Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“KONSEP PERAWATAN LUKA”

TINGKAT II
GITA AGUSTIN INDRIANA

AKPER YASPEN JAKARTA


Jl. Batas II No.54, RT.11/RW.9, Baru, Pasar Rebo, RT.11/RW.9, Baru,
Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13780
2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai kesehatan jantung ini.
Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugasmata kuliah Bahasa
Indonesia. Makalah ini kiranya tak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak yang terus
mendorong penulis untuk menyelesaikannya.
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Harjaty, SST, M. Kes selaku dosen pembimbing yang sudah memberikan bimbingan
kepada kami.
2. Ibu Sulastri, SKp, M. Kep selaku direktur Akper Yaspen selaku dosen pembimbing
yang sudah memberikan bimbingan kepada kami.
3. Ibu Ns. Febriana S.Kep, M. Kep selaku dosen pembimbing, yang sudah memberikan
bimbingan kepada kami.

Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini
dapat menjadi salah satu sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.

Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan ini lebih sempurna.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... ………. i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ………. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ ………. 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... ………. 1

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ ………. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian perawatan luka .......................................................... ……… 3

2.2 Jenis – jenis luka ......................................................................... ……… 3

2.3 Macam – macam luka ................................................................ ……… 5

2.4 Proses penyembuhan luka ........................................................... ……… 7

2.5 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka……………………….. 9

2.6 Perawatan luka bersih…………………………………………………... 10

2.7 Perawatan luka basah…………………………………………………… 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ ………. 16

B. Saran .......................................................................................... ………. 16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang kesehatan juga memberikan
kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu
terkini yang berkait dengan manajemen perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil
pasien, dimana pasien dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin
banyak ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka
dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai dengan
optimal.
Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan
yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari pengkajian yang
komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang
ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis. Hal ini ditunjang
dengan semakin banyaknya inovasi terbaru dalam perkembangan produk-produk yang bisa
dipakai dalam merawat luka.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa pengertian perawatan luka?
2 Apa saja penyebab terjadinya luka?
3 Apa saja fase penyembuhan luka?
4 Faktor apa saja yang mempengaruhi penyembuhan luka?
5 Apa saja komplikasi penyembuhan luka?
6 Apa saja pengkajian penyembuhan luka menurut Betes Jensen?
7 Bagaimana prosedur perawatan luka?

1.3.Tujuan

1.3.1 Tujuaan Umum

Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang Perawatan Luka: Luka Bersih, Luka
Basah. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah.
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian Luka

2. Mengetahui penyebab terjadinya luka

3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

4. Memahami komplikasi penyembuhan luka

5. Memahami pengkajian penyembuhan luka menurut Betes Jensen

6. Memahami prosedur perawatan luka


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalut
dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses
penyembuhan luka (Delmafildasari, 2013).
Luka adalah terganggunya integritas normal dari kulit dan jaringan dibawahnya yang
terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, luka dapat terbuka atau tertutup, bersih atau
terkontaminasi, superficial atau dalam (konzier, 1992 hal43 Taylan 1990)

Jadi luka merupakan sesuatu kerusakkan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.

2.2 Etiologi

Luka sendiri bisa disebabkan oleh berbagai macam hal. Namun pada umumnya
penyebab luka yang paling sering terjadi adalah akibat trauma mekanis. Pengertian luka
akibat mekanis dapat disebabkan oleh benda tumpul ataupun tajam.

Selain itu, luka juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu luka terbuka dan luka tertutup
berdasarkan keutuhan jaringannya. Luka sendiri dapat dapat muncul dengan atau tanpa
adanya infeksi.

2.3 Fase Penyembuhan luka


1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi ini akan berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari
kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka yang diderita tersebut akan
menyebabkan perdarahan dan tubuh dalam hal ini akan berusaha menghentikannya
dengan cara vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi
hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling
melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah.
2. Fase Proliferasi.
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira
akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi,
menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan
dasar kolagen serat yang akan mempertautkan tepi luka.
3. Fase Penyudahan (Remodelling).
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali
jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya
perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung
berbulan – bulan dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap.
Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena
proses penyembuhan.
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
1. Usia
Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan
jaringan.

2. Infeksi
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat
juga menyebabkan kerusakan pada jaringan penunjang shngga akan menambah
ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.

3. Hipovolemia
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

4. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh,
sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

5. Benda Asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari
serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk
suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (Pus).
6. Iskemia
Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi
akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor
internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

7. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nuri tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi
penurunan protein-kalori tubuh.

8. Pengobatan
a. Steroid : Menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.
b. Antikoagulan : Mengakibatkan pendarahan.
c. Antibiotik : Efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan
tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

2.5 Komplikasi Penyembuhan Luka

1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan
dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan adanya pelepasan jahitan, darah sulit membeku pada
garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).
Waspadai terjadinya perdarahan tersembunyi yang akan mengakibatkan hipovolemia.
Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48
jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan berlebihan
terjadi, penambahan tekanan luka dan perawatan balutan luka steril mungkin diperlukan.
Pemberian cairan dan intervensi pembedahan juga mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence
adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh
melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma,
gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko
klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi
sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus
segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien
disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
2.6 Pengkajian Penyembuhan Luka Menurut Betes Jensen

1. UKURAN LUKA 1= P X L < 4 cm


2= P X L 4 < 16cm
3= P X L 16 < 36cm
4= P X L 36 < 80cm
5= P X L > 80cm

2. KEDALAMAN 1= stage 1
2= stage 2
3= stage 3
4= stage 4
5= necrosis wound

3. TEPI LUKA 1= samar, tidak jelas terlihat


2= batas tepi terlihat,
menyatudengan dasar luka
3= jelas, tidak menyatu dgn
dasar luka
4= jelas, tidak menyatu dgn
dasar luka, tebal
5= jelas, fibrotic, parut tebal/
Hyperkeratonic

4. GOA (lubang pada 1= tidak ada


Luka yang ada 2 = goa < 2 cm di di area
dibawah jaringan manapun
sehat) 3= goa 2-4 cm < 50 % pinggir
luka
4= goa 2-4 cm > 50% pinggir
luka
5= goa > 4 cm di area manapun

5. TIPE JARINGAN 1 = Tidak ada


NEKROSIS 2 = Putih atau abu-abu jaringan
mati dan atau slough yang tidak
lengket (mudah dihilangkan)
3 = slough mudah dihilangkan
4 = Lengket, lembut dan ada
jaringan parut palsu berwarna
hitam (black eschar)
5 = lengket berbatas tegas,
keras dan ada black eschar

6. JUMLAH JARINGAN 1 = Tidak tampak


NEKROSIS 2 = < 25% dari dasar luka
3 = 25% hingga 50% dari dasar
luka
4 = > 50% hingga < 75% dari
dasar luka
5 = 75% hingga 100% dari dasar Luka
7. TIPE EKSUDATE 1= tidak ada
2= bloody
3= serosanguineous
4= serous
5= purulent

8. JUMLAH 1= kering
EKSUDATE 2= moist
3= sedikit
4= sedang
5= banyak
9. WARNA 1= pink atau normal
KULIT SEKITAR 2= merah terang jika di tekan
LUKA 3= putihatau pucat atau hipopigmentasi
4=merah gelap / abu2
5=hitam atau hyperpigmentasi

10. JARINGAN 1= no swelling atau edema


YANG EDEMA 2= non pitting edema kurang dari < 4 mm disekitar luka
3= non pitting edema > 4 mm disekitar luka
4= pitting edema kurang dari <4 mm disekitar luka
5= krepitasi atau pitting edema > 4 mm

11. PENGERASAN 1 = Tidak ada


JARINGAN TEPI 2= Pengerasan < 2 cm disebagian kecil sekitar luka
3= Pengerasan 2-4 cm menyebar < 50% di tepi luka
4= Pengerasan 2-4 cm menyebar > 50% di tepi luka
5=pengerasan > 4 cm di seluruh tepi luka

12. JARINGAN 1= kulit utuh atau stage 1

GRANULASI 2= terang 100 % jaringan granulasi


3= terang 50 % jaringan granulasi
4= granulasi 25 %
5= tidak ada jaringan granulasi

13. EPITELISASI 1=100 % epitelisasi


2= 75 % - 100 % epitelisasi
3= 50 % - 75% epitelisasi
4= 25 % - 50 % epitelisasi
5= < 25 % epitelisasi
2.7 Perawatan Luka Bersih

Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan jaringan juga


untuk mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh bidan di klinik atau rumah sakit
biasanya luka yang bersih tanpa kontaminasi, misalnya luka secsio caesaria, dan atau luka
operasi lainnya. Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi port
de entre nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.

A. PERSIAPAN

1. Mencuci tangan

2. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley

Alat Steril dalam bak instrumen ukuran sedang tertutup:

a) Pinset anatomis (2 buah)


b) Pinset chirurgis (2 buah)
c) Handscoon steril
d) Kom steril (2 buah)
e) Kassa dan kapas steril secukupnya
f) Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)

Alat Lain:

g) Gunting Verband/plester
h) Plester
i) Nierbekken (Bengkok)
j) Lidi kapas
k) Was bensin
l) Alas / Perlak
m) Selimut Mandi
n) Kapas Alkohol dalam tempatnya
o) Betadine dalam tempatnya
p) Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
q) Lembar catatan klien

3. Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien

B. MELAKUKAN PERAWATAN LUKA

1. Mencuci tangan.

2. Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan intruksikan klien untuk
tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
3. Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur kenyamanan klien.

4. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka
dengan selimut mandi.

5. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu).

6. Pasang alas/perlak.

7. Dekatkan nierbekken

8. Paket steril dibuka dengan benar

9. Kenakan sarung tangan sekali pakai.

10. Membuka balutan luka.

- Basahi plester yang melekat dengan was bensin dengan lidi kapas.

- Lepaskan plester menggunakan pinset anatomis ke 1 dengan melepaskan


ujungnya dan menarik secara perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan.

- Kemudian buang balutan ke nierbekken.

11. Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%

12. Kaji Luka:

Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka, fase proses
penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi
jahitan, bila perlu palpasi luka dengan tangan non dominan untuk mengkaji ada
tidaknya puss.

13. Membersihkan luka:

- Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang ke kom kecil ke 1

- Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan tangan kiri
memegang pinset anatomis ke-2.
- Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka (dengan cara
memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi NaCL 0,9% dan memerasnya
dengan menggunakan pinset).

- Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke


pinset chirurgis.

- Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa terpisah untuk


sekali usapan. Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi.

14. Menutup Luka

- Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering yang diambil
dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan
kanan.

- Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi.

- Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup
dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis).

- Kemudian pasang bantalan kasa yang lebih tebal.

- Luka diberi plester secukupnya atau dibalut dengan pembalut dengan balutan
yang tidak terlalu ketat.

15. Alat-alat dibereskan.

16. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah.

17. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman.

18. Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan

C. DOKUMENTASI

1. Hasil observasi luka

2. Balutan dan atau drainase

3. Waktu melakukan penggantian balutan


4. Respon klien

2.7 Perawatan Luka Basah


Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen
(pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma
atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat)

Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan debridement

Tujuan :

1. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik


2. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
3. Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan

Persiapan alat :

1. Bak balutan steril :


- Kapas balut atau kasa persegi panjang

- Kom kecil 2 buah

- 2 pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1 anatomis)

- Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan

- Sarung tangan steril jika perlu


2. Perlak dan pengalas

3. Bengkok 2 buah

- Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas

- Bengkok 2 untuk sampah


4. Larutan Nacl 0,9 %

5. Gunting plester dan sarung tangan bersih

6. Kayu putih dan 2 buah kapas lidi

Prosedur :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan.

2. Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat

3. Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran.


4. Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan instruksikan
pada klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan

5. Cuci tangan

6. Pasang perlak pengalas di bawah area luka

7. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi kapas,
ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di
kulit bersihkan dengan kayu putih

8. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung tangan,
pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat
balutan lapis demi lapis

9. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 %
)

10. Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan

11. Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan luar kantung, lepaskan
sarung tangan dan simpan pinset dalam bengkok yang berisi larutan desinfektan

12. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok kecil.
Tambahkan kassa ke dalam normal salin

13. Kenakan sarung tangan steril

14. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutup
kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang
nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril )

15. Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin. Pegang
kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah
untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke
area terkontaminasi

16. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam maka
dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara perlahan
masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa
lembab

17. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka.
Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga

18. Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,


19. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan pisnet
yang telah digunakan pada bengkok perendam

20. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali posisi
yang nyaman

21. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

22. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien

Perhatian :

- Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat


menimbulkan rasa nyeri pada klien
- Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan
puncak efek obat. Dan Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997).

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik
atau gigitan hewan (R.Sjamau Hidayat,1997)

Luka adalah terganggunya integritas normal dari kulit dan jaringan dibawahnya
yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, luka dapat terbuka atau tertutup, bersih
atau terkontaminasi, superficial atau dalam (konzier, 1992 hal43 Taylan 1990)

Jadi luka merupakan sesuatu kerusakkan pada struktur atau fungsi tubuh karena
suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi

3.2 Saran

a. Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan luka


modern tanpa membeda – bedakan klien baik dari segi agama, budaya, dan sebagainya

b. Jadilah calon perawat yang berkompeten dan berdaya saing.

Anda mungkin juga menyukai