PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea
yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.
3. Forniks : bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior
palpebra dan bola mata. Forniks konjungtiva berganbung dengan konjungtiva bulbar
dan konjungtiva palpebra. Dapat dibagi menjasi forniks superior, inferior, lateral, dan
medial forniks. 6
2.3 Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi
vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi, yang disebabkan oleh mikro-organisme
(virus, bakteri,jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.8
2. Discharge (sekret)
Berasal dari eksudasi sel-sel radang. Kualitas dan sifat alamiah eksudat
(mukoid, purulen, berair, ropy, atau berdarah) tergantung dari etiologinya.11
3. Chemosis (edema konjungtiva)
Adanya Chemosis mengarahkan kita secara kuat pada konjungtivitis alergik
akut tetapi dapat juga muncul pada konjungtivitis gonokokkal akut atau konjungtivitis
meningokokkal, dan terutama pada konjungtivitis adenoviral. Chemosis dari
konjungtiva bulbar dapat dilihat pada pasien dengan trikinosis. Meskipun jarang,
chemosis mungkin timbul sebelum adanya infiltrasi atau eksudasi seluler gross. 12
6. Hipertrofi folikel
Terdiri dari hiperplasia limfoid lokal dengan lapisan limfoid dari konjungtiva
dan biasanya mengandung germinal center. Secara klinis, folikel dapat dikenali
sebagai struktur bulat, avaskuler putih atau abu-abu. Pada pemeriksaan menggunakan
slit lamp, pembuluh darah kecil dapat naik pada tepi folikel dan mengitarinya.12
7. Hipertrofi papiler
Adalah reaksi konjungtiva non spesifik yang muncul karena konjungtiva
terikat pada tarsus atau limbus di dasarnya oleh fibril. Ketika pembuluh darah yang
membentuk substansi dari papilla (bersama dengan elemen selular dan eksudat)
mencapai membran basement epitel, pembuluh darah tersebut akan bercabang
menutupi papila seperti kerangka dari sebuah payung. Eksudat inflamasi akan
terakumulasi diantara fibril, membentuk konjungtiva seperti sebuah gundukan. Pada
kelainan yang menyebabkan nekrosis(contoh,trakoma), eksudat dapat digantikan oleh
jaringan granulasi atau jaringan ikat.12
9
2.5 Klasifikasi
2.5.1 Mata merah dengan penglihatan normal dan tidak kotor
1. Pterigium
Merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian
nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterigium
berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium
mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna
merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata. Pterigium diduga disebabkan iritasi
kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas.2
Pengobatan tidak diperlukan karena sering bersifat rekuren, terutama pada
pasien yang masih muda. Bila pterigium meradang dapat diberikan steroid atau suatu
tetes mata dekongestan. Pengobatan pterigium adalah dengan konservatif atau
dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya
astigmatisme irregular atau pterigium yang telah menutupi media penglihatan.7
2. Pseudopterigium
Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering terjadi
proses penyembuhan ulkus kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea. Letak
pseudopterigium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea
sebelumnya.7
3. Pinguekula
Merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua,
terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angina
panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal. Pinguekula
merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pembuluh darah tidak
masuk ke dalam pinguekula akan tetapi bila meradang atau terjadi iritasi, maka
11
sekitar bercak ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar. Pada pinguekula tidak
perlu pengobatan, akan tetapi bila terlihat adanya tanda peradangan, dapat diberikan
obat antiradang.3
4. Hematoma subkonjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh
darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosclerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia,
pemakaian antikoagulan dan batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga
terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, kadang-kadang menutupi
perforasi jaringan bola mata yang terjadi. Pada fraktur basis kranii akan terlihat
hematoma kacamata karena berbentuk kacamata yang berwarna biru pada kedua
mata. Biasanya perdarahan subkonjungtiva tidak perlu pengobatan karena akan
diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.10
2.5.2 Mata merah dengan penglihatan normal dan kotor
1. Konjungtivitis karena agen infeksi
A. Konjungtivitis bakterial5
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakterial: akut (dan subakut) dan
menahun. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus,
Pneumococcus, dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri
bila disebabkan mikroorganisme seperti Haemophilus influenza. Lamanya penyakit
dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan memadai. Konjungtivitis akut
dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari sekian antibacterial yang
tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam beberapa hari. Konjungtivitis purulen
yang disebabkan Neisseria gonorroeae atau Neisseria meningitides dapat
menimbulkan komplikasi berat bila tidak diobati secara dini.
Tanda dan gejala : iritasi mata, mata merah, sekret mata, palpebra terasa
lengket saat bangun tidur, kadang-kadang edema palpebra, infeksi biasanya mulai
pada satu mata dan menular ke sebelah oleh tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang
lain melalui bahan yang dapat menyebarkan kuman seperti seprei, kain.1,5
12
Terapi
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung temuan agen
mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai dengan
terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih
antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae, dan N meningitides.
Terapi topical dan sistemik harus segera dilkasanakan setelah materi untuk
pemeriksaan laboratorium telah diperoleh. Pada konjungtivitis purulen dan
mukopurulen akut, saccus konjungtiva harus dibilas dengan larutan garam agar dapat
menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien
dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus hygiene perorangan.
B. Konjungtivitis virus5
1. Konjungtivitis virus akut
a) Demam faringokonjungtival
Tanda dan gejala
Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 °C, sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering
sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan
berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel.
Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1
Terapi
Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya
dalam sekitar 10 hari. 1
b) Keratokonjungtivitis epidemi
Keratokonjungtivitis epidemi disebabkan adenovirus 8 dan 19. Mudah
menular dengan masa inkubasi 8-9 hari dan masa infeksius 14 hari. Gejala berupa
mata berair berat, seperti kelilipan, perdarahan subkonjungtiva, folikel terutama
konjungtiva bawah, kadang-kadang terdapat pseudomembran. Biasanya gejala akan
menurun dalam waktu 7-15 hari.
13
herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat
menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 1,3
d) Konjungtivitis hemoragik akut
Epidemiologi
Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic
besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di
Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24.
Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 5
Tanda dan Gejala
Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air
mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi
kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-
bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah.
Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan
keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia,
umum pada 25% kasus. 1,5
Penyebaran
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite
seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam
5-7 hari
Terapi
Tidak ada pengobatan yang pasti.
2. Konjungtivitis virus menahun
a) Blefarokonjungtivitis
Molluscum Contagiosum
Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata dapat
menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan
pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi radang yang
15
mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak,
putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat, adalah khas molluscum kontagiosum.
Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi seluruh
sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi. Eksisi, insisi sederhana
nodul yang memungkinkan darah tepi memasukinya, atau krioterapi akan
menyembuhkan konjungtivitisnya. 3
b) Blefarokonjungtivitis varicella-zoster
Tanda dan gejala
Hiperemia dan konjungtivitis infiltrat disertai dengan erupsi vesikuler khas
sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika adalah khas
herpes zoster. Konjungtivitisnya biasanya papiler, namun pernah ditemukan folikel,
pseudomembran, dan vesikel temporer, yang kemudian berulserasi. Limfonodus
preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. parut pada palpebra,
entropion, dan bulu mata salah arah adalah sekuele. 1
Terapi
Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10 hari), jika
diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan mengurangi dan menghambat
penyakit. 1
c) Keratokonjungtivitis morbilli
Tanda dan gejala
Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang dalam
beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa hari sebelum erupsi
kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret mukopurulen, dan saat muncul
erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan kadang-kadang pada
carunculus. 1,3
Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali jika ada
pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian terpulas giemsa mengandung sel-sel
16
raksasa. Karena tidak ada terapi spesifik, hanya tindakan penunjang saja yang
dilakukan, kecuali jika ada infeksi sekunder.1
C. Konjungtivitis klamidia8
1. Trachoma
Tanda dan gejala
Trachoma mulanya adalah konjungtivitis folikuler menahun pada masa kanak-
kanak, yang berkembang sampai pembentukan parut konjungtiva. Pada kasus berat ,
pembalikan bulu mata kedalam terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut
konjungtiva yang berat. Abrasi terus-menerus oleh bulu mata yang membalik itu dan
gangguan pada film air mata berakibat parut pada kornea, ummnya setelah usia 50
tahun. Masa inkubasi trachoma rata-rata 7 hari, namun bervariasi dari 5 sampai 14
hari .pada bayi atau anak biasanya timbulnya diam-diam, dan penyakit itu dapat
sembuh dengan sedikit atau tampa konplikasi.8
Pada orang dewasa, timbulnya sering akut atau subakut, dan komplikasi cepat
berkembang. Pada saat timbulnya.trachoma sering mirip konjungtivitis bacteria, tanda
dan gejala biasanya berair mata, fotofobia, sakit, eksudasi, edema palpebra, kemosis
konjungtiva bulbi, hyperemia, hipertrofi papiler, folikel tarsal dan limbal, keratititis
superior, pembentukan pannus dan nodus preaurikuler kecil dan nyeri tekan.
Pada trachoma yang sudah terdiagnosis, mungkin juga terdapat keratitis epitel
superior, keratitis subepitel, panus, folikel limbus superior, dan akhirnya sisa katriks
patognomotik pada folikel-folikel ini, yang dikenal sebagai sumur-sumur Herbert,
depresi kecil dalam jaringan ikat di batas limbus-kornea ditutupi epitel. Pannus terkait
adalah membran fibrovaskuler yang timbul dari limbus, dengan lengkung-lengkung
vaskuler meluas ke atas kornea. Semua tanda trachoma lebih berat pada konjungtiva
dan kornea bagian atas dari pada bagian bawah.
Untuk pengendalian, World Health Organization telah mengembangakn cara
sederhana untuk memeriksakan penyakit itu. Ini mencakup tanda-tanda sebagai
berikut :
17
aktif. Pengobatan hendaknya ditujukan terhadap penyakit penyebab, dan steroid bila
efektif, hendaknya hanya dipakai untuk mengatasi gejala akut dan parut kornea yang
menetap. Parut kornea berat mungkin memerlukan tranplantasi.1
2) Konjungtivitis ringan sekunder terhadap blefaritis kontak1
Blefaritis kontak yang disebabkan oleh atropine, neomycin, antibiotika
spectrum luas, dan medikasi topical lain sering diikuti oleh konjungtivitis infiltrate
ringan yang menimbukan hyperemia, hipertropi papiler ringan, bertahi mata mukoid
ringan, dan sedikit iritasi. Pemeriksaan kerokan berpulas giemsa sering hanya
menampakkan sedikit sel epitel matim, sedikit sel polimorfonuklear dan mononuclear
tanpa eosinofil. 1
Pengobatan diarahkan pada penemuan agen penyebab dan menghilangkannya.
Blefaritis kontak dengan cepat membaik dengan kortikosteroid topical, namun
pemakaiannya harus dibatasi. Penggunaan steroid jangka panjang pada palpebra
dapat menimbulkan glaucoma steroid dan atropi kulit dengan telangiektasis yang
menjelekkan.
3. Konjungtivitis kimia atau iritatif
1) Konjungtivitis iatrogenik pemberian obat topikal1
Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrat, yang
diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin,
miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam
bahanpengawet atau vehikel toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang
diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab
konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang
kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada pengenceran terhadap
agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus konjungtiva.
Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa
neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri
atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau
22
sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-
minggu atau berbulan-bulan lamanya setelah penyebabnya dihilangkan.
2) Konjungtivitis kekerjaan oleh Bahan kimia dan iritans1
Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk ke
saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah
pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan
berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu, asbut (campuran asap dan kabut)
menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut
belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada
efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan terasa
mengganggu secara menahun.1
Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek
langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup
kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus
menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung
konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara
konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan terjadi
jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama luka
bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.
Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan.
Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau
larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara
mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah
kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan
beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen
antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan
symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar
berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika
23
pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan
prognosisnya lebih baik.
4. Konjungtivitis berdasarkan gambaran klinis
A. Konjungtivitis kataral3
Gambaran klinis adalah injeksi konjungtiva dan hiperemikonjungtivatarsal,
tanpa folikel, tanpa cobble-stone dan tanpa flikten. Pada konjungtivitis kataral
berbentuk sekret serus, mukus atau mukopurulen, tergantung penyebabnya.
Konjungtivitis kataral dapat menyertai blefaritis atu obstruksi duktus nasolakrimal.
Gejala-gejala umum konjungtivitis ini dapat disertai maserasi lateral maupun medial.
Radang konjungtiva demikian juga disebut sebagai konjungtivitis angular. Beberapa
jenis konjungtivitis dapat disertai kelainan pada kornea, biasanya berupa keratitis
pungtata superfisial. Konjungtivitis kataral dapat bersifat akut atau kronik, tergantung
penyebabnya.
Konjungtivitis kataral dapat juga disebabkan virus misalnya morbili. Bhkan
kimia basa dikenal menyebabkan kerusakan dan radang akut pada mata berupa
keratokonjungtivitis. Pengobatan konjungtivitis kataral tergantung penyebabnya.
Apabila penyebabnya infeksi bakteri, maka dapat diberi antibiotik seperti tetrasiklin,
kloromisitin, dll. Juga dapat diobati dengan sulfasetamid. Biasanya pada radang akut
atau yang disertai begitu banyak sekret dapat diberi tetes mata.
B. Konjungtivitis purulen3
Pada jenis konjungtivitis ini, gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti
pada konjungtivitis kataral. Sekret mukopurulen terdapat pada konjungtivitis kataral
yang disebabkan bakteri seperti Staphilococ, Pneumococ, dan basil Koch Weeks.
Konjungtivitis purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang-kadang disertai
adanya pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal. Konjungtivitis ini
ditemukan pada orang dewasa atau pada anak-anak dan bayi.
Pengobatan konjungtivitis purulen hrus intensif. Penderita harus dirawat di
ruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan. Setiap
15 atau 30 menit diberikan salep mata penisilin. Apabila keadaan radang sudah
24
membaik, salep mata diberikan setiap jam. Selain itu, diberikan injeksi penisilin
sesuai umur, pada bayi dosis adalah 50.000 iu/kilogram berat badan.
C. Konjungtivitis membran3
Penyakit ini ditandai dengan adanya membran atau selaput berupa masaa
putih pada konjungtiva tarsal dan kadang-kadang juga menutupi konjungtiva bulbi.
Massa putih ini ada dua jenis, yaitu membran dan pseudomembran. Konjungtivitis
membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptococ hemolitik dan infeksi difteria.
Pada sindrom Steven Johnson, dapat disertai juga dengan konjungtivitis membran.
Konjungtivitis pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiper-akut, seperti
infeksi Pneumococ.
Pengobatan konjungtivitis membran tergantung pada penyebabnya. Apabila
penyebabnya infeksi Streptococ B hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif. Pada
infeksi difteria, diberi salep mata penisilin setiap jam dan injeksi penisilin sesuai
umur. Pada orang dewasa diberi injeksi penisilin 2 hari masing-masing 1,2 juta unit.
Pada anak-anak diberikan penisilin dengan dosis 50.000 unit/kilogram berat badan.
D. Konjungtivitis folikular3
Dikenal beberapa jenis konjungtivitis folikular, yaitu konjungtivitis viral,
konjungtivitis klamidia, konjungtivitis folikular toksik, dan konjungtivitis folikular
lainnya. Berikut ini macam-macam konjungtivitis folikular:
E. Konjungtivitis new castle3
Dalam peternakan unggas dikenal penyakit New Castle, yang merupakan
suatu pneumo-ensefalitis yang fatal. Pada manusia virus New Castle dapat
menimbulkan konjungtivitis folikular akut, yang biasanya tidak disertai penyakit pada
kornea dan kadang-kadang disertai gejala umum yang ringan. Konjungtivitis ini
biasanya mengenai orang-orang yang sering berhubungan dengan unggas. Masa
inkubasi 1 sampai 2 hari, sering unilateral, disertai gejala subjektif seperti perasaan
ada benda asing, berair, silau, dan rasa sakit.
Gambaran kliniknya kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan
hiperplasi, kadang-kadang bergranulasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat
25
lebih banyak di konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan
perdarahan-perdarahan. Konjungtivitis ini biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-
aurikular, nyeri tekan. Gejala-gejala diatas memberat dalam 2 sampai 3 hari untuk
kemudian mereda dan sembuh sampai 3 minggu dan penyakit ini jarang dijumpai.
F. Inclusion Conjunctivitis3
Gambaran klinis penyakit ini adalah konjungtivitis folikular akut, tetapi
penyebabnya bukan virus, melainkan klamidia oculogenital. Gambaran konjungtivitis
folikular akut ini terdapat pada orang dewasa, sedangkan pada bayi gambaran
kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe.
Masa inkubasi penyakit ini adalah 4 sampai 12 hari, mengenai dewasa muda
usia antara 18 tahun sampai 30 tahun. Selain gambaran konjungtivitis folikular akut,
didapatkan sekret mukopurulen. Pada minggu kedua perjalanan penyakit dapat timbul
keratitis epitel, baik perifer maupun sentral, dapat pula berupa infiltrasi seperti pada
Kerato-konjungtivitis epidemi, serta neovaskularisasi kornea superfisial. Apabila
terdapat konjungtivitis folikular akut dengan sekret mukopurulen yang berlangsung
lebih dari 2 minggu, mak perlu diduga merupakan Inclusion conjunctivitis.
G. Konjungtivits flikten3
Meskipun banyak dihubungkan dengan penyakit tuberkulosis paru, seringkali
TBC paru tidak ditemukan pada penderita dengan konjungtivitis flikten. Dan apabila
diperiksa mata penderita TBC paru, sedikit sekali yang menderita konjungtivitis
flikten. Penyakit lain yang dihubungkan dengan konjungtivitis flikten adalah
helmintiasis.
Gejala pada mata ialah adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus.
Selain di limbus, flikten dapat dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva tarsal, dan
kornea. Apabila flikten timbul pada kornea dan sering kambuh, maka dapat berakibat
gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi
yang terus-menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah silau dan rasa
seperti berpasir.
26
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA