. Rekening giro adalah
dan uang kuasi. Dengan kata lain M2
rekening simpanan bank umum yang
terdiri atas M1 ditambah uang kuasi
penarikannya dapat dilakukan sewaktu –
(tabungan dan deposito berjangka)
waktu. Dapat dikatakan bahwa rekening giro
Definisi uang pada tiap – tiap Negara
sama dengan uang tunai, tetapi tidak
berbeda – beda seperti Amerika Serikat
langsung dapat digunakan seperti uang
yang menggunakan definisi uang M1,
tunai, yaitu penggunaan harus menulis
M2, dan M3. Sedangkan, Indonesia
terlebih dahulu sejumlah yang diinginkan
menggunakan definisi uang M1 dan M2
pada cek. Uang yang berada pada rekening

49
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

Hubungan Jumlah Uang Beredar (M1)


dan Pengaruh Terhadap Inflasi M xV= PxY
Nilai uang ditentukan oleh supply dan
Dimana P adalah tingkat harga (GDP
demand terhadap uang. Jumlah uang beredar
deflator), Y adalah jumlah output (real
ditentukan oleh Bank Sentral, sementara
GDP), M adalah jumlah uang beredar, PxY
jumlah uang yang diminta (money demand)
adalah nominal GDP, dan V adalah velocity
ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain
of money (perputaran uang). Persamaan ini
tingkat harga rata-rata dalam perekonomian.
disebut sebagai persamaan kuantitas
Jumlah uang yang diminta oleh masyarakat
(quantity equation). Velocity of money
untuk melakukan transaksi bergantung pada
(perputaran uang) mengukur tingkat dimana
tingkat harga barang dan jasa yang tersedia.
uang bersirkulasi dalam perekonomian Atau
Semakin tinggi tingkat harga, semakin besar
dapat dikatakan mengukur kecepatan
jumlah uang yang diminta.
perpindahan uang dari satu orang ke orang
Peningkatan harga kemudian mendorong
lainnya. Velocity of money dapat dihitung
naiknya jumlah uang yang diminta
melalui pembagian antara GDP nominal
masyarakat. Pada akhirnya, perekonomian
dengan jumlah uang beredar.
akan mencapai equilibrium baru, saat jumlah
uang yang diminta kembali seimbang
Suku Bunga SBI
dengan jumlah uang yang diedarkan.
Penjelasan yang menggambarkan Sertifikat Bank Indonesia adalah surat
bagaimana tingkat harga ditentukan dan berharga sebagai pengakuan utang
berubah seiring dengan perubahan jumlah berjangka waktu pendek dalam mata uang
uang beredar disebut teori kuantitas uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
(quantity theory of money). dengan system diskonto. SBI diterbitkan
Berdasarkan teori ini, jumlah uang yang tanpa warkat (scripless), dan seluruh
beredar dalam suatu perekonomian kepemilikan maupun transaksinya dicatat
menentukan nilai uang, sementara dalam sarana Bank Indonesia BI. Metode
pertumbuhan jumlah uang beredar lelang penerbitan SBI dilakukan dengan
merupakan sebab utama terjadinya inflasi. menggunakan 2 (dua) cara yaitu melalui
Secara umum, teori kuantitas uang Variable Rate Tender (peserta lelang
menggambarkan pengaruh jumlah uang mengajukan penawaran kuantitas dengan
beredar terhadap perekonomian, dikaitkan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank
dengan variabel harga dan output. Hubungan Indonesia) dan dengan Fixed Rate Tender
antara jumlah uang beredar, output, dan (peserta lelang mengajukan penawaran
harga dapat ditulis dalam persamaan kuantitas dengan tingkat diskonto yang
matematis sebagai berikut: ditetapkan oleh Bank Indonesia).

50
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

BI rate digunakan sebagai acuan dalam tingkat bunga ini dapat mengurangi
pelaksanaan operasi pengendalian moneter profitabilitas perusahaan sehingga dapat
untuk mengarahkan agar rata-rata memberikan pengaruh terhadap harga
tertimbang suku bunga SBI 1 bulan hasil saham perusahaan yang bersangkutan.
lelang operasi pasar terbuka berada di Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku
sekitar BI rate, Selanjutnya suku bunga SBI bunga SBI yang tinggi dapat menyebabkan
1 bulan diharapkan mempengaruhi suku investor tertarik untuk memindahkan
bunga pasar uang antar bank dan suku bunga dananya ke deposito. Hal ini terjadi karena
jangka yang lebih panjang. Perubahan BI kenaikan tingkat suku bunga SBI akan
rate (SBI tenor 1 bulan) ditetapkan secara diikuti oleh bank-bank komersial untuk
konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 menaikkan tingkat suku bunga simpanan.
basis poin (bps). Apabila tingkat suku bunga deposito lebih
BI rate ditetapkan oleh dewan gubernur tinggi dari tingkat pengembalian yang
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai diharapkan oleh investor, tentu investor akan
berikut : mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih
lagi investasi di deposito sendiri merupakan
1) Rekomendasi BI rate yang dihasilkan
salah satu jenis investasi yang bebas resiko.
oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model
Pengalihan dana oleh investor dari pasar
ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi
modal ke deposito tentu akan meng-
2) Berbagai informasi lainnya seperti akibatkan penjualan saham besar-besaran
indikator makro ekonomi, survey, sehingga akan menyebabkan penurunan
pendapat ahli, hasil-hasil riset ekonomi, indeks harga saham. Bagi masyarakat
dll. sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi
Saat ini Bank Indonesia menggunakan berarti tingkat inflasi di negara tersebut
tingkat suku bunga SBI sebagai salah satu cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang
instrumen untuk mengedalikan inflasi. tinggi akan menyebabkan berkurangnya
Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi maka tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai
Bank Indonesia akan menaikkan tingkat uang yang dipegang masyarakat berkurang.
suku bunga SBI untuk meredam kenaikan Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat
inflasi. Perubahan tingkat suku bunga SBI atas barang yang dihasilkan perusahaan akan
akan memberikan pengaruh bagi pasar menurun pula. (Sunariyah,2006)
modal dan pasar keuangan. Apabila tingkat
suku bunga naik maka secara langsung akan Hubungan Suku Bunga SBI dan
meningkatkan beban bunga. Perusahaan Pengaruh Terhadap Inflasi
yang mempunyai leverage yang tinggi akan
mendapatkan dampak yang sangat berat Hubungan suku bunga SBI dan inflasi
terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan dijelaskan dengan menggunakan hipotesa,

51
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

Zulverdi (1998), menyatakan bahwa Pada sistem nilai tukar mengambang,


terdapat hubungan antara tingkat suku bunga nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai
SBI dan tingkat inflasi yang diperkirakan dengan kekuatan permintaan dan
tingkat suku bunga SBI juga dipengaruhi penwaran yang terjadi di pasar.
inflasi atau dengan kata lain tingkat inflasi c. Nilai tukar mengambang terkendali
mempunyai pengaruh atau efek terhadap Sistem nilai tukar mengambang
tingkat suku bunga SBI sebagai sasaran. terkendali merupakan sistem yang berada
Tingkat suku bunga SBI cenderung akan antara kedua sistem nilai tukar diatas.
meningkat pada saat inflasi yang Dalam system nilai tukar ini, bank sentral
diperkirakan meningkat. kegiatan transaksi menetapkan batasan suatu kisaran tertentu
ekonomi lebih banyak di sektor keuangan dari pergerakan nilai tukar yang disebut
ini dibandingkan dengan sektor batas pita investasi.
riil.Selanjutnya diketahui pula bahwa,
tingkat suku bunga SBI mem-punyai Dari sisi permintaan terdapat 3 faktor yang
hubungan dengan tingkat inflasi. mempengaruhi kurs valuta asing:
1. Faktor Pembayaran Impor, semakin tinggi
Nilai Tukar (KURS)
impor barang dan jasa maka makin besar
Menurut Hamdy (2008) nilai tukar
permintaan terhadap valuta asing
adalah harga mata uang lokal terhadap mata
sehingga nilai tukar domestik cenderung
uang asing. Jadi, nilai tukar merupakan nilai
melemah. Sebaliknya, jika impor
dari satu mata rupiah yang di translasikan
menurun maka permintaan terhadap
ke dalam mata uang negara lain. Misalnya
valuta asing menurun sehingga nilai tukar
nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai
domestik (rupiah) menguat.
tukar rupiah terhadap Yen, dan lain
2. Faktor Aliran Modal ke Luar (Capital
sebagainya. Nilai tukar terhadap suatu mata
uang didefinisikan sebagai harga relatife Outflow), semakin besar aliran modal ke
luar maka semakin besar permintaan
dari suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya. Pada dasarnya terdapat tiga sistem terhadap valuta asing dan pada gilirannya
akan memperlemah nilai tukar. Aliran
nilai tukar ialah :
modal ke luar meliputi pembayaran
a. Sistem nilai tukar tetap ( Fixed Exchange hutang penduduk Indonesia (baik swasta
Rate) maupun pemerintah) kepada pihak asing
Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar dan penempatan dana penduduk
atau kurs suatu mata uang terhadap mata Indonesia ke luar negeri.
uang lainnya ditetapkan pada nilai tertentu. 3. Kegiatan Spekulasi, semakin banyak
b. Sistem nilai tukar mengambang kegiatan spekulasi valuta asing yang

52
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

dilakukan spekulan, maka semakin besar Hubungan Nilai Tukar Dan Pengaruh
permintaan terhadap valuta asing Terhadap Inflasi
sehingga memperlemah mata uang lokal Perubahan nilai tukar ini perlu dicermati
relatif terhadap mata uang asing. lebih seksama bagaimana kejutan nilai tukar
akan mempengaruhi perekonomian dan
Dari sisi penawaran terhadap 2 faktor inflasi. Perubahan nilai tukar ini tentunya
utama yang mempengaruhi penawaran akan berimplikasi terhadap karakteristik
valuta asing: fluktuasi nilai tukar dan pengaruhnya
1. Penerimaan Hasil Ekspor, semakin besar terhadap perekonomian terbuka. Rupiah
penerimaan ekspor barang-barang dan mendapatkan tekanan-tekanan depresiatif
jasa-jasa, semakin besar jumlah valuta yang sangat besar diawali dengan krisis nilai
asing yang diterima oleh suatu negara tukar. Nilai tukar rupiah secara simultan
sehingga mata uang lokal akan menguat mendapat tekanan yang cukup berat karena
(apresiasi) terhadap mata uang asing. besarnya capital outflow akibat hilangnya
2. Faktor Aliran Modal masuk (Capital kepercayaan investor asing terhadap
Inflow), semakin besar aliran modal prospek perekonomian Indonesia. Tekanan
masuk, nilai tukar mata uang lokal terhadap nilai tukar tersebut diperberat lagi
cenderung menguat. Aliran Modal masuk dengan semakin maraknya kegiatan.
tersebut dapat berupa penerimaan hutang sehingga sejak krisis berlangsung nilai tukar
luar negeri, penempatan dana jangka mengalami depresiasi hingga mencapai 75
pendek oleh asing (portfolio investment) persen.
dan investasi asing langsung (foreign Melemahnya nilai tukar telah
direct invsetment). Besarnya aliran modal menyebabkan kenaikan yang tinggi pada
masuk teutama dipengaruhi oleh harga barang-barang yang mengandung
perbedaan suku bunga dalam negeri komponen impor. Pada sisi fiskal, depresiasi
dengan luar negeri (interest rate diffetial) rupiah yang tajam telah mengakibatkan
Semakin tinggi perbedaan suku bunga pengeluaran pemerintah meningkat
dalam negeri dengan luar negeri, semakin Keterkaitan antara nilai tukar dan inflasi
besar kecenderungan aliran modal masuk akan semakin jelas ketika terjadi perubahan
ke suatu negara. Selain itu, tingkat resiko sistem nilai tukar dari sistem nilai tukar
dan sentimen pasar juga mempengaruhi mengambang terkendali (managed floating
keputusan investor untuk menanamkan exchange rate) ke sistem nilai tukar
dana di suatu negara. Negara yang mengambang bebas (free floating exchange
memiliki resiko penanaman yang tinggi rate). Inflasi yang diukur dengan indeks
pada umumnya cenderung dihindari oleh harga konsumen mengalami trend kenaikan
investor. yang lebih tajam ketika diberlakukan free

53
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

floating exchange rate sejak kuartal kedua tukar, perubahan jumlah uang beredar,
tahun 1997. memberikan respon terhadap pengaruh
perubahan inflasi.
Hubungan Suku Bunga Deposito dan Dari analisa Regresi Liner Berganda.
Pengaruh Terhadap Inflasi hasil nilainya menyatakan bahwa kejutan
inflasi menjadi penjelas terbesar fluktuasi
Naiknya harga barang- barang dan jasa
perubahan suku bunga SBI terhadap inflasi.
diikutin penurunan nilai mata uang
pengaruh kejutan perubahan inflasi terhadap
menyebabkan kecenderungan masyarakat
fluktuasi perubahan semakin menurun
untuk menabung menurun, mereka lebih
namun tetap memberikan pengaruh yang
suka menggunakan uang mereka untuk
besar. Pada perubahan inflasi memberikan
kegiatan konsumsi dibandingkan menaruh
pengaruh yang kecil dalam menjelaskan
uang mereka di bank dengan tingkat suku
variasi perubahan nilai tukar, perubahan
bunga yang tetap.
jumlah uang beredar. Namun pada
Kenaikkan tingkat inflasi yang terus
kemampuan kejutan inflasi tersebut semakin
menerus sementara suku bunga bank tetap
meningkat. Dalam kecepatan penyesuaian
membuat masyarakat lebih memlilih asset
nilai tukar cukup besar dan signifikan untuk
riil (membeli tanah, barang mewah, rumah
kembali ke keseimbangannya. Dengan
dan sebagainya) dibandingkan asset nominal
menggunakan Regresi Linier Berganda juga
mereka, karena kegiatan tersebut menjamin
menunjukan bahwa jumlah uang beredar,
nilai uang terhadap inflasi di masa yang akan
suku bunga SBI, nilai tukar dan mempunyai
datang. Artinya, kenaikan inflasi membuat
kontribusi yang cukup signifikan dalam
masyarakat enggan menyimpan uangnya di
mempengaruhi inflasi di Indonesia.
bank, mereka lebih senang membelanjakan
Julaihah dan Insukindro (2004)
uangnya untuk kebutuhan konsumsi maupun
menyatakan bahwa inflasi sangat
meng-investasikan uang mereka untuk
mempengaruhi pergerakan jumlah uang
membeli barang yang dimasa yang akan
berdar, suku bunga SBI dan nilai tukar.
menimbulkan keuntungan, atau melakukan
Bahkan, pengaruh inflasi mampu memberi
kegiatan yang dapat menjamin nilai uang
kontribusi dalam menjelaskan variabilitas
terhadap kemerosotan.
pertumbuhan ekonomi meskipun dalam
jangka panjang. Selanjutnya, Nuryati,
Penelitian Sebelumnya
Siregar dan Ratnawati (2006) menyatakan
Penelitian yang dilakukan oleh Nova suku bunga SBI hanya berpengaruh pada
Riana (2008), dengan meninjau dari analisa sangat kecil terhadap nilai tukar dan tingkat
Regresi Liner Berganda ditemukan bahwa harga. Walaupun terdapat beberapa
perubahan suku bunga SBI, perubahan nilai penelitian terdahulu mengenai dampak

54
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

kebijakan moneter terhadap variabel METODOLOGI PENELITIAN


ekonomi, penelitian ini tetap penting untuk
dilakukan. Pengukuran yang tepat mengenai Penelitian ini dilakukan dengan
dampak perubahan kebijakan moneter menggunakan metode analisis deskriptif
terhadap ekonomi. untuk menganalisa pengaruh Uang Beredar
dalam arti sempit (M1), suku bunga SBI,
Kerangka Pemikiran Suku Bunga Deposito, dan nilai tukar rupiah
Berdasarkan latar belakang per- terhadap dollar terhadap tingkat inflasi.
masalahan dan kerangka teoritis yang Adapun alat analisis yang digunakan pada
diajukan, maka diperoleh faktor-faktor yang penelitian ini adalah pendekatan parametrik
mempengaruhi inflasi, antara lain suku menggunakan model Regresi Linier
bunga deposit, suku bunga SBI, uang Berganda sehingga dapat dianalisis
beredar dalam arti sempit (M1), PDB, dan mengenai pengaruh uang beredar dalam arti
nilai tukar rupiah terhadap dollar. sempit (M1), suku bunga SBI, Suku Bunga
Deposito, dan nilai tukar rupiah terhadap
Rumusan Hipotesis dalam penelitian ini
dollar terhadap tingkat inflasi.
adalah :
Variabel yang digunakan dalam
1. JUB berpengaruh positif dan signifikan penelitian ini berjumlah empat variabel yang
terhadap inflasi
terdiri dari: PDB, Suku Bunga Deposit, Nilai
2. Nilai tukar berpengaruh positif dan Tukar Rupiah Terhadap Dollar (Exchange
siginifikan terhadap inflasi
rate), dan Tingkat Inflasi.Adapun variabel
3. SBI berpengaruh positif dan siginifikan tersebut adalah:
terhadap inflasi
1. Tingkat Inflasi (INF) dilambangkan
4. Suku bunga Deposito berpengaruh positif sebagai variabel tidak bebas (dependent
dan siginifikan terhadap inflasi
variable).

JUB (MI)

NILAI TUKAR
TINGKAT
INFLASI
SBI

DEPOSITO

Gambar 1
Model Hubungan

55
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

2. Jumlah Uang Beredar (M1) dilam- SBI tersebut akan menyerap kelebihan
bangkan sebagai variabel bebas uang primer yang ada di masyarakat.
(independent variable) Variabel ini dinyatakan dalam persen.
3. Suku Bunga SBI (SBI Rate) 5. Tingkat inflasi
dilambangkan sebagai variabel bebas Variabel ini merupakan hasil dari tingkat
(independent variable). harga barang jasa. Variabel ini dinyatakan
4. Suku Bunga Deposit dilambangkan dengan satuan persen.
sebagai variabel bebas (independent
variable). Teknik Pengumpulan Data
5. Nilai Tukar Rp/US$ (KURS) dilambang Data yang digunakan dalam penelitian
sebagai variabel bebas (independent ini adalah data sekunder dari Bank
variable). Indonesia, dari tahun 2006-2011.6. Data
diambil dari situs resmi Bank Indonesia.
Adapun deskripsi dari variabel dalam
penelitian ini adalah : Metode Analisis
1. Jumlah Uang Beredar (M1) penelitian ini dilakukan dengan
Variabel ini merupakan jumlah uang menggunakan metode Regresi Linier
beredar di masyarakat dalam arti sempit Berganda. ini terdapat beberapa tahap
(M1) meliputi uang kartal dan uang giral. pengujian yang harus dilakukan terlebih
Variabel ini dinyatakan dengan satuan dahulu, yaitu meliputi uji uji autokorelasi,
milyar uji heterokedastisitas unit roots test.
2. Suku Bunga Deposit
Variabel ini merupakan suku bunga 1. Uji Hipotesa
simpanan berjangka. Variabel ini Uji hipotesa adalah prosedur yang
dinyatakan dalam persen. memungkinkan keputusan dapat dibuat,
3. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar yaitu keputusan untuk menolak atau
Variabel ini merupakan nilai tukar rupiah menerima hipotesis yang sedang diuji.
terhadap dollar karena mekanisme Hipotesa yang akan diuji akan diberi simbol
penukaran valas tersebut. Variabel ini Ho / hipotesis nol dan Ha / Hipotesis
dinyatakan dengan satuan rupiah per alternatif. Ha secara otomatis akan
dollar. menerima apabila Ho ditolak.
4. Suku Bunga SBI Dimisalkan hipotesis sebagai berikut:
Variabel ini dalam kebijakan moneter • Ho = Bahwa variabel independent tidak
merupakan instrument moneter dalam memiliki pengaruh yang signifikan
pengendalian tingkat inflasi. Suku Bunga terhadap variabel dependen

56
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

• Ha = Bahwa variabel independent 1999). Uji-F dihitung dengan mem-


memiliki pengaruh yang signifikan bandingkan F-statistik dengan F-tabel.
terhadap variabel dependen. Apabila F-statistik > F-tabel, maka F0
ditolak. Artinya variabel independent
2. Uji Signifikansi secara individual / Uji memiliki pengaruh signifikan terhadap
-T variabel dependen. Dan jika F-statistik < F-
Uji-T digunakan untuk mengetahui tabel, maka F0 diterima. Artinya variabel
apakah suatu variabel independent independent tidak memiliki pengaruh yang
signifikan atau tidak terhadap variabel signifikan terhadap variabel dependen.
dependen. Uji ini dilakukan dengan cara
membandingkan T-hitung / T-statistik 4. Koefisien Determinasi
dengan T-tabel pada taraf signifikan a = Koefisien determinasi bertujuan untuk
0,05. Jika T-statistik < T-tabel, maka Ho menjelaskan apakah variabel independent
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak yang ada dalam model cukup mampu
memiliki pengaruh yang signifikan. antara menjelaskan perubahan dari variabel
variabel independent terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi
dependen. Dan sebaliknya, jika t-statistik > dinotasikan dengan R² yang mendekati satu
t-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independent yang ada dalam
artinya variabel independen memiliki model mampu menjelaskan perubahan
pengaruh yang signifikan terhadap variabel variabel dependen, tetapi jika nilai R²
dependen. Disamping itu, uji-T ini dapat mendekati nol maka variabel independent
juga dihitung dengan melihat probabilita yang ada dalam model tidak mampu
masing-masing variabel. Jika probabilita > menjelaskan perubahan nilai variabel
a = 0,05, maka variabel independen tidak dependen. Sehingga dapat disimpulkan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap bahwa semakin .tinggi nilai R², maka
variabel dependen. Dan apabila probabilita semakin bagus / goodness of fit penelitian
< a = 0,05 maka variabel independent tersebut.
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. 5. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi kalsik dilakukan untuk
3. Uji Signifikansi secara bersama /Uji - F melihat yang diestimasi telah memenuhi
Uji- F digunakan untuk membuktikan asumsi klasik dari OLS atau belum, sehingga
keberadaan pengaruh yang berarti dari nilai koefisien regresinya mendeteksi nilai
variabel-variabel independent secara sebenarnya. Jika model yang digunakan
keseluruhan terhadap variabel dependen memenuhi syarat tersebut, berarti tidak ada
dalam sebuah analisa regresi (Gujarati, masalah dalam menggunakan metode OLS.

57
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

Asumsi klasik yang diuji dalam pengujian Autokorelasi


ini adalah Normalitas, Multikolinearitas, Autokorelasi yaitu suatu keadaan
Heteros-kedastisitas dan Autokorelasi. dimana kesalahan pengangguan dari periode
tertentu (ut) berkorelasi dengan kesalahan
6. Uji Normalitas penganggu dari periode sebelumnya (fit-1).
Uji normalitas adalah uji untuk Pada kondisi ini kesalahan penganggu tidak
mengetahui normal atau tidaknya faktor bebas tetapi satu sama lain berhubungan.
gangguan di dalam penerapan OLS untuk Bila kesalahan penganggu periode t dengan
regresi linear klasik. Uji ini dilakukan t-1 berkorelasi maka terjadi kasus korefasi
dengan Jarque-Bera test J-B test dengan serial sederhana tingkat pertama (first order
menggunakan hasil estimasi residual. autocorrelation). Dengan adanya
Jika nilai J-B hitung > nilai X2 tabel, autokorelasi akan mengakibatkan uji
maka hipotesis yang menyatakan bahwa statistik menjadi tidak tepat, dan untuk
residual faktor gangguan berdistribusi mendeteksinya dapat dilakukandengan dua
normal dapat ditolak. Sedangkan, jika nilai cara yaitu uji Durbin Watson / DW Test dan
J-B hitung < nilai X2 tabel, maka yang Lagrange Multiplier / LM Test, dalam
menyatakan bahwa residual faktor gangguan penelitian ini cara yang digunakan untuk
berdistribusi normal tidak dapat ditolak. mendeteksi autokorelasi adalah dengan
menggunakan uji LM. Ada beberapa kriteria
Multikolinearitas dalam mengambil keputusan terdapat
autokarelasi atau tidak dalam suatu model,
Multikolinearitas artinya terdapat yakni:
korelasi yang signifikan diantara dua atau
• Obs* R-squared < 0,05, maka dikatakan
lebih variabel independent dalam model terdapat autokorelasi.
regresi. Multikolinearitas dibedakan atas
• Obs* R-squared > 0,05, maka dikatakan
dua yaitu: tidak terdapat autokorelasi.
a. Multikolinearitas Sempurna
Suatu Multikolinearitas dikatakan HASIL DAN PEMBAHASAN
sempurna apabila nilai Multiko-linearitas
lebih kecil dari angka 0,8, sehingga hal Statistik Deskriptif
tersebut tidak terdapat Multikolinearitas. Statistik deskriptif adalah bagian dari
b. Multikolinearitas Tidak Sempurna ilmu statistik yang hanya mengolah,
Suatu Multikolinearitas dikatakan tidak menyajikan data tanpa mengambil
sempurna apabila nilai Multiko-linearitas keputusan. Dengan kata lain hanya melihat
lebih besar dari angka 0,8, sehingga hal gambaran secara umum dari data yang
tersebut terdapat Multikolinearitas. didapatkan.

58
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

Dibawah ini merupakan statistik rata – rata yang didapat dari 66 observasi
deskriptif dari variabel-variabel yang adalah sebesar 8.5018% dan standar deviasi
digunakan: sebesar 2.04015%. Varibel M1 mempunyai

Tabel 1
Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.Deviation


INFLASI 66 2.41 17.92 7.8312 4.00416
DEP 66 6.72 12.01 8.2392 1.66151
KURS 66 8537.00 12151.00 9428.0303 771.50859
SBI 66 6.08 12.75 8.5018 2.04015
M1 66 270..8.00 636206.14 440804.0259 96106.50543
Valid N (listwise) 66
Sumber : data diolah SPSS 11.5

Pada tabel diatas, diketahui bahwa nilai minimum sebesar Rp 270338.00


variable Inflasi mempunyai nilai ninimum dengan nilai maksimum sebesar Rp
sebesar 2,41%, dengan nilai maksimum 636206.14, rata – rata yang didapat dari 66
sebesar 17,92%, rata-rata yang didapat dari observasi adalah sebesar Rp 440804.0259
66 observasi adalah sebesar 7,8312% dan dan standar deviasi sebesar Rp
standar deviasi sebesar 4,00416%. Varibel 96106.50543.
suku bunga deposito mempunyai nilai
minimum sebesar 6.72% dengan nilai Uji Asumsi Klasik
maksimum sebesar 17.92%, rata–rata yang
a. Uji Autokorelasi
didapat dari 66 observasi adalah sebesar
8.2392% dan standar deviasi sebesar Autokorelasi menunjukkan bahwa ada
1.66151%. Varibel kurs mempunyai nilai korelasi antara error dengan error periode
minimum sebesar Rp8537.00 dengan nilai sebelumnya dimana pada asumsi klasik hal
maksimum sebesar Rp12151.00, rata – rata ini tidak boleh terjadi. Uji autokorelasi
yang didapat dari 66 observasi adalah dilakukan dengan menggunakan Durbin
sebesar Rp9428.0303 dan standar deviasi Watson. Jika nilai Durbin Watson berkisar
sebesar Rp771.50859. Varibel sbi diantara nilai batas atas (dU) maka
mempunyai nilai minimum sebesar 6.08% diperkirakan tidak terjadi pelanggaran
dengan nilai maksimum sebesar 12.75%, autokorelasi.

59
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

Hipotesa Autokorelasi : Dari hasil uji autokorelasi diatas


Ho : tidak ada Autokorelasi diketahui bahwa model yang diteliti
Ha : ada Autokorelasi mempunyai jumlah observasi sebesar 66,
dengan jumlah variable bebas sebesar 4.
Dasar pengambilan keputusan uji
Maka didapat nilai batas bawah (dl) sebesar
autokorelasi lebih jelasnya ditampilkan pada
1,315, dengan batas atas (du) sebesar 1,568.
tabel berikut ini:
Hasil uji durbin watson statistik didapat

Tabel 2
Keputusan Uji Autokorelasi

Hip otesa N ol (H o) Keputusan Kriteria


T idak ada autokorelasi positif Ditolak 0 < dw <d 1

T idak ada autokorelasi positif T idak ada d L < dw < d U


keputusan
T idak ada autokorelasi positif atau D iterima d U < dw <4-d U
neg atif
T idak a da autokorelasi negat if T idak ada 4- d d U <dw < 4-d d L
keputusan

T idak ada autokorelasi negatif Ditolak 4- d d L < dw <4

Sumbe:Basic Econcmwirics. Hal 470. Gujarali. (2003)

Gambar 2
Uji Autokorelasi

60
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

Tabel 3
Hasil Uji Autokorelasi
n K1 DI Du 4- du 4- dl Dw Kesimpulan

66 4 1,315 1,568 2,432 2,685 0,532 A da autok orelasi

n = jumlah observasi
K1 = jumlah variable bebas tidak termasuk konstanta

sebesar 0,532, berada diarea 0< dw <dl, atau a. Uji Normalitas


berada diarea ada autokorelasi positif. Uji normalitas bertujuan untuk menguji
Maka dapat disimpulkan bahwa ada apakah dalam model regresi, variable terikat
autokorelasi pada model regresi yang dan variable bebas keduanya mempunyai
digunakan. Penanggulangan per-masalahan distribusi normal ataukah tidak. Uji
autokorelasi dilakukan dengan meng- Normalitas dilakukan dengan analisis Grafik
gunakan tehnik “COCHRANE – ORCUTT Normal P-P Plot dan Kolmogorov-Smirnov
PROCEDURE” . Test. Jika berdasarkan Grafik Normal P-P
Dari hasil uji autokorelasi diatas Plot, uji normalitas dapat dideteksi dengan
diketahui bahwa model yang diteliti

Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi

mempunyai jumlah observasi sebesar 65, melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
dengan jumlah variable bebas sebesar 4. diagonal dari grafik normal. Dasar
Maka didapat nilai batas bawah (dl) sebesar pengambilan keputusan berdasarkan Grafik
1,315, dengan batas atas (du) sebesar 1,568.
Normal P-P Plot:
Hasil uji durbin watson statistik didapat
sebesar 1,617, berada diarea du< dw <4-du, Jika data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis
atau berada diarea tidak ada autokorelasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada diagonalnya, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh
auto korelasi pada model regresi yang
digunakan. dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah

61
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

Gambar 3
Uji Autokorelasi

garis diagonal, maka model regresi tidak Dari hasil uji normalitas diatas diketahui
memenuhi asumsi normalitas. bahwa data di sekitar garis diagonal dan
Dasar pengambilan keputusan uji mengikuti arah garis diagonalnya, maka
normalitas Kolmogorov-Smirnov Test model regresi memenuhi asumsi normalitas.
dengan melihat nilai signifikansi: Berdasarkan table diatas, dapat diketahui
bahwa normalitas model regresi memiliki
Jika signifikansi > 0,05, maka model
signifikansi > 0.05, maka H0 diterima yang
regresi mempunyai standar error yang
berarti model regresi yang digunakan
normal.
mempunyai standar error yang normal.
Jika signifikansi < 0,05, maka model
regresi mempunyai standar error yang
tidak normal.

Gambar 4
Hasil Uji Normalisasi

62
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

b. Uji Multikolinearitas Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai


Dari hasil pengolahan data statistik di- probabilitas dari seluruh variabel
peroleh tabel pengujian multikolinearitas independen lebih besar dari 0,05, maka H0
sbb : diterima, sehingga dapat disimpulkan tidak
Dari tabel diatas, diketahui bahwa ada heteroskedastisitas pada model regresi
seluruh variabel independen mempunyai yang digunakan.
nilai VIF kurangdari 10. Sehingga H0
diterima, yang berarti variabel independen d. Koefisien Determinasi
yang digunakan pada model persamaan Koefisien determinasi (R2) pada intinya
regresi tidak ada multi kolinearitas (tidak mengukur seberapa jauh kemampuan model
ada hubungan yang sangat kuat antara dalam menerangkan variasi variabel
variabel independen). dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah di antara nol dan satu. Nilai R berarti
c. Uji Heteroskedastisitas kemampuan variabel-variabel independen
Hasil pengujian heteroskedastisitas dalam menjelaskan variasi variabel
ditunjukkan pada tabel berikut : dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel - variabel
independen memberikan hampir semua

Tabel 5
Uji Multikolinearitas

Tabel 6
Uji Heteroskedastisitas

63
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

informasi yang dibutuhkan untuk mem- 0.153 artinya jika suku bunga deposio naik
prediksi variasi variabel dependen. maka inflasi turun dan sebaliknya jika suku
(Ghozali, Aplikasi analisis multivariate bunga deposito turun maka inflasi naik.
dengan program SPSS, 2002). Sedangkan besarnya nilai pengaruh suku
Dari hasil pengujian regresi didapat nilai bunga deposito terhadap inflasi -0.153
adjusted R² adalah 0,318. Artinya seluruh artinya suku bunga deposito naik 1% maka
variabel independen yang terdiri dari suku inflasi akan turun sebesar 0.153%.
bunga deposito, kurs, SBI dan M1 mampu sedangkan tingkat signfikan inflasi dengan
menjelaskan variasi dari variabel dependen tingkat suku bunga deposito ditujukan
yaitu inflasi sebesar 31.8% sedangkan dengan probabilitas sebesar 0.783 > 0.05
sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor artinya suku bunga deposito tidak
lain yang tidak diikut sertakan dalam berpengaruh signifikan terhadap inflasi.
pengujian.
Hipotesis 2
e. Uji Statistik
H0 : kurs tidak berpengaruh terhadap inflasi
1. Uji t (Pengujian Hipotesa)
Ha : kurs berpengaruh terhadap inflasi.
Untuk menguji hipotesa dilakukan
pengujian secara parsial untuk melihat Dari pengujian regresi berganda dapat
signifikansi dari hubungan masing-masing dilihat bahwa kurs mempunyai pengaruh
variabel independen terhadap variabel negative sebesar -0.0002 artinya jika kurs
dependen dengan mengasumsikan variabel naik maka inflasi turun dan sebaliknya jika
lain adalah konstan. kurs turun maka inflasi naik. Sedangkan
besarnya nilai pengaruh kurs terhadap inflasi
-0.0002 artinya kurs 1% maka inflasi akan
turun sebesar 0.0002%. sedangkan tingkat
signfikan inflasi dengan kurs ditujukan
dengan probabilitas sebesar 0.715 > 0.05
artinya kurs tidak berpengaruh signifikan
Hipotesis 1 terhadap inflasi.
H0: Suku bunga deposito tidak ber-pengaruh
terhadap inflasi Hipotesis 3
H a : Suku bunga deposito berpengaruh H0 : SBI tidak berpengaruh terhadap inflasi
terhadap inflasi. Ha : SBI berpengaruh terhadap inflasi.
Dari pengujian regresi berganda dapat
Dari pengujian regresi berganda dapat dilihat bahwa SBI mempunyai pengaruh
dilihat bahwa suku bunga deposito positive sebesar 1,760 artinya jika SBI naik
mempunyai pengaruh negative sebesar - maka inflasi naik dan sebaliknya jika SBI

64
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

turun maka inflasi turun. Sedangkan Dari hasil uji F diatas diketahui bahwa
besarnya nilai pengaruh SBI terhadap inflasi F-hitung sebesar 8,475 dengan nilai
1,760 artinya SBI naik 1% maka inflasi akan signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. maka H0
turun sebesar 1.760%. sedangkan tingkat ditolak yang berarti terdapat hubungan
signfikan inflasi dengan ditujukan dengan antara seluruh variable independen yaitu
probabilitas sebesar 0.000 < 0.05 artinya suku bunga deposito, kurs, SBI, M1
SBI berpengaruh signifikan terhadap inflasi terhadap inflasi.
ditujukan dengan probabilitas sebesar 0.308
> 0.05 artinya M1 tidak berpengaruh Hipotesis 4
signifikan terhadap inflasi.
H0 : M1 tidak berpengaruh terhadap inflasi
Ha : M1 berpengaruh terhadap inflasi.
2. Uji F (Pengujian Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji apakah Dari hasil uji F diatas diketahui bahwa
secara bersama-sama seluruh variable F-hitung sebesar 8,475 dengan nilai
independent mempunyai hubungan yang signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. maka Ho
signifikan terhadap variable dependent. ditolak yang berarti terdapat hubungan
Pengambilan keputusan : antara seluruh variable independen yaitu
suku bunga deposito, kurs, SBI, M1
Jika Sig. < alpha 0,05 maka Ho ditolak
terhadap inflasi.
Jika Sig. > alpha 0,05 maka Ho gagal
ditolak.
H0 : tidak terdapat hubungan antara seluruh
variable independen yaitu suku bunga
deposito, kurs, SBI, M1 terhadap inflasi
Ha : terdapat hubungan antara seluruh
variable independen yaitu suku bunga
deposito, kurs, SBI, M1 terhadap inflasi.

65
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

Implikasi ekonomi nilai koefisien sebesar 1.760 dengan prob


Pengaruh JUB (M1) terhadap Inflasi 0.0000 < 0.05. Artinya SBI berpengaruh
signifikan terhadap inflasi. Pada saat bunga
Tekanan inflasi di Indonesia disebabkan
tinggi masyarakat lebih suka menabung di
meningkatnya jumlah uang beredar. inflasi
bank umum, dana yang masuk ke bank
adalah suatu kenaikan harga yang terus
umum akan dialokasikan dalam pembelian
menerus dari barang-barang dan jasa secara
SBI. Dana masyarakat yang masuk ke bank
umum (bukan satu macam barang saja)
umum dapat di alokasikan berupa investasi
Jumlah uang beredar didasarkan pada teori
dan pembelian SBI.
kuantitas bahwa inflasi hanya terjadi jika ada
penambahan jumlah uang yang beredar.
Pengaruh Nilai Tukar terhadap Inflasi
kebijakan dari hubungan tersebut adalah
(KURS)
bahwa inflasi perlu dikendalikan untuk
Dalam penelitian yang dilakukan terlihat
menekan laju inflasi.
bahwa nilai tukar berpengaruh positif
Dalam penelitian ini yang dilakukan
terhadap inflasi di Indonesia periode 2006-
terlihat bahwa JUB (M1) berpengaruh
2011.6, ditunjukan dengan nilai koefisien
positif dan tidak signifikan terhadap inflasi
sebesar -0.0002 dengan prob 0,715 > 0.05
di Indonesia periode 2006-2011.6,
dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
ditunjukan dengan nilai koefisien sebesar
kebijakan pemerintah untuk mengubah nilai
6.276E-06 yang prob 0.308 > 0.05. dengan
tukar tidak efektif dalam mengendalikan
hasil ini dikatakan bahwa kebijakan
tingkat inflasi.
pemerintah untuk mengubah JUB (M1)
Penulis menduga hal tersebut
tidak efektif dalam mengen-dalikan tingkat
disebabkan karena melemahnya nilai tukar
inflasi.
menyebabkan kenaikan yang tinggi pada
harga barang-barang yang mengandung
Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap
komponen impor. Sehingga nilai tukar (Rp
Inflasi
/USD) mengalami depresi apabila produsen-
Kebijakan bunga rendah akan produsen yang menggunakan USD untuk
mendorong masyarakat untuk memilih membeli bahan baku kegiatan produksinya
investasi dan masyarakat melakukan mengalami peningkatan biaya/cost untuk
kegiatan pada pasar uang / pasar modal dan meng-imbangi adanya biaya/cost produsen
sektor-sektor produktif dari pada menabung tersebut akan menaikan harga jual (harga
. Pada saat penelitian yang dilakukan terlihat jual lebih mahal) sehingga konsumen
bahwa SBI berpengaruh positif dan membayar lebih banyak dan mengakibatkan
signifikan terhadap inflasi di Indonesia jumlah uang beredar bertambah, identik
periode 2006-2011.6, ditunjukan dengan dengan terjadinya inflasi.

66
Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M1), Suku Bunga Sbi, Nilai Tukar Suku Bunga Deposito
Terhadap Tingkat Inflasi

Pengaruh Suku Bunga Deposito terhadap (Rp/USD) tidak berpengaruh signifikan


Inflasi terhadap inflasi.
3. SBI mempunyai pengaruh positive
Kebijakan bunga rendah akan
artinya apabila SBI naik maka inflasi
mendorong masyarakat untuk memilih
naik, dan sebaliknya apabila SBI turun
investasi atau melakukan kegiatan pada
maka inflasi turun. Dan SBI berpengaruh
pasar uang / pasar modal dan sektor-sektor
signifikan terhadap inflasi.
produktif dari pada menabung. Dalam
4. Suku bunga deposito mempunyai
penelitian yang dilakukan terlihat bahwa
pengaruh negative apabila suku bunga
suku bunga deposito berpengaruh negatif
deposito naik maka inflasi turun. Dan
terhadap inflasi di Indonesia periode 2006-
sebaliknya apabila suku bunga deposito
2011.6, ditunjukan dengan nilai koefisien
turun maka inflasi naik dan suku bunga
sebesar -0.153 dengan signifikan 0,783 >
deposito tidak ber-pengaruh signifikan
0.05 dengan hasil tersebut dapat dikatakan
terhadap inflasi.
bahwa kebijakan pemerintah untuk
mengubah suku bunga deposito tidak efektif
Berdasarkan hasil analisis dan
dalam mengendalikan tingkat inflasi.
kesimpulan yang diperoleh, maka terdapat
beberapa implikasi kebijakan sebagai
SIMPULAN DAN IMPLIKASI berikut:
KEBIJAKAN 1. Bank Indonesia harus lebih hati – hati
dalam menambah atau mengurangi
Berdasarkan analisis Regresi linier jumlah uang beredar, yang dimana BI
berganda yang telah dilakukan maka dapat memaksimalkan kebijakan
diperoleh pada kesimpulan sebagai berikut: moneter dengan cara mengatur jumlah
uang beredar menggunakan BI rate.
1. Jumlah uang beredar (M1) mem-punyai 2. Adanya upaya dari pemerintah untuk
pengaruh positive terhadap inflasi menetapkan menstabilkan nilai tukar
artinya apabila JUB naik maka inflasi rupiah terhadap dollar. Kebijakan
naik, dan sebaliknya apabila JUB turun stabilisasi nilai tukar rupiah dalam
maka inflasi turun dan JUB tidak jangka panjang harus tetap diupayakan
berpengaruh signifikan terhadap inflasi. agar memberikan pengaruh terhadap
2. Nilai tukar (Rp/USD) mempunyai penurunan tingkat inflasi. Untuk itu
pengaruh negative artinya apabila nilai Bank Indonesia tetap harus mem-
tukar (Rp/USD)turun maka inflasi naik, perhatikan faktor–faktor yang mem-
sebaliknya apabila nilai tukar (Rp/USD) berikan pengaruh terhadap per-
naik maka inflasi turun dan nilai tukar kembangan nilai tukar.

67
Media Ekonomi Vol. 19, No. 3, Desember 2011

3. Dalam menerapkan kebijakan moneter, dan Output: Kasus Indonesia di Bawah


Bank Indonesia harus meningkatkan Sistem Nilai TukarMengambang
peran suku bunga SBI sebagai alat dan Mengambang Terkendali”.
moneter dalam mempengaruhi inflasi Buletin Ekonomi Moneter
dan variabel makroekonomi dalam danPerbankan, Juni, Vol 9(1): 75–
jangka panjang. Untuk menekan inflasi 112.
maka kebijakan yang diambil adalah Mankiw, Gregory. 2003. Pengantar Teori
menstabilkan tingkat suku bunga SBI Ekonomi Makro 5thed. Worth.
tetap stabil, sejalan dengan kondisi UnitedState.
makro ekonomi Indonesia yang terjadi Nuryati, Y.,H.Siregar dan A. Ratnawati.
saat ini 2006, “Dampak Kebijakan
Inflation Targeting
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Beberapa Variabel Makro
ekonomi di Indonesia”, Buletin
Banjarnahor, Nova Riatna.2008. Ekonomi Moneter dan Perbankan,
Mekanisme Suku Bunga SBI Juni, Vol.9(1) : 113-134
sebagai sasaran Operasional Rahardja, Prathama dan Mandala
Kebijakan Moneter. BEMP. Manurung. 2005. Teori Ekonomi
Jakarta Makro Suatu Pengantar. Lembaga
Gujarati, Damodar . 2007. Dasar-dasar penerbit Falkutas Ekonomi
Ekonometrika 3 th. Erlangga. Universitas Indonesia :Jakarta.
Hamdy. 2008. Manajemen Keuangan Sukirno, Sadono (2004). Pengantar Teori
Internasional 4th. ed. YAI. Jakarta Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, Raja
Julaihah, dan Insukindro. 2004. “Analisis Grafindo Persada, Jakarta.
Dampak Kebijakan Moneter Sitinjak dan Kurniasari. (2003), “ Pengaruh
Terhadap Variabel Kurs Terhadap Ekonomi”, bulletin
Makroekonom di Indonesia Tahun 1983.1 - ekonomi dan Perbankan.
2003.2", Buletin Ekonomim Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan
Moneter dan Perbankan, Pasar Modal, Edisi Kelima, UPP
September , Vol. 7 323-341 STIM YKPN, Yogyakarta.
Khalwaty, Tajul. 2000. Inflasi Dan D. Zulverdi (1998), “ Penggunaan Suku
Solusinya. Edisi pertama. PT.SUN Bunga Moneter sebagai sasaran
: Jakarta Operasional Kebiajakan moneter di
Kharie, L. (2006). “Hubungan Kausal Indonesia”, buletin Ekonomi
Dinamis Antara Variabel-Variabel danPerbankan, Juli, Vol.1 25-58.
Moneter Utama www.bi.go.id

68

Anda mungkin juga menyukai